7671 18151 1 PB

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Ilmiah Potensia, 2019, Vol.

4 (2), 131-140
https://ejournal.unib.ac.id/index.php/potensia
e-issn: 2621-2382 p-issn: 2527-9270
Perkembangan Motorik Halus Anak Usia Dini Melalui Kolase Media Serutan Pensil

Dwi Nomi Pura1


miminao26@gmail.com
Asnawati2

1, 2 Universitas Dehasen Bengkulu

Received: June 25th 2019 Accepted: July 28th 2019 Published: July 28th 2019

Abstract: Setiap individu anak usia dini memiliki potensi untuk mengalami masalah. Salah
satu masalah individu tersebut adalah perkembangan motorik halus. Perkembangan motorik
halus ini berkaitan dengan pengembangan kemampuan dalam menggunakan jari untuk
menggunakan berbagai kegiatan, seperti melakukan gerakan (motion), menempel,
mencubit, memotong, melukis, dan lain-lain. Masalah perkembangan motorik halus ini
ditemukan pada anak usia 5-6 tahun di tempat penelitian. Salah satu solusi dari mengatasi
masalah pada perkembangan motorik halus adalah dengan mengadakan kegiatan kolase
dengan media serutan pensil. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas kolase
dengan media serutan pensil pada perkembangan motorik halus anak-anak. Penelitian ini
menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif dengan menggunakan instrument
penelitian berupa lembar observasi, dokumentasi dan wawancara. Total sampel sejumlah 13
anak. Hasil dari penelitiannya adalah, sejumlah 11 anak memiliki perkembangan yang
sangat baik dan 2 orang belum berkembang dengan baik. Penyebab anak yang belum
berkembang dipengaruhi oleh perundungan secara verbal oleh anak lain, karena anak ini
selalu ingin membantu orang lain menurut persepsinya, tetapi menurut persepsi anak lain
hal ini dianggap mengganggu.

Keywords: Strategi pembelajaran, Literasi Sains, Anak Usia Dini.

How to cite this article:


Pura, D., & Asnawati, A. (2019). Perkembangan Motorik Halus Anak Usia Dini Melalui Kolase
Media Serutan Pensil. Jurnal Ilmiah POTENSIA, 4(2), 131-140.
doi:https://doi.org/10.33369/jip.4.2.131-140

PENDAHULUAN merupakan salah satu bentuk


Undang-undang nomor 20 tentang penyelenggaraan pendidikan yang menitik
system pendidikan nasional pasal 1 angka beratkan pada pertumbuhan dan
14 menyatakan bahwa, Pendidikan Anak perkembangan fisik motorik (motoric halus
Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan dan motoric kasar) kecerdasan sosial
yang ditujukan kepada anak sejak lahir emosional, kecerrdasan spiritual,
sampai dengan usia enam tahun, yang kecerdasan bahasa dan kecerdasan kognitif.
dilakukan melalui pemberian rangsangan Dalam Kurikulum Taman Kanak-Kanak
pendidikan untuk membantu pertumbuhan (2010) dijelaskan bahwa tujuan taman
dan perkembangan jasmani dan rohani, Kanak-Kanak adalah sebagai berikut:
agar anak memiliki kesiapan dalam (a) Membangun landasan bagi
memasuki pendidikan lebih lanjut. berkembangnya potensi peserta didik agar
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) menjadi manusia beriman dan bertakwa

