Tesis Ari Susiani PDF
Tesis Ari Susiani PDF
TESIS
Oleh
ARI SUSIANI
NPM: 2011980003
TESIS
Oleh
ARI SUSIANI
NPM: 2011980003
Dengan ini menyatakan bahwa tesis ini adalah hasil karya sendiri yang merupakan
hasil penelitian, pengolahan dan analisis saya sendiri, serta bukan merupakan
replikasi maupun saduran dari hasil penelitian orang lain
Apabila terbukti tesis ini merupakan plagiat atau replikasi maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Universitas Muhammadiyah Jakarta.
Demikian pernyataan ini dibuat dengan segala akibat yang ditimbulkan menjadi
tanggung jawab saya
Ari Susiani
iii
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PROGRAM MAGISTER ILMU KEPERAWATAN
PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
Efektifitas Pursed-Lips Breathing dan Tiup Balon terhadap Peningkatan Arus Puncak
Ekspirasi pada Pasien PPOK di Ruang Perawatan Penyakit Dalam RSUD Koja
Tahun 2013
ABSTRAK
Penyakit Paru Obstruksi Kronik merupakan suatu penyakit paru yang berlangsung
lama ditandai dengan peningkatan resistensi terhadap aliran udara,air trapping, dan
hiperinflasi paru, dengan keadaan tersebut menyebabkan terjadinya penurunan pada
arus puncak ekspirasi. Pursed lips breathing dapat memperbaiki kelenturan rongga
dada serta diafragma dan melatih otot-otot ekspirasi untuk memperpanjang ekshalasi
Penelitian ini bertujuan menganalisis efektifitas pursed-lips breathing dan Tiup
Balon terhadap Peningkatan Arus Puncak Ekspirasi pada Pasien PPOK di Ruang
Perawatan Penyakit Dalam RSUD Koja Tahun 2013. Desain dalam penelitian ini
adalah kuasi eksperimen, dengan one group time series pre-post test design. Jumlah
responden 19 pasien PPOK. Variabel independent adalah tindakan pursed-lips
breathing saja, serta pursed - lips breathing dan tiup balon , variabel dependent
adalah kenaikan nilai arus puncak ekspirasi. Analisa bivariat menggunakan uji T-
paired diferent test. Hasil penelitian, rata-rata nilai arus puncak ekspirasi PPOK
berbeda bermakna antara sebelum dan sesudah intervensi pursed-lips breathing dan
tiup balon (P=0,000). Terdapat hubungan yang signifikan antara usia dengan
peningkatan arus puncak ekspirasi. Tidak ada hubungan antara tinggi badan dengan
peningkatan arus puncak ekspirasi (P=0,326). Jenis kelamin tidak berhubungan
terhadap peningkatan arus puncak ekspirasi (P= 0,827). Rekomendasi hasil penelitian
ini adalah pursed-lips breathing dan tiup balon dapat diterapkan oleh perawat pada
pasien PPOK sehingga dapat meningkatkan arus puncak ekspirasi.
iv
UNIVERSITY OF MUHAMMADIYAH
MASTER OF SCIENCE NURSING PROGRAM
GRADUATED PROGRAMS UNIVERSITY OF MUHAMMADIYAH JAKARTA
Pursed - Lips Breathing effectiveness and Balloon Blow to increase peak expiratory
flow in patients with COPD in Disease Treatment Room RSUD Koja Hospital in
2013
ABSTRACT
Bibliography : 31 (1999-2013)
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
Peningkatan Arus Puncak Ekspirasi Pada Pasien PPOK di Ruang Perawatan Penyakit
Dalam RSUD Koja Tahun 2013”. Laporan hasil penelitian ini disusun sebagai
salah satu persyaratan untuk menyelesaikan tahap akademik pada Program Magister
Penyusunan penelitian ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan serta arahan dari
banyak pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis dengan tulus ikhlas
2. Ns. Yani Sofiani, M.Kep.,Sp KMB, sebagai Sekretaris Prodi Program Magister
meluangkan waktu, memberikan masukan dengan secara teliti, serta arahan dalam
vi
4. Ns. Diana Irawati, M.Kep., Sp.KMB, sebagai penguji III yang telah memberikan
5. Ns. Welas Riyanto, M.Kep., Sp.KMB, sebagai penguji IV yang telah meluangkan
7. Miciko Umeda, SKp, M.Biomed selaku koordinator mata ajar tesis yang telah
8. Dr. Togi Asman Sinaga, M.Kes selaku Direktur RSUD Koja, yang telah
9. Ns. Lusinda, S.Kep, selaku kepala ruangan dan staf karyawan lantai 6 blok B
RSUD Koja yang telah memberikan ijin dan membantu dalam pelaksanaan
penelitan.
10. Seluruh dosen dan staf karyawan Program Studi Magister Keperawatan Sekolah
Harum Jakarta dan staf, yang telah memberikan doa, kasih tulusnya, dan
orang-orang tercinta yang telah memberikan dukungan, doa serta material yang
13. Sobat S2 keperawatan Medikal Bedah UMJ (WES) atas kekompakanya, bantuan
dan yang telah banyak memberikan dukungan, motivasi serta doa yang tak
vii
14. Rekan-rekan mahasiswa bimbingan ibu Ns. Yani Sofiani, M.Kep, Sp. KMB dan
bapak DR. Rohadi Haryanto, MSc, serta seluruh angkatan I/2011 Program
16. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu telah ikut berperan serta
Peneliti menyadari penyusunan hasil penelitian ini masih jauh dari sempurna,
Semoga Alloh SWT memberikan balasan atas semua kebaikan yang telah
bapak/ibu/saudara berikan.
