Anda di halaman 1dari 108

PANDUAN PRAKTEK KLINIS

SMF : Kulit dan Kelamin


ERISIPELAS
RSUP SANGLAH 2014
DENPASAR
1 No.ICD 10 A46
2 Diagnosis Erisipelas
3 Pengertian Infeksi kulit yang umumnya disebabkan oleh Staphylococcus
aureus atau Streptococcus B haemolyticus yang ditandai dengan
edema disertai adanya indurasi dan rasa nyeri.Infeksi ini
mengenai lapisan dermis, subkutaneus dan jaringan limfatik
superfisial.
4 Anamnesis Bengkak dan kemerahan pada kulit yang nyeri disertai gejala
sistemik seperti demam, menggigil, malaise dan disertai riwayat
luka sebelumnya.
5 Pemeriksaan Fisik Eritema batas tegas, edema,panas pada perabaan, kadang disertai
dengan bula
6 Kriteria Diagnosis Anamnesis, klinis, dan pemeriksaan penunjang.
7 Diagnosis Banding Selulitis, Deep venous trombosis, limfedema.
8 Pemeriksaan Penunjang DL, BS acak, BUN, SC, gram pada dasar luka, kultur dan tes
sensitivitas pada dasar luka atau kultur dan tes sensitivitas darah

9 Konsultasi Mikrobiologi klinik, penyakit dalam, radiologi, BTKV


10 Perawatan Rumah Sakit Rawat inap
11 Terapi/tindakan ( ICD 9 – 1. IVFD NaCl 0,9% 20 tts permenit.
CM) 2. Amoxicillin + asam clavulanat 1g iv @ 8 jamdewasa
Bayi 0-3 : 30mg/kgBB @12 jam; anak-anak 3bln-12tahun :
30mg/kgBB @ 8 jam apabila alergi terhadap penisilin, diganti
dengan gentamisin inj 80mg iv@ 8jam/ eritromisin 500 mg po
@ 6 jam/
anak: 30-50 mg/kg/hari terbagi dalam setiap 6-12 jam tidak
lebih dari 2g sehari. klindamisin 300 mg po @ 6 jam.bayi <1
bulan: 10-20mg/kg/hari terbagi dalam 6-8 jam anak >1 bulan
:8-20 mg/kg/hari Parasetamol 500 mg @ 8 jam anak: 10 mg/
KgBB.
3. Kompres povidon iodine 1% pada area edema
4. Natrium fusidat krim
12 Tempat Pelayanan Ruang rawat inap
13 Penyulit MRSA, Diabetes melitus, DVT, sepsis, gangguan ginjal.
14 Informed Consent Bila perlu
15 Tenaga Standar Dokter Spesialis, residen kulit dan kelamin, perawat
16 Lama Perawatan 10 - 14 hari
17 Masa Pemulihan 14 hari
18 Hasil sembuh
19 Patologi Tidak diperlukan
20 Otopsi Tidak diperlukan
21 Prognosis Dubius ad bonam
22 Tindak Lanjut Kontrol poli klinik kulit dan kelamin
23 Tingkat Eviden & Ia dan rekomendasi A
Rekomendasi
24 Indikator Medis 1. Eritema dan edema hilang, demam turun, nyeri tidak ada.
Imobilisasi dan elevasi tungkai selama perawatan di ruang
perawatan

2. Mencegah terjadinya penularan ke bagian tubuh lainnya.


25 Edukasi 1. Imobilisasi dan elevasi tungkai selama perawatan di ruang
perawatan
2. Mencegah terjadinya penularan ke bagian tubuh lainnya.

26 Kepustakaan Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine 8th edition 2012

PANDUAN PRAKTEK KLINIS


SMF : Kulit dan Kelamin
SELLULITIS
RSUP SANGLAH 2014
DENPASAR
1 No.ICD 10 L03.90
2 Diagnosis Sellulitis
3 Pengertian Infeksi kulit yang umumnya disebabkan oleh Staphylococcus
aureus dan Streptococcus B Haemolyticus pada kulit yang ditandai
dengan edema dan rasa nyeri. Infeksi ini terjadi pada lapisan
dermis dan subkutaneus kulit.
4 Anamnesis Bengkak dan kemerahan pada kulit yang disertai panas badan,
menggigil dan malaise.
5 Pemeriksaan Fisik Eritema berbatas tidak tegas, pitting edema. Limfadenopati
regional (+)
6 Kriteria Diagnosis Anamnesis, gambaran klinis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang
7 Diagnosis Banding Erisipelas, Lupus eritematosus, dermatitis kontak, insect bite,
deep venous thrombosis, limfedema, sarkoidosis, dermatoses
neutofilik, sinus abses, infeksi mikobakterium atipikal, necrotizing
fasciitis

8 Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan gram , kultur, histopatologi, pemeriksaan darah


lengkap dan radiologi (USG atau MRI)
9 Konsultasi SMF Penyakit Dalam, Mikrobiologi Klinik, Bedah thoraks
kardiovaskular
10 Perawatan Rumah Sakit Rawat inap

11 Terapi/tindakan ( ICD 9 – 1. Cefotaksim 3 x 1 gram selama 7 – 10 hari


CM) 2. Kompres NaCl 0,9% pada area edema.
3. Pada kasus Refraktori: vankomisin, linezolid

12 Tempat Pelayanan Poliklinik, ruang rawat inap


13 Penyulit MRSA, DM, DVT
14 Informed Consent Bila perlu
15 Tenaga Standar Dokter Spesialis, Dokter Umum / Residen kulit, perawat yang
terlatih
16 Lama Perawatan 7 hari (bila tidak ada penyulit
17 Masa Pemulihan 7 hari
18 Hasil Sembuh dengan sempurna
19 Patologi Dikerjakan untuk konfirmasi diagnosis
20 Otopsi Bila diperlukan
21 Prognosis Dubius ad Bonam
22 Tindak Lanjut Kontrol Poliklinik Kulit dan Kelamin
23 Tingkat Eviden & Ia & A
Rekomendasi
24 Indikator Medis Edema hilang, lesi menjadi macula hiperpigmentasi
25 Edukasi 1. Elevasi tungkai selama perawatan di ruang perawatan
2. Jika terdapat luka, agar dirawat dengan baik sehingga tidak
terjadi infeksi
26 Kepustakaan Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine 8th edition 2012

PANDUAN PRAKTEK KLINIS


SMF : Kulit dan Kelamin
IMPETIGO
RSUP SANGLAH 2014
DENPASAR
1 No.ICD 10 L01
2 Diagnosis Impetigo
3 Pengertian Impetigo adalah infeksi bakteri superfisial yang disebabkan oleh
Staphylococcus atau Streptococcus beta hemoliticus grup A.
ditandai dengan adanya bula, erosi yang ditutupi oleh krusta
kekuningan.
4 Anamnesis Gelembung berair atau luka pada daerah wajah, sekitar hidung dan
ketiak
5 Pemeriksaan Fisik 1. Impetigo krustosa: erosi ditutupi krusta kekuningan seperti
madu
2. Impetigo bulosa: bula berdinding kendor (hipopion), dan erosi.

6 Kriteria Diagnosis Pemeriksaan Fisik, gram, kultur dan tes sensitivitas pada lesi
7 Diagnosis Banding Herpes simpleks, varisela, dermatitis kontak
8 Pemeriksaan Penunjang 1. Pengecatan gram
2. Kultur dan tes sensitivitas
3. DL
9 Konsultasi Mikrobiologi, Pediatri (bila terjadi penyulit ), penyakit dalam
10 Perawatan Rumah Sakit Tidak diperlukan kecuali dengan penyulit
11 Terapi/tindakan ( ICD 9 – Salep topikal mengandung asam fusidat dan mupirosin, antibiotika
CM) sistemik jika lesi luas seperti amoksisilin, kloksasilin, eritromisin
12 Tempat Pelayanan Poliklinik
13 Penyulit 1. Sepsis
2. Staphylococcal scalded skin sindrome
3. Glomerulonefritis akut
14 Informed Consent Bila Perlu
15 Tenaga Standar Dokter Spesialis, Residen kulit dan kelamin, perawat yang terlatih
16 Lama Perawatan 1 Minggu
17 Masa Pemulihan 5-7 hari
18 Hasil Sembuh tanpa cacat
19 Patologi -
20 Otopsi Tidak diperlukan
21 Prognosis Dubius ad bonam
22 Tindak Lanjut Kontrol poli klinik kulit dan kelamin
23 Tingkat Eviden & Ia dan rekomendasi A
Rekomendasi
24 Indikator Medis Bula hilang, erosi hilang, tidak ada lesi baru.
25 Edukasi Menjaga kebersihan, cuci tangan setelah memegang lesi, dapat
menular
26 Kepustakaan Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine 8th edition 2012

PANDUAN PRAKTEK KLINIS


SMF : Kulit dan Kelamin
PRURIGO NODULARIS
RSUP SANGLAH 2014
DENPASAR
1 No.ICD 10 L28.1
2 Diagnosis Prurigo Nodularis
3 Pengertian Suatu kondisi kulit kronis yang ditandai oleh adanya rasa gatal
yang hebat, dengan manifestasi klinis berupa nodul hiperkeratotik
dan eskoriasi
4 Anamnesis Gatal yang hebat, riwayat garukan di daerah ekstremitas atas dan
bawah.
5 Pemeriksaan Fisik Nodul padat multipel, permukaan hiperkeratotik, simetris,
ekskoriasi, ukuran bervariasi dari 0,5-3 cm,
6 Kriteria Diagnosis Anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang (PA)
7 Diagnosis Banding 1. Perforating disease
2. Liken planus hipertropik
3. Pemfigoid nodularis
4. Actinic prurigo
5. Multiple keratoachantomas
6. Skabies nodular
7. Dermatitis herpetiformis
8 Pemeriksaan Penunjang DL, BUN, SC, Biopsi Kulit untuk Histopatologi
9 Konsultasi PA, penyakit dalam
10 Perawatan Rumah Sakit Tidak diperlukan
11 Terapi/tindakan ( ICD 9 – Desoksimetason 0,25% salep kulit, injeksi triamsinolon asetonid
CM) intralesi, CTM 4mg @ 8 jam atau loratadine 10 mg @ 24 jam.
12 Tempat Pelayanan Poliklinik Kulit dan Kelamin
13 Penyulit Infeksi sekunder, imunokompromais (DM, gagal ginjal, HIV,
gangguan fungsi hati)
14 Informed Consent bila dilakukan tindakan
15 Tenaga Standar Dokter Spesialis, Residen kulit dan kelamin
16 Lama Perawatan 30 hari
17 Masa Pemulihan 21 hari – 30 hari
18 Hasil Post inflamasi hiperpigmentasi
19 Patologi Terjadi parakeratosis, hipergranulosis, hyperplasia epidermis
psoriasis form,penebalan kolagen papilan dermis dan dapat
dijumpai hipertropi neural
20 Otopsi Tidak diperlukan
21 Prognosis Dubius
22 Tindak Lanjut Kontrol poliklinik Kulit dan Kelamin
23 Tingkat Eviden & Ia dan A
Rekomendasi
24 Indikator Medis Rasa gatal berkurang sampai hilang, nodul menipis atau hilang
25 Edukasi Tidak menggaruk lesi, memakai pakaian tertutup untuk
menghindari garukan
26 Kepustakaan Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine 8th edition 2012
PANDUAN PRAKTEK KLINIS
SMF : Kulit dan Kelamin
VARICELA
RSUP SANGLAH 2014
DENPASAR
1 No.ICD 10 B01
2 Diagnosis Varicella
3 Pengertian Manifestasi kulit yang disebabkan oleh infeksi virus varisela zoster
yang ditandai dengan adanya papul kemerahan, vesikel, pustul,
krusta.
4 Anamnesis Badan panas, sakit kepala, malaise, nafsu makan menurun, nyeri
otot disusul oleh munculnya bintil-bintil berair terutama di daerah
badan.
5 Pemeriksaan Fisik Papul eritema, vesikulae, pustulae, erosi ditutupi krusta, disertai
limfadenopati.
6 Kriteria Diagnosis Anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang (Tzanck
tes, gram)
7 Diagnosis Banding 1. Herpes zoster generalisata
2. Variola
8 Pemeriksaan Penunjang 1. Tes Tzanck
2. Gram bila ada infeksi sekunder.
9 Konsultasi Bila ada penyulit seperti pneumonia
10 Perawatan Rumah Sakit 
11 Terapi/tindakan ( ICD 9 – 1. VFD NaCl 0,9% 20 tts per menit
CM) 2. Asiklovir 800 mg @ 4 jam
anak 80mg/kgBB/hari terbagi dalam 6 jam untuk 5 hari
3. Valasiklovir 1gr @ 8 jam (dewasa); Anak 8-12 tahun
20mg/kgBB @ 8 jam per hari selama 5 hari
4. Parasetamol 500 mg @ 8 jam
anak 10 mg/kgBB @8jam
5. Topikal
 Bedak salisilat 1% (untuk lesi yang belum pecah)
 Antibiotik topikal natrium fusidat (untuk lesi yang sudah
pecah)
12 Tempat Pelayanan Ruang poliklinik Kulit dan Kelamin, ruang rawat inap
13 Penyulit Gangguan keseimbangan cairan / elektrolit, Pneumoni,
encephalitis.
14 Informed Consent Bila Perlu
15 Tenaga Standar Dokter Spesialis, Residen kulit dan kelamin, perawat yang terlatih
16 Lama Perawatan 1 minggu
17 Masa Pemulihan 10 hari- 14 hari
18 Hasil Sembuh
19 Patologi Tidak perlu
20 Otopsi Tidak perlu
21 Prognosis Dubius ad bonam
22 Tindak Lanjut Kontrol Poli Kulit dan Kelamin
23 Tingkat Eviden & Ia dan A
Rekomendasi
24 Indikator Medis Vesikel hilang, tidak ada lesi baru, krusta hilang dan terjadi
hiperpigmentasi untuk sementara, panas badan tidak ada.
25 Edukasi Menghindarti penularan terhadap orang lain, Istirahat, makan
minum bebas, boleh mandi.
26 Kepustakaan Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine 8th edition 2012

PANDUAN PRAKTEK KLINIS


SMF : Kulit dan Kelamin
Herpes zoster
RSUP SANGLAH 2014
DENPASAR
1 No.ICD 10 B02
2 Diagnosis Herpes Zoster
3 Pengertian Penyakit yang menyerang kulit dan mukosa disebabkan oleh
reaktivasi virus varisela-zoster.
4 Anamnesis Didahului dengan gejala prodormal (demam, malaise), diikuti
nyeri dermatom sebelum timbulnya lesi, disertai rasa panas dan
terbakar, selanjutnya timbul vesikel.
5 Pemeriksaan Fisik makula eritema dengan vesikel multipel bergerombol di atasnya.
Kelompok lesi tersebut tersebar sesuai peta dermatom. Vesikel
awalnya berisi cairan jernih, dalam beberapa hari akan menjadi
purulent dan apabila pecah akan membentuk krusta. Diantara
vesikel bergerombol terdapat kulit yang normal. Terdapat
pembengkakan kalenjar limfe regional
6 Kriteria Diagnosis Anamnesis, Klinis, Pemeriksaan penunjang
7 Diagnosis Banding Herpes Simpleks zosteriformis, dermatitis venenata, insect bite
8 Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan Sitologi (Tzanck Smear) : ditemukan sel datia berinti
banyak
9 Konsultasi Ophtalmologi, THT-KL, Neurologi, Anastesi dan Rehabilitasi
Medis
10 Perawatan Rumah Sakit Perawatan rawat inap untuk kasus herpes zoster optalmika dan
sindrom Ramsay-Hunt
11 Terapi/tindakan ( ICD 9 – 1. IVFD NaCl 0.9% 20 tts/menit
CM) 2. Sistemik:
a. Asiklovir 5x800mg/hari (7-10 hari) atau valasiklovir 1000
mg @ 8 jam (72 jam pertama setelah timbul ruam kulit).
Anak 80mg/kgBB/hari terbagi @ 6 jam
b. Asam mefenamat 250 – 500 mg @ 8jam atau parasetamol
500mg @ 4 jam. anak: 10 mg/kgBB @8jam
1. Pengobatan topikal:
a. Stadium vesikuler: bedak salisil 1 % dan mentol 0,5
%
b. Bila lesi basah diberikan kompres dengan larutan
salin.
c. Lesi erosi diberikan natrium fusidat krim @ 12 jam
5. Neurotropik vitamin B1B6B12 (B1 1x100mg, B6
1x100mg, B12 1x200mcg).
6. Metilprednisolon 16mg 2x sehari (pagi dan siang)
diberikan untuk kasus herpes zoster ophtalmika, sindrom
Ramsay-Hunt atau terdapat paresis nervus fasialis. Anak
0,5-1,7 mg/kg/hari IV/PO/IM terbagi @12jam
7. Amitriptilin 25mg @ 24 jam (malam hari) diberikan untuk
kasus neuralgia paska herpetika .

12 Tempat Pelayanan Poliklinik Kulit dan Kelamin


13 Penyulit Keadaan imunodefisiensi, Sindrom Ramsay-Hunt, dan neuralgia
paska herpetika, paresis nervus fasialis
14 Informed Consent Bila diperlukan
15 Tenaga Standar Dokter spesialis, Residen kulit dan kelamin, perawat yang terlatih
16 Lama Perawatan 7 - 10 hari
17 Masa Pemulihan 1–2 minggu
18 Hasil Sembuh, jaringan parut serta komplikasi neurologikal (neuralgia
paska herpetika)
19 Patologi -
20 Otopsi -
21 Prognosis Dubius ad bonam
22 Tindak Lanjut Kontrol poliklinik Kulit dan Kelamin pada hari ke- 7
23 Tingkat Eviden & Tingkat eviden 1a dan rekomendasi grade A
Rekomendasi
24 Indikator Medis Vesikel hilang, lesi baru tidak ada, krusta hilang, terjadi
hiperpigmentasi untuk sementara
25 Edukasi - Menghindarkan penularan terhadap orang lain
- Minum yang banyak, diperbolehkan mandi
- Menjelaskan kemungkinan terjadinya neuralgia paska
herpetika
26 Kepustakaan 1. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine Section 31
Chapter 194 : Varicella and Herpes Zoster
2. Center for Disease Control and Prevention : Shingles (Herpes
Zoster)
PANDUAN PRAKTEK KLINIS
SMF : Kulit dan Kelamin
FURUNKEL
RSUP SANGLAH 2014
DENPASAR
1 No.ICD 10 L02.0-9
2 Diagnosis Furunkel
3 Pengertian Radang pada folikel rambut dan jaringan kulit sekitarnya.
4 Anamnesis Benjolan pada kulit dengan kemerahan di kulit sekitarnya, disertai
rasa nyeri.
5 Pemeriksaan Fisik Pustul folikuler disertai dengan eritema di sekitarnya (nodul), pada
puncaknya terdapat pungtat (core)
6 Kriteria Diagnosis Anamnesis, pemeriksaan fisik, Pemeriksaan penunjang
7 Diagnosis Banding Karbunkel, multipel abses
8 Pemeriksaan Penunjang 1. Pemeriksaan Gram dari pus
2. Pemeriksaan kultur dan sensitivitas dari dasar lesi
3. DL, BS acak
9 Konsultasi Mikrobiologi Klinik (konsultasi hasil pemeriksaan penunjang)
10 Perawatan Rumah Sakit Poliklinik Kulit dan Kelamin
11 Terapi/tindakan ( ICD 9 – 1. Pengobatan sistemik:
CM) a. amoksisilin + asam klavulanat Dosis dewasa: 500
mg @ 8 jam , Dosis anak: 25 mg/kgBB/hari terbagi
dalam 3 dosis pemberian (@ 8jam selama 5-7 hari
b. Sefadroksil 2 x 500 mg p.o/hari selama 5 – 7 hari
atau sesuai dengan tes sensitivitas. ( Untuk pasien
yang tidak membaik dengan antibiotika golongan
penisilin)
Eritromisin dosis dewasa: 500 mg @ 6 jam, anak: 20-50
mg/kgBB/hari terbagi 4 dosis, selama 5-7 hari, atau Klindamisin
300 mg @ 8 jam selama 5 – 7 hari (untuk hipersensitif terhadap
penisilin)
4. Antipiretik/Analgetik : paracetamol 500 mg @ 8 jam
5. Pengobatan topikal natrium fusidat krim @ 12 jam
12 Tempat Pelayanan Poliklinik Kulit dan Kelamin
13 Penyulit Limfadenitis supuratif, Bakteremia (sepsis), diabetes melitus
14 Informed Consent Bila perlu
15 Tenaga Standar Dokter spesialis, Residen kulit dan kelamin, perawat terlatih
16 Lama Perawatan 5-7 hari
17 Masa Pemulihan 5 – 7 hari
18 Hasil Sembuh, hiperpigmentasi untuk sementara
19 Patologi -
20 Otopsi -
21 Prognosis Dubius ad bonam
22 Tindak Lanjut Kontrol poliklinik Kulit dan Kelamin pada hari -7 paska
pemberian terapi antibiotika
23 Tingkat Eviden & Tingkat eviden 1a dan rekomendasi grade A
Rekomendasi
24 Indikator Medis Klinis
25 Edukasi Edukasi menghindarkan penularan terhadap orang lain, menjaga
kebersihan lingkungan dan peroranga
26 Kepustakaan Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine Section