131
Dwi Nomi Pura dan Asnawati
Jurnal Ilmiah Potensia, 2019, Vol. 4 (2), 131-140
https://ejournal.unib.ac.id/index.php/potensia
e-issn: 2621-2382 p-issn: 2527-9270
kepada Tuhan Yang Maha Esa berahlak Paud Kasih Ibu Kecamatan Talang Empat
mulia berkepribadian luhur, sehat, berilmu, Kabupaten Bengkulu Tengah kurangnya
cakap, kritis, kreatuf, inovatif, mandiri, kemampuan motorik halus anak yaitu pada
percaya diri dan menjadi warga Negara kegiatan kolase hanya anak yang sudah
yang demokratis dan bertanggung jawab. mampu dengan baik mengikuti kegiatan
(b) Menggembangkan potensi pembelajaran yang mengembangkan
kecerdasan spiritual, Intelektual, emosional, kegiatan motorik halus pada kegiatan
kinestetis, dan social peserta didik pada kolase. Dalam kegiatan kolase kurangnya
masa usia emas pertumbuhan dalam kosentrasi, kerapian, ketepatan, dan
lingkungan bermain yang edukatif dan kemandirian anak dalam menempel dengan
menyenangkan. tepat pada pola yang dicontohkan oleh
(c) Membantu peserta didik guru.
mengembangkan berbagai potensi baik Dengan demikian perlu adanya
fisikis dan fisik yang meliputi nilai-nilai pembelajaran yang kreatif dan inovatif dari
agama dan moral, Sosial Emosional, guru misalnya dalam memilih atau
Kemandirian,Kognitif, Bahasa, dan Fisik menentukan strategi pembelajaran,
Motorik untuk siap memasuki pendidikan memilih alat atau media, jenis dan bentuk
dasar. sistem pembelajaran serta alat evaluasi hal
Untuk mewujudkan tujuan tersebut ini dilakukan agar kegiatan yang
dibutuhkan stimulasi yang tepat dalam dilaksanakan lebih menarik dan bias
mengembangkan kemampuan dasar yang membangkitkan rasa ingin tahu anak dan
terdiri dari aspek Fisik, bahasa, Nilai-nilai memotivasi anak untuk berfikir kritis dan
Moral dan Agama, Sosial Emosional dan bisa menentukan hal-hal baru.
Kognitif melalui metode belajar yang Dari penjelasan tersebut peneliti akan
berpariasi, menarik bagi anak. Dan melakukan penelitian kualitatif dengan
lingkungan yang mendukung agar metode deskriptif. Perkembangan motorik
perkembangan kemampuan anak tercapai halus Anak Usia Dini dengan kolase media
secara optimal. serutan pensil. Karna kegiatan kolase
Aspek fisik meliputi pengembangan merupakan salah satu bentuk keegiatan
Motorik halus (fine Motor) dan motorik yang membutuhkan koordinasi antara mata
kasar (gross motor) yang berguna untuk dan tangan (Motorik Halus). Oleh sebab itu
pertumbuhan dan kesehatan anak. peneliti akan melakukan penelitian dengan
Perkembangan motorik halus merupakan judul “Perkembangan Motorik Halus Anak
perkembangan gerakan anak yang Usia Dini Melalui Kolase Media Serutan
menggunakan otot kecil atau sebagian Pensil.
anggota tubuh tertentu yang dipengaruhi METODE PENELITIAN
oleh kesempatan anak untuk belajar dan Metode penelitian yang digunakan
berlatih (Sumartini, 2011). dalam penelitian ini adalah Metode
Motorik halus yang paling utama Deskriptif Kualitatif. Penelitian kualitatif
adalah kemampuan memegang dengan percaya bahwa kebenaran adalah dinamis
tepat yang diperlukan untuk menulis. Dari dan dapat ditemukan hanya melalui
penjelasan diatas betapa pentingnya penelaahan terhadap orang-orang melalui
Motorik halus anak. Akan tetapi dalam interaksinya dengan situasi sosial mereka
praktek sehari-hari terdapat permasalahan (Danim, 2002).
dan perkembangan kemampuan motorik Untuk mendapatkan data yang
halus anak dari pengamatan peneliti diperlukan dalam penelitian ini ada
masalah yang terjadi dalam kelompok anak