Ari susiani
viii
DAFTAR TABEL
ix
T test sebelum dan sesudah latihan pursed lips breathing
Dan tiup balon Pada pasien (laki-laki) PPOK
Di ruang penyakit dalam RSUD Koja .............................. 89
Tabel 5.13 Hasil pengukuran mean APE sebelum dan sesudah
Pursed lips breathing pada responden (perempuan)
Pasien PPOK di ruang rawat penyakit dalam
RSUD Koja .................................................................. 91
Tabel 5.14 Hasil pengukuran APE sebelum dan sesudah pursed
Lips breathing pada responden (laki-laki) pasien PPOK
Di ruang rawat penyakit dalam RSUD Koja .................... 92
Tabel 5.15 Rata-rata kenaikan APE sebelum dan sesudah
Latihan pursed lips breathing antara laki-laki
Perempuan pasien PPOK di ruang penyakit
Dalam RSUD Koja ....................................................... 92
Tabel 5.16 Hasil pengukuran mean APE sebelum dan sesudah
pursed lips breathing dan tiup balon pada
responden (perempuan) PPOK di ruang rawat penyakit
dalam RSUD Koja ........................................................ 94
Tabel 5.17 Hasil pengukuran mean APE sebelum dan sesudah
pursed lips breathing dan tiup balon pada
responden (laki-laki) PPOK di ruang rawat penyakit
dalam RSUD Koja ......................................................... 95
Tabel 5.18 Rata-rata kenaikan APE sebelum dan sesudah
Latihan pursed lips breathing dan tiup balon antara
laki-laki Perempuan pasien PPOK di ruang penyakit
Dalam RSUD Koja .................................................. ........ 97
Tabel 5.19 Usia dan tinggi badan responden perempuan dengan
Dengan kenaikan APE sebelum dan sesudah latihan
Pursed lips breathing di ruang penyakit dalam
RSUD Koja .................................................................. 97
Tabel 5.20 Usia dan tinggi badan responden laki-laki
Dengan kenaikan APE sebelum dan sesudah latihan
Pursed lips breathing di ruang penyakit dalam
RSUD Koja .................................................................. 98
x
DAFTAR SKEMA
xii
DAFTAR LAMPIRAN
xiii
BIODATA
xiv
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
xv
BAB IV : METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian ................................................................ 57
B. Populasi dan sampel ................................................................ 58
C. Tempat Penelitian ................................................................ 60
D. Waktu Penelitian ................................................................ 61
E. Etika Penelitian ................................................................ 61
F. Alat pengumpul data dan Prosedur penelitian ...................................... 62
G. Prosedur Pengumpul Data ............................................................... 63
H. Validitas dan Reabilitas instrumen ................................................... 65
I. Pengolahan data ................................................................ 66
J. Rencana Analisa Data ................................................................ 67
BAB VI : PEMBAHASAN
A. Interpretasi dan diskusi hasil .................................................... 100
B. Keterbatasan Penelitian ................................................................ 110
C. Implikasi Hasil penelitian ................................................................ 110
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
secara sempurna memerlukan fungsi paru yang baik dari saluran sistem
dada. Proses oksigenisasi mengalami ganguan jika fungsi dari saluran sistem
PPOK merupakan salah satu dari kelompok penyakit tidak menular yang
oleh meningkatnya usia harapan hidup dan semakin tingginya pajanan faktor
muda , serta pencemaran udara didalam ruangan maupun diluar ruangan dan
ditenpat kerja.
1
2
berusia antara 45-60 tahun, dan ± 4% masyarakat berusia lebih dari 60 tahun
menderita PPOK yang dapat menyebabakan kematian sebesar lebih dari 2,75
Asia Pasifik diperkirakan mencapai 56,6 juta pasien dengan angka prevalensi
6,3 % dan merupakan penyebab kematian keempat di dunia (The Asia Pasifik
udara didalam saluran napas yang tidak reversibel. Gangguan ini bersifat
progresif dan disebabkan karena inflamasi kronik akibat pajanan partikel atau
gas beracun yang terjadi dalam waktu lama (PDPI, 2010). Menurut GOLD
variasi kombinasi dari kelainan saluran nafas dan parenkim. Adanya gejala
kemampuan usaha bernafas untuk memenuhi volume tidal (Smeltzer & Bare,
kelelahan otot diagfragma. Hal ini karena terjadi penurunan aktivitas sistem
psikososial.
4
Pasien PPOK yang tidak segera ditangani akan mengalami gagal pernapasan
menjadi hipoksemia (Price & Wilson, 2002). Bila terjadi obstruksi berat,
expiration volumein 1 second (FEV1) dan rasio FEV1 / FVC yang abnormal,
dan terjadi penurunan arus puncak ekspirasi (APE) (Black & Hawk, 2005).
energi yang sesuai dengan kebutuhan untuk perbaikan kerusakan sel paru.
Jenis diet yang dibutuhkan adalah tinggi protein rendah karbohidrat oleh
karena itu pasien PPOK yang dirawat di RSUD Koja jakarta mendapatkan
membantu pergerakan dada. Otot-otot ini tidak dapat digunakan dalam jangka
waktu lama sehingga fungsi ventilasi paru mengalami penurunan (Black &
ventilasi paru pasien selama istirahat dan aktivitas, sangat dibutuhkan pada
Latihan pernapasan yang dilakukan dalam satu minggu akan terjadi efek
positif pada pasien PPOK (Spengler et al, 2005). Bila latihan ini dilakukan
selama 20-30 menit dalam sehari dapat meningkatkan efek maksimal (Lewis,
Driksen, & Heitkemper, 2000). Melakukan latihan ini secara teratur setiap
baik sebelumnya dilakukan teknik relaksasi otot , karena pada pasien yang
dapat dicapai saat ekspirasi paksa dalam waktu tertentu dapat dilakukan
dapat menyebabkan timbulnya sesak nafas. Selain itu pasien PPOK yang
dirawat di rumah sakit jarang diajarkan tentang cara dan manfaat latihan
frekuensi pernapasan.