PANDUAN PRAKTEK KLINIS


SMF : Kulit dan Kelamin
Tuberkulosis Kutis
RSUP SANGLAH 2014
DENPASAR
1 No.ICD 10 A18.4
2 Diagnosis Tuberkulosis Kutis
3 Pengertian Infeksi pada kulit yang disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis atau strain sejenis lainnya, bersamaan dengan reaksi
inflamasi dari penyakit tuberkulosis
4 Anamnesis Lesi kulit yang kronis, dapat berupa benjolan atau plakat, keringat
malam hari, serta demam hilang timbul.
5 Pemeriksaan Fisik Plak dengan permukaan verukosa, papul, nodul, ulkus yang tidak
nyeri, terdapat warna keunguan di sekitarnya
Terdapat 4 tipe :
1. Inokulasi primer
2. Tuberkulosis kutis verukosa
3. Lupus Vulgaris
4. Skrofuloderma
6 Kriteria Diagnosis Anamnesis, klinis, Pemeriksaan penunjang
7 Diagnosis Banding Isifilis tersier, sporotrikosis, kromomikosis, blastomikosis,
aktinomikosis, sarkoidosis, lupus eritematosus, liken planus,
hidradenitis supurativa, infeksi M.scrofulaceum, kusta,
leishmaniasis
8 Pemeriksaan Penunjang 1. Pemeriksaan pulasan Ziel-Nielsen: ditemukan bakteri tahan
asam
2. Histopatologi
3. Rontgen
4. Kultur bakteri: ditemukan M.tuberculosis
5. PCR
6. DL dan LED
9 Konsultasi Mikrobiologi Klinik + Biomolekuler, Paru, OBGYN (untuk pasien
wanita), Radiologi, VCT (bila perlu)
10 Perawatan Rumah Sakit Rawat jalan (poliklinis)
11 Terapi/tindakan ( ICD 9 – Fase inisial
CM) INH, RIF, PZA, EMB 7 hari perminggu untuk 56 dosis (8 minggu)
atau 5 hari perminggu untuk 40 dosis (8 minggu)
Fase lanjutan
INH/RIF 7 Hari perminggu untuk 126 dosis (18 minggu) atau 5 hari
perminggu untuk 90 dosis (18 minggu)
Keterangan:
Rifampisin 10-20 mg/kg/day IV/PO atau 10-20 mg/kg PO 2x
seminggu
(DOT) tidak lebih dari 600 mg/hari,
Isoniazid 5 mg/kg PO/IM per hari, tidak lebih dari 300mg per hari
atau 15 mg/kg PO/IM tidak lebih dari 900 mg 1-3 kali per minggu,
Pyrazinamid 15-30 mg/kg PO per hari tidak lebih dari 2g per hari
atau 50 mg/kg PO 2x seminggu tidak lebih dari 2g per dosis, dan
Etambutol 15-25 mg/kg/hari PO tidak lebih dari 1g/hari atau
50mg/kg PO 2x/minggu tidak lebih dar9i 2,5g per dosis selama 2
bulan
12 Tempat Pelayanan Poliklinik Kulit dan Kelamin dan Poliklinik Paru
13 Penyulit Jaringan parut, Elephantiasis, penyebaran ke organ dalam.
14 Informed Consent Bila ada tindakan
15 Tenaga Standar Dokter spesialis dan Residen kulit dan kelamin, Dokter spesialis
dan residen penyakit dalam (divisi pulmonologi)
16 Lama Perawatan 8 minggu fase inisial dilanjutkan 18 minggu fase lanjutan
17 Masa Pemulihan 4-6 bulan
18 Hasil Sembuh dengan jaringan parut
19 Patologi Pola reaksi granuloma : Histiosit epiteloid dengan sel Langerhans
raksasa disertai nekrosis kaseosa yang disekelilingi oleh imfosit dan
monosit. Tuberkulid granuloma (+)
20 Otopsi -
21 Prognosis Dubius
22 Tindak Lanjut Kontrol poliklinik Kulit dan Kelamin dan poliklinik Penyakit
Dalam divisi pulmonologi
23 Tingkat Eviden & 1a dan A
Rekomendasi
24 Indikator Medis Klinis dan pemeriksaan penunjang (LED menjadi normal)
25 Edukasi Menjelaskan cara pemberian obat (efek samping, lama pengobatan)
Menemukan sumber penularan didalam keluarga
Rutin konsumsi obat sesuai dengan jadwal yang sudah diberikan
oleh Pengawas Minum Obat (PMO).
26 Kepustakaan Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, Wolff
K, In : Fitzpatrick’s Dermatology In General Medicine. Eighth ed.
New York : MacGraw-Hill, 2012
PANDUAN PRAKTEK KLINIS
SMF : Kulit dan Kelamin
ULKUS KRURIS
RSUP SANGLAH 2014
DENPASAR
1 No.ICD 10 L-97
2 Diagnosis Ulkus Kruris
3 Pengertian Hilangnya epidermis hingga sebagian atau seluruh dermis di regio
kruris.
4 Anamnesis Luka pada kaki yang terasa nyeri dapat berbau dengan riwayat
trauma, riwayat infeksi sebelumnya,melakukan aktivitas lebih
banyak berdiri, berat badan yang berlebih .
5 Pemeriksaan Fisik Ulkus tropikum: bentuk ulkus lonjong atau bulat, ditutupi jaringan
nekrotik, sekret serosanguinolen, tepi meninggi, dinding landai,
kulit di sekitarnya eritema, nyeri
Ulkus varikosum: Berlokasi di maleolus medialis, dangkal, tepi
rata, jaringan granulasi ditutupi eksudat sedang hingga berat , kulit
sekitarnya hiperpigmentasi, menebal disertai dilatasi vena, pulsasi
A. Dorsalis pedis normal.
Ulkus arteriosum: Berlokasi di maleolus lateralis dan daerah
tibialis, ulkus berbentuk plong (punched out), tepi ireguler, dasar
jaringan nekrotik dengan eksudat minimal, tepi meninggi, kulit
disekitarnya kering, dingin, pucat saat kaki dielevasi. pulsasi A.
Dorsalis pedis lemah. Nyeri hilang timbul yang memburuk saat
malam hari atau saat istirahat.
Ulkus neurotrofik: Berlokasi di bagian plantar kaki pasien dengan
diabetes, kelainan neurologis, atau kusta. Bentuk ulkus bulat dan
dalam (mencapai tulang, membentuk sinus), ditutupi jaringan
nekrotik, kulit di sekelilingnya hiperkeratotik dan kering.
6 Kriteria Diagnosis Mikrobiologi Klinik , Penyakit Dalam, BTKV
7 Diagnosis Banding 1. Ulkus tropikum
2. Ulkus varikosum
3. Ulkus arteriosum
4. Ulkus neurotrofik
Pioderma gangrenosum tipe ulseratif
8 Pemeriksaan Penunjang DL, BS acak, Gram, Kultur, tes ABI, histo PA
9 Konsultasi • Mikrobiologi Klinik , Penyakit Dalam, BTKV
10 Perawatan Rumah Sakit • Rawat inap
11 Terapi/tindakan ( ICD 9 – Ulkus tropikum:
CM) • Nutrisi adekuat
• Kompres dengan povidon iodine 1%
• Amoxicilline + asam clavulanat 1gr @ 8 jam selama 7-10
hari
• Antibiotik sesuai hasil kultur
• Debridement
Ulkus varikosum:
• Mekanik: Elevasi tungkai, stoking kompresi, perban
kompresi
• Obat-obatan: aspirin 300–325 mg/hari, pentoxifyline
400mg PO @8jam, mupirosin krim, topikal steroid
(dermatitis stasis)
Amoxicilline+asam clavulanat 625mg @ 8 jam (bila ada infeksi
sekunder)
• Perawatan luka:
• dressing kering dan dressing basah (Kompres
dengan cairan NaCl 0.9%) yang tidak lengket pada
luka
• dressing oklusif hidrokoloid atau jel
• Unna boot ( bebat dengan pasta zinc)
• Bedah (skleroterapi, stripping vena savena)
Ulkus arteriosum:
• Revaskularisasi bedah
• Obat antiplatelet
• Kompres dengan cairan Nacl 0,9%
• Amoxicilline + asam clavulanat 625mg @ 8 jam
• Asam mefenamat 500mg @ 8 jam
• Debridemen oleh BTKV
Ulkus neurotrofik:
• Kurangi beban tekanan, kelembaban berlebih, dan gesekan.
• Nutrisi adekuat
• Kompres dengan cairan NaCl 0.9%
• Amoxicilline + asam clavulanat 625mg @ 8 jam ( bila ada
infeksi sekunder).
• Mencari dan mengobati penyakit yang mendasari.
Nekrotomi
12 Tempat Pelayanan Poliklinik Kulit dan Kelamin
13 Penyulit Diabetes mellitus, Hipertensi, Morbus Hansen, Varises,
insufisiensi arteri
14 Informed Consent Diperlukan
15 Tenaga Standar Dokter spesialis, Residen kulit dan kelamin, perawat terlatih
16 Lama Perawatan 10-14 hari
17 Masa Pemulihan 6-12 minggu
18 Hasil Ulkus menutup
19 Patologi Hilangnya sebagian atau seluruh jaringan epidermis dan dermis
yang disertai dengan kondisi dasar (kelainan vascular, infeksi
maupun keganasan).
20 Otopsi Tidak diperlukan
21 Prognosis Dubius
22 Tindak Lanjut Kontrol poliklinik Kulit dan Kelamin
23 Tingkat Eviden & 1a dan A
Rekomendasi
24 Indikator Medis Klinis dan laboratorium
25 Edukasi Menjelaskan dan menjalankan pengobatan penyakit yang
mendasari, Menjaga higiene (boleh mandi), tidak berdiri terlalu
lama, menghindari penularan, menghindari paparan suhu ekstrim,
menghindari trauma, menggunakan alas kaki.
26 Kepustakaan  Fitzpatrick’s Dermatology In General Medicine. Eighth ed.
New York : MacGraw-Hill, 2012
 Agale SV. Chronic leg ulcers: epidemiology,
aetiopathogenesis, and management. Ulcers,vol. 2013,
Article ID 413604, 9 pages, 2013.
Doi:10.1155/2013/413604
 Puri V, Venkateshwaran N, Khare N. Trophic ulcers-
Practical management guidelines. Indian J Plast Surg. 2012
May-Aug; 45(2): 340-351

PANDUAN PRAKTEK KLINIS


SMF ILMU KESEHATAN KULIT & KELAMIN
STAPHYLOCOCCAL SCALDED SKIN SYNDROME (SSSS)
RSUP SANGLAH 2014
DENPASAR

No. ICD 10 L00


Diagnosis Staphylococcal Scalded Skin Syndrome (SSSS)
Pengertian Kelainan kulit berupa pengelupasan kulit yang superfisial dan luas,
disebabkan oleh eksotoksin Staphylococcus aureus
Anamnesis  Diawali dengan demam, lemas, batuk, pilek, sakit mata, atau
kemerahan di sekitar mulut dan pusar.
 Muncul kemerahan pada kulit wajah, leher, ketiak, lipat paha yang
kemudian menyebar ke seluruh tubuh dalam 24 jam. Muncul
gelembung yang mudah pecah dalam 1-2 hari, terjadi pengelupasan
kulit seperti lembaran.
Pemeriksaan Fisik Makula eritema batas tidak tegas, bula superfisial yang mudah pecah,
deskuamasi superfisial yang luas dengan skuama berbentuk lembaran.
Tanda Nikolsky positif.
Kriteria Diagnosis Anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
Diagnosis Banding 1. Toxic Epidermal Necrosis (TEN)
2. Impetigo bulosa
Pemeriksaan  DL, elektrolit
Penunjang
 Gram, kultur dan uji sensitivitas dari swab tenggorokan, umbilikus dan
nares
Konsultasi Bagian Anak, THT
Perawatan Rumah Rawat inap
Sakit
Terapi / tindakan Sistemik :
(ICD 9-CM)  Amoksisilin + asam klavulanat 25 mg/kgBB dalam 3 dosis terbagi @ 8
jam selama 5-7 hari / sesuai dengan hasil kultur dan uji sensitivitas.
 Sefaleksin 500 mg @ 8 jam (dosis dewasa), sefaleksin 100-250 mg @ 8
jam selama 5-7 hari
 Azitromisin 500 mg @ 24 jam selama 3 hari, dosis anak 10 mg/kgBB @
24 jam selama 3 hari (bila terjadi hipersensitivitas dengan amoksisilin).
 Parasetamol 10-15 mg/kgBB/hari (bila demam)

Topikal :
 emolien (pada lesi deskuamasi)
Tempat Pelayanan Ruang rawat inap
Penyulit Sepsis, pneumonia, infeksi MRSA
Informed Consent Perlu
Tenaga Standar Dokter Spesialis Kulit, Residen kulit, perawat
Lama Perawatan 1-2 minggu
Masa Pemulihan 1 minggu
Hasil Dengan penanganan yang tepat, kulit dapat sembuh sempurna tanpa bekas
Patologi Dikerjakan untuk mengetahui penyebabnya
Otopsi Bila diperlukan
Prognosis Dubius ad bonam
Tindak Lanjut Kontrol Poliklinik Kulit dan Kelamin
Tingkat Evidens & Ia & A
Rekomendasi
Indikator Medis Demam turun, deskuamasi hilang
Edukasi Pasien dimandikan atau perawatan kulit, penyakitnya disebabkan oleh
infeksi bakteri dan dapat ditularkan ke orang lain, dapat menimbulkan suatu
komplikasi yang serius
Kepustakaan 1. Paller, A.S., Mancini, A.J. Bacterial, Mycobacterial, and Protozoa
Infection of the Skin In: Hurwitz Clinical Pediatric Dermatology. 4 th ed.
Endinburg: ElsevierSaunders; 2011.p. 330-35.
2. Travers, J.B, Mousdicas, N. Gram-Positive Infection Associated With
Toxin Production. In : In: Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA,
PallerAS, Leffell DJ, Wolff K, editors. Fitzpatrick’s Dermatology in
General Medicine. 8th Ed. New York: McGraw Hill Companies;
2012.p.1710-19.

PANDUAN PRAKTEK KLINIS


SMF : Kulit dan Kelamin
EPIDERMOLISIS BULOSA
RSUP SANGLAH 2014
DENPASAR

1 No.ICD 10 Q81
2 Diagnosis Epidermolisis bulosa
3 Pengertian Kelainan kulit yang ditandai dengan adanya bula akibat trauma
mekanik yang ringan. Diturunkan secara autosomal dominan atau
resesif.
4 Anamnesis Muncul gelembung berair yang terasa nyeri terutama pada tempat-
tempat yang mudah terkena trauma. Onset seringnya setelah lahir, bayi
dan dapat setelah dewasa.
5 Pemeriksaan Fisik Terdapat 3 tipe:
1. Epidermolisis Bulosa Simplek
Ditandai dengan vesikel atau bula pada daerah yang sering terkena
trauma. Pada penyembuhan tidak menimbulkan jaringan parut.
2. Epidermolisis Jungsional
Herlitz JEB: Adanya vesikel dan bula generalisata hingga
melibatkan kuku, pitting pada enamel gigi, erosi mukosa orofaring,
failure to thrive, retardasi mental.
Non-Herlitz JEB: gejala klinis lebih ringan dari Herlitz JEB.
3. Epidermolisis Bulosa Distrofik
Ditandai dengan vesikel dan bula dari saat lahir atau pada masa
anak-anak, tanpa didahului trauma, bulanya lebih ekstensif dan
timbul tanda-tanda distrofik. Pada penyembuhan meninggalkan
sikatriks pada kulit maupun mukosa yang atrofi dan hipertrofi.
6 Kriteria Diagnosis Anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang

7 Diagnosis Banding Bula traumatikum, chronic bullous dermatosis of childhood, sistemik


lupus eritematosus bulosa, pemfigoid sikatrisial.

8 Pemeriksaan  DL, albumin,


Penunjang  Gram, kultur dan tes sensitivitas dari lesi kulit
 Tzank tes
 Pemeriksaan histopatologi

9 Konsultasi Gizi Klinik, rehabilitasi medis, Mata, THT-KL, Psikiatri,


Mikrobiologi, Patologi Anatomi.

10 Perawatan Rumah rawat inap


Sakit
11 Terapi/tindakan Sistemik :
 Amoksisilin + asam klavulanat 25mg/kgBB dalam 3 dosis
terbagi @ 8 jam selama 5-7 hari (Bila ada infeksi)
 Eritromisin 30-50 mg/kgBB/hari selama 5 hari atau sesuai
dengan tes sensitivitas (bila terjadi reaksi hipersensitivitas
terhadap amoksisilin)
 Kortikosteroid (Prednison, Metil Prednisolon) 1-2
mg/kgBB/hari sampai ada perbaikan (untuk kasus berat seperti
EB Jungsional Resesif, EB Distrofik Resesif)
Topikal:
 Kompres Nacl 0,9 % untuk lesi basah.
 Hidrokortison 1% dan kloramfenikol 2% untuk lesi kering
 Emolien

12. Tempat pelayanan Rawat inap, burn unit, NICU/PICU


13. Penyulit Infeksi sekunder, sepsis, deformitas tungkai dan periorifisium rekuren,
karsinoma sel skuamosa dan metastasenya, striktur esofagus, lesi pada
mata (inflamasi, ulkus kornea, kerusakan duktus lakrimalis),
penyempitan jalan nafas dan aspirasi paru, gangguan nutrisi dan
anemia
14. Informed Consent Perlu

15. Tenaga standar Dokter spesialis kulit dan kelamin, residen kulit, perawat

16. Lama perawatan 2-3 minggu


17. Masa pemulihan 3 minggu
18. Hasil Tidak ada bula baru, sikatriks, kelainan pigmentasi sementara, kelainan
pada kuku

19. Patologi Perlu

20. Otopsi Tidak perlu


21. Prognosis Dubius ad bonam (EB Simpleks), dubius ad malam (EB Junctional
resesif dan EB distrofik)
22. Tindak Lanjut Kontrol poliklinik Kulit dan Kelamin

23. Tingkat Evidens & 1a dan A


Rekomendasi
24. Indikator Medis Perbaikan klinis
25. Edukasi  Penyakit ini dapat kambuh, perlu pencegahan terhadap trauma,
 Kemungkinan terjadinya jaringan parut
 Makanan cair atau lembut, hindari makanan panas atau dingin
dan hindari penggunaan bottle feeding.
 Penyakit ini dapat diwariskan (diturunkan secara genetik),

26 Kepustakaan Marinkovich MP. Inherited Epidermolysis Bullosa. In: Goldsmith LA,


Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, Wolff K. Fitzpatrick
dermatology in general medicine. 8th ed. New York: McGraw-Hill,
2012. p. 649-65

PANDUAN PRAKTEK KLINIS


SMF ILMU KESEHATAN KULIT & KELAMIN

RSUP SANGLAH VAGINOSIS BAKTERIAL


DENPASAR 2014

1. No. ICD 10 A64


2. Diagnosis Vaginosis bakterial
3. Pengertian Sindrom klinis akibat perubahan flora normal vagina yang ditandai adanya
duh tubuh vagina berwarna putih keabuan dan berbau amis seperti bau ikan
yang disebabkan oleh Gardnerella vaginalis dan bakteri anaerob lainnya
seperti Bacteroides spp. dan Mobiluncus spp.
4. Anamnesis Keputihan yang berbau amis seperti bau ikan, terutama setelah melakukan
hubungan seksual
5. Pemeriksaan Fisik Vagina: duh tubuh yang homogen, berwarna putih keabuan dan melekat
pada dinding vagina.
6. Kriteria Diagnosis Anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
7. Diagnosis Banding 1. Kandidosis vulvovaginal
2. Trikomoniasis
8. Pemeriksaan Penunjang 1. Preparat Gram: ditemukan clue cell
2. Tes amin (Sniff test): berbau amis seperti bau ikan
3. pH vagina > 4,5
9. Konsultasi Obstetri dan Ginekologi
10. Perawatan Rumah Sakit Rawat jalan
11. Terapi / tindakan 1. Metronidazol 2 gram per oral dosis tunggal, atau
(ICD 9-CM) 2. Metronidazol 500 mg per oral @ 12 jam selama 7 hari, atau
3. Klindamisin 300 mg per oral @ 12 jam selama 7 hari
12. Tempat Pelayanan Poliklinik Kulit dan Kelamin
13. Penyulit 1. Penyakit radang panggul
2. Pada kehamilan dapat menyebabkan abortus, korioamnionitis, infeksi
cairan amnion, infeksi nifas, kelahiran prematur dan his prematur.
14. Informed Consent Tidak perlu
15. Tenaga Standar Dokter spesialis, residen kulit dan kelamin
16. Lama Perawatan 5 – 7 hari
17. Masa Pemulihan 5 – 7 hari
18. Hasil Sembuh
19. Patologi Tidak perlu
20. Otopsi Tidak perlu
21. Prognosis Bonam
22. Tindak Lanjut Kontrol poliklinik Kulit dan Kelamin
23. Tingkat Evidens & Ia dan A
Rekomendasi
24. Indikator Medis Kesembuhan secara klinis dan laboratorium
25. Edukasi 1. Menghilangkan faktor predisposisi seperti penggunaan bahan antiseptik
vaginal atau bahan pembilas vagina (vaginal douche).
2. Pasien dengan pengobatan metronidazol agar disarankan untuk tidak
mengkonsumsi alkohol selama menggunakan obat tersebut sampai
dengan 24 jam sesudah penggunaan obat yang terakhir dan diminum
sesudah makan.
26. Kepustakaan 1. Holmes, K.K., Sparling, P.F., Stamm, W.E., Piot, P., Wasserheit, J.N.,
Corey, L., Cohen, M.S., Watts, D.H., In: Sexually Transmitted
Diseases. Forth ed. New York: MacGraw-Hill, 2008.
2. Pedoman penatalaksanaan IMS oleh Kelompok Studi IMS Indonesia
(KSIMSI) tahun 2011.
3. Department of Health and Human Services Centers for Disease Control
and Prevention. In: Sexually Transmitted Diseases Treatment
Guidelines, 2010.