132
Dwi Nomi Pura dan Asnawati
Jurnal Ilmiah Potensia, 2019, Vol. 4 (2), 131-140
https://ejournal.unib.ac.id/index.php/potensia
e-issn: 2621-2382 p-issn: 2527-9270
beberapa tehnik yang digunakan antara tingkat pencapaian anak usia lima tahun
lain: sampai enam tahun yaitu; menggambar
a. Metode wawancara, yaitu wawancara sesuai dengan gagasannya ,meniru
yang dilakukan dengan terlebih bentuk,menempel dengan berbagai media,
dahulu pewawancara mempersiapkan salah satunya menempel deagan media
pedoman tertulis tentang apa yang serutan pensil pada kolase sesuai dengan
akan titanyakan kepada informan. pola perkembangan motorik halus
b. Metode observasi partisipan, yaitu melibatkan otot-otot ujung jari dan bagian
mengumpulkan data melalui tubuh lain yang terlibat dalam motorik
pengamatan langsung terhadap halus adalah pergelangan tangan atas atau
aktivitas informan. bagian sendi bahu .Perkembangan motorik
c. Dokumentasi adalah pencarian data halus di PAUD Kasih Ibu dapat di latih dan di
mengenai hal- hal atau variabel yang kembangakan melalui kegiatan seperti
berupa catatan, transkip, buku ,surat bermain puzzle menyusun balok dan kolase
kabar dan sebagainya Arikunto dari berbagai bahan salah satunya adalah
(2002). kolase dari media serutan pensil.
Teknik analisis data dalam penelitian Perkembangan motorik halus ini
ini terdiri dari beberapa tahapan sesuai mempunyai peranan yang penting dalam
dengan metode penelitian yang dilakukan pengembangan seni. Selain itu
melalui wawancara observasi dan perkembangan motorik halus sangat
dokumentasi sebagai berikut (Opet, 2012) penting terutama pada saat anak
1. Mengumpulkan semua data yang didapat memegang pensil atau alat tulis dengan
dari lapangan yang telah disusun oleh baik dan benar. Selain itu juga sebagai
peneliti. kemampuan anak untuk mengamati
2.Melakukan analisis dengan sesuatu dan melakukan gerakan yang
membandingkan dan mencari melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu
hubungan serta menentukan pola dari dan otot kecil serta memerlukan koordinasi
data aslinya. yang tepat. Dalam perkembangan motorik
3.Dari analisis tersebut nantinya akan halus pada anak usia dini, perkembangan
disusun dalam bentuk uraian. motorik kasar yang terlebih dulu
4.Analisis data ini bertujuan untuk berkembang dibandingkan perkembangan
merefleksikan dari tindakan yang motorik halus nya. Hal ini bisa dilihat ketika
telah dilakukan dan akhirnya untuk anak sudah bisa berjalan dengan
menjawab pertanyaan penelitian. menggunakan otot-otot kakinya kemudian
Kemudian menarik kesimpulan anak baru mengontrol tangan dan jari-
berdasarkan analisis yang telah jarinya untuk menulis, menggambar,
dilakukan. menempel atau menggunting.
Penelitian ini dilakukan di PAUD Kasih Motorik halus anak pada umumnya
Ibu Kecamatan Talang Empat Bengkulu memerlukan jangka waktu yang cukup lama
Tengah. Teknik keabsahan data komfirmitas hal ini merupakan suatu proses bagi anak
digunakan sehingga menghasilkan hasil untuk mencapainya, maka pada anak usia
penelitian sesuai dengan keadaan real di dini perlu dilakukan kegiatan untuk
lapangan perkembangan motorik halus anak salah
salah satunya perkembangan motorik halus
HASIL DAN PEMBAHASAN
anak melalui kolase media serutan pensil.
Perkembangan motorik halus di PAUD Perkembangan motorik halus setiap anak
Kasih Ibu, pada pola perkembangan atau berbeda contohnya ada yang berjalan

