XII IPA 2
-Aafi Kurnia P
-Johan Lazuardi
-M.Faris G.
-M.Mufti
Perkembangan Islam di Indonesia
A. Awal Masuknya Islam di Indonesia
Ketika Islam datang di Indonesia, berbagai agama dan kepercayaan
seperti animisme, dinamisme, Hindu dan Budha, sudah banyak dianut oleh
bangsa Indonesia bahkan dibeberapa wilayah kepulauan Indonesia telah
berdiri kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu dan Budha. Namun Islam
datang ke wilayah-wilayah tersebut dapat diterima dengan baik, karena
Islam datang dengan membawa prinsip-prinsip perdamaian, persamaan
antara manusia (tidak ada kasta), menghilangkan perbudakan dan yang
paling penting juga adalah masuk kedalam Islam sangat mudah hanya
dengan membaca dua kalimah syahadat dan tidak ada paksaan.
Tentang kapan Islam datang masuk ke Indonesia, menurut kesimpulan
seminar “ masuknya Islam di Indonesia” pada tanggal 17 s.d 20 Maret 1963
di Medan, Islam masuk ke Indonesia pada abad pertama hijriyah atau pada
abad ke tujuh masehi. Menurut sumber lain menyebutkan bahwa Islam
sudah mulai ekspedisinya ke Nusantara pada masa Khulafaur Rasyidin (masa
pemerintahan Abu Bakar Shiddiq, Umar bin Khattab, Usman bin Affan dan Ali
bin Abi Thalib), disebarkan langsung dari Madinah.
Adapun gerakan dakwah Islam di Pulau Jawa selanjutnya dilakukan oleh para
Wali Sanga, yaitu :
a. Maulana Malik Ibrahim atau Sunan Gresik
Beliau dikenal juga dengan sebutan Syeikh Magribi. Ia dianggap pelopor
penyebaran Islam di Jawa. Beliau juga ahli pertanian, ahli tata negara dan
sebagai perintis lembaga pendidikan pesantren. Wafat tahun 1419 M.(882 H)
dimakamkan di Gapura Wetan Gresik
b. Raden Ali Rahmatullah (Sunan Ampel)
Dilahirkan di Aceh tahun 1401 M. Ayahnya orang Arab dan ibunya orang
Cempa, ia sebagai mufti dalam mengajarkan Islam tak kenal kompromi
dengan budaya lokal. Wejangan terkenalnya Mo Limo yang artinya menolak
mencuri, mabuk, main wanita, judi dan madat, yang marak dimasa
Majapahit. Beliau wafat di desa Ampel tahun 1481 M.
Jasa-jasa Sunan Ampel :
1) Mendirikan pesantren di Ampel Denta, dekat Surabaya. Dari pesantren ini
lahir para mubalig kenamaan seperti : Raden Paku (Sunan Giri), Raden Fatah
(Sultan Demak pertama), Raden Makhdum (Sunan Bonang), Syarifuddin
(Sunan Drajat) dan Maulana Ishak yang pernah diutus untuk menyiarkan
Islam ke daerah Blambangan.
2) Berperan aktif dalam membangun Masjid Agung Demak yang dibangun
pada tahun 1479 M.
3) Mempelopori berdirinya kerajaan Islam Demak dan ikut menobatkan
Raden Patah sebagai Sultan pertama.
c. Sunan Giri (Raden Aenul Yaqin atau Raden Paku)
Ia putra Syeikh Yakub bin Maulana Ishak. Ia sebagai ahli fiqih dan menguasai
ilmu Falak. Dimasa menjelang keruntuhan Majapahit, ia dipercaya sebagai
raja peralihan sebelum Raden Patah naik menjadi Sultan Demak. Ketika
Sunan Ampel wafat, ia menggantikannya sebagai mufti tanah Jawa.