PANDUAN PRAKTEK KLINIS


SMF ILMU KESEHATAN KULIT & KELAMIN

RSUP SANGLAH HERPES GENITALIS


DENPASAR 2014
1. No. ICD 10 A60.0
2. Diagnosis Herpes Genitalis
3. Pengertian Penyakit infeksi pada genitalia yang disebabkan oleh Herpes Simplex Virus
(HSV) dengan gejala yang khas berupa vesikel atau erosi multipel di atas
kulit/mukosa yang eritema dan bersifat rekuren.
4. Anamnesis  Bintil-bintil berair pada daerah kelamin yang mudah pecah dan menjadi
luka.
 Sebelum muncul bintil-bintil berair dapat diawali oleh rasa terbakar
atau gatal.
 Dapat disertai keluhan lain seperti demam dan nyeri otot.
5. Pemeriksaan Fisik 1. Infeksi primer:
 Gerombolan vesikel di atas kulit eritema, dapat disertai pembesaran
kelenjar limfe regional yang nyeri pada perabaan.
 Lokasi:
 Pria umumnya pada prepusium, glans penis, batang penis,
uretra dan daerah anal pada homoseksual, jarang pada skrotum.
 Wanita umumnya pada labia mayora/minora, klitoris, introitus
vagina atau serviks.
2. Infeksi rekuren:
 Gejala lebih ringan.
 Lokasi umumnya sama dengan lokasi infeksi primer, biasanya tidak
disertai gejala konstitusi.
 Lesi berupa vesikel bergerombol di atas kulit eritema tapi jumlah
lesi lebih sedikit dan unilateral.
 Limfadenopati inguinal dapat dijumpai.
3. Infeksi asimtomatik: tidak memberikan gejala klinis, tapi ada HSV di
dalam tubuhnya.
6. Kriteria Diagnosis Anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
7. Diagnosis Banding  Ulkus mole
 Afek primer limfogranuloma venereum
 Herpes zoster
 Ulkus durum
8. Pemeriksaan Penunjang 1. Pemeriksaan sitologi (Tzanck test): ditemukan sel datia berinti banyak
(multinucleated giant cell)
2. Serologi: adanya antibodi spesifik (IgM atau IgG anti HSV-2 & HSV-1)
9. Konsultasi Obstetri dan Ginekologi
10. Perawatan Rumah Sakit 1. Rawat inap pada kasus herpes genitalis primer yang berat.
2. Rawat jalan pada kasus herpes genitalis primer dan rekuren.
11. Terapi / tindakan 1. Infeksi primer: asiklovir 5x200 mg/hari per oral selama 7 hari atau
(ICD 9-CM) valasiklovir per oral 2x500 mg selama 7 hari.
2. Infeksi rekuren: asiklovir 5x200 mg/hari per oral selama 5 hari atau
valasiklovir 2x500 mg per oral selama 5 hari.
3. Antipiretik bila demam.
4. Topikal: kompres larutan salin, povidon iodine 1%.
5. Untuk mengurangi nyeri: analgetik seperti asam mefenamat 500 mg per
oral @ 8 jam atau antalgin 500 mg per oral @ 8 jam.
6. Bila terdapat infeksi sekunder diberikan antibiotik seperti amoksisilin +
asam klavulanat 625 mg per oral @ 8 jam, bila alergi terhadap golongan
penisilin diberikan eritromisin 500 mg @ 6 jam.
12. Tempat Pelayanan 1. Ruang rawat inap untuk kasus herpes genitalis primer yang berat.
2. Poliklinik Kulit dan Kelamin untuk kasus herpes genitalis primer dan
rekuren.
13. Penyulit 1. Infeksi sekunder
2. Konstipasi, inkontinensia dan atau retensi urin
3. Meningitis aseptik
4. Herpes genitalis pada kehamilan
5. Herpes genitalis pada imunokompromais
14. Informed Consent Tidak perlu
15. Tenaga Standar Dokter spesialis, residen kulit dan kelamin
16. Lama Perawatan 5 – 7 hari
17. Masa Pemulihan 7 – 10 hari
18. Hasil Sembuh, tetapi dapat terjadi rekurensi
19. Patologi Tidak perlu
20. Otopsi Tidak perlu
21. Prognosis Dubius ad bonam
22. Tindak Lanjut Kontrol poliklinik Kulit dan Kelamin
23. Tingkat Evidens & Ia dan A
Rekomendasi
24. Indikator Medis Kesembuhan secara klinis

25. Edukasi 1. Abstinensia melakukan hubungan seksual sampai sembuh secara klinis.
2. Penggunaan kondom secara konsisten untuk mencegah penularan
kepada pasangan seksual

PANDUAN PRAKTEK KLINIS


SMF ILMU KESEHATAN KULIT & KELAMIN

RSUP SANGLAH KANDIDOSIS VULVOVAGINAL DAN BALANITIS KANDIDA


DENPASAR 2014

1. No. ICD 10 B37.3 (Kandidosis vulvovaginal)


B37.4 (Balanitis kandida)
2. Diagnosis Kandidosis vulvovaginal
Balanitis kandida
3. Pengertian  Kandidosis vulvovaginal (KVV) adalah infeksi Candida spp.
khususnya Candida albicans pada vagina dan/atau vulva. Ditandai
dengan keputihan menggumpal seperti susu yang tidak berbau dan
disertai rasa gatal.
 Balanitis kandida adalah infeksi Candida spp. pada glans penis.
Ditandai dengan rasa gatal atau panas di sekitar kelamin
4. Anamnesis 1. Pada wanita: keputihan yang tidak berbau tetapi disertai rasa gatal atau
panas pada kemaluan dan daerah sekitarnya.
2. Pada pria: rasa gatal atau panas di sekitar kelamin.
5. Pemeriksaan Fisik 1. Pada wanita:
 Dinding vagina: eritema dan edema disertai duh tubuh berwarna
putih (pseudomembran), menggumpal seperti susu basi atau
gumpalan keju (cottage cheese).
 Vulva dan lipat paha: maserasi, pseudomembran, fisura dan lesi
satelit papulopustuler.
2. Pada pria: mukosa glans penis eritema dan edema disertai
pseudomembran berwarna putih di atasnya serta dapat dijumpai fisura
pada prepusium.
6. Kriteria Diagnosis Anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
7. Diagnosis Banding 1. Wanita: trikomoniasis, vaginosis bakterial.
2. Pria: fixed drug eruption, dermatitis kontak alergi, dermatitis kontak
iritan.
8. Pemeriksaan Penunjang 1. Preparat KOH 10-20 %: ditemukan blastospora dan pseudo hifa.
2. Preparat Gram dari duh tubuh vagina dan uretra: ditemukan blastopsora.
9. Konsultasi Obstetri dan Ginekologi
10. Perawatan Rumah Sakit Rawat jalan
11. Terapi / tindakan 1. Pada kandidosis vulvovaginal tanpa kehamilan:
a. Klotrimazol 500 mg intravagina dosis tunggal, atau
(ICD 9-CM)
b. Flukonazol* 150 mg per oral dosis tunggal, atau
c. Itrakonazol* 200 mg per oral dosis tunggal, atau
d. Nistatin 100.000 IU intravagina setiap hari selama 7 hari
2. Pada kandidosis vulvovaginal dengan kehamilan, pengobatan yang
dianjurkan hanya derivat azol topikal
3. Pada pria: krim nistatin atau klotrimazol topikal yang dioleskan 2 kali
sehari selama 7 hari
*
Tidak boleh diberikan kepada ibu hamil, ibu menyusui dan anak dibawah
usia 12 tahun.
12. Tempat Pelayanan Poliklinik Kulit dan Kelamin
13. Penyulit 1. Kandidosis vulvovaginal rekuren dan kronis
2. Ko-infeksi dengan bakterial vaginosis dan trikomoniasis
3. Kandidosis vulvovaginal dan balanitis kandida pada imunokompromais
14. Informed Consent Tidak perlu
15. Tenaga Standar Dokter spesialis, residen kulit dan kelamin
16. Lama Perawatan 5 - 7 hari
17. Masa Pemulihan 5 - 7 hari
18. Hasil Sembuh
19. Patologi Tidak perlu
20. Otopsi Tidak perlu
21. Prognosis Bonam
22. Tindak Lanjut Kontrol poliklinik Kulit dan Kelamin
23. Tingkat Evidens & Ia dan A
Rekomendasi
24. Indikator Medis Kesembuhan secara klinis dan laboratorium
25. Edukasi 1. Pada wanita agar menghilangkan faktor predisposisi seperti penggunaan
bahan antiseptik vaginal atau bahan pembilas vagina (vaginal douche).
2. Pada pria agar menjaga daerah glans penis tetap kering dan bersih, salah
satu caranya dengan sirkumsisi.
3. Pada kasus yang sering mengalami kekambuhan dianjurkan untuk
melakukan pemeriksaan dan pengobatan pada pasangan seksualnya.
26. Kepustakaan 1. Holmes, K.K., Sparling, P.F., Stamm, W.E., Piot, P., Wasserheit, J.N.,
Corey, L., Cohen, M.S., Watts, D.H., In: Sexually Transmitted
Diseases. Forth ed. New York: MacGraw-Hill, 2008.
2. Pedoman penatalaksanaan IMS oleh Kelompok Studi IMS Indonesia
(KSIMSI) tahun 2011.
3. Department of Health and Human Services Centers for Disease Control
and Prevention. In: Sexually Transmitted Diseases Treatment
Guidelines, 2010.

PANDUAN PRAKTEK KLINIS


SMF ILMU KESEHATAN KULIT & KELAMIN

RSUP SANGLAH TRIKOMONIASIS


DENPASAR 2014

1. No. ICD 10 A59


2. Diagnosis Trikomoniasis
3. Pengertian Penyakit infeksi pada traktus urogenitalis bagian bawah wanita maupun
pria yang disebabkan oleh Trichomonas vaginalis. Pada wanita ditandai
dengan adanya keputihan, jumlah banyak, warna kehijauan dan berbusa,
berbau busuk disertai rasa gatal dan perih pada kemaluan dan kulit
sekitarnya. Pada pria ditandai dengan adanya rasa gatal pada saluran
kencing, nyeri kencing kadang disertai keluarnya cairan dari saluran
kencing.
4. Anamnesis 1. Keluhan umumnya muncul 2 – 28 hari setelah berhubungan seksual
2. Pada wanita:
 Umumnya mengeluh adanya keputihan, jumlah banyak, warna
kehijauan dan berbusa, berbau busuk disertai rasa gatal dan
perih pada kemaluan dan kulit sekitarnya.
 Keluhan lain yang mungkin terjadi: nyeri saat kencing, sering
kencing, nyeri saat berhubungan seksual, perdarahan setelah
berhubungan seksual dan perdarahan diantara siklus
menstruasi.
3. Pada pria:
Rasa gatal pada saluran kencing, nyeri kencing kadang disertai
keluarnya cairan dari saluran kencing.
5. Pemeriksaan Fisik 1. Pada wanita:
 Dinding vagina eritema, edema, dengan duh tubuh berwarna kuning
kehijauan, berbuih dan berbau busuk.
 Serviks dapat ditemukan bintik-bintik perdarahan sehingga
menyerupai granuloma (strawberry cervix).
2. Pada pria: orifisium uretra eksternum tampak eritema, edema disertai
keluarnya duh tubuh serous, mukoid atau seropurulen.
6. Kriteria Diagnosis Anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang.
7. Diagnosis Banding 1. Pada wanita: vaginosis bakterial, kandidosis vulvovaginal, servisitis
gonokokal, servisitis nongonokokal.
2. Pada pria: uretritis gonokokal, uretritis non gonokokal.
8. Pemeriksaan Penunjang  Pemeriksaan sediaan basah dengan larutan fisiologis untuk mengamati
adanya Trichomonas vaginalis.
 pH vagina: > 5
9. Konsultasi Obstetri dan Ginekologi
10. Perawatan Rumah Sakit Rawat jalan
11. Terapi / tindakan 1. Pada wanita:
a. Metronidazol 2 gram per oral dosis tunggal, atau
(ICD 9-CM)
b. Metronidazol 500 mg per oral @ 12 jam selama 7 hari, atau
2. Pada pria:
Metronidazol 500 mg per oral @ 12 jam selama 7 hari
12. Tempat Pelayanan Poliklinik Kulit dan Kelamin
13. Penyulit Trikomoniasis rekuren dan persisten
14. Informed Consent Tidak perlu
15. Tenaga Standar Dokter spesialis, residen kulit dan kelamin
16. Lama Perawatan 7 - 14 hari
17. Masa Pemulihan 7 hari
18. Hasil Sembuh
19. Patologi Tidak perlu
20. Otopsi Tidak perlu
21. Prognosis Bonam
22. Tindak Lanjut Kontrol poliklinik Kulit dan Kelamin
23. Tingkat Evidens & Ia dan A
Rekomendasi
24. Indikator Medis Kesembuhan secara klinis dan laboratorium
25. Edukasi 1. Pemeriksaan dan pengobatan kepada pasangan seksual
2. Abstinensia hubungan seksual sampai pasien dan pasangan seksualnya
sembuh secara klinis dan laboratorium
3. Selama pengobatan dengan metronidazol, pasien disarankan untuk tidak
mengkonsumsi alkohol selama menggunakan obat tersebut sampai
dengan 24 jam sesudah penggunaan obat yang terakhir.
26. Kepustakaan 1. Holmes, K.K., Sparling, P.F., Stamm, W.E., Piot, P., Wasserheit, J.N.,
Corey, L., Cohen, M.S., Watts, D.H., In: Sexually Transmitted
Diseases. Forth ed. New York: MacGraw-Hill, 2008.
2. Pedoman penatalaksanaan IMS oleh Kelompok Studi IMS Indonesia
(KSIMSI) tahun 2011.
3. Department of Health and Human Services Centers for Disease Control
and Prevention. In: Sexually Transmitted Diseases Treatment
Guidelines, 2010.

PANDUAN PRAKTEK KLINIS


SMF ILMU KESEHATAN KULIT & KELAMIN

RSUP SANGLAH URETRITIS GONOKOKAL


DENPASAR 2014

1 No. ICD 10 A54.0


2 Diagnosis Uretritis Gonokokal
3 Pengertian Infeksi Neisseria gonorrhoeae pada uretra yang ditandai dengan keluarnya
duh tubuh purulen dan nyeri saat kencing.
4 Anamnesis Keluar nanah berwarna putih susu dari saluran kencing disertai nyeri 2-7
hari setelah berhubungan seksual.
5 Pemeriksaan Fisik Orifisium uretra eksternum (OUE) tampak eritema, edema, ektropion
disertai keluarnya duh tubuh purulen atau mukopurulen.
6 Kriteria Diagnosis Anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
7 Diagnosis Banding Uretritis non gonokokal
8 Pemeriksaan Penunjang 1. Pemeriksaan Gram: peningkatan jumlah leukosit polimorfonuklear >
5/lapang pandang serta adanya diplokokus gram negatif intra dan ekstra
seluler (pembesaran 1000X).
2. Biakan pada media Thayer Martin diikuti dengan tes oksidase, tes
fermentasi dan uji kepekaan.
3. Tes beta laktamase untuk mengetahui strain Penicillinase Producing
Neisseria Gonorrhoeae (PPNG).
9 Konsultasi Mikrobiologi Klinik
10 Perawatan Rumah Sakit Rawat jalan
11 Terapi / tindakan 1. Uretritis gonokokal non komplikata:
a. Sefiksim 400 mg per oral dosis tunggal, atau
(ICD 9-CM)
b. Levofloksasin* 500 mg per oral dosis tunggal, atau
c. Kanamisin 2 gram injeksi intramuskuler dosis tunggal, atau
d. Tiamfenikol* 3,5 mg per oral dosis tunggal atau
e. Seftriakson 250 mg intramuskuler dosis tunggal
2. Uretritis gonokokal komplikata:
a. Sefiksim 400 mg per oral @ 24 jam selama 5 hari, atau
b. Levofloksasin* 500 mg per oral @ 24 jam selama 5 hari, atau
c. Kanamisin 2 gram intramuskular @ 24 jam selama 3 hari, atau
d. Tiamfenikol* 3,5 mg per oral selama 3 hari, atau
e. Seftriakson 250 mg intramuskuler dosis tunggal
*Tidak boleh diberikan kepada ibu hamil, ibu menyusui dan anak dibawah
usia 12 tahun
12 Tempat Pelayanan Poliklinik Kulit dan Kelamin
13 Penyulit Epididimitis, orkitis
14 Informed Consent Tidak perlu
15 Tenaga Standar Dokter spesialis, residen kulit dan kelamin
16 Lama Perawatan 5-7 hari
17 Masa Pemulihan 5-14 hari
18 Hasil Sembuh
19 Patologi Tidak perlu
20 Otopsi Tidak perlu
21 Prognosis Bonam
22 Tindak Lanjut Kontrol poliklinik Kulit dan Kelamin hari ke-3, 7 dan 14 pasca pemberian
terapi antibiotik.
23 Tingkat Evidens & Ia dan A
Rekomendasi
24 Indikator Medis Kesembuhan secara klinis dan laboratorium
25 Edukasi 1. Abstinensia hubungan seksual sampai sembuh secara klinis dan
laboratorium.
2. Pengobatan pada pasangan seksual.
26 Kepustakaan 1. Holmes, K.K., Sparling, P.F., Stamm, W.E., Piot, P., Wasserheit, J.N.,
Corey, L., Cohen, M.S., Watts, D.H., In: Sexually Transmitted
Diseases. Forth ed. New York: MacGraw-Hill, 2008.
2. Pedoman penatalaksanaan IMS oleh Kelompok Studi IMS Indonesia
(KSIMSI) tahun 2011.
3. Department of Health and Human Services Centers for Disease Control
and Prevention. In: Sexually Transmitted Diseases Treatment
Guidelines, 2010.