133
Dwi Nomi Pura dan Asnawati
Jurnal Ilmiah Potensia, 2019, Vol. 4 (2), 131-140
https://ejournal.unib.ac.id/index.php/potensia
e-issn: 2621-2382 p-issn: 2527-9270
dengan cepat ada juga yang sesuai dengan koordinasi sebelum ini di hindarinya,
perkembangannya tergantung pada seperti melompat dengan satu kaki,
kematangan anak. Faktor yang melatar melompat dengan ke dua kaki di
belakangi keterlambatan perkembangan angkat bersamaan dan menjaga
motorik halus anak di PAUD Kasih Ibu : keseimbangan dan dilakukan atau
a. Kurangnya kesempatan untuk berusaha melakukan banyak aktifitas,
melakukan ekplorasi terhadap tentu saja masih diperlukan waktu
lingkungan sejak dini dan pola asuh yang lama sebelum mencapai
orang tua yang cendrung kompetensi total dalam bidang
overprotektif dan kurang dalam bidang ini agar anak lebih giat dari
memberikan fasilitas dan rangsangan sebelumnya. Perbedaan dalam
belajar. kemampuan bergerak pada anak di
b. Tidak memberikan kebebasan pada Paud Kasih Ibu pada usia anak
anak untuk mengerjakan aktifitas prasekolah sangat mencolok anak
sendiri, sehingga anak terbiasa selalu senang mempraktekkan keterampilan
ingin di bantu oleh orang lain dalam fisik baru ini,baik dirumah, kelompok
memenuhi kebutuhannya. Menurut bermain atau ditaman kanak-kanak.
peneliti perkembangan motorik halus Gerakan motorik halus adalah
anak usia dini ini kemampuan yang gerakan yang melibatkan bagian-bagian
berhubungan dengan fisik yang tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh
melibatkan otot-otot kecil, koordinasi otot-otot kecil, menggunakan jari tangan
mata dan tangan. dan pergelangan tangan yang tepat gerakan
c. Motorik halus ini dapat dilatih dan ini membutuhkan koordinasi mata dan
dikembangkan melalui kegiatan dan tangan yang cermat .gerakan motorik halus
rangsangan yang berulang-ulang yang terlihat saat usia taman kanak-kanak
secara rutin ini dapat diterapkan pada antara lain anak mulai menyikat gigi,
permainan puzzle, menyusun balok, menyisir rambut, memakai tali sepatu
mengambar, melipat kertas dan salah sendiri dan sebagainya.perkembangan
satunya menempel kolase serutan motorik halus merupakan proses
pensil. Kecerdasan motorik halus anak
memperoleh keterampilan pola gerakan
berbeda-beda baik dalam hal yang dapat di lakukan anak misalnya dalam
kekuatan maupun ketepatan. perkembangan motorik kasar anak belajar
Perbedaan ini dipengaruhi oleh mengerakan seluruh atau sebagian besar
pembawaan anak dan stimulasi yang anggota tubuh nya, sedangkan dalam
didapatkannya. Salah satunya mempelajari motorik halus anak belajar
lingkungan (orang tua) mempunyai ketepatan koordinasi tangan dan mata anak
pengaruh yang lebih besar dalam juga belajar mengerakan pergelangan
kecerdasan motorik halus anak. tangan agar lentur dan anak belajar
Lingkungan dapat meningkatkan atau berkreasi dan berimjinasi.menurut
menurunkan taraf kecerdasan pada penelitian, semakin baik gerakan motorik
anak .terutama pada masa-masa halus anak sudah membuat anak dapat
pertama kehidupannya. berkreasi seperti menempel media serutan
d. Anak-anak pada usia prasekolah pensil pada kolase gambar buah apel, sayur
mengkonselidasikan dan mengalami bayam, tanaman hias, tetapi tidak semua
kemajuan dalam keterampilan fisik anak memiliki kematangan untuk
yang telah di kembangankannya menguasai kemampuan terhadap yang
tahun–tahun awal tantangan sama. Dalam melakukan gerakan motorik
134
Dwi Nomi Pura dan Asnawati
Jurnal Ilmiah Potensia, 2019, Vol. 4 (2), 131-140
https://ejournal.unib.ac.id/index.php/potensia
e-issn: 2621-2382 p-issn: 2527-9270
halus anak juga memerlukan dukungan b. Kesempatan belajar, banyak yang
keterampilan fisik serta kematangan tidak berkesempatan untuk
mental. mempelajari keterampilan motorik
Menurut peneliti fungsi motorik halus halus karena hidup dalam lingkungan
ini pada dasarnya sudah ada sejak lahir dan yang tidak menyediakan belajar atau
berkembang secara bertahap, kendati karena alasan lain.
faktor bawaan atau hereditas dapat c. kesempatan berpraktek , anak harus
mempengaruhi perkembangan motorik di beri waktu untuk berpraktek
halus, akan tetapi stimulasi jauh lebih sebagai yang di perlukan.
berperan dengan kata lain meski anak dan d. Model yang baik, karena dalam
tidak mengalami gangguan perkembangan mempelajari perkembangan motorik
stimulasi tetap diperlukan untuk lebih halus, Meniru suatu model,
mengasah keterampilan tersebut sehingga menanamkan peran yang penting,
dapat berkembang lebih baik karena maka untuk itu anak harus melihat
motorik halus sendiri di artikan sebagai model yang baik.
kemampuan yang menyatakan kemampuan e. Bimbingan, untuk dapat meniru
fisik dengan melibatkan koordinasi otot– model yang baik ,maka membutuhkan
otot halus artinya tidak hanya lengan yang bimbingan untuk membetulkan
bergerak, kegiatan mencoret pun kesalahan.
melibatkan pergerakan pergelangan tangan f. Motivasi, motivasi belajar penting
dan jari-jari .dengan begitu fleksibel untuk mempertahankan ummat dari
/kelenturan telapak tangan dan jari-jari ketertinggalan .sumber motivasi
secara keseluruhan untuk melakukan umum adalah kepuasan pribadi anak
aktifitas secara keseluruhan untuk dari suatu kegiatan yang sedang ia
melakukan aktifitas yang semakin terlatih lakukan.
,diantaranya menyuapkan sendok berisi Usia lima tahun koordinasi motorik
makanan kedalam mulut ,mengunakan atau halus anak lebih sempurna lagi, tangan,
melepaskan pakaian maupun bermain lengan dan tubuh bergerak dibawah
dengan permainan yang membutuhkan koordinasi mata. Anak juga mampu
koordinasi tangan.
membuat dan melaksanakan kegiatan yang
Kematangan perkembangan motorik lebih majemuk sedangkan pada akhir masa
halus ini nantinya juga akan membantunya kanak-kanak usia enam tahun ia telah
dalam menulis ,lebih baik dan tak cepat belajar bagaimana mengunakan jari jemari
lelah saat harus banyak menyelesaikan tangan dan pergelangan tangannya untuk
tugas sekolah terkait dengan menulis. menggerakan ujung pensil. Motorik halus
Menurut peneliti yang harus diperhatikan bisa dikembangkan dengan cara lain yaitu:
dalam perkembangan motorik halus anak anak menggali pasir dan tanah dan
agar berkembang optimal sesuai dengan sebagainya. Sedangkan kompetensi dasar
perkembangan anak haruslah motorik halus diharapkan dapat
memperhatikan berbagai aspek yaitu: dikembangkan oleh guru saat anak
a. Kesiapan belajar, keterampilan yang memasuki lembaga prasekolah, misalnya
dipelajari dengan waktu dan usaha anak mampu. a). Melakukan aktivitas fisik
yang sama oleh orang yang sudah sap, secara terkoordinasi dalam rangka
hasilnya akan lebih baik jika di kelenturan dan kesiapan untuk menulis,
bandingkan dengan orang yang belum keseimbangan kelincahan dan melatih
siap belajar. keberanian. b). Mengekpresikan diri dan
berkreasi dengan berbagai gagasan dan
135
Dwi Nomi Pura dan Asnawati
Jurnal Ilmiah Potensia, 2019, Vol. 4 (2), 131-140
https://ejournal.unib.ac.id/index.php/potensia
e-issn: 2621-2382 p-issn: 2527-9270
imajinasi dan menggunakan berbagai Experiential Learning adalah Anak belajar
media/bahan menjadi suatu karya seni melalui pengalaman yang dalam hal ini
berupa kolase. mempraktekkan suatu metode ilmiah.
Menurut peneliti tujuan a. Anak sebagai pembelajar,
perkembangan motorik halus yaitu untuk menghadapi pengalaman asli yakni
keterampilan gerak tangan, keterlibatan aktif anak dalam suatu
mengkoordinasikan kecepatan, aktivitas yang menarik bagi mereka.
kecermatan, ketepatan dan keseimbangan. b. Dalam pengalaman ini anak
Tujuan perkembangan motorik halus menemukan berbagai masalah yang
anak usia : a) sebagai untuk pengembangan menstimulus mereka untuk berfikir.
keterampilan gerak kedua tangan. b) anak c. Anak-anak memproses informasi-
dapat menciptakan hasil karya yang orisinil informasi yang ada disekitarnya dan
(asli) dari anak tersebut. c) sebagai alat melakukan serangkaian dugaan untuk
untuk pengembangan koordinasi kecepatan mendapatkan informasi-informasi
tangan dan mata. d) sebagai alat untuk yang diperlukan untuk menyelesaikan
melatih penguasaan emosi (egosentris nya) masalah.
sangat tinggi. d. Anak mengembangkan berbagai
Perkembangan motorik halus pada kemungkinan solusi atau alternatif
anak dapat dilatih dan dikembangkan yang mungkin dapat menyelesaikan
melalui kegiatan seperti bermain puzzle masalah.
menyusun balok dan kolase dari berbagai Melalui perkembangan motorik halus,
bahan salah satunya adalah kolase dari anak belajar dan memperoleh
media serutan pensil. Pada penerapannya pengetahuan. Ini berarti pengetahuan
anak dapat belajar berfikir dengan cara bukanlah wujud informasi yang melekat
terlibat langsung dalam kegiatan pada otomatis pada anak yang diperoleh tanpa
kolase media serutan pensil. Dengan usaha. Pengetahuan merupakan suatu alat
diadakan nya penelitian ini guru dapati untuk menjelaskan masalah. Pengetahuan
menunjukkan cara mengajar anak yang yang diperoleh melalui pengalaman
paling efektif dengan melibatkan dipergunakan sebagai materi untuk
kecenderungan alami mereka untuk belajar menyelesaikan masalah.
melalui permainan. Anak belajar banyak hal Semua ragam permainan yang telah
tentang dunia disekitar mereka dengan disediakan oleh guru semua ragam
bermain. Anak akan memperoleh permainan yang ada pada tiap-tiap sentra
pengetahuan mereka dalam permainan tersebut dapat digunakan anak sebagai
kolase serutan pensil yang mereka lakukan. sumber pengetahuan dan alat untuk
Belajar adalah hak anak maka belajar mencoba belajar menyelesaikan masalah.
haruslah menyenangkan, kondusif dan Contohnya saja dalam kegiatan kolase
meningkatkan anak menjadi termotivasi serutan pensil anak dapat menempel
dan antusias. Memaksa anak untuk belajar dengan rapi dan baik.
sehingga anak merasa tertekan atau Kegiatan kolase dilaksanakan untuk
membiarkan anak tidak mendapat menstimulus perkembangan Motorik Halus
pendidikan yang layak adalah tindakan Anak Usia Dini Kolase Media Serutan Pensil
kekerasan. Paud Kasih Ibu. Potensi kecerdasan anak
Adapun teori yang digunakan dalam akan berkembang secara optimal bila
penelitian ini adalah teori Experiential dikembangkan sejak dini melalui layanan
Learning, teori Kontruktivisme dan Multiple pendidikan yang tepat sesuai dengan
Inteligences. Belajar menurut teori tingkat perkembangan anak. Dari