RSUD Koja bulan April 2013, latihan pernapasan diruangan secara khusus
belum diajarkan dan hanya dilakukan saat pasien akan dilakukan spirometri
RSUD Koja merupakan rumah sakit umum daerah yang berlokasi didaerah
Jakarta Utara dengan angka rawat inap pasien PPOK pada tahun 2012 yaitu
120 pasien, dilihat dari angka rawat inap yang cukup tinggi hal ini dapat
7
disebabkan dari penyebab PPOK seperti: debu dan polusi udara , dimana
berdekatan dengan Pelabuhan barang Tanjung Priok pada saat ini sedang
buang yang banyak dan pekat. Gas buang dari kendaraan tersebut
pembuangan gas dari kendaraan bermotor inilah faktor risiko terbesar yang
Tiup Balon Terhadap Peningkatan Arus Puncak Ekspirasi Pada Pasien PPOK
B. Rumusan Masalah
penurunan fungsi ventilasi paru yang dapat dilihat dari hasil pemeriksaan
yang pada setiap pasien PPOK dipengaruhi oleh jenis kelamin, usia, tinggi
balon pernah dilakukan pada pasien asma di RSUD Banyumas (2006) dan
dengan tiup balon dalam meningkatkan ventilasi paru pada pasien asma yang
biayanya murah, bahkan pada pasien yang tidak mampu turun dari tempat
tidurpun dapat dilakukan. Akan tetapi banyak pasien PPOK yang belum
melakukan latihan ini secara rutin. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian
penelitian ini adalah “Apakah pursed-lips breathing dan tiup balon efektif
dalam meningkatkan arus puncak ekspirasi pada pasien PPOK yang dirawat
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
9
breathing dan tiup balon terhadap puncak arus ekspirasi pada pasien
2. Tujuan Khusus
lips breathing dan tiup balon masing-masing tahap pada pasien PPOK
tahap I sampai tahap III setelah latihan pada pasien PPOK dirawat
D. Manfaat Penelitian
dan pasien PPOK dapat mengalami perbaikan yang sangat berarti selama
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai data dasar dalam
bronkhodilator .
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini peneliti akan menguraikan beberapa konsep, teori, dan hasil
penelitian yang telah dilakukan, yang berkaitan dengan PPOK, fungsi ventilasi
1. Pengertian PPOK
dikenal dengan PPOK adalah bronkitis kronis, emfisema paru dan asma
11
12
cabang trakeabronkial terhadap berbagai jenis rangsangan. Keadaan ini
beberapa hal yang dapat dicegah dan diobati, dimana beberapa efek
partikel berbahaya.
saat aktivitas dan penurunan aliran masuk dan keluar udara paru. Unsur
patofisiologi yang utama pada PPOK adalah gangguan aliran udara yang
sebagai keadaan klinik dengan nilai APE menurun dan rasio FEV 1/FVC
oleh overekstensi ruang udara dalam paru (Brunner & Suddarth, 2002).
dapat terjadi dalam rentang lebih dari 20 sampai 30 tahunan. PPOK juga
ditemukan pada individu yang tidak mempunyai enzim yang normal guna
2. Klasifikasi PPOK
Black dan Hawk, (2005), Medical surgical nursing , (ed 7th), St. Louis:
Elsevier,PDPI, (2003), PPOK Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan
di Indonesia , Jakarta .
sebagai berikut :
Tabel 2.2
Tahap Keterangan
failure
(2006)
Tabel 2.3
Tahap Keterangan
80%
Sputum produktif
FEV1/FVC<0,70;50%≤
FEV1<80%
Batuk kronis
Sputum produktif
FEV1/FVC<0,70;30%≤
FEV1<50%
Batuk kronis
17
Sputum produktif
Eksaserbasi berulang
sangat buruk
FEV1/FVC<0,70;30%≤
nafas kronis
mmHg
Batuk kronis
Sputum produktif
Eksaserbasi berulang
jantung
Mengancam nyawa
(2006)
18
beban ekonomi dan sosial yang akan terus meningkat. PPOK telah
a. Genetik
paru atau lebih cepat timbul bila pasien tersebut merokok. Gen
b. Partikel
1) Asap tembakau
Workman, 2006)
20
2013)
lahir dan fungsi paru yang akan berdampak pada saat seseorang
d. Stress Oksidasi
yang berasal dari endogen (sel fagosit dan jenis lainnya) ataupun
e. Jenis Kelamin
prevalensi dan kematian pada PPOK lebih besar terjadi pada laki
(GOLD, 2013)
f. Infeksi
GOLD, 2013)
h. Nutrisi
(GOLD, 2013)
i. Komorbiditas
4. Patofisiologi
a. Bronkitis Kronik
b. Emfisema paru
timbulnya gejala.
berlari dan naik tangga yang dapat dihindari, tetapi ketika fungsi
& Wilson, 2006). Biasanya dispnea akan timbul antara usia 30-40
tahun dan semakin lama semakin berat. Pada penyakit yang sudah
lanjut, pasien kehabisan napas sehingga tidak lagi dapat makan dan
Wilson, 2006) .