PANDUAN PRAKTEK KLINIS


SMF ILMU KESEHATAN KULIT & KELAMIN
RSUP SANGLAH URETRITIS NON GONOKOKAL
DENPASAR 2014

1. No. ICD 10 A56.0


2. Diagnosis Uretritis Non Gonokokal
3. Pengertian  Infeksi traktus urogenital pada pria yang disebabkan oleh Chlamydia
trachomatis dan Ureaplasma urealyticum tetapi tidak dapat ditemukan
dengan pemeriksaan laboratorium sederhana. Ditandai adanya rasa
gatal pada saluran kencing, nyeri kencing disertai keluarnya cairan
bening yang umumnya keluar pada pagi hari (morning drops).
4. Anamnesis  Terdapat keluhan rasa gatal pada saluran kencing, nyeri kencing
disertai keluarnya cairan bening yang umumnya keluar pada pagi hari
(morning drops).
 Keluhan tersebut muncul 1 – 5 minggu setelah berhubungan seksual.
5. Pemeriksaan Fisik  Orifisium uretra eksternum mengalami peradangan ringan atau tampak
normal.
 Dijumpai pula adanya duh tubuh yang serous atau mukoid dalam
jumlah yang sedikit.
6. Kriteria Diagnosis Anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
7. Diagnosis Banding Uretritis gonokokal
8. Pemeriksaan Penunjang  Pemeriksaan Gram dari apusan duh tubuh uretra:
a. Ditemukan peningkatan leukosit polimorfonuklear > 5/lapang
pandang (pembesaran 1000X).
b. Tidak dijumpai adanya diplokokus gram negatif intra dan ekstra
seluler.
 Sedimen urin ditemukan > 15 leukosit polimorfonuklear/lapang
pandang (pembesaran 400X).
9. Konsultasi Tidak perlu
10. Perawatan Rumah Sakit Rawat jalan
11. Terapi / tindakan 1. Doksisiklin* 100 mg @ 12 jam per oral selama 7 hari, atau
(ICD 9-CM) 2. Azitromisin 1 gram per oral dosis tunggal, atau
3. Eritromisin 500 mg @ 6 jam per oral selama 7 hari, atau
4. Tetrasiklin* 500 mg @ 6 jam per oral selama 7 hari
*Tidak boleh diberikan kepada ibu hamil, ibu menyusui dan anak dibawah
usia 12 tahun.
12. Tempat Pelayanan Poliklinik Kulit dan Kelamin
13. Penyulit Epididimitis, proktitis dan Reiter’s syndrome
14. Informed Consent Tidak perlu
15. Tenaga Standar Dokter spesialis, residen kulit dan kelamin
16. Lama Perawatan 7 – 14 hari
17. Masa Pemulihan 7 – 14 hari
18. Hasil Sembuh
19. Patologi Tidak perlu
20. Otopsi Tidak perlu
21. Prognosis Bonam
22. Tindak Lanjut Kontrol poliklinik Kulit dan Kelamin
23. Tingkat Evidens & Ia dan A
Rekomendasi
24. Indikator Medis Kesembuhan secara klinis dan laboratorium
25. Edukasi 1. Pemeriksaan dan pengobatan terhadap pasangan seksual.
2. Abstinensia hubungan seksual sampai sembuh secara klinis dan
laboratorium.
3. Pasien dengan pengobatan azitromisin dan eritromisin tidak dianjurkan
untuk dikonsumsi pada saat lambung kosong.
26. Kepustakaan 1. Holmes, K.K., Sparling, P.F., Stamm, W.E., Piot, P., Wasserheit, J.N.,
Corey, L., Cohen, M.S., Watts, D.H., In: Sexually Transmitted
Diseases. Forth ed. New York: MacGraw-Hill, 2008.
2. Pedoman penatalaksanaan IMS oleh Kelompok Studi IMS Indonesia
(KSIMSI) tahun 2011.
3. Department of Health and Human Services Centers for Disease Control
and Prevention. In: Sexually Transmitted Diseases Treatment
Guidelines, 2010.

PANDUAN PRAKTEK KLINIS


SMF ILMU KESEHATAN KULIT & KELAMIN

RSUP SANGLAH SERVISITIS NON GONOKOKAL


DENPASAR 2014

1 No. ICD 10 A56.0


2 Diagnosis Servisitis Non Gonokokal
3 Pengertian Infeksi traktus genital pada wanita, terutama pada serviks, yang disebabkan
oleh Chlamydia trachomatis dan Ureaplasma urealyticum tetapi tidak dapat
ditemukan dengan pemeriksaan laboratorium sederhana. Ditandai dengan
adanya keputihan warna kekuningan.
4 Anamnesis Gejala sering tidak khas, tanpa gejala atau sangat ringan. Pada kasus yang
bergejala umumnya mengeluh adanya keputihan warna kekuningan.
Keluhan umumnya muncul 1 – 5 minggu setelah hubungan seksual yang
dicurigai.
5 Pemeriksaan Fisik Terdapat duh tubuh serviks yang serous, mukoid atau mukopurulen. Pada
serviks dapat dijumpai gambaran eritema, edema, ektopi, erosi serviks dan
folikel-folikel kecil (microfollicles) yang mudah berdarah.
6 Kriteria Diagnosis Anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
7 Diagnosis Banding Servisitis gonokokal, trikomoniasis
8 Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan Gram dari apusan duh tubuh serviks:
1. Ditemukan > 30 leukosit polimorfonuklear/lapang pandang dengan
pembesaran 1000X.
2. Tidak dijumpai adanya diplokokus gram negatif intra dan ekstra
seluler.
9 Konsultasi Tidak perlu
10 Perawatan Rumah Sakit Rawat jalan
11 Terapi / tindakan 1. Doksisiklin* 100 mg per oral @ 12 jam selama 7 hari, atau
(ICD 9-CM) 2. Azitromisin 1 gram per oral dosis tunggal, atau
3. Tetrasiklin* 500 mg per oral @ 6 jam selama 7 hari, atau
4. Eritromisin 500 mg per oral @ 6 jam selama 7 hari
*Tidak boleh diberikan kepada ibu hamil, ibu menyusui dan anak dibawah
usia 12 tahun.
12 Tempat Pelayanan Poliklinik Kulit dan Kelamin
13 Penyulit Bartolinitis, Fitz-Hugh-Curtis Syndrome (endometritis, salpingitis dan
perihepatitis).
14 Informed Consent Tidak perlu
15 Tenaga Standar Dokter spesialis, residen kulit dan kelamin
16 Lama Perawatan 7 – 14 hari
17 Masa Pemulihan 7 hari
18 Hasil Sembuh
19 Patologi Tidak perlu
20 Otopsi Tidak perlu
21 Prognosis Bonam
22 Tindak Lanjut Kontrol poliklinik Kulit dan Kelamin
23 Tingkat Evidens & Ia dan A
Rekomendasi
24 Indikator Medis Sembuh secara klinis dan laboratorium
25 Edukasi 1. Pemeriksaan dan pengobatan terhadap pasangan seksual.
2. Abstinensia melakukan hubungan seksual sampai sembuh secara klinis
dan laboratorium.
3. Eritromisin tidak dianjurkan untuk dikonsumsi pada saat lambung
kosong.
26 Kepustakaan 1. Holmes, K.K., Sparling, P.F., Stamm, W.E., Piot, P., Wasserheit, J.N.,
Corey, L., Cohen, M.S., Watts, D.H., In: Sexually Transmitted
Diseases. Forth ed. New York: MacGraw-Hill, 2008.
2. Pedoman penatalaksanaan IMS oleh Kelompok Studi IMS Indonesia
(KSIMSI) tahun 2011.
3. Department of Health and Human Services Centers for Disease Control
and Prevention. In: Sexually Transmitted Diseases Treatment
Guidelines, 2010.

PANDUAN PRAKTEK KLINIS


SMF ILMU KESEHATAN KULIT & KELAMIN

SIFILIS
RSUP SANGLAH 2014
DENPASAR

1 No. ICD 10 A51.0


2 Diagnosis Sifilis
3 Pengertian Infeksi menular seksual yang disebabkan oleh Treponema pallidum.
Merupakan penyakit kronis, bersifat sistemik dan dapat menyerang hampir
semua organ tubuh. Sifilis mempunyai tiga stadium yaitu sifilis primer,
sekunder dan tersier. Ada masa laten (laten dini < 1 tahun dan laten lanjut >
1 tahun) tanpa manifestasi klinis tetapi dapat ditularkan kepada orang lain.
4 Anamnesis a. Pada sifilis primer keluhan berupa luka pada kelamin yang tidak nyeri.
b. Pada sifilis sekunder keluhan dapat berupa kerontokan rambut dan/atau
bercak kemerahan pada badan, telapak tangan atau telapak kaki tanpa
disertai rasa gatal.
c. Pada sifilis tersier keluhan berupa pusing, kaku kuduk, penurunan
kesadaran, kelumpuhan,kejang dan nyeri dada.
5 Pemeriksaan Fisik a. Sifilis Primer: terdapat ulkus atau erosi bentuk bulat atau bulat lonjong,
tepi landai, bersih, kulit sekitarnya tidak meradang, relatif tidak nyeri
(indolen) dan teraba keras (indurasi). Lokasi pada sulkus koronarius
(laki-laki) dan labia minora dan mayora (wanita). Kelenjar limfe
regional membesar, soliter dan tidak nyeri.
b. Sifilis sekunder: muncul 6-8 minggu sesudah infeksi, lebih banyak
sebagai kelainan kulit berupa makula, papul atau papuloskuamosa
berwarna merah tembaga, kadang-kadang terdapat pustul. Lesi terutama
terdapat pada badan, telapak tangan, telapak kaki, dan tidak terasa gatal.
Disamping itu terdapat pula kondiloma lata, lesi pada mukosa mulut
atau genital (mucous patches) dan alopesia. Terdapat limfadenopati
generalisata.
c. Sifilis tersier: muncul 1-20 tahun sesudah infeksi, melibatkan kulit,
tulang, sistem saraf pusat dan organ dalam terutama jantung dan
pembuluh darah besar. Kelainan yang dapat dijumpai berupa lesi
noduloulseratif destruktif yang disebut gumma, osteomielitis, osteitis,
kekakuan dan nyeri gerak dengan disertai berbagai tanda akan
terjadinya meningitis, kejang, penurunan kesadaran, penyakit arteri
koroner maupun regurgitasi aorta.
6 Kriteria Diagnosis Anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
7 Diagnosis Banding 1. Sifilis primer: herpes genitalis, ulkus mole, ulkus piogenik, afek primer
limfogranuloma venereum, skabies.
2. Sifilis sekunder: erupsi obat, morbili, pityriasis rosea, psoriasis vulgaris,
kondiloma akuminata, alopesia areata.
3. Sifilis tersier: jamur sistemik, tuberkulosis kutis, keganasan.
8 Pemeriksaan Penunjang 1. Mikroskop lapangan gelap (dark field microscope) dengan spesimen
berasal dari ulkus, lesi kulit dan/atau aspirasi kelenjar: ditemukan
gerakan Treponema pallidum.
2. Pemeriksaan untuk menentukan antibodi non spesifik: tes VDRL
(Venereal Disease Research Laboratory), tes RPR (Rapid Plasma
Reagin).
3. Pemeriksaan antibodi spesifik: tes TPHA (Treponema Pallidum
Haemaglutination Assay).
9 Konsultasi 1. Bagian Pediatri untuk kasus sifilis kongenital
2. Bagian Neurologi untuk kasus neurosifilis
10 Perawatan Rumah Sakit Rawat jalan
11 Terapi / tindakan 1. Sifilis dini (sifilis primer, sekunder dan laten dini)
1. Benzatin penisilin G 2,4 juta unit intramuskuler dosis tunggal, atau
(ICD 9-CM)
2. Prokain penisilin G 0,6 juta unit intramuskuler @ 24 jam selama 10
hari
3. Bila alergi penisilin diberikan:
a. Tetrasiklin hidroklorida* 500 mg per oral @ 6 jam selama 30
hari, atau
b. Doksisiklin* 100 mg per oral @ 12 jam selama 30 hari, atau
c. Eritromisin stearat 500 mg per oral @ 6 jam selama 30 hari
2. Sifilis lanjut (sifilis laten lanjut, kardiovaskuler, sifilis lanjut benigna),
kecuali neurosifilis
1. Benzatin penisilin G 2,4 juta unit intramuskuler 1x/minggu selama
3 minggu berturut-turut atau
2. Prokain penisilin G 0,6 juta unit intramuskuler 24 jam selama 21
hari berturut-turut
3. Bila alergi penisilin diberikan:
a. Tetrasiklin hidroklorida* 500 mg @ 6 jam selama lebih dari 30
hari, atau
b. Doksisiklin* 100 mg @ 12 jam selama lebih dari 30 hari, atau
c. Eritromisin stearat 500 mg @ 6 jam selama lebih dari 30 hari
3. Pengobatan neurosifilis:
1. Aqueous benzylpenisilin 12 – 24 juta unit intravena, diberikan
sebanyak 2 – 4 juta unit @ 4 jam dalam sehari selama 14 hari atau
2. Prokain benzilpenisilin 1,2 juta unit intramuskuler + probenesid 500
mg per oral @ 6 jam selama 10 – 14 hari.
4. Sifilis kongenital:
Setiap bayi sebelum diberi pengobatan harus diperiksa cairan sumsum
tulang belakang (CSTB) untuk memperoleh pengobatan dasar
o Bayi yang menderita sifilis kongenital dini dengan kelainan CSTB:
1. Penisilin G kristalin 50.000 unit/kgBB intramuskuler atau
intravena @ 12 jam selama 10 hari, atau
2. Penisilin G prokain dalam aqua 50.000 unit/kgBB
intramuskuler @ 24 jam selama 10 hari
o Bayi dengan CSTB normal:
a. Penisilin G prokain dalam aqua 50.000 unit/kgBB intramuskuler
@ 24 jam selama 10 hari, atau
b. Penisilin G Benzatin 50.000 unit/kg BB intramuskuler dosis
tunggal
o Antibiotik selain penisilin tidak dianjurkan
o Terhadap sifilis kongenital > 2 tahun, dosis tidak lebih dari sifilis
lanjut yang didapat.
o Setelah masa neonatus, untuk yang alergi terhadap penisilin
diberikan eritromisin dengan dosis tidak lebih dari sifilis didapat
(Dosis anak: tetrasiklin 25-50 mg/kgBB/hari, eritromisin 30-50
mg/kgBB/hari, doksisiklin 2-4 mg/kgBB/hari)
*Tidak boleh diberikan kepada ibu hamil, ibu menyusui dan anak dibawah
usia 12 tahun.
12 Tempat Pelayanan Poliklinik Kulit dan Kelamin
13 Penyulit Sifilis pada penderita imunokompromais
14 Informed Consent Perlu
15 Tenaga Standar Dokter spesialis dan residen kulit dan kelamin
16 Lama Perawatan Sifilis dini: 1 hari, sifilis lanjut: 3 minggu
17 Masa Pemulihan Sifilis dini: 1 tahun, sifilis lanjut: 2 tahun
18 Hasil Sembuh
19 Patologi Tidak perlu
20 Otopsi Tidak perlu
21 Prognosis Bonam
22 Tindak Lanjut Kontrol poliklinik Kulit dan Kelamin untuk evaluasi klinis dan serologis
sesudah 3 bulan pengobatan. Evaluasi kedua dan ketiga dilakukan sesudah
6 bulan dan 12 bulan. Untuk sifilis lanjut dievaluasi sampai 24 bulan.
23 Tingkat Evidens & Ia dan A
Rekomendasi
24 Indikator Medis Perbaikan secara klinis dan laboratorium (serologis)
25 Edukasi 1. Menerangkan kepada pasien mengenai penyakitnya, penyebab dan
perjalanan penyakit.
2. Mencegah penularan kepada pasangan seksualnya.
3. Kemungkinan tertular HIV.
4. Pemeriksaan terhadap pasangan seksualnya.
26 Kepustakaan 1. Holmes, K.K., Sparling, P.F., Stamm, W.E., Piot, P., Wasserheit, J.N.,
Corey, L., Cohen, M.S., Watts, D.H., In: Sexually Transmitted
Diseases. Forth ed. New York: MacGraw-Hill, 2008.
2. Pedoman penatalaksanaan IMS oleh Kelompok Studi IMS Indonesia
(KSIMSI) tahun 2011.
3. Department of Health and Human Services Centers for Disease Control
and Prevention. In: Sexually Transmitted Diseases Treatment
Guidelines, 2010.

PANDUAN PRAKTEK KLINIS


SMF ILMU KESEHATAN KULIT & KELAMIN

ULKUS MOLE
RSUP SANGLAH 2014
DENPASAR
1 No. ICD 10 A57
2 Diagnosis Ulkus Mole
3 Pengertian Infeksi genitalia yang disebabkan oleh Haemophilus Ducreyi ditandai
adanya ulkus multipel, tertutup jaringan nekrotik dan terasa nyeri.
4 Anamnesis Muncul beberapa luka yang nyeri pada kelamin, kurang lebih 1- 4 minggu
setelah kontak seksual disertai pembengkakan pada kelenjar di lipat paha.
5 Pemeriksaan Fisik  Ulkus multipel, nyeri, lunak pada perabaan, bentuk seperti cawan,
dinding bergaung, dengan tepi yang tidak teratur. Dasar ulkus berupa
jaringan granulasi yang mudah berdarah dan di tutup jaringan nekrotik
purulen berwarna kuning keabuan.
 Ulkus biasanya meluas ke perifer dan kulit disekitar ulkus tampak
eritema.
 Lokasi ulkus pada pria umumnya adalah prepusium, sulkus koronarius,
frenulum, atau batang penis.
 Pada wanita sering pada labia, klitoris, vestibulum. Dapat terjadi auto-
inokulasi sehingga dapat timbul pada pubis, paha dan abdomen.
6 Kriteria Diagnosis Anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
7 Diagnosis Banding 1. Ulkus banal
2. Herpes genitalis
3. Limfogranuloma venerium
4. Ulkus durum
8 Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan Gram dari apusan dasar lesi
9 Konsultasi Mikrobiologi Klinik
10 Perawatan Rumah Sakit Rawat jalan
11 Terapi / tindakan 1. Siprofloksasin 500mg @ 12 jam selama 3 hari, atau
(ICD 9-CM) 2. Eritromisin base 500 mg per oral @ 6 jam selama 7 hari, atau
3. Azitromisin 1 gram per oral dosis tunggal, atau
4. Seftriakson 250 mg intramuskuler dosis tunggal
5. Tidak diperlukan penanganan khusus terhadap lesi. Lesi ulseratif dijaga
tetap bersih, bila perlu dapat diberikan kompres dengan larutan NaCl
0,9%
6. Untuk kelenjar getah bening yang berfluktuasi dapat dilakukan aspirasi
melalui kulit yang sehat. Tidak dianjurkan melakukan insisi, drainase
maupun eksisi dari kelenjar karena akan memperlambat penyembuhan.
12 Tempat Pelayanan Poliklinik Kulit dan Kelamin
13 Penyulit 1. Limfadenopati inguinal suppuratif (bubo)
2. Giant ulcer/giant chancroid
3. Phimosis atau autoamputasi akibat fibrosis
4. Fisura dan atau striktura uretra
5. Fistel rektovagina
6. Penderita imunokompromais
14 Informed Consent Tidak perlu
15 Tenaga Standar Dokter spesialis, residen kulit dan kelamin
16 Lama Perawatan 7 – 14 hari
17 Masa Pemulihan 7 hari
18 Hasil Sembuh
19 Patologi Tidak perlu
20 Otopsi Tidak perlu
21 Prognosis Bonam
22 Tindak Lanjut Kontrol poliklinik Kulit dan Kelamin setiap minggu sampai terlihat
perbaikan nyata
23 Tingkat Evidens & Ia dan A
Rekomendasi
24 Indikator Medis Kesembuhan secara klinis dan laboratorium
25 Edukasi Abstinensia hubungan seksual sampai sembuh secara klinis dan
laboratorium.
26 Kepustakaan 1. Holmes, K.K., Sparling, P.F., Stamm, W.E., Piot, P., Wasserheit, J.N.,
Corey, L., Cohen, M.S., Watts, D.H., In: Sexually Transmitted
Diseases. Forth ed. New York: MacGraw-Hill, 2008.
2. Pedoman penatalaksanaan IMS oleh Kelompok Studi IMS Indonesia
(KSIMSI) tahun 2011.
3. Department of Health and Human Services Centers for Disease Control
and Prevention. In: Sexually Transmitted Diseases Treatment
Guidelines, 2010.

PANDUAN PRAKTEK KLINIS


SMF ILMU KESEHATAN KULIT & KELAMIN

LIMFOGRANULOMA VENEREUM
2014
RSUP SANGLAH
DENPASAR
1 No.ICD 10 099.1
2 Diagnosis Limfogranuloma Venereum (LGV)
3 Pengertian Penyakit hubungan seksual yang disebabkan oleh infeksi Chlamydia
trachomatis ditandai dengan benjolan di lipat paha, limfadenitis dan
perilimfadenitis inguinal yang sering menjadi supuratif dan disertai rasa
nyeri.