d. Sunan Bonang (Makhdum Ibrahim)
Putra Sunan Ampel lahir tahun 1465. Sempat menimba ilmu ke Pasai
bersama-sama Raden Paku. Beliaulah yang mendidik Raden Patah. Beliau
wafat tahun 1515 M.
e. Sunan Kalijaga (Raden Syahid)
Ia tercatat paling banyak menghasilkan karya seni berfalsafah Islam. Ia
membuat wayang kulit dan cerita wayang Hindu yang diislamkan. Sunan Giri
sempat menentangnya, karena wayang Beber kala itu menggambarkan
gambar manusia utuh yang tidak sesuai dengan ajaran Islam. Kalijaga
mengkreasi wayang kulit yang bentuknya jauh dari manusia utuh. Ini adalah
sebuah usaha ijtihad di bidang fiqih yang dilakukannya dalam rangka
dakwah Islam.
f. Sunan Drajat
Nama aslinya adalah Syarifudin (putra Sunan Ampel, adik Sunan Bonang).
Dakwah beliau terutama dalam bidang sosial. Beliau juga mengkader para
da’i yang berdatangan dari berbagai daerah, antara lain dari Ternate dan
Hitu Ambon.
g. Syarif Hidayatullah
Nama lainnya adalah Sunan Gunung Jati yang kerap kali dirancukan dengan
Fatahillah, yang menantunya sendiri. Ia memiliki keSultanan sendiri di
Cirebon yang wilayahnya sampai ke Banten. Ia juga salah satu pembuat
sokoguru masjid Demak selain Sunan Ampel, Sunan Kalijaga dan Sunan
Bonang. Keberadaan Syarif Hidayatullah dengan kesultanannya
membuktikan ada tiga kekuasaan Islam yang hidup bersamaan kala itu,
yaitu Demak, Giri dan Cirebon. Hanya saja Demak dijadikan pusat dakwah,
pusat studi Islam sekaligus kontrol politik para wali.
h. Sunan Kudus
Nama aslinya adalah Ja’far Sadiq. Lahir pada pertengahan abad ke 15 dan
wafat tahun 1550 M. (960 H). Beliau berjasa menyebarkan Islam di daerah
kudus dan sekitarnya. Ia membangun masjid menara Kudus yang sangat
terkenal dan merupakan salah satu warisan budaya Nusantara.
i. Sunan Muria
Nama aslinya Raden Prawoto atau Raden Umar Said putra Sunan Kalijaga.
Beliau menyebarkan Islam dengan menggunakan sarana gamelan, wayang
serta kesenian daerah lainnya. Beliau dimakamkan di Gunung Muria,
disebelah utara kota Kudus.
Diparuh awal abad 16 M, Jawa dalam genggaman Islam. Penduduk merasa
tentram dan damai dalam ayoman keSultanan Demak di bawah
kepemimpinan Sultan Syah Alam Akbar Al Fatah atau Raden Patah. Hidup
mereka menemukan pedoman dan tujuan sejatinya setelah mengakhiri masa
Siwa-Budha serta animisme. Merekapun memiliki kepastian hidup bukan
karena wibawa dan perbawa sang Sultan, tetapi karena daulah hukum yang
pasti yaitu syari’at Islam
“Salokantara” dan “Jugul Muda” itulah dua kitab undang-undang Demak
yang berlandaskan syari’at Islam. Dihadapan peraturan negeri pengganti
Majapahit itu, semua manusia sama derajatnya, sama-sama khalifah Allah di
dunia. Sultan-Sultan Demak sadar dan ikhlas dikontrol oleh kekuasaan para
Ulama atau Wali. Para Ulama itu berperan sebagai tim kabinet atau
merangkap sebagai dewan penasehat Sultan.
Dalam versi lain dewan wali sanga dibentuk sekitar 1474 M. oleh Raden
Rahmat (Sunan Ampel), membawahi Raden Hasan, Maftuh Ibrahim, Qasim
(Sunan Drajat) Usman Haji (ayah Sunan Kudus, Raden Ainul Yakin (Sunan
Gresik), Syekh Sutan Maharaja Raden Hamzah, dan Raden Mahmud.