Tanda dan gejala spesifik yang sering dialami pada pasien PPOK
dijumpai pada pasien PPOK ringan yang lebih spesifik pasien asma
atau PPOK berat atau sangat berat. Sesak dada dapat disebabkan
6. Komplikasi
b. Atelektasis
c. Pneumonia
d. Pneumotoraks
Hal ini terjadi karena adanya udara dalam rongga pleura akibat
e. Hipertensi Paru
f. Penatalaksanaan PPOK
Bare, 2006).
rehabilitation, 2011)
disease/treatment/pulmonary-rehabilitation).
berikut :
1) Latihan
kemampuan pasien
2) Pendidikan
3) Manajemen Emosi
4) Nutrisi
5) Breathing retraining
pulmonary-disease/treatment/pulmonary-rehabilitation/).
dianggap terdiri dari beberapa aspek: (1) difusi gas-gas antara alveolus
dan kapiler paru-paru (respirasi eksterna) dan antara darah sistemik dan
reaksi kimia dan fisik dari oksigen dan karbon dioksida dengan darah
yang diperlukan untuk mengangkut gas dari paru ke sel-sel tubuh (Price
rongga dada dan elevasi dan depresi iga-iga untuk meningkatkan dan
Udara bergerak masuk dan keluar paru-paru karena ada selisish tekanan
yang terdapat antara atmosfer dan alveolus akibat kerja mekanik dari
dengan kuat pada waktu ekspirasi kuat dan aktif, batuk, muntah, atau
normal inhalasi berlangsung satu sampai dua detik, diikuti oleh ekhalasi
yang sedikit lebih lama (dua sampai tiga detik), yang menghasilkan
pergerakan uadara masuk dan keluar dari paru-paru disebut ventilasi, dan
42
Dinding ini terdiri dari ; jaringan dinding toraks, diafragma, isi abdomen
volume paru-paru dan dinding toraks selama inspirasi (Guyton & Hall,
dari neuron dan reseptor pada paru-paru dan medula oblongata. Faktor
Hall, 2001).
Paru-paru terus menerus mempunyai kecenderungan elastik untuk
Aliran udara yang masuk dan keluar paru-paru memberikan ukuran yang
nyata berupa volume paru-paru. Uji fungsi ventilasi paru ini dibagi dalam
dua kategori yaitu; uji yang berhubungan dengan volume paru dan
dinding dada, serta uji yang berhubungan denga pertukaran gas. Uji
badan adalah variabel lain yang harus dipertimbangkan bila hasil tes
orang yang tidak melakukan latihan. Hal ini disebabkan karena dengan
Menurut Guyton & Hall (2001), laki-laki fungsi ventilasi parunya lebih
compliance paru telah terlatih. Demikian pula dengan tinggi badan dan
berat badan, seseorang yang tubuhnya tinggi besar maka fungsi ventilasi
kecil pendek.
Alat yang digunakan untuk pengukuran tes fungsi ventilasi paru adalah
adalah suatu metode pengukuran volume udara yang keluar dan masuk
kooperatif pasien, selain itu alat spirometri dilihat dari harganya terlalu
mahal dan cukup berat untuk dibawa , sebagai alternatif dapat dilakukan
(PEF Meter) atau Peak Ekspiratory Flow Rate (PEFR) dapat digunakan
apapun. Alat ini dapat juga digunakan pasien dirumah sehari-hari, untuk
44
memantau kondisi PPOK yang dideritanya. Pemeriksaan dengan
menggunakan alat ini akan diperoleh nilai arus puncak ekspirasi (APE)
pengukuran jumlah udara yang dapat dicapai pada saat ekspirasi paksa
Mendapatkan nilai dasar APE pada pasien asma dan PPOK dalam
Mendapatkan variasi harian arus udara pada saluran napas pasien dan
tidak ada. Tetapi secara relatif pada kondis-kondisi ini tidak boleh
Hasil pemeriksaan ini adalah nilai arus puncak ekspirasi (APE) yang
Prosedur pemeriksaan ini menurut PDPI (2006) dan Perry dan Potter
2) Jika mungkin pasien berdiri tegak lurus, jika tidak bisa duduk
c. Prosedur pengukuran
mungkin.
merupakan teknik pertama yang diajarkan pada pasien dan biasanya paling
jalan napas yang kolap selama ekshalasi. Proses ini membatu menurunkan
(Bach, 1997).
demikian mengurangi jumlah tahanan dan jebakan udara. Latihan ini juga
meningkat 10%.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Natalia, Saryono, dan Dina (2006)
melakukan pursed lips breathing efektif dan tiup balon efektif untuk
udara secara perlahanlahan lebih dari 4-6 detik melalui bibir yang
dirapatkan / dikerutkan seperti orang bersiul atau posisi mencium. Hal ini
yang dapat mengurangi sesak napas pasien atau napas cepat. Pasien harus
yakin jika sesak napas akan berkurang setelah melakukan teknik ini.
udara kecil, meniup lilin, tetapi tidak memadamkan lilin tersebut, dan secara
terus menerus meniup bola tenis meja menyeberangi meja. Pursed lips
napas yang lebih baik dari napas sebelumnya yaitu, pernapasan cepat dan
volume ekspirasi paksa atau Forced expiration Volume (FEV1) dan arus
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Tuti (2009) di poli klinik Asthma
pada anak, hasil uji statistik yang diperoleh p value < 0,05 dengan nilai (η)
> 0,14 kesimpulan bahwa ada pengaruh yang kuat antara terapi aktivitas
bermain meniup balon terhadap perubahan fungsi paru anak pra sekolah
dengan asthma.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Natalia, Saryono, dan Dina (2006)
melakukan pursed lips breathing efektif dan tiup balon efektif untuk
Alat yang digunakan berupa balon yang masih kempis. Adapun caranya
dan ekhalasi lambat melalui mulut, mulut dimonyongkan atau mencucu dan
Faktor internal :
Rehabilitasi pulmonal pada pasien Umur
PPOK:
Jenis kelamin
Nutrisi Tinggi badan
Breathing retraining Berat badan
Terapi aktivitas tiup balon Faktor eksternal : latihan
Olahraga (exercise) dan penyakit
(2005).