4 Anamnesis Riwayat kontak seksual ± 1-3 minggu sebelum timbul benjolan pada lipat
paha. Dapat disertai gejala umum berupa panas badan, lemas, sakit kepala
dan nyeri sendi.
5 Pemeriksaan Fisik Bentuk dini:
 Afek primer dapat berupa erosi, papul, vesikel atau ulkus. Afek primer
ini pada umumnya tidak khas dan tidak diketahui oleh penderita.
 Sindrom inguinal:
 Pada pria terdapat limfadenitis dan perilimfadenitis inguinal,
iliaka dan femoral (etage bubonen)
 Pada wanita biasanya terdapat pada vagina dan serviks (kelenjar
gerota)

Bentuk lanjut:
 Sindrom genito-rektal pada wanita bila efek primer terletak di 2/3
bagian atas belakang vagina, porsio dan serviks, timbul limfadenitis
dan perilimfadenitis iliaka, hipogastrika dan pararektal (kelenjar-
kenjar getah bening gerota). Setelah beberpa bulan dan bahkan
bertahun-tahun dapat terjadi: proktitis ulserosa, striktura rekti, ulserasi
kecil disertai fistel anorektal dan perineal, jaringan parut, retraksi dan
elefantiasis (estiomene)
 Sindroma uretra: terutama terjadi pada pria, lesi berupa infiltrat dan
tidak begitu nyeri pada uretra pars posterior yang dapat menimbulkan
striktura uretra.
6 Kriteria Diagnosis Anamnesis dan pemeriksaan fisik
7 Diagnosis Banding 1.Ulkus mole dengan limfadenitis regional
2.Limfadenitis piogenik
3.Skrofuloderma
4.Limfoma maligna
8 Pemeriksaan Penunjang Tidak ada
9 Konsultasi Tidak perlu
10 Perawatan Rumah Sakit Rawat jalan
11 Terapi/tindakan (ICD 9 1. Doksisiklin 100 mg per oral @ 6 jam selama 14 hari
2. Pilihan pengobatan lain:
–CM)
a. Eritromisin 500 mg per oral @ 6 jam selama 14 hari, atau
b. Tetrasiklin* 500 mg per oral @ 6 jam selama 14 hari
3. Tindakan: aspirasi bubo yang berfluktuasi melalui kulit sehat di
dekatnya dengan menggunakan jarum yang cukup besar.
*Tidak boleh diberikan pada ibu hamil, ibu menyusui dan anak dibawah
usia 12 tahun.
12 Tempat Pelayanan Poliklinik Kulit dan Kelamin
13 Penyulit  Pada pria: elefantiasis penis dan skrotum
 Pada wanita: elefantiasis vulva, fistula rekto-vaginal dan striktura rekti
(estiomen)
14 Informed Consent Tidak perlu
15 Tenaga Standar Dokter spesialis, residen kulit dan kelamin
16 Lama Perawatan 14 hari
17 Masa Pemulihan 2-4 minggu
18 Hasil Pembengkakan kelenjar menghilang
19 Patologi Tidak perlu
20 Otopsi Tidak perlu
21 Prognosis Dubius ad bonam
22 Tindak Lanjut Kontrol poliklinik Kulit dan Kelamin
23 Tingkat Eviden & Ia dan A
Rekomendasi
24 Indikator Medis Sembuh secara klinis
25 Edukasi 1. Mencegah penularan kepada pasangan seksualnya dan risiko tertular
HIV.
2. Pemeriksaan dan pengobatan terhadap pasangan seksual.
26 Kepustakaan 1. Holmes, K.K., Sparling, P.F., Stamm, W.E., Piot, P., Wasserheit, J.N.,
Corey, L., Cohen, M.S., Watts, D.H., In: Sexually Transmitted
Diseases. Forth ed. New York: MacGraw-Hill, 2008.
2. Pedoman penatalaksanaan IMS oleh Kelompok Studi IMS Indonesia
(KSIMSI) tahun 2011.
3. Department of Health and Human Services Centers for Disease
Control and Prevention. In: Sexually Transmitted Diseases Treatment
Guidelines, 2010.

PANDUAN PRAKTEK KLINIS


SMF ILMU KESEHATAN KULIT & KELAMIN

KONDILOMA AKUMINATA
RSUP SANGLAH 2014
DENPASAR

1 No. ICD 10 A63.0


2 Diagnosis Kondiloma Akuiminata
3 Pengertian Kutil anogenital yang disebabkan oleh infeksi Human Papilloma virus
(HPV). Kutil berupa papul atau nodul epidermis dengan permukaan
verukosa yang dapat mengenai perineum, genitalia, lipat paha dan anus.
4 Anamnesis Muncul kutil pada daerah kelamin dan atau bokong tanpa disertai rasa
nyeri maupun gatal.
5 Pemeriksaan Fisik Papul dapat soliter atau multipel dengan permukaan yang verukosa atau
seperti jengger ayam. Predileksi umumnya di daerah anogenital.
6 Kriteria Diagnosis Anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
7 Diagnosis Banding 1. Kondiloma lata
2. Karsinoma sel skuamosa
8 Pemeriksaan Penunjang 1. Test acetowhite menggunakan asam asetat 3-5 %
2. Histopatologi
3. Polimerase Chain Reaction (PCR)
9 Konsultasi 1. Patologi Anatomi
2. Bedah Onkologi
3. Obstetri dan Ginekologi
10 Perawatan Rumah Sakit Rawat jalan
11 Terapi / tindakan 1. Bedah listrik
(ICD 9-CM) 2. Tutul dengan tinctura podofilin 10-25 %
3. Tutul trichlor acetic acid (TCA) 80 -90%
4. Bedah beku (N2O liquid)
5. Pengangkatan lesi dengan cara pembedahan
12 Tempat Pelayanan Poliklinik Kulit dan Kelamin
13 Penyulit 1. Erosi, phimosis, striktur uretra pasca tindakan
2. Karsinoma sel skuamosa
14 Informed Consent Perlu
15 Tenaga Standar Dokter spesialis, residen kulit dan kelamin
16 Lama Perawatan 1-3 bulan
17 Masa Pemulihan 2-3 minggu
18 Hasil Membaik, tapi kemungkinan untuk muncul lesi baru tetap ada
19 Patologi Perlu dilakukan
20 Otopsi Tidak perlu
21 Prognosis Dubius ad bonam
22 Tindak Lanjut Kontrol poliklinik Kulit dan Kelamin
23 Tingkat Evidens & Ia dan A
Rekomendasi
24 Indikator Medis Sembuh secara klinis
25 Edukasi Penyakit, pilihan pengobatan, kemungkinan menularkan kepada pasangan
seksualnya, penyulit dan prognosisnya.
26 Kepustakaan 1. Holmes, K.K., Sparling, P.F., Stamm, W.E., Piot, P., Wasserheit, J.N.,
Corey, L., Cohen, M.S., Watts, D.H., In: Sexually Transmitted
Diseases. Forth ed. New York: MacGraw-Hill, 2008.
2. Pedoman penatalaksanaan IMS oleh Kelompok Studi IMS Indonesia
(KSIMSI) tahun 2011.
3. Department of Health and Human Services Centers for Disease
Control and Prevention. In: Sexually Transmitted Diseases Treatment
Guidelines, 2010.

PANDUAN PRAKTEK KLINIS


SMF ILMU KESEHATAN KULIT & KELAMIN

SERVISITIS GONOKOKAL
RSUP SANGLAH 2014
DENPASAR

1 No. ICD 10 A54.0


2 Diagnosis Servisitis Gonokokal
3 Pengertian Infeksi oleh Neisseria gonorrhoeae pada wanita yang ditandai
dengan keluarnya duh tubuh vagina purulen dari serviks.
4 Anamnesis Keputihan yang disertai nyeri kencing, perdarahan diantara
periode menstruasi, perdarahan menstruasi yang terlalu banyak.
Keluhan umumnya muncul 2-10 hari setelah hubungan seksual.
5 Pemeriksaan Fisik  Tampak duh tubuh serviks yang purulen atau mukopurulen,
disertai eritema dan edema pada orifisium uretra eksternum
(OUE).
 Duh tubuh purulen juga dapat dijumpai pada uretra, kelenjar
periuretra dan duktus kelenjar Bartolin
6 Kriteria Diagnosis Anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
7 Diagnosis Banding Servisitis non gonokokal
8 Pemeriksaan Penunjang 1. Pemeriksaan pulasan Gram dari apusan duh tubuh serviks:
peningkatan jumlah leukosit PMN > 30/lapang pandang serta
adanya diplokokus gram negatif intra dan ekstra seluler.
2. Biakan media Thayer Martin diikuti dengan tes oksidase, tes
fermentasi dan uji kepekaan.
3. Tes beta laktamase untuk mengetahui strain Penicillinase
Producing Neisseria Gonorrhoeae (PPNG).
9 Konsultasi 1. Mikrobiologi klinik
2. Obstetri dan Ginekologi
10 Perawatan Rumah Sakit Rawat jalan
11 Terapi / tindakan a. Servisitis gonokokal non komplikata:
1. Sefiksim 400 mg per oral dosis tunggal , atau
(ICD 9-CM)
2. Levofloksasin* 500 mg per oral dosis tunggal, atau
3. Kanamisin 2 gram intramuskuler dosis tunggal, atau
4. Tiamfenikol 3,5 gr per oral dosis tunggal, atau
5. Seftriakson 250 mg intramuskuler dosis tunggal
b. Servisitis gonokokal komplikata:
1. Sefiksim 400 mg per oral @ 24 jam selama 5 hari, atau
2. Levofloksasin* 500 mg @ 24 jam selama 5 hari, atau
3. Kanamisin 2 gram intramuskuler @ 24 jam selama 3
hari, atau
4. Seftriakson 250 mg intramuskuler @ 24 jam selama 3
hari
*Tidak boleh diberikan pada ibu hamil, ibu menyusui dan anak
dibawah usia 12 tahun.
12 Tempat Pelayanan Poliklinik Kulit dan Kelamin
13 Penyulit Bartolinitis, penyakit radang panggul (PRP/PID)
14 Informed Consent Tidak perlu
15 Tenaga Standar Dokter spesialis, residen kulit dan kelamin
16 Lama Perawatan 7 - 14 hari
17 Masa Pemulihan 7 hari
18 Hasil Sembuh
19 Patologi Tidak perlu
20 Otopsi Tidak perlu
21 Prognosis Bonam
22 Tindak Lanjut Kontrol poliklinik Kulit dan Kelamin pada hari ke-3, 7 dan 14
pasca pemberian terapi antibiotik.
23 Tingkat Evidens & Ia dan A
Rekomendasi
24 Indikator Medis Sembuh secara klinis dan laboratorium.
25 Edukasi Abstinensia hubungan seksual sampai sembuh secara klinis dan
laboratorium.
26 Kepustakaan 1. Holmes, K.K., Sparling, P.F., Stamm, W.E., Piot, P.,
Wasserheit, J.N., Corey, L., Cohen, M.S., Watts, D.H., In:
Sexually Transmitted Diseases. Forth ed. New York:
MacGraw-Hill, 2008.
2. Pedoman penatalaksanaan IMS oleh Kelompok Studi IMS
Indonesia (KSIMSI) tahun 2011.
3. Department of Health and Human Services Centers for
Disease Control and Prevention. In: Sexually Transmitted
Diseases Treatment Guidelines, 2010.

PANDUAN PRAKTEK KLINIS


SMF ILMU KESEHATAN KULIT & KELAMIN
VERUKA VULGARIS
RSUP SANGLAH 2014
DENPASAR
1. No. ICD 10 B 07
2. Diagnosis Veruka Vulgaris
3. Pengertian Kelainan kulit berupa papul atau plak dengan permukaan verukosa yg
disebabkan oleh virus human papiloma.
4. Anamnesis Bintil pada kulit yang teraba kasar, dapat menyebar ke tempat-tempat lain,
tidak terasa nyeri. Riwayat keluhan yang sama pada keluarga dan teman
5. Pemeriksaan Fisik Lesi berupa papul hiperkeratosis dengan permukaan verukosa, warna putih
keabuan, dapat tunggal atau multipel. Predileksi pada siku, lutut. Kulit
kepala.
Veruka plana : papul datar berukuran 1-4 mm, warna kemerahan atau
sewarna kulit, dapat disertai skuama ringan. Predileksi pada wajah, tangan
dan kaki
6. Kriteria Diagnosis Anamnesis dan pemeriksaan fisik
7. Diagnosis Banding Moloskum kontangiosum, keratoakantoma
8. Pemeriksaan Penunjang Tes Acetowhite
Histopatologi bila diperlukan
9. Konsultasi -
10. Perawatan Rumah Sakit Rawat jalan : tindakan, perawatan luka paska tindakan
11. Terapi / tindakan 1. Elektrodesikasi dan kuretase
(ICD 9-CM) 2. Bedah beku dengan Nitrogen cair
3. Salep salisil 50% dengan plester
4. Krim Natrium fusidat 2% (pasca tindakan)
12. Tempat Pelayanan RSUP Sanglah Denpasar
13. Penyulit Perdarahan, infeksi, jaringan parut, kelainan pigmentasi
14. Informed Consent Persetujuan tindakan medis
15. Tenaga Standar Dokter spesialis kulit dan kelamin, dokter residen
16. Lama Perawatan -
17. Masa Pemulihan 14 hari
18. Hasil Papul hilang
19. Patologi Tidak diperlukan
20. Otopsi -
21. Prognosis Baik
22. Tindak Lanjut Kontrol poliklinis
23. Tingkat Evidens & 1a
Rekomendasi

24. Indikator Medis Kesembuhan klinis


25. Edukasi Jaga kebersihan pribadi dan lingkungan serta menghindari penularan.
26. Kepustakaan Goldsmith LA, Katz SI, Gilchres BA, Paller A, Leffell D, Wolff K.
Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. 8th edition. New York:
McGraw-Hill, 2012

PANDUAN PRAKTEK KLINIS


SMF ILMU KESEHATAN KULIT & KELAMIN
MOLUSKUM KONTAGIOSUM
RSUP SANGLAH 2014
DENPASAR
1. No. ICD 10 B08.1
2. Diagnosis Moluskum Kontagiosum
3. Pengertian Kelainan kulit yg ditandai papula yg lunak dengan umbilikasi (dele)
diatasnya yang disebabkan virus moluscum contagiosum.

4. Anamnesis Bintil pada kulit bertambah banyak dan menyebar. Asimtomatik, kadang
dapat terasa gatal.
Riwayat penyakit yang sama pada keluarga dan teman.
5. Pemeriksaan Fisik Lesinya berupa papula dg diameter 3 mm sampai 3 cm, lunak, warna merah
muda, permukaan halus, dome shaped, dengan dele di bagian sentralnya

Lokas: aksila, fosa poplitea, inguinal


6. Kriteria Diagnosis Anamnesis dan pemeriksaan fisik
7. Diagnosis Banding Veruka vulgaris, keratoakantoma
8. Pemeriksaan Penunjang Dermoskopi
Histopatologi bila diperlukan
9. Konsultasi -
10. Perawatan Rumah Sakit Rawat jalan : tindakan, perawatan luka paska tindakan
11. Terapi / tindakan 1. Enukleasi
(ICD 9-CM) 2. Bedah beku dengan nitrogen cair
3. Krim natrium fusidat 2% (pasca tindakan)
12. Tempat Pelayanan RSUP Sanglah Denpasar
13. Penyulit Nyeri, perdarahan, infeksi sekunder, jaringan parut, kelainan pigmentasi
14. Informed Consent Persetujuan tindakan medis
15. Tenaga Standar Dokter spesialis kulit dan kelamin, dokter residen
16. Lama Perawatan -
17. Masa Pemulihan 14 hari
18. Hasil Papul hilang
19. Patologi Tidak diperlukan
20. Otopsi -
21. Prognosis Baik
22. Tindak Lanjut Kontrol poliklinis
23. Tingkat Evidens & 1a
Rekomendasi
24. Indikator Medis Kesembuhan klinis
25. Edukasi Jaga kebersihan pribadi dan lingkungan serta mencegah penularan kepada
orang lain.
26. Kepustakaan Goldsmith LA, Katz SI, Gilchres BA, Paller A, Leffell D, Wolff K.
Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. 8th edition. New York:
McGraw-Hill, 2012
PANDUAN PRAKTEK KLINIS
SMF ILMU KESEHATAN KULIT & KELAMIN
HEMANGIOMA
RSUP SANGLAH 2014
DENPASAR
1. No. ICD 10 D 18.0
2. Diagnosis Hemangioma
3. Pengertian Tumor, papula atau makula yang berasal dari pembuluh darah pada dermis
dan subdermis. Umumnya timbul setelah lahir dan sebelum berumur 1
tahun.
4. Anamnesis Bercak kemerahan atau benjolan pada daerah kepala dan leher yang sudah
ada sejak lahir atau muncul setelah lahir sebelum usia 1 tahun, bertambah
besar mudah berdarah.
5. Pemeriksaan Fisik 1. Nevus Flammeus (Port-wine Stain)
Biasanya muncul sejak bayi lahir. Lesi berupa makula batas tegas,
warna merah sampai keunguan, ukuran sekitar 1cm sampai dapat
separuh badan dan biasanya unilateral. Lokasi tersering pada kepala
dan leher.
2. Hemangioma Simpleks (Tipe Strawberry, Hemangioma Kapilare)
Lesi berupa papula berwarna merah cerah, konsistensi lunak, cepat
membesar (pada 6 bulan pertama) kemudian melambat, ukuran 1 - 60
mm. Dapat terjadi regresi / involusi spontan pd usia 5-7 tahun secara
sempurna atau meninggalkan parut.
3. Hemangioma Kavernosa
Lesi berupa nodul, kistik, lobular, polipoid berwarna merah hingga
kebiruan.

6. Kriteria Diagnosis Anamnesis dan pemeriksaan fisik


7. Diagnosis Banding Limfangioma, malformasi vaskuler kongenital, herediter hemoragik
teleangiektasis.
8. Pemeriksaan Penunjang Dermoskopi
9. Konsultasi -
10. Perawatan Rumah Sakit Rawat jalan : tindakan, perawatan luka paska tindakan
11. Terapi / tindakan 1. Konservatif
(ICD 9-CM) 2. Cryosurgery
3. Larutan timolol 0,5% 2 kali sehari
12. Tempat Pelayanan RSUP Sanglah Denpasar
13. Penyulit Perdarahan, infeksi
14. Informed Consent Persetujuan tindakan medis
15. Tenaga Standar Dokter spesialis kulit dan kelamin, dokter residen.
16. Lama Perawatan -
17. Masa Pemulihan 5 sampai 6 tahun
18. Hasil Dubius
19. Patologi Tidak diperlukan
20. Otopsi -
21. Prognosis Dubius
22. Tindak Lanjut Kontrol poliklinis
23. Tingkat Evidens & 1a
Rekomendasi
24. Indikator Medis Kesembuhan klinis
25. Edukasi Menyampaikan dapat sembuh spontan dan menghindari trauma.
26. Kepustakaan Goldsmith LA, Katz SI, Gilchres BA, Paller A, Leffell D, Wolff K.
Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. 8th edition. New York:
McGraw-Hill, 2012

PANDUAN PRAKTEK KLINIS


SMF ILMU KESEHATAN KULIT & KELAMIN
NEVUS PIGMENTOSUM
RSUP SANGLAH 2014
DENPASAR
1. No. ICD 10 C 43.9
2. Diagnosis Nevus Pigmentosum
3. Pengertian Kelainan kulit yang ditandai dengan tumor jinak melanositik.
4. Anamnesis Benjolan berwarna coklat sampai kehitaman pada permukaan kulit yang
sudah ada sejak lahir atau setelah lahir
5. Pemeriksaan Fisik Klinis ada 3 bentuk :
1. Junction Nevi
Lesi beupa makula atau papula yang berbentuk kubah atau bertangkai.
Ukuran bervariasi berwarna kecoklatan sampai kehitaman
2. Compound Nevi
Papul / tumor papilomatus, berwarna kecoklatan kadang-kadang
berambut.
3. Intradermal Nevi
Tumor cenderung lebih meninggi dengan pigmentasi yang lebih jarang.