136
Dwi Nomi Pura dan Asnawati
Jurnal Ilmiah Potensia, 2019, Vol. 4 (2), 131-140
https://ejournal.unib.ac.id/index.php/potensia
e-issn: 2621-2382 p-issn: 2527-9270
pemaparan tersebut terlihat bahwa bukanlah layanan yang bersifat konsultasi
penelitian ini relevan dengan teori belajar pada umumnya.
Experiential Learning teori ini berpendapat Prayitno (2012), mengemukakan
yaitu belajar adalah proses aktif yang bahwa layanan konsultasi sebagai layanan
menuntut peran aktif setiap anak. konseling yang diberikan oleh konselor
Permasalahan terhambatnya terhadap konsulti yang memungkinkan
perkembangan motorik halus subjek An. G konsulti memperoleh wawasan
dan An. Y masih diupayakan oleh guru Paud pemahaman dan cara yang perlu
tetapi belum melibatkan komunikasi dilaksanakan untuk menangani masalah
dengan orang tua. Sehingga guru Paud pihak ketiga. Pihak ketiga yang dimaksud
kesulitan dalam membantu kedua anak dalam hal ini adalah anak yang memiliki
tersebut. Untuk mencapai standar masalah perkembangan motorik halus.
perkembangan motorik halus yang Tekin (2012), menyatakan bahwa
tercantum pada Permendikbud No. 58 konselor perlu berkolaborasi dengan
Tahun 2009 tentang Standar Pendidikan orangtua anak, guru untuk mengatasai
Anak Usia Dini. permasalahan anak. Adanya sinergi antara
Hidayat dan Sari (2013), menyatakan konselor guru, orangtua dan anak
bahwa perlu adanya kerja sama antara guru diharapkan dapat memunculkan sebuah
dengan masyarakat termasuk orangtua solusi untuk menangani masalah
yang bersifat akademik dan non-akademik perkembangan motorik halus anak usia dini.
untuk perkembangan motorik halus pada Metode bimbingan dan konseling lain
anak. Salah satu alternatif kegiatan yang yang dapat dilaksanakan konselor adalah
bias dilaksanakan untuk membantu anak metode bermain. Metode bermain dapat
yang mengalami masalah perkembangan menjadi media layanan bimbingan dan
motorik halus anak usia dini adalah dengan konseling yang menarik bagi anak usia dini
layanan bimbingan dan konseling. Bunu karena karakteristik anak usia dini yang
(2012) menyatakan pendapat bahwa masih senang bermain. Hal ini sesuai
layanan bimbingan konseling perlu dengan penelitian evaluasi yang
diberikan konselor kepada anak terutama dilaksanakan oleh Kholili dan Ristian (2013),
kegiatan layanan prefentif dan menyatakan metode bimbingan dan
pengembangan layanan, bimbingan dan konseling yang diimplementasikan di TK
konseling yang dapat dilaksanakan adalah Islam Surabaya adalah metode semi
konsultasi. Hal ini sesuai dengan penelitian bermain dengan menggunakan media yang
yang dilaksanakan oleh Anggraini dan menarik dan bervariasi. Selain itu Sukiman
Christian (2014) bahwa peran konselor di TK (2013), juga memiliki gagasan bahwa
ABA 31 Wiyung yaitu sebagai konsultan eduplay counseling dapat digunakan
(konsultasi bagi guru atau orangtua anak) sebagai salah satu alternatif upaya
bukan sebagai konselor langsung bagi anak. mengatasi tingkah laku anak pada praktek
Apabila guru Paud tidak bisa menangani Paud. Bimbingan dengan mitode bermain
langsung pelaksanaannya penanganan sering di sebut dengan konsep play therapy
konselor diberikan kepada anak langsung (terapi bermain) .Menurut MC.Mahan
dilakukan secara insidental. Cara dan (1992) bermain adalah perasaan dan
penanganan untuk prilaku percaya diri anak perbuatan spontan dan aktif dimana pikiran
dilakukan dengan cara persuasif dengan perasaan dan perbuatan dapat berkembang
terus menerus mremberikan bimbingan atau gagal atau konsekuensi masalah
tanpa terkesan memberi tekanan. Layanan .Selanjutnya Cattanach (2003)
konsultasi dalam bimbingan dan konseling mendefinisikan flay therapy adalah cara