Beberapa tahun kemudian Syekh Syarif Hidayatullah dari Cirebon bergabung
di dalamnya. Sunan Kalijaga dipercaya para wali sebagai muballig keliling.
Disamping wali-wali tersebut, masih banyak Ulama yang dakwahnya satu
kordinasi dengan Sunan Ampel hanya saja, sembilan tokoh Sunan Wali
Sanga yang dikenal selama ini memang memiliki peran dan karya yang
menonjol dalam dakwahnya.
3. Di Sulawesi
Ribuan pulau yang ada di Indonesia, sejak lama telah menjalin hubungan
dari pulau ke pulau. Baik atas motivasi ekonomi maupun motivasi politik dan
kepentingan kerajaan. Hubungan ini pula yang mengantar dakwah
menembus dan merambah Celebes atau Sulawesi. Menurut catatan
company dagang Portugis pada tahun 1540 saat datang ke Sulawesi, di
tanah ini sudah ditemui pemukiman muslim di beberapa daerah. Meski
belum terlalu banyak, namun upaya dakwah terus berlanjut dilakukan oleh
para da’i di Sumatra, Malaka dan Jawa hingga menyentuh raja-raja di
kerajaan Gowa dan Tallo atau yang dikenal dengan negeri Makasar, terletak
di semenanjung barat daya pulau Sulawesi.
Kerajaan Gowa ini mengadakan hubungan baik dengan kerajaan Ternate
dibawah pimpinan Sultan Babullah yang telah menerima Islam lebih dahulu.
Melalui seorang da’i bernama Datuk Ri Bandang agama Islam masuk ke
kerajaan ini dan pada tanggal 22 September 1605 Karaeng Tonigallo, raja
Gowa yang pertama memeluk Islam yang kemudian bergelar Sultan Alaudin
Al Awwal (1591-1636 ) dan diikuti oleh perdana menteri atau Wazir
besarnya, Karaeng Matopa.
Setelah resmi menjadi kerajaan bercorak Islam Gowa Tallo menyampaikan
pesan Islam kepada kerajaan-kerajaan lain seperti Luwu, Wajo, Soppeng dan
Bone. Raja Luwu segera menerima pesan Islam diikuti oleh raja Wajo tanggal
10 Mei 1610 dan raja Bone yang bergelar Sultan Adam menerima Islam
tanggal 23 November 1611 M. Dengan demikian Gowa (Makasar) menjadi
kerajaan yang berpengaruh dan disegani. Pelabuhannya sangat ramai
disinggahi para pedagang dari berbagai daerah dan manca negara. Hal ini
mendatangkan keuntungan yang luar biasa bagi kerajaan Gowa (Makasar).
Puncak kejayaan kerajaan Makasar terjadi pada masa Sultan Hasanuddin
(1653-1669).
4. Di Kalimantan
Islam masuk ke Kalimantan atau yang lebih dikenal dengan Borneo melalui
tiga jalur. Jalur pertama melalui Malaka yang dikenal sebagai kerajaan Islam
setelah Perlak dan Pasai. Jatuhnya Malaka ke tangan Portugis kian membuat
dakwah semakin menyebar sebab para muballig dan komunitas muslim
kebanyakan mendiamai pesisir barat Kalimantan.
Jalur kedua, Islam datang disebarkan oleh para muballig dari tanah Jawa.
Ekspedisi dakwah ke Kalimantan ini mencapai puncaknya saat kerajaan
Demak berdiri. Demak mengirimkan banyak Muballig ke negeri ini. Para da’i
tersebut berusaha mencetak kader-kader yang akan melanjutkan misi
dakwah ini. Maka lahirlah ulama besar, salah satunya adalah Syekh
Muhammad Arsyad Al Banjari.