6. Kriteria Diagnosis Anamnesis dan pemeriksaan fisik


7. Diagnosis Banding Melanoma maligna, nevus biru
8. Pemeriksaan Penunjang Dermoskopi, patologi anatomi
9. Konsultasi Bedah plastik
10. Perawatan Rumah Sakit Rawat jalan : tindakan, perawatan luka paska tindakan
11. Terapi / tindakan Bedah eksisi.
(ICD 9-CM)
12. Tempat Pelayanan RSUP Sanglah Denpasar
13. Penyulit Perdarahan, infeksi sekunder, jaringan parut, kelainan pigmentasi
14. Informed Consent Persetujuan tindakan medis
15. Tenaga Standar Dokter spesialis kulit dan kelamin, dokter residen.
16. Lama Perawatan -
17. Masa Pemulihan 7-10 hari (jika dilakukan tindakan)
18. Hasil Lesi hilang
19. Patologi Diperlukan
20. Otopsi -
21. Prognosis Dubius
22. Tindak Lanjut Kontrol poliklinis
23. Tingkat Evidens & 1a
Rekomendasi
24. Indikator Medis Kesembuhan klinis
25. Edukasi Perlu diperhatikan ptanda perubahan ke arah keganasan:
• Lesi bertambah besar
• Bertambah hitam
• Tanda radang,
• Rasa gatal dan nyeri, bahkan terjadinya ulserasi spontan dan
pendarahan
26. Kepustakaan Goldsmith LA, Katz SI, Gilchres BA, Paller A, Leffell D, Wolff K.
Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. 8th edition. New York:
McGraw-Hill, 2012

PANDUAN PRAKTEK KLINIS


SMF ILMU KESEHATAN KULIT & KELAMIN
KERATOSIS SEBOROIK
RSUP SANGLAH 2014
DENPASAR
1. No. ICD 10 L 82
2. Diagnosis Keratosis Seboroik
3. Pengertian Kelainan kulit berupa papul atau plak berwarna coklat sampai kehitaman
pada lapisan epidermis.
4. Anamnesis Bintil-bintil kehitaman pada permukaan kulit, riwayat sering terpapar
matahari, riwayat penyakit yang sama pada keluarga, bertambah banyak
dengan peningkatan usia
5. Pemeriksaan Fisik Papul soliter atau multipel, sewarna kulit sampai kehitaman, diskrit, bentuk
bulat, diameter 0,1-0,5 cm,
Lokasi: area terpapar matahari
6. Kriteria Diagnosis Anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang
7. Diagnosis Banding Skin tag, compound nevus, lentigo solaris, aktinik keratosis
8. Pemeriksaan Penunjang Dermoskopi, pemeriksaan histopatologis/PA
9. Konsultasi -
10. Perawatan Rumah Sakit Rawat jalan : tindakan, perawatan luka paska tindakan
11. Terapi / tindakan 1. Elektrodesikasi + kuretase
(ICD 9-CM) 2. Krioterapi
3. Laser ablatif
12. Tempat Pelayanan RSUP Sanglah Denpasar
13. Penyulit Perdarahan
14. Informed Consent Persetujuan tindakan medis
15. Tenaga Standar Dokter spesialis kulit dan kelamin, dokter residen, perawat
16. Lama Perawatan -
17. Masa Pemulihan 7-10 hari
18. Hasil Sembuh dengan atau tanpa sequelae berupa kelainan pigmentasi atau
jaringan parut
19. Patologi Tidak diperlukan
20. Otopsi -
21. Prognosis Dubius ad bonam
22. Tindak Lanjut Kontrol poliklinis
23. Tingkat Evidens & 1a&A
Rekomendasi
24. Indikator Medis Papul dan plak hilang
25. Edukasi Hindari paparan langsung terhadap sinar matahari
26. Kepustakaan Goldsmith LA, Katz SI, Gilchres BA, Paller A, Leffell D, Wolff K.
Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. 8th edition. New York:
McGraw-Hill, 2012
PANDUAN PRAKTEK KLINIS
SMF ILMU KESEHATAN KULIT & KELAMIN
KARSINOMA SEL BASAL (KSB)
RSUP SANGLAH 2014
DENPASAR
1. No. ICD 10 C 089
2. Diagnosis Karsinoma Sel Basal (KSB)
3. Pengertian Tumor ganas kulit berasal dari sel basal ditandai adanya ulkus yang bersifat
infiltratif dan destruktif
4. Anamnesis Terdapat benjolan atau bercak mudah berdarah berwarna kehitaman atau
luka yang tidak menyembuh terutama pada daerah yang sering terpapar
sinar matahari seperti wajah dan leher, sering disertai dengan rasa gatal dan
nyeri

5. Pemeriksaan Fisik 1. Tipe nodular (ulkus rodent) : papul/nodul, dengan ukuran


penampang 2-4 mm, berwarna seperti mutiara, tepi menggulung,
disertai teleangiektasia. Lesi lebih besar dengan nekrosis sentral
(ulkus rodent)
2. Tipe berpigmen: papul hiperpigmentasi dengan erosi
3. Tipe superfisial: makula eritema yang menyerupai dermatitis
4. Tipe morfeaformis: lesi warna putih kekuningan menyerupai skar atau
morfea
5. Tipe fibroepitelioma pinkus: papul merah muda pada area punggung
bawah

6. Kriteria Diagnosis Anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang


7. Diagnosis Banding 1. Karsinoma sel skuamosa
2. Keratosis seboroik
3. Nevus pigmentosus
4. Keratosis senilis
5. Tumor jinak kulit lainnya
6. Melanoma Malignum.
8. Pemeriksaan Penunjang Dermoskopi, pemeriksaan histopatologis/PA
9. Konsultasi Bedah onkologi
10. Perawatan Rumah Sakit Rawat jalan: perawatan luka pasca tindakan
11. Terapi / tindakan 1. Bedah eksisi dengan jarak sayatan 0,4-1,2 cm dari pinggir sayatan
(ICD 9-CM) tumor
2. Kuretase dan elektrodisikasi pada lesi kurang dari 0,5cm
12. Tempat Pelayanan RSUP Sanglah Denpasar
13. Penyulit Perdarahan, nyeri, infeksi dan pembentukan skar pasca tindakan bedah
14. Informed Consent Tindakan bedah dan pemeriksaan histopatologi
15. Tenaga Standar Dokter spesialis kulit dan kelamin, dokter residen kulit, perawat
16. Lama Perawatan -
17. Masa Pemulihan 14 hari
18. Hasil Sembuh dengan sekuelae (jaringan parut, kelainan pigmentasi)

19. Patologi Diperlukan


20. Otopsi -
21. Prognosis Dubius ad bonam
22. Tindak Lanjut Kontrol poliklinik
23. Tingkat Evidens & 1a&A
Rekomendasi
24. Indikator Medis Tumor hilang
25. Edukasi 1. Perlindungan diri terhadap sinar matahari dengan menggunakan tabir
surya atau pelindung fisik seperti topi dan pakaian
2. Segera kontrol bila muncul lesi baru
26. Kepustakaan Goldsmith LA, Katz SI, Gilchres BA, Paller A, Leffell D, Wolff K.
Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. 8th edition. New York:
McGraw-Hill, 2012

PANDUAN PRAKTEK KLINIS


SMF ILMU KESEHATAN KULIT & KELAMIN
KARSINOMA SEL SKUAMOSA
RSUP SANGLAH 2014
DENPASAR
1. No. ICD 10 C 53.9
2. Diagnosis Karsinoma Sel Skuamosa
3. Pengertian Tumor ganas pada kulit atau mukosa yang berasal dari stratum spinosum
epidermis, bersifat destruktif dan dapat bermetastase jauh.

4. Anamnesis Terdapat benjolan, bercak, atau luka makin membesar, mudah berdarah
pada daerah yang sering terpapar sinar matahari (wajah, leher) atau area
tertutup pakaian
5. Pemeriksaan Fisik Papula berskuama atau verukosa seperti kembang kol, dapat juga berupa
ulkus dangkal dengan tepi yang melebar, meninggi, keras dan tertutup
krusta.

6. Kriteria Diagnosis Anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang


7. Diagnosis Banding 1. Solar keratosis
2. Keratoakantoma
3. Basal sel epitelioma
8. Pemeriksaan Penunjang Dermoskopi, Pemeriksaan histopatologi / PA
9. Konsultasi Bedah onkologi apabila tumor lebih dari 1 cm, lesi dengan kedalaman lebih
dari 6 mm, mengenai area periokular/periaurikular, tumor besar/rekuren,
lesi dengan batas tidak tegas, tumor pada ujung hidung, bibir, kelopak mata,
telinga, genitalia, tumor infiltratif dalam, tumor dengan keterlibatan struktir
di dalamnya (saraf, tulang, otot), pada penderita imunosupresi

10. Perawatan Rumah Sakit 1. Rawat jalan


2. Rawat inap
11. Terapi / tindakan
Bedah eksisi untuk KSS primer berukuran kecil, dengan margin 4 mm
(ICD 9-CM)
untuk lesi risiko rendah atau dengan kedalaman kurang dari 2 mm. Untuk
lesi dengan kedalaman lebih dari 6 mm atau diameter lebih dari 1 cm
diindikasikan Mohs micrographic surgery.

12. Tempat Pelayanan RSUP Sanglah Denpasar


13. Penyulit Perdarahan, pembentukan skar pasca tindakan bedah
14. Informed Consent Tindakan bedah dan pemeriksaan histopatologi
15. Tenaga Standar Dokter spesialis kulit dan kelamin, dokter residen, perawat
16. Lama Perawatan 7-10 hari
17. Masa Pemulihan 14 hari
18. Hasil Bermetastasis baik secara limfogen, hematogen atau secara infiltrat pada
jaringan sekitar
19. Patologi Diperlukan

20. Otopsi -
21. Prognosis Dubius
22. Tindak Lanjut 1. Pemeriksaan penunjang untuk mengetahui kemungkinan metastasis ke
tulang, otot, dan saraf
2. Rawat luka pasca tindakan bedah
3. Pengamatan lanjutan tiap 3-12 bulan
23. Tingkat Evidens & 1a&A
Rekomendasi
24. Indikator Medis Tumor hilang, tidak didapatkan metastasis
25. Edukasi 1. Hindari paparan sinar matahari terutama antara pukul 09.00-156.00
2. Perlindungan diri terhadap sinar matahari dengan menggunakan tabir
surya atau pelindung fisik seperti topi dan pakaian
3. Kemungkinan rekurensi
26. Kepustakaan Goldsmith LA, Katz SI, Gilchres BA, Paller A, Leffell D, Wolff K.
Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. 8th edition. New York:
McGraw-Hill, 2012

PANDUAN PRAKTEK KLINIS


SMF ILMU KESEHATAN KULIT & KELAMIN
MELANOMA MALIGNA
RSUP SANGLAH 2014
DENPASAR
1. No. ICD 10 C 43
2. Diagnosis Melanoma Maligna
3. Pengertian Tumor ganas kulit yang berasal dari melanosit dan dapat bermetastase jauh.

4. Anamnesis Bercak hitam atau tahi lalat yang membesar dengan cepat dan sering
disertai luka, dapat disertai rasa gatal

5. Pemeriksaan Fisik 1. Nodular Melanoma (NM)


Nodul biru kehitaman atau merah kebiruan atau amelanotik, asimetris,
tepi iregular, ukuran lebih dari 6 mm
2. Akral Lentiginous Melanoma (ALM)
Bercak coklat, hitam, atau merah, tepi iregular. Lokasi tersering pada
telapak kaki, telapak tangan dan subungual
3.Superfisial Spreading Melanoma (SSM)
Bercak coklat, biru keabuan, merah muda, merah, dan putih keabuan,
dengan tepi dan pigmentasi iregular. Lokasi tersering ekstremitas bawah
pada wanita dan punggung atas pada pria.
4.Lentigo Malignant Melanoma(LMM)
Berasal dari lentigo maligna dengan nodus hitam kebiruan. Biasanya
tumbuh lambat dan dapat mengadakan metastasis ke kelenjar getah
bening regional.

6. Kriteria Diagnosis Anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang


7. Diagnosis Banding 1. Nevus
2. Basalioma
3. Karsinoma sel skuamosa
8. Pemeriksaan Penunjang Dermoskopi, Pemeriksaan histopatologi / PA
9. Konsultasi Bedah onkologi
10. Perawatan Rumah Sakit Rawat jalan: rawat luka pasca tindakan operasi
11. Terapi / tindakan Bedah eksisi oleh bagian Bedah Onkologi
(ICD 9-CM)
12. Tempat Pelayanan RSUP Sanglah Denpasar
13. Penyulit Metastasis
14. Informed Consent -
15. Tenaga Standar Dokter spesialis kulit dan kelamin, dokter residen
16. Lama Perawatan -
17. Masa Pemulihan -
18. Hasil Metastasis cepat ke seluruh tubuh secara hematogen dan limfogen
19. Patologi Diperlukan
20. Otopsi -
21. Prognosis Dubius ad malam
22. Tindak Lanjut Konsultasi ke bagian Bedah Onkologi
23. Tingkat Evidens & 1a&A
Rekomendasi
24. Indikator Medis Tumor hilang, tidak ada metastasis
25. Edukasi Waspadai apabila terdapat perubahan warna, bentuk, dan ukuran pada tahi
lalat dengan cepat
Waspadai apabila muncul bercak kehitaman pada kuku, rongga mulut,
genitalia

26. Kepustakaan Goldsmith LA, Katz SI, Gilchres BA, Paller A, Leffell D, Wolff K.
Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. 8th edition. New York:
McGraw-Hill, 2012

PANDUAN PRAKTEK KLINIS


SMF ILMU KESEHATAN KULIT & KELAMIN
TINEA KAPITIS
RSUP SANGLAH 2014
DENPASAR

1. No. ICD 10 B350


2. Diagnosis Tinea Kapitis
3. Pengertian Infeksi jamur dermatofita pada kulit kepala dan rambut, terutama
disebabkan spesiesTrichophyton dan Microsporum.
Klasifikasi tinea kapitis:
a. Tipe noninflamasi (tipe gray patch/bentuk seboroik) disebabkan oleh
Microsporum audouinii / Microsporum ferrugineum.
b. Tipe black dot disebabkan oleh Trichophyton tonsuran, Trichophyton
violaceum.
c. Tipe inflamasi disebabkan oleh Microsporum canis, M. gypseum, M.
verrucosum
d. Tipe favus: disebabkan oleh Trichophyton schoenleinii.
4. Anamnesis Adanya bercak kemerahan disertai sisik, botak setempat, bintik-bintik hitam
atau bintil bernanah pada kulit kepala, kadang disertai rasa gatal.
5. Pemeriksaan Fisik 1. Tipe noninflamasi (tipe gray patch / bentuk seboroik): ditandai
makula atau plak eritema, berbatas tegas, ditutupi skuama, rambut
suram dan mudah patah, dapat disertai alopesia setempat tanpa
skar, dan gatal.
2. Tipe black dot: ditandai bintik-bintik hitam sisa dari rambut yang
patah tepat pada muara folikel rambut, rambut normal masih
terdapat dalam plak diantara rambut yang rusak. Kadang disertai
pustul folikuler.
3. Tipe inflamasi: ditandai pustul folikuler, furunkulosis atau kerion,
sering disertai scarring alopecia, gatal dan nyeri. Kadang disertai
limfadenopati cervikal posterior.
4. Tipe favus: ditandai krusta kuning kecoklatan skutula yang berbau
musky odor, dapat terjadi skar, atropi dan alopesia permanen.
6. Kriteria Diagnosis Berdasarkan klinis dan pemeriksaan penunjang (lampu wood, KOH 10-
30% dan baku emas diagnostik pemeriksaan kultur jamur).
7. Diagnosis Banding Dermatitis seboroik, psoriasis, alopesia areata, trikotilomania, folikulitis,
impetigo, lupus eritematosus, dan penyebab alopesia lainnya.
8. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan lampu wood, KOH 10-30%, kultur jamur, test fungsi liver.
9. Konsultasi -
10. Perawatan Rumah Sakit -
11. Terapi / tindakan Antifungi Sistemik
1. Griseofulvin, dosis :
(ICD 9-CM)
2. Ultramicrosize: 300-375 mg/hari ( selama 4-8 minggu) atau untuk usia
> 2 th : 5-10 mg/kgBB/hr ( selama 6-12 minggu)
3. Microsize: 500 mg/hari (4-8 mgg) atau untuk usia > 2 tahun 15-20
mg/kgBB /hari (selama 6-12 minggu)
4. Ketokonazol 3,3-6,6 mg/kg BB (selama 3-6 minggu)
Tipe inflamasi ditambahkan
-Metilprednisolon setara prednison 0,5-1 mg/kgBB (selama 2-4
minggu)
-Amoksisilin - asam klavulanat 3x500 mg/hari, dosis anak
25mg/kgBB/hr. (empiris RS/ fornas tdk ditanggung))
-Erythromycin 4x500 mg/, anak-anak 30-50 mg/kgBB/hari, 3-4 x/hari
(sesuai KDSI dan fornas)
12. Tempat Pelayanan Poliklinik Kulit dan Kelamin
13. Penyulit • Infeksi bakteri sekunder, reaksi Id terhadap jamur, tipe inflamasi
berat (kerion dan favus) dapat menyebabkan sequalae berupa
scarring dan alopesia yang permanen.
• Gangguan fungsi hati
14. Informed Consent Bila perlu
15. Tenaga Standar Dokter Spesialis, Residen Kulit dan Kelamin, Dokter Umum
16. Lama Perawatan 4-12 minggu
17. Masa Pemulihan 4-12 minggu
18. Hasil Sembuh sempurna pada tipe non inflamasi atau dapat meninggalkan
sequalae berupa scarring alopecia pada tipe inflamasi yang berat.
19. Patologi -
20. Otopsi -
21. Prognosis Dubius ad Bonam
22. Tindak Lanjut Kontrol Poliklinik Kulit dan Kelamin setiap 2 minggu
23. Tingkat Evidens & Ia&rekomendasi A
Rekomendasi
24. Indikator Medis Klinis : lesi membaik, rambut tumbuh kembali
Pemeriksaan penunjang :
-KOH 10-20% : tidak ditemukan elemen jamur
-Wood lamp : tidak didapatkan fluorosence
25. Edukasi Sumber penularan: pisau cukur, sisir rambut, handuk, topi, helm dan
binatang peliharaan.
26. Kepustakaan Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine 8thed
Hurwit’s Clinical Pediatric Dermatology edisi ke-4,

PANDUAN PRAKTEK KLINIS


SMF ILMU KESEHATAN KULIT & KELAMIN
TINEA KORPORIS
RSUP SANGLAH 2014
DENPASAR

1. No. ICD 10 B35.4


2. Diagnosis TINEA KORPORIS
3. Pengertian Tinea korporis adalah dermatofitosis pada daerah tidak berambut kecuali
telapak tangan, telapak kaki dan inguinal.
4. Anamnesis Keluhan terdapat bercak kemerahan yang melebar dengan predileksi pada
wajah, badan, lengan atau tungkai disertai rasa gatal terutama saat
berkeringat.
5. Pemeriksaan Fisik Makula atau plak eritema berbatas tegas, dengan tepi meninggi, berbentuk
anular, biasanya serpiginosa, ditutupi skuama putih dan bagian tengah lesi
biasanya bersih (central clearing).
6. Kriteria Diagnosis Berdasarkan klinis dan pemeriksaan penunjang (lampu wood, KOH 10-
20%, dan baku emas diagnostik pemeriksaan kultur jamur)
7. Diagnosis Banding 1. Eritema anulare sentrifugum
2. Dermatitis numularis
3. Psoriasis vulgaris
4. Subacute cutaneous lupus erythematosus
5. Dermatitis kontak, atopik atau seboroik
6. Lesi awal pityriasis rosea
8. Pemeriksaan Penunjang 7. Lampu wood
8. KOH 10-20% didapatkan hifa panjang dengan atau tanpa
artrospora
9. Kultur jamur
9. Konsultasi -
10. Perawatan Rumah Sakit -
11. Terapi / tindakan Topikal
(ICD 9-CM) 1.Ketokonazol 2% krim, 2 x/hr
2.Mikonazol 2% krim, 2x/hr
Sistemik: (diberikan bila lesi luas dan berat atau bila pemberian obat
topikal dianggap gagal)
1.Griseofulvin 1x500 mg/hari atau 10mg/kgBB/hari selama 2-6 minggu
Jika hipersensitivitas atau kontraindikasi terhadap griseofulvin :
2. Ketokonazol 1x200 mg/hari selama 2 minggu
12. Tempat Pelayanan Poliklinik Kulit dan Kelamin
13. Penyulit Gangguan fungsi liver, foto sensitivitas, gangguan pencernaan.
14. Informed Consent Bila Perlu
15. Tenaga Standar Dokter spesialis kulit dan kelamin, residen kulit dan kelamin, dokter umum
16. Lama Perawatan 4 minggu
17. Masa Pemulihan -
18. Hasil Sembuh sempurna
19. Patologi -
20. Otopsi -
21. Prognosis Dubius ad bonam
22. Tindak Lanjut Kontrol Poliklinik Kulit dan Kelamin setiap 2 minggu
23. Tingkat Evidens & Ia &A
Rekomendasi
24. Indikator Medis Klinis : lesi membaik
Pemeriksaan penunjang :
-KOH 10-20% : tidak ditemukan elemen jamur
-Wood lamp : tidak didapatkan fluorosence
25. Edukasi Pakaian dan handuk sering diganti, tidak menggunakan pakaian yang ketat,
mengobati hewan peliharaan yang terinfeksi.
th
26. Kepustakaan Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine 8 ed