BAB III
DEFINISI OPERASIONAL
Bab ini akan menggambarkan tentang kerangka konsep penelitian yang akan
(Arikunto,2000).
A. Kerangka Konsep
breathing dan tiup balon terhadap peningkatan arus puncak ekspirasi paru
pada pasien PPOK yang dirawat diruang penyakit dalam di RSUD Koja.
dilakukan dan memberikan landasan kuat terhadap topik yang dipilih sesuai
52
53
Hubungan antara variabel-variabel dalam penelitian ini dapat kita lihat pada
skema 3.1.
Pursed lips
breathing dan tiup
balon pada pasien
PPOK
Variabel Confounding
B. Hipotesis
Rumusan hipotesis mayor dan minor dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
54
1. Hipotesis Mayor
RSUD Koja.
2. Hipotesis Minor
C. Definisi
1. Definisi Operasional
Dependen
Independen
mencucut/dirapatkan pursed-lips
selama 3x
dipandu oleh
peneliti
pursed-lips balon
breathing , yaitu
mencucu dan
dikerutkan sehingga
balon mengembang
Confounding
:
56
berupa
perempuan
atau laki-laki
keadaan berdiri
tegak
BAB IV
METODE PENELITIAN
Pada bab ini akan membahas tentang rancangan penelitian, populasi dan sampel,
A. Desain Penelitian
akibat antar variabel (Polit & Hungler, 2006). Rancangan penelitian yang
atau ditest dahulu (pretest) selanjutnya perlakuan kelompok studi diukur atau
ditest kembali (postest). Dalam penelitian ini tidak dilakukan randomisasi dan
X2 - X4 = X5
Keterangan :
57
58
dan nilai dari hasil sesudah tindakan pursed-lips breathing dan tiup
balon
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/ subjek yang
pasien PPOK yang menjalani rawat inap ruang penyakit dalam di RSUD
Kriteria inklusi :
paru
2. Sampel
sendiri.
n = N.Z2 p.q
d (N-1)+ Z.p.q
= 20 (1,96)2 .0,5.0,5
= 16,9
= 17 responden
Keterangan :
N = Jumlah populasi
untuk mengantisipasi kemungkinan subyek dan sampel yang terpilih drop out
n’ = n
(1- f)
keterangan :
maka besar sampel dalam penelitian ini adalah n’ = 17/ (1-0,1) = 19 orang
61
C. Tempat penelitian
Jakarta Utara. Pemilihan tempat ini karena rumah sakit ini merupakan rumah
D. Waktu Penelitian
1. Persiapan penelitian, dimulai dari bulan Maret sampai dengan Juni 2013
2013
E. Etika Penelitian
kebebasan untuk menentukan pilihan bersedia atau tidak turut serta dalam
hanya inisial dan pada saat pengisian dengan menggunakan nomer responden.
responden, baik fisik maupun psikis. Apabila responden merasa tidak aman
yang mungkin muncul pada responden dalam penelitian ini adalah sesak
napas dan kelelahan, jika latihan dilakukan terlalu lama. Cara mengatasi
resiko ini adalah latihan dilakukan selama 15 menit, dan dihentikan bila
sendiri.
a. Timer / Penggaris
63
ditiup.
b. Balon
flow meter (PEF meter), yaitu suatu metode pengukuran volume udara
d. Lembar Observasi
yaitu, nama (inisial), usia, jenis kelamin dan hasil pengukuran APE
tindakan.
64
G. Prosedur Pengumpulan Data
1. Tahap persiapan
a. Persiapan instrumen
detik dengan tiupan berulang, terapi ini dilakukan 3 siklus yaitu 3 kali
lembar observasi. Terapi ini dilakukan satu kali pada saat pagi hari
b. Persiapan administrasi
dijadikan responden
3) Meminta responden yang telah dipilih, untuk bersedia menjadi
Validitas adalah kesahihan, alat ukur dikatakan sahih atau valid bila alat ukur
sedikit. Bila berkali-kali untuk mengukur bedanya banyak, maka alat ukur
tersebut tidak reliabel. Penelitian ini untuk mengurangi random error dan
pengukuran.
Validitas yang dicapai dalam penelitian ini menggunakan alat ukur yang
sesuai dengan apa yang diukur, seperti; pengukuran arus puncak ekspirasi
67
(APE) diukur menggunakan PEF meter yang diproduksi oleh Samsung, dan
dilakukan kalibrasi. Selain itu dibuat prosedur pursed-lips breathing dan tiup
I. Pengolahan data
Data yang telah terkumpul sebelum dianalisis, terebih dahulu dilakukan hal-
1. Editing data
Eding data , pada kegiatan ini peneliti akan mengkoreksi data yang
lembar kuisioner.
2. Coding data
Pada kegiatan coding data peneliti akan memberikan kode pada setiap
3. Tabulating data
4. Entry data
68
5. Cleaning data
1. Analisis Univariat
2. Analisis Bivariat
puncak ekspirasi pada pasien PPOK derajat ringan, sedang, dan berat
yang dirawat diruang penyakit dalam di RSUD Koja Jakarta Utara. Uji
c. Hubungan antara arus puncak ekspirasi dengan jenis kelamin, usia dan
HASIL PENELITIAN
Bab ini akan memaparkan secara lengkap, hasil penelitian efektifitas pursed-lips
breathing dan tiup balon terhadap penigkatan arus puncak ekspirasi pada pasien
PPOK, yang telah dilaksanakan di RSUD Koja. Telah diteliti sebanyak 19 pasien
PPOK. Hasil penelitian terdiri dari dua bagian yaitu analisis univariat dan analisis
bivariat.