Jalur ketiga para da’i datang dari Sulawesi (Makasar) terutama da’i yang
terkenal saat itu adalah Datuk Ri Bandang dan Tuan Tunggang Parangan.
a. Kalimantan Selatan
Masuknya Islam di Kalimantan Selatan adalah diawali dengan adanya krisis
kepemimpinan dipenghujung waktu berakhirnya kerajaan Daha Hindu. Saat
itu Raden Samudra yang ditunjuk sebagai putra mahkota oleh kakeknya,
Raja Sukarama minta bantuan kepada kerajaan Demak di Jawa dalam
peperangan melawan pamannya sendiri, Raden Tumenggung Sultan Demak
(Sultan Trenggono) menyetujuinya, asal Raden Samudra kelak bersedia
masuk Islam.
Dalam peperangan itu Raden Samudra mendapat kemenangan. Maka sesuai
dengan janjinya ia masuk Islam beserta kerabat keraton dan penduduk
Banjar. Saat itulah tahun (1526 M) berdiri pertama kali kerajaan Islam Banjar
dengan rajanya Raden Samudra dengan gelar Sultan Suryanullah atau
Suriansyah. Raja-raja Banjar berikutnya adalah Sultan Rahmatullah (putra
Sultan Suryanullah), Sultan Hidayatullah (putra Sultan Rahmatullah dan
Marhum Panambahan atau Sultan Musta’in Billah. Wilayah yang dikuasainya
meliputi daerah Sambas, Batang Lawai, Sukadana, Kota Waringin, Sampit
Medawi, dan Sambangan.
b. Kalimantan Timur
Di Kalimantan Timur inilah dua orang da’i terkenal datang, yaitu Datuk Ri
Bandang dan Tuan Tunggang Parangan, sehingga raja Kutai (raja Mahkota)
tunduk kepada Islam diikuti oleh para pangeran, para menteri, panglima dan
hulubalang. Untuk kegiatan dakwah ini dibangunlah sebuah masjid.
Tahun 1575 M, raja Mahkota berusaha menyebarkan Islam ke daerah-daerah
sampai ke pedalaman Kalimantan Timur sampai daerah Muara Kaman,
dilanjutkan oleh Putranya, Aji Di Langgar dan para penggantinya.
5. Di Maluku.
Kepulauan Maluku terkenal di dunia sebagai penghasil rempah-rempah,
sehingga menjadi daya tarik para pedagang asing, tak terkecuali para
pedagang muslim baik dari Sumatra, Jawa, Malaka atau dari manca negara.
Hal ini menyebabkan cepatnya perkembangan dakwah Islam di kepulauan
ini.
Islam masuk ke Maluku sekitar pertengahan abad ke 15 atau sekitar tahun
1440 dibawa oleh para pedagang muslim dari Pasai, Malaka dan Jawa
(terutama para da’i yang dididik oleh para Wali Sanga di Jawa). Tahun 1460
M, Vongi Tidore, raja Ternate masuk Islam. Namun menurut H.J De Graaft
(sejarawan Belanda) bahwa raja Ternate yang benar-benar muslim adalah
Zaenal Abidin (1486-1500 M). Setelah itu Islam berkembang ke kerajaan-
kerajaan yang ada di Maluku. Tetapi diantara sekian banyak kerajaan Islam
yang paling menonjol adalah dua kerajaan , yaitu Ternate dan Tidore.
Selain Islam masuk dan berkembang di Maluku, Islam juga masuk ke Irian
yang disiarkan oleh raja-raja Islam di Maluku, para pedagang dan para
muballig yang juga berasal dari Maluku.
2. Muhammadiyah
Muhammadiyah secara etimologi artinya pengikut Nabi Muhammad. Adalah
sebuah organisasi non-politis yang bertujuan mengembalikan ajaran Islam
sesuai dengan al-Quran dan Sunnah Nabi Muhammad saw; memberantas
kebiasaan yang tidak sesuai dengan ajaran agama (bid’ah) dan memajukan
ilmu agama Islam di kalangan anggotanya. Organisasi ini didirikan oleh KH.