PANDUAN PRAKTEK KLINIS


SMF ILMU KESEHATAN KULIT & KELAMIN
TINEA KRURIS
RSUP SANGLAH 2014
DENPASAR

1. No. ICD 10 B350

2. Diagnosis TINEA KRURIS


3. Pengertian Tinea kruris adalah dermatofitosis pada lipatan paha, genitalia, area pubis,
kulit pada perineal dan perianal.
4. Anamnesis Keluhan bercak kemerahan, semakin melebar disertai gatal teritama bila
berkeringat, pada lipatan paha genitalia, area pubis, kulit pada perineal dan
perianal.
5. Pemeriksaan Fisik Makula eritema, berbatas tegas, dengan tepi meninggi, berbentuk anular,
ditutupi skuama putih, unilateral atau bilateral.
6. Kriteria Diagnosis Berdasarkan klinis dan pemeriksaan penunjang (lampu wood, KOH, dan
baku emas diagnostik pemeriksaan kultur jamur)
7. Diagnosis Banding 1. Kandidiasis intertriginosa
2. Eritrasma
3. Dermatitis kontak alergi / dermatitis kontak iritan
4. Dermatitis seboroik
8. Pemeriksaan Penunjang 5. Lampu wood
6. KOH 10-20% didapatkan hifa panjang-panjang dan miselium
7. Kultur jamur
9. Konsultasi -
10. Perawatan Rumah Sakit -
11. Terapi / tindakan Topikal
(ICD 9-CM) 1.Ketokonazol 2% krim, 2 x/hr
2.Mikonazol 2% krim, 2x/hr
Sistemik: (diberikan bila lesi luas dan berat atau bila pemberian obat topikal
dianggap gagal)
.
1 Griseofulvin 1x500 mg/hari atau 10mg/kgBB/hari selama 2-6 minggu
Jika hipersensitivitas atau kontraindikasi terhadap griseofulvin :
2. Ketokonazol 1x200 mg/hari selama 2 minggu
12. Tempat Pelayanan Poliklinik Kulit dan Kelamin
13. Penyulit Gangguan fungsi liver, foto sensitivitas, gangguan pencernaan.
14. Informed Consent -
15. Tenaga Standar Dokter spesialis kulit dan kelamin, residen kulit dan kelamin, dokter umum.
16. Lama Perawatan 4 minggu
17. Masa Pemulihan -
18. Hasil Sembuh sempurna
19. Patologi -
20. Otopsi -
21. Prognosis Prognosis baik
22. Tindak Lanjut Kontrol poliklinik kulit dan kelamin setiap 2 minggu
23. Tingkat Evidens & I A & A.
Rekomendasi
24. Indikator Medis Klinis : lesi membaik
Pemeriksaan penunjang :
-KOH 10-20% : tidak ditemukan elemen jamur
-Wood lamp : tidak didapatkan fluorosence
25. Edukasi Sumber penularan: binatang, tanah, kontak dengan orang lain yang
terinfeksi, pakaian, handuk.
th
26. Kepustakaan Fitzpatrick’s dermatology in General Medicine ed 8

PANDUAN PRAKTEK KLINIS


SMF ILMU KESEHATAN KULIT & KELAMIN
KANDIDIASIS INTERTRIGINOSA
RSUP SANGLAH 2014
DENPASAR

1. No. ICD 10 B.37.2


2. Diagnosis KANDIDIASIS INTERTRIGINOSA
3. Pengertian Kandidiasis adalah infeksi jamur dengan predileksi lipatan kulit terutama
aksila, gluteal, genitokrural, interdigiti, retroaurikuler, perianal, yang
sebagian besar disebabkan oleh spesies Candida terutama Candida albican,
C. glabrata, C. tropicalis, C. krusei, C. dubliniensis, C. parapsilosis.
4. Anamnesis Bercak merah pada lipatan kulit dan meluas, disertai bintik-bintik merah
kecil disekitarnya, dengan keluhan sangat gatal dan rasa panas seperti
trbakar.
5. Pemeriksaan Fisik Bercak eritema, berbatas tegas, maserasi disertai dengan lesi satelit
vesikopustul.
6. Kriteria Diagnosis Berdasarkan klinis dan pemeriksaan penunjang (KOH 10-20%, dan baku
emas diagnostik pemeriksaan kultur jamur)
7. Diagnosis Banding 1. Dermatitis kontak iritan
2. Dermatofitosis (tinea kruris)
3. Eritrasma
4. Dermatitis seboroik
8. Pemeriksaan Penunjang 5. KOH 10-20%, pseudohifa dan blastospora
6. Kultur jamur
9. Konsultasi - Penyakit Dalam (apabila ada penyulit seperti diabetes mellitus)
- VCT (apabila dicurigai adanya imunodefisiensi atau infeksi HIV)
10. Perawatan Rumah Sakit -
11. Terapi / tindakan Topikal:
(ICD 9-CM) a. Krim ketokonazol 2 %, 2x/hr, selama 2 minggu
b. Krim mikonazol 2 %, 2x/hr, selama 2 minggu
Sistemik: (untuk lesi yang luas)
a. Flukonazol 150 mg/minggu selama 2 minggu
b. Ketokonazol 1x 200 mg/hari, selama 2 minggu
12. Tempat Pelayanan Poliklinik Kulit dan Kelamin
13. Penyulit DM, HIV-AIDS, karsinoma dan penyakit imunokompromais lainnya.
Pasien yang mendapat pengobatan antibiotik dan kortikosteroid lama.
14. Informed Consent -
15. Tenaga Standar Dokter spesialis Kulit dan Kelamin, residen kulit dan kelamin, dokter
umum
16. Lama Perawatan 2 minggu
17. Masa Pemulihan -
18. Hasil Sembuh sempurna
19. Patologi -
20. Otopsi -
21. Prognosis Baik
22. Tindak Lanjut Kontrol Poliklinik Kulit dan Kelamin setiap 2 minggu.
23. Tingkat Evidens & Ia & A
Rekomendasi
24. Indikator Medis Klinis : lesi membaik
Pemeriksaan penunjang :
-KOH 10-20% : tidak ditemukan pesudohifa dan blastospora
25. Edukasi Menjaga lesi tetap kering, tidak menggunakan pakaian ketat, menggunakan
pakaian menyerap keringat, menurunkan berat badan pada penderita
obesitas.
th,
26. Kepustakaan Fitzpatrick’s dermatology in General Medicine ed 8

PANDUAN PRAKTEK KLINIS


SMF : Kulit dan Kelamin
ALOPESIA ANDROGENIK
2014
RSUP SANGLAH
DENPASAR

1 No.ICD 10 L64.9
2 Diagnosis Alopesia androgenik
3 Pengertian Suatu kondisi kerontokan rambut mengenai laki-laki dan
perempuan yang memiliki kerentanan genetik dan dipengaruhi
oleh hormon androgen (dihidrotetosteron, DHT).

4 Anamnesis 1. Kebotakan rambut yang berpola


2. Riwayat kebotakan pada keluarga
3. Riwayat menstruasi
4. Riwayat penyakit sistemik: penyakit jantung koroner,
hipertensi, dislipidemia, insulin resisten, penyakit tiroid
5. Riwayat keganasan: kanker prostat
5 Pemeriksaan Fisik Klinis pada pria:
Penipisan atau kebotakan pada temporal, frontal / parietal,
vertex, oksipital (Pola kebotakan berdasarkan klasifikasi
Hamilton-Norwood)

Klinis pada wanita:


Penipisan rambut difus terutama daerah frontal / parietal (pola
kebotakan berdasarkan klasifikasi Ludwig)

6 Kriteria Diagnosis Klinis :


Berkurangnya kepadatan rambut terminal pada kulit kepala
yang mengikuti pola yang khas berdasarkan klasifikasi
Hamilton-Norwood pada laki-laki dan Ludwig pada wanita.
perubahan dari rambut terminal menjadi rambut seperti
rambut velus (miniaturisasi rambut)
Pemeriksaan penunjang :
Kadar hormon diperlukan jika terdapat gangguan, menstruasi,
hirsustism, masalah kesuburan, DHEAS, testosteron bebas,
fungsi tiroid
7 Diagnosis Banding 1. Telogen effluvium
2. Alopesia areata difus
3. Trikotilomania
4. Sifilis sekunder
8 Pemeriksaan Penunjang kadar hormonal DHEAS, free testosterone, tiroid, feritin, TSH
9 Konsultasi Interna, obstetri dan ginekologi
10 Perawatan Rumah Sakit Rawat jalan
11 Terapi/tindakan ( ICD 9 –CM) 1. Nonmedikamentosa:
KIE penjelasan mengenai penyebab dan perjalanan
penyakit, penggunaan dan manfaat terapi.
2. Medikamentosa
Topikal:
Minoksidil 2 – 5 % selama 14-12 bulan
Sistemik:
Laki-laki: finasterid (5α-reduktase tipe II inhibitor) 1mg per
hari selama 1-3 tahun
Wanita: spironolakton 200mg per hari selama 4-12 bulan .
Estrogen oral (kombinasi estrogen dan progestin dan
kombinasi estrogen dan siproteronasetat).
3.Kamuflase dan wig.
12 Tempat Pelayanan Poliklinik Kulit dan Kelamin
13 Penyulit Kerontokan kembali setelah obat dihentikan
Kemandulan dan impoten
Hipertrikosis
Dermatitis kontak alergi
14 Informed Consent Tindakan medis
15 Tenaga Standar Dokter spesialis, dokter umum/residen kulit, perawat yang
terlatih
16 Lama Perawatan 6 bulan
17 Masa Pemulihan 6-12 bulan
18 Hasil Terdapat pertumbuhan rambut dalam waktu 6 bulan
19 Patologi Tidak diperlukan
20 Otopsi Tidak diperlukan
21 Prognosis Dubius
22 Tindak Lanjut Kontrol ke poliklinik kulit dan kelamin setiap bulan

23 Tingkat Eviden & Rekomendasi Tingkat eviden 1a dan rekomendasi grade A


24 Indikator Medis Perbaikan klinis (terdapat pertumbuhan rambut)
25 Edukasi Perjalanan dan penyebab penyakit
Cara penggunaan obat, manfaat dan efek samping terapi
26 Kepustakaan  Fitzpatrick in General Medicine. 8th ed. New York: Mc Graw
Hill companies, 2012

PANDUAN PRAKTEK KLINIS


SMF : Kulit dan Kelamin
PENUAAN KULIT
2014
RSUP SANGLAH
DENPASAR

1 No.ICD 10 701.8 ?
2 Diagnosis Penuaan kulit
3 Pengertian suatu proses penuaan pada kulit yang dipengaruhi oleh faktor
intrinsik (genetik) dan ekstrinsik seperti sinar matahari.

4 Anamnesis Kekeringan kulit, kerutan pada kulit, kulit terasa kendur, timbul
kelainan pigmentasi dan timbulnya berbagai tumor jinak.
Aktivitas di luar ruangan.
5 Pemeriksaan Fisik Kerutan, xerosis kutis, pigmentasi ireguler( seperti freckling,
lentigo, hipomelanosis gutata atau hiperpigmentasi persisten),
teleangiektasis, pupura, hiperplasia sebasea.
Tumor jinak seperti keratosis aktinik , keratosis seboroik,
ditemukan pada wajah atau lokasi badan yang terpapar sinar
matahari.
6 Kriteria Diagnosis Anamnesis dan pemeriksaan fisik
7 Diagnosis Banding -
8 Pemeriksaan Penunjang Tidak diperlukan
9 Konsultasi Tidak diperlukan
10 Perawatan Rumah Sakit Poliklinik kulit dan kelamin
11 Terapi/tindakan ( ICD 9 –CM) 1. Nonmedikamentosa: KIE penyebab dan pencetus serta
pentingnya upaya menghindarinya, perjalanan penyakit,
jenis dan cara penggunaan obat. Hindari sinar matahari jam
10.00-15.00.
2. Medikamentosa:
 Topikal:
Tabir surya SPF 15-30
Asam retinoat 0,025 - 0,05% digunakan pada malam hari
Asam alfa hidroksi (AHA) 6 - 8% pagi dan siang hari
 Sistemik:
Antioksidan: Vit A, Vit C, Vit E, beta karoten, bioflavinoid.
Terapi hormonal
3. Tindakan bedah kosmetik :
Peeling kimiawi atau mikrodermabrasi.
Laser, implant dan skin filler, botox.

12 Tempat Pelayanan Poliklinik Kulit dan Kelamin


13 Penyulit Hiperpigmentasi paska inflamasi
14 Informed Consent Perlu
15 Tenaga Standar Dokter spesialis kulit dan kelamin, dokter residen.
16 Lama Perawatan 1-8 minggu
17 Masa Pemulihan 8 -12 minggu
18 Hasil Kulit lebih lembab, kerutan berkurang, lesi tumor jinak
menghilang )
19 Patologi Bila ada indikasi
20 Otopsi Tidak diperlukan
21 Prognosis Dubius
22 Tindak Lanjut Kontrol poliklinik Kulit dan Kelamin setiap 2 minggu
23 Tingkat Eviden & Rekomendasi Tingkat eviden 1a dan rekomendasi grade A
24 Indikator Medis Perbaikan klinis
25 Edukasi  Penggunaan tabir surya
 Perlindungan fisik: topi, payung
 Olahraga secara teratur dan menjaga asupan nutrisi yang
cukup dan sehat

26 Kepustakaan Mina Yaar & Barbara A. Gilchrest. Aging of skin. In : Wolff K,


Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, Wolff K,
Eds. Fitzpatrick’s Dermatology In General Medicine. 8th Ed. New
York: McGraw Hill; 2012. p. 1213-1226.

PANDUAN PRAKTEK KLINIS

SMF :Kulit dan Kelamin


RSUP SANGLAH
AKNE VULGARIS
DENPASAR
2014
1 No.ICD 10 L 700
2 Diagnosis Akne Vulgaris
3 Pengertian Peradangan menahun pada unit folikel pilosebasea, pada
daerah wajah, leher, dada, punggung dan lengan atas yang
ditandai dengan adanya komedo (khas/patogmonomik),
papul, pustul, nodul, kista dengan sisa sequele berupa
hiperpigmentasi dan jaringan parut.
4 Anamnesis Jerawat pada wajah dan atau dada, punggung. Siklus
menstruasi teratur atau tidak. Riwayat minum obat dan
riwayat pengunaan kosmetik bersifat komedogenik .
5 Pemeriksaan Fisik Lokasi: wajah, dada, punggung, bahu
Manifestasi Klinis: komedo, papul, pustul, nodul, kista, skar
dan makula hiperpigmentasi .
6 Kriteria Diagnosis Anamnesis dan pemeriksaan fisik (komedo merupakan lesi
patogmonis pada tempat predileksi).
7 Diagnosis Banding Milia
Hiperplasia sebasea
Akne Rosasea
Erupsi akneiformis
Dermatitis perioral
8 Pemeriksaan Penunjang Kadar hormon androgen, DHEAS, LH, FSH.
9 Konsultasi Konsultasikan ke Bagian Obstetri dan Ginekologi jika terdapat
gangguan menstruasi.
10 PerawatanRumah Sakit Rawat jalan
11 Terapi/tindakan ( ICD 9 –CM) 1. Non medikamentosa/nasehat/anjuran:
Penjelasan tentang penyakit, penyebab/pencetus,
menghindari pencetus, perjalanan penyakit, jenis dan
cara penggunaan obat yang benar.
2. Medikamentosa
 Perawatan kulit: cleansing, sabun wajah, penyegar
 Ringan: lotio kumerfeldin, tretinoin 0,025%-0,05%,
asam salisilat 2%
 Sedang:
Komedonal: tretinoin topikal 0,025-0,05%
Papulopustular:
Topikal: benzoil peroksida gel 0,25%, klindamisin gel
1%, eritromisin 1%
Sistemik: doksisiklin 2x50-100mg selama 1 bulan
 Berat
Sama dengan terapi akne derajat sedang
Konglobata: isotretinoin 0,5-1mg/kgBB/hari(laki-laki
dan wanita dewasa dengan pengawasan khusus)
Siprosteron asetat 2 mg atau Spironolakton 25 – 300
mg/hari (wanita dewasa dengan pengawasan
khusus)
Kortikosteroid sistemik pada akne fulminan dengan
jangka waktu pendek
 Ibu hamil/menyusui:
Topikal benzoil peroksida 2,5%-5%
Sistemik: eritromisin 4x500mg atau azitromisin 250-
500mg tiga kali/minggu
3. Terapi tambahan
 Skin care: Ekstraksi komedo pada pasien dengan
makro atau mikro komedo
 Peeling kimiawi (asam glikolat, asam salisilat) untuk
akne ringan hingga sedang
 Laser/terapi sinar digunakan apabila terapi standar
belum berhasil
4. Terapi pemeliharaan: diberikan setelah terapi
dihentikan(sudah sembuh) dengan tujuan untuk
mencegah kekambuhan:
 KIE
 Skin care
 Topikal retinoid dosis rendah (0,025% dan dinilai
setiap 6 bulan untuk dihentikan
12 Tempat Pelayanan Poliklinik Kulit dan Kelamin
13 Penyulit Hiperpigmentasi paska inflamasi
Skar
14 Informed Consent Persetujuan tindakan medis
15 Tenaga Standar Dokter Spesialis,Dokter Umum/ Residen kulit, perawat yang
terlatih
16 Lama Perawatan 1-12 minggu
17 MasaPemulihan 3 -4 bulan
18 Hasil Perbaikan klinis dan penurunan derajat akne berdasarkan
acne grading IAEM 2012
19 Patologi Tidak diperlukan
20 Otopsi Tidak diperlukan
21 Prognosis Dubois
22 TindakLanjut Kontrol Poliklinik Kulit dan Kelamin
23 Tingkat Eviden&Rekomendasi A1
24 Indikator Medis Acne grading berdasarkan IAEM 2012 (ringan, sedang, berat)
25 Edukasi Pengobatan benar dan teratur
Hindari konsumsi makanan manis, berminyak
Kurangi stress
26 Kepustakaan 1. Fitzpatrick in General Medicine. 8th ed. New York: McGraw
Hill companies, 2012
2. Kelompok studi dermatologi kosmetik indonesia
(international acne expert meeting 2012)

PANDUAN PRAKTEK KLINIS

SMF :Kulit dan Kelamin


RSUP SANGLAH
ALOPESIA AREATA
DENPASAR
2014
1 No.ICD 10 L63.9
2 Diagnosis Alopesia areata
3 Pengertian Kelainan pertumbuhan rambut , autoimun , non scarring yang
terjadi pada individu dengan predisposisi genetik, ditandai
dengan area kebotakan dengan exclamation mark hairs yang
patognomonis, dapat terjadi pada semua area tubuh yang
berambut.
4 Anamnesis  Onset akut (mendadak)
 Asimtomatis, kadang-kadang sedikit gatal dan eritema
pada area kebotakan
 Riwayat keluarga mengalami keluhan yang sama.
 Faktor stres emosional pencetus timbulnya keluhan.
 Riwayat kehamilan, menstruasi, menopause (perempuan).
 Riwayat pembedahan, kecelakaan, perawatan pada
rambut.
 Komorbiditas penyakit lain: penyakit tiroid, vitiligo, atopic
diseases, psoriasis, down syndromes, katarak.
5 Pemeriksaan Fisik  Lokasi: Kepala dan area berambut lainnya.
 Area yang botak non scarring setempat dengan
permukaan halus, batas tegas, bentuk bulat sampai oval.
 Gambaran klinis berupa : patchy alopecia, alopesia totalis,
alopesia universalis, alopesia areata tipe ophiasis, tipe
ophiasis inversus
 Terdapat Exclamation point hair
 Poliosis
 Keterlibatan kuku: pitting nail
6 Kriteria Diagnosis Anamnesis, pemeriksaan klinis dan dermoskopi

7 Diagnosis Banding 1. Tinea kapitis.


2. Alopesia androgenik.
3. Telogen efluvium.
4. Anagen efluvium.
5. Trikotilomania.
6. Sifilis sekunder (alopesia areolaris).
7. Alopesia triangular temporalis.
8 Pemeriksaan Penunjang TSH, Feritin, KOH 10%
Pemeriksaan histopatologi diindikasi untuk alopasia areata
yang difus
9 Konsultasi Interna
Pediatri
10 Perawatan Rumah Sakit Rawat jalan
11 Terapi/tindakan ( ICD 9 –CM) 1. Umum
- Paliatif.
- Mengawasi perjalanan dari kerontokan rambut tanpa
- pengobatan.