A. Analisis Univariat
1. Karakteristik Responden
a. Jenis Kelamin
Tabel 5.1
69
70
Dari data diatas dapat dilihat jenis kelamin responden pasien PPOK yang
perempuan sebanyak 5 orang (26.3 %). Hal ini menunjukkan bahwa jenis
Tabel 5.2
Distribusi Umur Responden Pasien PPOK
Di Ruang Perawatan Penyakit Dalam RSUD Koja
Total 19
1) Umur
Dari data diatas dapat dilihat dari umur responden pasien PPOK
Tabel 5.3
Distribusi Tinggi Badan Responden Pasien PPOK
Di Ruang Perawatan Penyakit Dalam RSUD Koja
Total 19
2) Tinggi Badan
dari nilai rata-rata APE normal sesuai dengan tinggi badan ,usia dan jenis
Tabel 5.4
Dari data diatas dapat menurut hasil pengukuran arus puncak ekspirasi
(mean) yaitu sebesar 438 dengan nilai terendah sebesar 416 dan nilai
mempunyai nilai rata-rata (mean) APE yaitu sebesar 264 dengan nilai
rata (mean) APE sebesar 268.8 liter/menit dengan nilai terendah 252
Tabel 5.5
dengan pursed-lips breathing dan tiup balon III diperoleh hasil sebagai
berikut :
Hari ke I
RSUD Koja mempunyai nilai rata-rata (mean) APE yaitu sebesar 268
Hari ke II
APE yaitu sebesar 284,2 liter/menit dengan nilai terendah sebesar 258
pursed-lips breathing dan tiup balon hari ke II, nilai rata-rata (mean)
Hari ke III
breathingdan tiup balon hari ke III, nilai rata-rata (mean) APE sebesar
sebelum dan sesudah latihan pursed-lips breathing dan tiup balon hari
Tabel 5.6
liter/menit.
79
Tabel 5.7
sebagai berikut :
Balon Hari ke I
Balon Hari ke II
sebesar 265,93 dengan nilai terendah sebesar 252 dan terbesar 285.
hari ke II, nilai rata-rata (mean) APE sebesar 270.86 dengan nilai
breathing dan tiup balon hari ke III, nilai rata-rata (mean) APE
Tabel 5.8
B. Analisis Bivariat
tiup balon selain itu juga melihat pengaruh variabel confounding perbedaan
sebelum dan setelah dilakukan pursed-lips breathing dan tiup balon selama 3
hari .
dengan uji paired t-test yaitu membandingkan antara variabel nilai APE
kelamin.
A. Perempuan
Tabel 5.9
tinggi yaitu sebesar 258.8 liter/menit Dari hasil uji statistik dapat
tinggi yaitu sebesar 268.8 liter/menit. Dari hasil uji statistik dapat
liter/menit.
liter/menit.
84
B. Laki-laki
Tabel 5.10
liter/menit.
liter/menit
Analisa APE sebelum dan sesudah latihan pursed-lips breathing dan tiup
1) Perempuan
Tabel 5.11
tiup balon II lebih tinggi yaitu sebesar 289.4 liter/menit. Dari hasil
balon III lebih tinggi yaitu sebesar 305.2 liter/menit. Dari hasil uji
lips breathing dan tiup balon III lebih rendah dari rata-rata APE
2) Laki-laki
Tabel 5.12
dan tiup balon II lebih tinggi yaitu sebesar 270.86 liter/menit. Dari
balon III lebih tinggi yaitu sebesar 284,86 liter/menit. Dari hasil uji
lips breathing dan tiup balon III lebih rendah dari rata-rata APE
Tabel 5.13
No
D= D= D=
Sebel Sesud Sebel Sesud Sebel Sesud
X2- d2 X6- d2 X10 d2
um ah um ah um ah
X1 X5 -X9
1 250 252 2 4 248 250 2 4 255 259 4 16
2 250 253 3 9 252 257 5 25 250 257 7 49
3 255 255 0 0 260 265 5 25 275 280 5 25
4 250 250 0 0 254 260 6 36 258 269 11 121
5 251 255 4 16 260 264 4 16 265 275 10 100
6 255 268 13 169 260 262 2 4 268 280 12 144
7 253 255 2 4 260 265 5 25 268 270 2 4
8 270 275 5 25 275 279 4 16 272 278 6 36
9 254 258 4 16 260 264 4 16 260 262 2 4
10 260 262 2 4 265 268 3 9 270 275 5 25
11 250 254 4 16 250 254 4 16 250 255 5 25
12 253 258 5 25 253 253 0 0 254 258 4 16
13 257 260 3 9 255 256 1 1 256 268 12 144
14 254 258 4 16 252 255 3 9 255 258 3 9
mean 3,64 3,43 6,29
mean
Tot 3,34
Tabel 5.15
Dari tabel 5.13 sampai dengan tabel 5.15 diatas dapat dilihat bahwa dari
dan sesudah latihan pursed-lips breathing sebesar 3.39. Dari hasil uji
lips breathing dan tiup balon pada laki-laki dibandingkan dengan antara
dan sesudah latihan pursed-lips breathing dan tiup balon pada laki-laki
lebih rendah dari kenaikan APE sebelum dan sesudah latihan pursed-
jenis kelamin.