137
Dwi Nomi Pura dan Asnawati
Jurnal Ilmiah Potensia, 2019, Vol. 4 (2), 131-140
https://ejournal.unib.ac.id/index.php/potensia
e-issn: 2621-2382 p-issn: 2527-9270
membantu masalah anak yang mengalami KESIMPULAN
distres dengan mengunakan permainan Perkembangan motorik halus anak
sebagai komunikasi antara anak dan usia dini bisa ditunjang dengan berbagai
konselor. macam cara. Salah satu cara yang bisa
Pengaruh kolase terhadap mengkonstruksi hal tersebut adalah melalui
perkembangan motorik halus anak di Paud kegiatan membuat kolase dengan
Kasih Ibu dapat di simpulkan bahwa menggunakan media hasil serutan pensil.
pengaruh kolase media serutan pensil Manfaat baik yang diperoleh anak jika
berpengaruh signifikan pada perkembangan mengikuti kegiatan membuat kolase ini
motorik halus anak ,hal ini dapat di lihat adalah anak dapat melatih motorik halus,
dari pengamatan yang di lakukan oleh dapat mengembangkan kreatifitas, bisa
peneliti dalam kegiatan pembelajaran melatih konsentrasi, bisa mengenal konsep
dengan mengunakan kolase media serutan warna, pola dan bentuk, bisa melatih
pensil ,ketika mengunakan media kolase ketekunan dan kepercayaan diri. Selain itu
serutan pensil hasil nya sangat berbeda juga bisa melatih kesabaran dan emosionall
karena dengan bermain kolase serutan pada anak.
pensil anak dapat terlibat langsung dalam Saran
membentuk , dan anak juga mampu Saran yang bisa dilakukan sebagai
berekplorasi sesuai dengan imajinasinya . tindak lanjut dari artikel hasil penelitian ini
Sehingga motori khalus anak berkembang adalah
secara optimal sesuai . dengan tahap 1. Pada saat kegiatan membuat kolase
perkembangan anak.dan juga dapat berlangsung Anak dibiarkan untuk
membimbing anak memiliki konsentrasi berkreasi sesuai dengan kemampuan
yang baik sangat penting agar anak dapat yang mereka miliki.
mengikuti proses pembelajaran di sekolah 2. Pola yang diberikan kepada anak pun
.juga melatih keberanian anak. hendak lebih menarik dan berukuran
Kelemahan pada kegiatan kolase besar sehingga anak lebih mudah
media serutan pensil dari 13 orang anak untuk mengisi ruang yang ada atau di
terdapat 2 orang anak yang perkembangan sesuai kan dengan usia anak.
motorik halus nya terhambat yaitu : subjek
3. Dalam melakukan kegiatan kolase
An G dan An Y , kedua anak tersebut masih media yang digunakan lebih menarik
belum berkembangan di karenakan anak ini seperti serutan pensil supaya anak
tidak mandiri , dan selalu mau mendapat tidak bosan dan anak lebih kreatif.
perhatian yang lebih dari guru dan teman – 4. Berikan waktu yang cukup kepada
teman nya , serta pada kegiatan kolase anak dalam melakukan kegiatan
serutan pensil selalu ingin di bimbimng ,dan kolase, serta pengawasan kepada
selalu di ingatkan setiap melakukan anak boleh guru pendamping.
kegiatan. 5. Selalu memberikan reward atau
Untuk mengatasi terhambatnya penghargaan kepada anak agar anak
perkermbangan dari kedua anak tersebut lebih termotivasi lagi dalam
agar perkembangan motorik halus anak melaksanakan kegiatan yang
berkembang optimal dan sesuai dengan diberikan oleh guru.
perkembangannya maka peneliti
menemukan solusi nya dengan memberikan DAFTAR PUSTAKA
bimbingan dan konseling pada kedua anak Arikunto, (2002). Prosedur Suatu Penelitian
tersebut.dan untuk yang sudah baik di Pendekatan Praktek. Jakarta: PT.
kompirmasikan dengan teori belajar. Rineka Cipta.