Ahmad Dahlan di Yogyakarta pada 18 Nopember 1912. Dalam Anggaran
Dasar Muhammadiyah yang baru, telah disesuaikan dengan UU no.8 tahun
1985 dan hasil Muktamar Muhammadiyah ke-41 di Surakarta pada tanggal 7-
11 Desember 1985, Bab 1 pasal 1 disebutkan bahwa Muhammadiyah adalah
gerakan Islam dan dakwah amar ma’ruf nahi munkar yang berakidah Islam
dan bersumber pada al-Quran dan Sunnah. Sifat gerakannya adalah non-
politik, tapi tidak melarang anggotanya memasuki partai politik. Hal ini
dicontohkan oleh pendirinya sendiri, KH Ahmad Dahlan, dimana beliau juga
adalah termasuk anggota Sarekat Islam.
Bidang-bidang yang ditangani Muhammadiyah antara lain :
a. Sosial
Dalam bidang sosial Muhammadiyah mendirikan :
1) Panti asuhan untuk anak yatim piatu
2) Bank Syari’ah untuk membantu pengusaha lemah
3) Organisasi wanita yang bernama Aisiyah dan organisassi kepanduan
Hizbul wathan, Pemuda Muhammadiyah, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah,
dan ikatan Pelajar Muhammadiyah
b. Pendidikan
Dalam bidang pendidikan, Muhammadiyah mendirikan lembaga-lembaga
pendidikan mulai dari TK sampai perguruan tinggi. Data tahun 1985
Muhammadiyah sudah memiliki 12400 lembaga pendidikan yang terdiri dari
37 perguruan tinggi dan sisanya adalah TK sampai SLTA. Tahun 1990 jumlah
perguruan tinggi Muhammadiyah bertambah menjadi 78 buah.
c. Kesehatan
Dalam bidang kesehatan Muhammadiyah mendirikan Poliklinik, Rumah Sakit
dan Rumah Bersalin. Data tahun 1990 telah memiliki 215 Rumah Sakit,
Poliklinik dan Rumah Bersalin.
3. Al Irsyad
Organisasi ini berdiri tanggal 6 September 1914 di Jakarta, dua tahun setelah
Muhammadiyah berdiri, dan bisa dibilang sebagai sempalan dari Jami’atul
Khair. Diantara tokoh al-Irsyad yang terkenal adalah syeikh Ahmad Surkati,
berasal dari Sudan yang semula adalah pengajar di Jami’atul Khair. Al Irsyad
ini mengkhususkan diri dalam perbaikan (pembaharuan) agama kaum
muslimin khususnya keturunan Arab Sebagian tokoh Muhammadiyah pada
awal berdirinya juga adalah kader-kader yang dibina dalam lembaga
pendidikan AlIrsyad. Saat itu al-Irsyad sudah memiliki Madrasah Awaliyah (3
tahun), Madrasah Ibtidaiyah (4 tahun), Madrasah Tajhiziyah (2tahun), dan
Madrasah Mu’allimin yang dikhususkan untuk mencetak guru.
Al-Irsyad bergerak bukan hanya dalam bidang pendidikan, tapi juga bidang-
bidang lain seperti rumah sakit, panti asuhan dan rumah yatim piatu.
4. Nahdlatul Ulama
(NU) artinya kebangkitan para ulama. Adalah sebuah Organisasi sosial
keagamaan yang dipelopori oleh para ulama atau kiyai. Mereka itu ialah
K.H.Hasyim Asy’ari, K.H.Wahab Hasbullah, K.H.Bisri Syamsuri, K.H.Mas Alwi ,
dan K.H.Ridwan. Lahir di Surabaya pada tanggal 31 Januari 1926 dan kini
menjadi salah satu organisai dan gerakan Islam terbesar di tanah air.