Tabel 5.17
Tabel 5.18
Dari tabel 5.16 sampai dengan tabel 5.18 diatas dapat dilihat bahwa dari
sesudah latihan pursed-lips breathing dan tiup balon sebesar 6.40 dan ada
sebesar 7.20. Dari hasil uji statistik dapat disimpulkan bahwa tidak
atau secara statistik kenaikan APE sebelum dan sesudah latihan pursed-
lips breathing dan tiup balon pada laki-laki lebih rendah dari kenaikan
97
APE sebelum dan sesudah latihan pursed-lips breathing dan tiup balon
pada perempuan.
Analisa hubungan variabel usia dan tinggi badan dengan kenaikan APE
antara variabel variabel usia dan tinggi badan dengan kenaikan APE
Tabel 5.19
breathingdan tiup balon adalah 0.100 dan korelasi ini bermakna secara
98
statistik dengan nilai p= 0.000. jadi dapat disimpulkan bahwa ada
tiup balon.
dan tiup balon adalah -0.191 dan korelasi ini tidak bermakna secara
balon.
Tabel 5.20
breathingdan tiup balon adalah 0.0271 dan korelasi ini tidak bermakna
tiup balon.
dan tiup balon adalah 0.556 dan korelasi ini tidak bermakna secara
statistik dengan nilai p= 7.144 Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada
PEMBAHASAN
Pada bab ini akan diuraikan tentang pembahasan yang meliputi: interpretasi
dan diskusi hasil penelitian seperti yang telah dipaparkan dalam bab V,
Tujuan dilakukan penelitian ini seperti telah dijelaskan pada bab II adalah
untuk menjelaskan efektifitas pursed- lips breathing dan tiup balon terhadap
Ruang penyakit dalam di RSUD Koja. Nilai arus puncak ekspirasi sebelum
hari akan dibandingkan dengan nilai arus puncak ekspirasi sebelum dan
Arus puncak ekspirasi paru dalam penelitian ini adalah kemampuan dada
dan paru untuk menggerakkan udara masuk dan keluar alveoli, yang
menggunakan alat peak flow meter (PEF meter), dan dipengaruhi usia, jenis
100
101
kelamin, dan tinggi badan (Hudak & Gallo, 2005; Guyton & Hall,1997).
Berikut ini akan diuraikan interpretasi hasil penelitian dari semua variabel.
Rata-rata nilai arus puncak ekspirasi pada pasien PPOK dilihat dari jenis
breathing dan tiup balon sebelum intervensi sebesar 283,2 dan sesudah
paru pasien PPOK pada intervensi yang hanya dilakukan pursed- lips
breathing saja dan intervensi pursed- lips breathing dan tiup balon
Hal ini menunjukkan bahwa tindakan pursed- lips breathing dan tiup
ini sangat berarti bagi pasien PPOK. Kenaikan kecil ini dapat
disebabkan karena lamanya latihan cukup singkat yaitu selama tiga hari.
diberikan pada pasien PPOK di RSUD Koja telah mampu menaikan arus
pemberian pursed- lips breathing dan tiup balon atau dengan alat yang
lain.
Hasil penelitian ini menunjukkan, bahwa pursed- lips breathing dan tiup
pursed- lips breathing dan tiup balon sebesar 18,05%, artinya pursed-
lips breathing dan tiup balon dapat meningkatkan fungsi ventilasi paru
Selain itu pursed lips breahing yang merupakan bagian dari breathing
setelah melakukan latihan ini secara teratur maka pasien PPOK akan
sesak nafas.
karena itu perlu dilakukan pursed-lips breathing dan tiup balon , karena
selama pursed-lips breathing dan tiup balon , tidak ada aliran udara
teknik ini saat serangan sesak napas timbul. Penelitian ini mendukung
Dilihat dari pengertian PPOK itu sendiri adalah penyakit paru obstruksi
terjadinya sesak napas pada saat aktivitas dan penurunan aliran udara
masuk dan keluar paru yang bersifat irreversibel. PPOK juga dapat
tahun, hal ini sesuai dengan teori Leis,Driksen, dan Heitkemper (2000)
yang mengatakan kejadian PPOK pada usia diatas 30 tahun. Selain itu
orang (47,3%)
terjadi menurut usia, dimana perubahan ini dimulai pada awal masa
Usia terbanyak kedua, pada responden pasien PPOK adalah usia dewasa
akhir atau yang biasa kita sebut lanjut usia. Semakin tua usia seseorang ,
yang tubuhnya tinggi besar maka arus puncak ekspirasinya lebih tinggi
Hall, 2001). Hasil penelitian ini menjelaskan dari hasil uji statistik
tidak bermakna. Hal ini disebabkan karena tinggi badan responden pada
penelitian ini minimal pada laki-laki 153 cm dan pada perempuan 150
cm.
terhadap fungsi ventilasi paru pasien PPOK, akan tetapi tinggi badan
Menurut Black & Hawk tahun 2005, sebagian besar pasien PPOK
adalah laki-laki, dan penyebab utamanya adalah merokok. Hal ini tidak
109
Yulismar (2003) remaja mulai merokok mulai usia kurang dari 10 tahun
merokok.
lebih lanjut terjadi akibat perubahan fibrotik yang terjadi dalam jalan
paru (P = 0,326, α = 0,05). Hal ini disebabkan berat derajat PPOK antara
berat lebih banyak diderita oleh laki-laki, hal ini disebabkan karena
c. Keterbatasan Penelitian
1) Waktu Penelitian
Waktu latihan pursed- lips breathing dan tiup balon dalam penelitian ini
cukup singkat yaitu tiga hari, hal ini berkaitan dengan lama rawat pasien
PPOK yang rata-rata satu minggu. Bila penelitian ini dilanjutkan pasien
2) Variabel Penelitian
Jumlah variabel dalam penelitian ini cukup sedikit yaitu : arus puncak
tetapi dalam penelitian ini lupa tidak dimunculkan. Selain itu variabel
teoritis dan manfaat secara praktis , dan kedua manfaat itu merupakan syarat
dilakukanya suatu penelitian menurut Gulo.W, 2004. Oleh karena itu kedua
penelitian selanjutnaya.
ekspirasi (APE).