138
Dwi Nomi Pura dan Asnawati
Jurnal Ilmiah Potensia, 2019, Vol. 4 (2), 131-140
https://ejournal.unib.ac.id/index.php/potensia
e-issn: 2621-2382 p-issn: 2527-9270
Development on Early Childhood
Azhar, A. (2009). Media Pembelajaran. Based on National Education
Jakarta: PT. Grafindo Persada. Standard. In Proceedings of the
International Conference on
Danim, S. (2002). Penelitian Kualitatif dan Educational Sciences and Teacher
Kuantitatif. Remaja Rosda Karya Profession (ICETeP 2018) (pp. 351–
354). Paris, France: Atlantis Press.
Dayton & Kem, (1998). Media Pembelajaran. https://doi.org/10.2991/icetep-
Jakarta: PT. Grafindo Persada 18.2019.82

Depdiknas, (2005). Pedoman pembelajaran di Lagerlöf, P., Wallerstedt, C., & Pramling, N.
Taman Kanak-kanak. Jakarta: Dirjen (2013). Engaging children’s
Pendidikan Dasar dan menengah. participation in and around a new
music technology through playful
Depdikbud, (2003). Kamus Besar Bahasa framing. International Journal of
Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Early Years Education, 21(4), 325–
335.
Dinar, P. W. 2007. Psikologi Anak Usia Dini. https://doi.org/10.1080/09669760.201
Surakarta : PT. Indeks 3.867170

Gerlach dkk, (1971). Instructional Media Gusril & Toho, (2004). Perkembangan
Technology for Learning. Jakarta: PT. Motorik Anak-anak. Jakarta: PT.
Grafindo Jakarta. Indeks.