Bertujuan mengupayakan berlakunya ajaran Islam yang berhaluan
Ahlussunnah Waljama’ah dan penganut salah satu dari empat mazhab fiqih
(Imam Hanafi, Imam Syafi’i, Imam Hambali dan Imam Maliki).
Pada mulanya NU ini tidak mencampuri urusan politik. Ia lebih memfokuskan
diri pada pengembangan dan pemantapan paham keagamaannya dalam
masyarakat yang saat itu sedang gencar-gencarnya penyebaran faham
Wahabiyah yang dianggap membahayakan paham ahli Sunnah Waljama’ah.
Hal ini tersirat dalam salah satu hasil keputusan kongresnya di Surabaya
pada bulan Oktober 1928.
Peranan NU sebagai organisasi dalam perjuangan mengusir penjajah dan
mempertahankan kemerdekaan tidak diragukan lagi. Bahkan para kyai dan
santri memikul senjata (bambu runcing atau golok) untuk berjihad fi
sabilillah. Tercatat dalam sejarah tanggal 23 Oktober 1945 NU mengeluarkan
Resolusi Jihad untuk melawan tentara penjajah.
Tujuan didirikan MIAI ini adalah agar semua umat Islam mempunyai wadah
tempat membicarakan dan memutuskan semua soal yang dianggap penting
bagi kemaslahatan umat dan agama Islam. Semboyannya terkenal
Berpegang teguhlah kepada tali Allah dan janganlah bercerai berai.
Diantara tugas MIAI ialah:
a. Menempatkan umat Islam pada kedudukan yang layak dalam masyarakat
Indonesia
b. Mengharmoniskan Islam dengan kebutuhan perkembangan zaman
6. Masyumi
Masyumi kepanjangan dari Majlis Syura Muslimin Indonesia berdiri tahun
1943. Dalam Muktamar Islam Indonesia tanggal 7 Nopember 1945 disepakati
bahwa Masyumi adalah sebagai satu-satunya partai Islam untuk rakyat
Indonesia. Saat itu juga Masyumi mengeluarkan maklumat yang berbunyi :”
60 Milyoen kaum muslimin Indonesia siap berjihad fi sabilillah “, Pernyataan
ini direkam dengan baik oleh harian Kedaulatan Rakyat pada tanggal 8
Nopember 1945. Organisasi ini dipimpin oleh K.H. Mas Mansur dan
didampingi K.H.Hasyim Asy’ari. Visi Masyumi bahwa setiap umat Islam
diwajibkan jihad Fi sabilillah dalam berbagai bidang, termasuk dalam bidang
politik. Para pemuda Islam, khususnya para santri dipersiapkan untuk
berjuang secara fisik maupun politis. Masyumi dibubarkan oleh Soekarno
pada tahun 1960. Sementara organisasi-organisasi yang semula bergabung
dalam Masyumi sudah mengundurkan diri sebelumnya, seolah-olah mereka
tahu bahwa Masyumi akan dibubarkan.
7. Mathla’ul Anwar
Organisasi ini berdiri tahun 1905 di Marus, Menes Banten. Bergerak dalam
bidang sosial keagamaan dan pendidikan. Pendirinya adalah KH. M. Yasin.
Tujuannya adalah untuk mengembangkan pendidikan Islam khususnya di
kalangan masyarakat sekitar Menes Banten.
8. Persatuan Islam (Persis)
Persis adalah organisasi sosial pendidikan dan keagamaan. Didirikan pada
tanggal 17 September 1923 di Bandung atas prakarsa KH. Zamzam dan
Muhammad Yunus, dua saudagar dari kota Palembang. Organisasi ini
diketuai pertama kali oleh A. Hassan, seorang ulama yang terkenal sebagai
teman dialog Bung Karno ketika ia dipenjara. Bung Karno banyak berdialog
dengan A.Hassan lewat surat-suratnya. Pemikiran-pemikiran keagamaan
Bung Karno selain dari HOS Cokroaminoto, juga banyak berasal dari
A.Hassan ini.