Pelaksanaan pursed- lips breathing dan tiup balon sangat mudah, tidak
memerlukan biaya yang mahal, dan dapat dilakukan dimana saja. Selain
dalam mengatur pola nafasnya saat serangan sesak , hal ini dapat
112
Pasien dapat melakukan pursed- lips breathing dan tiup balon secara
dari teori self care dari D.E Orem. Teori self care ini mengamsumsikan
keperawatan untuk dirinya dan orang lain; 3) orang dewasa juga kadang-
manusia lahir, berkembang dan mampu merawat diri dan orang lain
breathing dan tiup balon baik di rumah sakit maupun dirumah. Perawat
menunjukkan dapat berarti serta pada saat pasien akan pulang dilakukan
tanpa bantuan orang lain. Dengan latihan secara rutin baik dirumah sakit
yang dilakukan selama tiga hari pada pasien PPOK yang dirawat
PPOK .
yang sama dan jumlah sampel yang lebih banyak sehingga efek
intervensi peneliti.
BAB VII
A. Kesimpulan
dan paling tinggi 54 tahun, sedangkan pada laki-laki usia paling rendah
dalam rentang untuk perempuan 150 cm sampai 160 cm, pada laki-laki
2. Rata-rata nilai arus puncak pasien PPOK setelah intervensi selama tiga
hari dengan tindakan pursed- lips breathing dan tiup balon dengan jenis
kelami perempuan sebesar 1,44 % dan yang dilakukan tiup balon saja
breathing saja rata-rata nilai fungsi ventilasi sebesar 31,8% dan rata-
dan tiup balon sebesar 45,7% Artinya rata-rata nilai arus puncak
mengalami peningkatan.
114
115
ekspirasi paru pasien PPOK. Dengan demikian terdapat hubungan yang
laki (P=0,055,α=0,05).
B. Saran
PPOK.
Black, Joice & Hawk. (2005). Medical Surgical Nursig; clinical management for
positive outcomes.(7th Ed),St.Louis: Elsevier.Inc
Bruner & Sudarth. (2002) . keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Penerbit Buku
kedokteran EGC
Pagana, kathleen, D., & pagana, Timothy, J. (1999). Diagnostic Testing and
Nursing implications: A Case Study Approach. (5th Ed.) St. Louis : Mosby
Perry, A.G., & Potter, P.A. (2004). Clinical Nursing skills Techniques. (4th Ed.),
St. Louis: Mosby
Smeltzer, s.C., & Bare, B.G. (2005), Brunner & sudarth’s: Textbook of Medical
Surgical Nursing. Philadelphia: Lippincot
Enright, Chatham, & Ionescu. (2004). Inspiratory muscle training adn pursed
lips breathing improves lung function and exercise capacity in adults with
COPD. http://www.chestnet.org. Dipeoleh tanggal 2 April 2013
JAKARTA
PENJELASAN PENELITIAN
NPM : 2011980003
pengembangan paru pada pasien yang menderita Penyakit Paru Obstruksi Kronik
(PPOK). Bapak / ibu/ saudara yang berpartisipasi dalam penelitian ini, akan
selama 3 hari. Sebelunya dan setelah latihan pernapasan dan tiup balon dilakukan
akan diukur pengembangan paru bapak/ ibu/ saudara dengan menggunakan alat peak
flow meter.
Kami menjamin bahwa penelitian ini tidak akan berdampak negatif bagi siapapun.
Apabila selama berpartisipasi dalam penelitian ini bapak/ ibu/ saudara merasakan
ketidaknyamanan maka bapak/ ibu/ saudara mempunyai hak untuk berhenti atau
mendapatkan intervensi dari tenaga ahli. Kami berjanji akan menjunjung tinggi hak-
Lampiran 1
hak responden dengan cara menjaga kerahasiaan dari data yang diperoleh, baik
Adapun hasil dari penelitian ini akan dimanfaatkan sebagai masukan bagi perawat
penelitian ini.
Peneliti
Lampiran 2
------------------------------------------------------------------------------------------------------
LEMBAR PERSETUJUAN
NPM : 2011980003
No HP : 085716936693
paru sebelum dan seduah dilakukan latihan pernapasan (pursed-lips breathing) dan
tiup balon. Saya mengerti bahwa keikutsertaan saya dalam penelitian ini sangat besar
Saya mengerti bahwa resiko yang akan terjadi sangat kecil. Saya juga berhak untuk
Saya mengerti bahwa catatan mengenai penelitian ini akan dirahasiakan, dan
penelitian hanya digunakan untuk keperluan pengolahan data dan bila sudah tidak
digunakan akan dimusnahkan. Hanya peneliti yang mengetahui kerahasiaan data ini.
Demikian secara sukarela dan tidak ada unsur paksaan dari siapapun, saya bersedia
Jakarta , ........................2013
Responden Peneliti
meter
terendah
Lampiran 3
atau prediksi
tissue
Sumber : Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (2006) dan (Perry & Potter,
2004)
Lampiran 3
(mengkontrasikan) otot-otot
PEDOMAN PROSEDUR
A. Persiapan Alat
1. Instrumen peneltian
3. Tiup balon
B. Persiapan pasien
C. Pelaksanaan
6. Anjurkan pasien untuk meniup balon dengan kuat selama 10-60 detik
Flow Meter setelah intervensi dilakukan dan catat hasil pemeriksaan pada
lembar observasi.