Gozansky, Y. (2017). From pupils to Margono, (2009). Metode penelitian


consumers: the transformation of the Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
concept of childhood in Israeli
children’s television. Journal of Marsh, J. A. (2006). Emergent media literacy:
Children and Media, 11(1), 36–52. Digital animation in early childhood.
https://doi.org/10.1080/17482798.201 Language and Education, 20(6), 493–
6.1203809 506. https://doi.org/10.2167/le660.0

Green, M., Mcneese, M. N., & Mississippi, S. Moleong, L. J. (2008). Metodelogi Penelitian
(2007). Using edutainment software to Klualitatif. Bandung Remaja Rosda
enhance online learning. International Karya
Journal on E-Learning, 6, 5–16.
Retrieved from Novitasari, R., Nasirun, M., & D., D. (2019).
http://www.editlib.org/p/6317/ MENINGKATKAN KEMAMPUAN
MOTORIK KASAR ANAK
Haenilah, E. Y. (2015). Kurikulum dan MELALUI BERMAIN DENGAN
pembelajaran PAUD. Yogyakarta: MEDIA HULAHOOP PADA ANAK
Media Akademi. KELOMPOK B PAUD AL-
SYAFAQOH KABUPATEN
Kemmis, S., McTaggart, R., & Nixon, R. REJANG LEBONG. Jurnal Ilmiah
(2013). The Action Research Planner: POTENSIA, 4(1), 6–12.
Doing Critical Participatory Action https://doi.org/10.33369/jip.4.1.6-12
Research. Berlin: Springer Science &
Business Media. Pangastuty, A. G., Cahyana, U., & Purwanto,
Kurniah, N., Andreswari, D., & Kusumah, R. A. (2017). PENGEMBANGAN
G. T. (2019). Achievement of MEDIA LECTUREMAKER

139
Dwi Nomi Pura dan Asnawati
Jurnal Ilmiah Potensia, 2019, Vol. 4 (2), 131-140
https://ejournal.unib.ac.id/index.php/potensia
e-issn: 2621-2382 p-issn: 2527-9270
DALAM PEMBELAJARAN KIMIA Taman Kanak-Kanak. Jakrta :
SMA POKOK BAHASAN IKATAN Depdiknas
KIMIA MELALUI PENERAPAN
PROFESSIONAL LEARNING Suyadi, (2010). Psikologi Belajar PAUD.
COMMUNITY. JRPK: Jurnal Riset Yogyakarta : PT. Pusaka Insani
Pendidikan Kimia.
https://doi.org/10.21009/jrpk.031.04 Wati, K. I., Saparahayuningsih, S., &
Yulidesni, Y. (2017). Meningkatan
Putri, S. D., & Citra, D. E. (2019). Keterampilan Motorik Halus Anak
PROBLEMATIKA GURU DALAM Melalui Kegiatan Pembelajaran
MENGGUNAKAN MEDIA Membatik Menggunakan Media
PEMBELAJARAN PADA MATA Tepung Pada Anak Kelompok B
PELAJARAN IPS DI MADRASAH PAUD Aisyiyah III Kota Bengkulu.
IBTIDAIYAH DARUSSALAM Jurnal Ilmiah POTENSIA, 2(2), 91–
KOTA BENGKULU. IJSSE : 94. https://doi.org/10.33369/jip.2.2
Indonesian Journal of Social Science
Education, 1(1), 49–54. Retrieved Wenno, I. H. (2008). Strategi Belajar
from Mengajar Sains Berbasis Kontekstual.
http://ejournal.iainbengkulu.ac.id/inde Yogyakarta: Inti Media.
x.php/ijsse/article/view/49-54
Xie, X., Gai, X., & Zhou, Y. (2019). A meta-
Rantina, S., (2008). Master Kolase. Klaten: analysis of media literacy
PT. Cemerlang Indonesia interventions for deviant behaviors.
Computers & Education, 139, 146–
Rudyanto & Saputra, Y. M., (2005). 156.
Pembelajaran kooperatif https://doi.org/10.1016/j.compedu.201
meningkatkan keterampilan anak 9.05.008

140
Dwi Nomi Pura dan Asnawati

Anda mungkin juga menyukai