2. Medikamentosa
A.Umur < 10 tahun:
 Minoksidil 5% solusio ± kortikosteroid topikal
potensi kuat klas II

B.1.Umur >10 tahun: keterlibatan kulit kepala <50%


 Lini pertama: injeksi triamsinolon asetonid
intralesi 2,5-10 mg/ml (maksimal volume 3 ml).
Disuntikkan secara intradermal, sebagai suntikan
multipel 0,1 ml pada interval 1 cm dan diulang
setiap 4-6 minggu, jika setelah 4 bulan tidak ada
pertumbuhan rambut, dipertimbangkan pemilihan
terapi lain. Intralesi kortikosteroid dapat
dikombinasikan dengan terapi topikal.
 Solusio Minoksidil topikal 5% dapat
dikombinasikan dengan pemberian kortikosteroid
topikal potensi kuat.
 Fototerapi: psoralen oral atau topikal plus UVA
(PUVA)
 Siklosporin sistemik4-6 mg/kg/hari
B.2.Umur >10tahun: keterlibatan kulit kepala >50%
Solusio Minoksidil 5% ± kortikosteroid topikal atau
PUVA
- Kamuflase, wigs dan hairpieces
- Kortikostroid sistemik (penggunaan terbatas dan cara
pemberiannya bervariasi)
Pulse terapi : prednisolon 200 mg oral sekali
seminggu selama 3 bulan atau 300mg oral sekali
sebulan minimal 4 bulan untuk alopesia totalis dan
universalis.
Metilprednisolon 250 mg iv dua kali sehari selama 3
hari untuk alopesia areata progresif.
Dexametason 5 mg dua kali seminggu selama
minimal 12 minggu.
Prednisolon oral ditappering off selama 6 minggu,
dimulai dengan dosis 4 mg /hr selama 1 minggu, 35
mg/hari selama 1 minggu, 30 mg/hr selama 1
minggu, 25 mg/hr seminggu, 20mg /hr untuk 3 hr,
10 mgf/hr untuk 3 hari dan 5 mg /hr selama 3 hari
untuk alopesia areata yang progresif.

12 Tempat Pelayanan Poliklinik Kulit dan Kelamin


13 Penyulit Bila didasari adanya penyakit autoimun, onset sebelum usia
puberitas, penyakit yang progresif, persisten lebih dari 2 tahun,
tipe ophiasis dan efek samping dari kortikosteroid.
14 Informed Consent Tindakan Medis
15 Tenaga Standar Dokter Spesialis,Dokter Umum/ Residen kulit, perawat terlatih
16 Lama Perawatan 3 bulan
17 Masa Pemulihan 3-4 bulan
18 Hasil Sembuh dengan sempurna atau dengan penyulit
19 Patologi Tidak diperlukan
20 Otopsi Tidak diperlukan
21 Prognosis Dubois
22 Tindak Lanjut Kontrol Poliklinik Kulit dan Kelamin
23 Tingkat Evidens & Tingkat eviden 1a dan rekomendasi grade A
Rekomendasi
24 Indikator Medis Terdapat pertumbuhan rambut dalam waktu 4 bulan
25 Edukasi Penyebab dan perjalanan penyakit
Cara penggunaan obat, manfaat dan efek samping obat
26 Kepustakaan Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine, edisi ke 8, 2012
PANDUAN PRAKTEK KLINIS

SMF :KulitdanKelamin
RSUP SANGLAH
Melasma
DENPASAR
2014
1 No.ICD 10 L 811
2 Diagnosis Melasma
3 Pengertian Hipermelanosis pada wajah berupa makula berwarna coklat
muda hingga coklat tua yang tidak merata, umumnya simetri
pada daerah yang terpajan sinar matahari.
4 Anamnesis Riwayat paparan sinar matahari, kehamilan, pemakaian
kontrasepsi oral, penyakit metabolik, keganasan, nutrisional,
obat- obatan dan kosmetik
5 Pemeriksaan Fisik Lokasi: daerah terpajan sinar matahari (dahi, pipi, hidung,
atas bibir, dagu dan mandibula)
makula hiperpigmentasi berwarna coklat muda atau tua,
simetris
6 Kriteria Diagnosis Anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
7 Diagnosis Banding Hiperpigmentasi paska inflamasi
Drug induced hiperpigmentasi
Okronosis eksogen
Poikiloderma of civatte
8 Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan lampu wood
9 Konsultasi Tidak diperlukan
10 PerawatanRumah Sakit Rawat Jalan
11 Terapi/tindakan ( ICD 9 –CM) 1. Non medikamentosa: KIE penyebab atau pencetus, upaya
menghindari, perjalanan penyakit, jenis dan cara
penggunaan obta yang bernar, hindari pajanan sinar
matahari jam 10.00-15.00
2. Medikamentosa:
Topikal:
• Hidrokuinon 2-4% dipakai pada malam hari
• Tretinoin 0,05%%-0,1% dipakai pada malam hari
• Tabir surya SPF ≥ 30 dipakai pada siang hari
• Formula Kligman
• Asam azeleat 20%
• Asam glikolat 15-20%
• Asam kojik
• Topikal vitamin C 10%
3. Tindakan bedah kosmetik :
Peeling kimiawi (asam glikolat, asam kojik atau
kombinasi) dan Laser.

12 TempatPelayanan Poliklinik Kulit dan Kelamin


13 Penyulit Okronosis eksogen
14 Informed Consent Persetujuan tindakan medis
15 TenagaStandar Dokter spesialis kulit dan kelamin, dokter residen.
16 Lama Perawatan 2 – 3 bulan
17 Masa Pemulihan 3-6 bulan
18 Hasil Perbaikan secara klinis dan penurunan skor MASI
19 Patologi Tidak diperlukan
20 Otopsi Tidak diperlukan
21 Prognosis Dubius
22 TindakLanjut Kontrol Poliklinik Kulit dan Kelamin
23 Tingkat Eviden&Rekomendasi Tingkat eviden 1a dan rekomendasi grade A
24 IndikatorMedis Melasma Area Severity Index (MASI)
25 Edukasi Penggunaan tabir surya atau menghindari sinar matahari.
26 Kepustakaan Fitzpatrick in General Medicine. 8th ed. New York: McGraw
Hill companies, 2012

PANDUAN PRAKTEK KLINIS

SMF :KulitdanKelamin
RSUP SANGLAH
VITILIGO
DENPASAR
2014
1 No.ICD 10 L 80
2 Diagnosis Vitiligo
3 Pengertian Kelainan kulit yang didapat atau diturunkan ditandai dengan
makula hipo / depigmentasi dengan batas yang tegas
bersifat kronis.
4 Anamnesis Bercak putih pada kulit, riwayat penyakit yang sama pada
keluarga, riwayat luka bakar, paparan bahan kimia, riwayat
penyakit interna dan autoimun lainnya penyakit tiroid
autoimun, rematoid atritis, psoriasi, DM tipe II, SLE, penyakit
addison.
5 Pemeriksaan Fisik Makula depigmentasi dengan batas tegas, ukuran bervariasi,
mengenai daerah tekanan dapat menyebar ke seluruh tubuh.
Tepi lesi vitiligo berupa gradasi warna hiperpigmentasi,
hipopigmentasi, dan depigmentasi.
6 Kriteria Diagnosis Anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
7 Diagnosis Banding Vitiligo lokalisata: nevus depigmntosus, nevus anemikus
Vitiligo generalisata: kusta tipe BT, hipopigmentasi post
inflamasi, pitiriasis alba, ptiriasis versikolor, sifilis
8 Pemeriksaan Penunjang Gula darah
Pemeriksaan berdasarkan penyakit yang mendasari (TSH,T3
dan T4, ANA, antitiroid peroxidase)
Lampu Wood, KOH
9 Konsultasi Interna
10 PerawatanRumah Sakit Rawat jalan
11 Terapi/tindakan ( ICD 9 –CM) 1. Nonmedikamentosa: KIE perjalanan penyakit , cara
pengobatan, cover mark atau kamuflase
2. Medikamentosa
Tabir surya SPF ≥ 30
 Vitiligo lokalisata:Kortikosteroid klas III, tinktur
delsoralen 0,01-0,1%
 Vitiligo generalisata: fototerapi NB-UVB dan PUVA
12 Tempat Pelayanan Poliklinik Kulit dan Kelamin
13 Penyulit Penyakit kulit yang mendasari
14 Informed Consent Perlu
15 Tenaga Standar Dokter Spesialis,Dokter Umum/ Residen kulit, perawat yang
terlatih
16 Lama Perawatan 1-3 bulan
17 MasaPemulihan 3-6 Bulan
18 Hasil Perbaikan klinis perubahan warna kulit menjadi kecoklatan
19 Patologi Tidak diperlukan
20 Otopsi Tidak diperlukan
21 Prognosis Dubius ad malam
22 TindakLanjut Kontrol Poliklinik Kulit dan Kelamin
23 Tingkat Eviden&Rekomendasi Tingkat eviden 1a dan rekomendasi grade A
24 Indikator Medis Klinis
25 Edukasi Hindari paparan sinar matahari
26 Kepustakaan Fitzpatrick in General Medicine. 8th ed. New York: McGraw
Hill companies, 2012

PANDUAN PRAKTEK KLINIS


SMF ILMU KESEHATAN KULIT & KELAMIN
PITIRIASIS VERSIKOLOR TIPE FOLIKULAR
RSUP SANGLAH 2014
DENPASAR

1. No. ICD 10 B 36.0


2. Diagnosis PITIRIASIS VERSIKOLOR
3. Pengertian Pitiriasis versikolor adalah penyakit jamur susperfisial ringan akibat infeksi
kulit kronis oleh jamur lipofilik genus Malassezia terutama M. furfur.
Pitiriasis folikulitis adalah infeksi kronis pada folikel rambut disertai gatal
akibat infeksi oleh Malassezia terutama M. furfur.
4. Anamnesis Pitiriasis versikolor: bercak putih, keabuan dan kecoklatan pada kulit
dengan sisik tipis kadang terasa gatal saat berkeringat.
Pitiriasis folikulitis: bintik merah atau bernanah disertai gatal terutama pada
badan bagian atas, leher, lengan atas.
5. Pemeriksaan Fisik Pitiriasis versikolor: makula berbentuk bulat atau oval, dengan warna
bervariasi ( putih, coklat kemerahan, kecoklatan yang ditutupi dengan
skuama halus.
Pitiriasis folikulitis: papul-papulopustul folikuler monomorfik disertai
eritema perifolikuler pada badan bagian atas, leher, lengan atas.
6. Kriteria Diagnosis Gejala klinis dan pemeriksaan penunjang lampu wood dan KOH 10-20%.
7. Diagnosis Banding Pitiriasis folikulitis:
1. Pitiriasis alba
2. Pitiriasis rosea
3. Dermatitis seboroik
4. Morbus Hansen tipe BT
Pitiriasis folikulitis:
1. Acne vulgaris
2. Folikulitis bakteri
3. Folikulitis kandida
4. Folikulitis steroid
8. Pemeriksaan Penunjang 1. Lampu wood (365 nm) memberikan flurosensi kuning-oranye.
2. KOH 10-30%, spora bergerombol dan hifa pendek-pendek (“
spaghetti dan meatball”).
9. Konsultasi -
10. Perawatan Rumah Sakit -
11. Terapi / tindakan Pitiriasis versikolor:
(ICD 9-CM) 1.Topikal:
a. Ketokonazol 2% shampoo, diaplikasikan selama 5 menit kemudian
dibilas, diulang setiap 3 hari.
2.Sistemik: (bila lesi luas dan tidak sembuh dengan terapi topikal)
a. Ketokonazol 1x200 mg/hari (selama 1 minggu,) atau 400 mg SD
b. Fluconazol 400 mg SD
Pitiriasis Folikulitis
1.Topikal:
a. Ketokonazol 2% shampoo, diaplikasikan selama 5 menit kemudian
dibilas, diulang setiap 3 hari.
2. Sistemik: (bila lesi luas dan tidak sembuh dengan terapi topikal)
a. Ketokonazol 1x200 mg/hari, (selama 4 minggu )
b. Fluconazol 1x150 mg/minggu (selama 2-4 minggu)
12. Tempat Pelayanan Poliklinik kulit dan kelamin
13. Penyulit Gangguan fungsi hati
14. Informed Consent -
15. Tenaga Standar Dokter spesialis Kulit dan Kelamin, residen kulit dan kelamin /dokter
umum.
16. Lama Perawatan 2 minggu
17. Masa Pemulihan 2 minggu
18. Hasil Meninggalkan bercak putih yang akan hilang beberapa minggu sampai
bulan.
19. Patologi -
20. Otopsi -
21. Prognosis Baik (Dubius ad bonam )
22. Tindak Lanjut Kontrol Poli Klinik Kulit dan Kelamin setiap 2 minggu.
23. Tingkat Evidens & IA&A
Rekomendasi
24. Indikator Medis Berdasarkan pemeriksaaan penunjang yaitu
KOH dan lampu wood
25. Edukasi Segera membersihkan keringat, memakai pakaian yang menyerap keringat
dan menghindari sumber infeksi.
th
26. Kepustakaan Fitzpatrick’s dermatology in General Medicine ed 8

PANDUAN PRAKTEK KLINIS


SMF ILMU KESEHATAN KULIT & KELAMIN
ONIKOMIKOSIS
RSUP SANGLAH 2014
DENPASAR

1. No. ICD 10 B35.1


2. Diagnosis ONIKOMIKOSIS
3. Pengertian Onikomikosis adalah kelainan kuku akibat infeksi jamur baik oleh
dermatofita, non dermatofita (ragi dan kapang).
4. Anamnesis Keluhan terdapat bercak kekuningan pada kuku, kuku rusak, menebal.
Dapat bengkak disekitar kuku, merah dan terasa nyeri.
5. Pemeriksaan Fisik Permukaan kuku tidak rata, suram, berwarna kekuningan, kuku dapat
tampak menebal dan rusak, tampak debris subungual. Dapat ditemukan
eritema pada kulit di sekitar kuku.
6. Kriteria Diagnosis Berdasarkan klinis dan pemeriksaan penunjang (KOH 10-20%, dan baku
emas diagnostik pemeriksaan kultur jamur)
7. Diagnosis Banding 1. Psoriasis kuku
2. Liken planus
3. Trauma
4. Pakonikia kongenital
5. Penyakit Darier
6. Yellow-nail syndrome
8. Pemeriksaan Penunjang 1. KOH 20-30% didapatkan hifa (dermatofita) atau pseudohifa
dengan blastospora (ragi)
2. Kultur jamur
9. Konsultasi -
10. Perawatan Rumah Sakit -
11. Terapi / tindakan Topikal:
(ICD 9-CM)  Ketokonazol 2 % krim, 2 x /hari
 Mikonazol 2% krim, 2 x/hari
Oral:
 Griseofulvin
Kuku jari tangan
 Microsize : 750-1000 mg/hari (4 bulan), anak 10-20
mg/kgBB/hari (4 bulan)
Kuku jari kaki:
• Dosis sama hanya pemberian lebih lama (selama 6 bulan)
 Ketokonazol 200 mg/hari selama 3 bulan atau dosis denyut 400 mg/hari
selama 1 minggu setiap bulan selama 2-3 bulan
 Flukonazol 150-300mg/minggu (selama 3-12 bulan), anak-anak 6
mg/kgBB/minggu(selama 3-6 bulan).
Tindakan:
• Ekstraksi kuku bila diperlukan
12. Tempat Pelayanan Poliklinik Kulit dan Kelamin
13. Penyulit Gangguan fungsi hati
14. Informed Consent Bila dilakukan ekstraksi kuku
15. Tenaga Standar Dokter spesialis kulit dan kelamin, residen kulit dan kelamin
16. Lama Perawatan 3-6 bulan
17. Masa Pemulihan 6-12 bulan
18. Hasil Sembuh atau sembuh dengan perubahan pada kuku
19. Patologi -
20. Otopsi -
21. Prognosis Dubius ad bonam
22. Tindak Lanjut Kontrol poliklinik kulit dan kelamin setiap 2 minggu
23. Tingkat Evidens & IA & A
Rekomendasi
24. Indikator Medis Klinis: kuku membaik
KOH 20% tidak ditemukan elemen jamur
Kultur Jamur
25. Edukasi Menghindari faktor predisposisi seperti kelembaban.Menghindari sumber
penularan seperti gunting kuku, sepatu, tanah, binatang peliharaan,
pemandian umum.
th
26. Kepustakaan Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine 8 ed

PANDUAN PRAKTEK KLINIS


SMF ILMU KESEHATAN KULIT & KELAMIN
KROMOBLASTOMIKOSIS
RSUP SANGLAH 2014
DENPASAR

27. No. ICD 10 B43.9


28. Diagnosis Kromoblastomikosis
29. Pengertian Kelainan kulit berupa plak verukosa yang disebabkan oleh jamur
Dematiacea dapat mengenai kulit dan jaringan subkutan yang bersifat
kronis.

30. Anamnesis Benjolan kulit yang semakin membesar secara perlahan selama berbulan-
bulan bahkan tahunan yang biasanya didahului dengan adanya luka tusuk.

31. Pemeriksaan Fisik Papul atau plak dengan permukaan verukosa, atrofi pada bagian tengah dan
dapat menyebar berupa lesi satelit di sekitarnya akibat garukan.

32. Kriteria Diagnosis Anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang


33. Diagnosis Banding Tuberkulosis kutis verukosa dan blastomikosis
34. Pemeriksaan Penunjang  KOH dari kerokan kulit
 Kultur jamur
 Histopatologi

35. Konsultasi Mikrobiologi, Patologi anatomi

36. Perawatan Rumah Sakit Rawat jalan


37. Terapi / tindakan Terapi Utama:
(ICD 9-CM)  Itrakonazol 200 mg per hari
 Amfoterisin B iv (> 1mgkg BB per hari)
Terapi kombinasi :
 Pembedahan paska terapi obat (kauter)
38. Tempat Pelayanan Poliklinik Kulit dan Kelamin
39. Penyulit Limfedema lokal, elephantiasis dan karsinoma skuamosa pada lesi kronis
40. Informed Consent Perlu
41. Tenaga Standar Dokter spesialis, residen kulit dan kelamin
42. Lama Perawatan 1-3 bulan

43. Masa Pemulihan 3-6 bulan

44. Hasil Papul dan nodul menghilang

45. Patologi Perlu

46. Otopsi Tidak perlu


47. Prognosis Dubius ad bonam
48. Tindak Lanjut Kontrol poliklinik Kulit dan Kelamin
49. Tingkat Evidens & Ia dan A
Rekomendasi
50. Indikator Medis Klinis dan laboratorium

51. Edukasi Memerlukan pengobatan yang lama, kemungkinan gangguan fungsi hati,
kemungkinan kekambuhan, hindari swa-terapi, hindari trauma.
52. Kepustakaan Roderick J. Hay, In : Fithzpatrick’s Dermatology in General Medicine.
Eighth ed. New York : MacGraw-Hill, 2012

PANDUAN PRAKTEK KLINIS


SMF ILMU KESEHATAN KULIT & KELAMIN
SPOROTRIKOSIS SUBKUTANEUS
RSUP SANGLAH 2014
DENPASAR

26.No. ICD 10 B42


27.Diagnosis Sporotrikosis subkutaneus
28.Pengertian Kelainan kulit berupa nodul yang dapat menetap atau menyebar mengikuti
aliran limfe, berlangsung kronis, dapat mengalami ulserasi disebabkan oleh
jamur dimorfik Sporothrix schenckii.

29.Anamnesis Benjolan yang semakin lama semakin bertambah banyak kemudian pecah.

30.Pemeriksaan Fisik Ada dua tipe yaitu:


(1)Limfangitik:
Nodul dermal yang pecah, selanjutnya mengalami peradangan dan
pembengkakan limfe (limfadenopati), sehingga terbentuk nodul-nodul
sesuai dengan aliran limfe

(2)Terfiksir:
Granuloma yang selanjutnya mengalami ulserasi. Nodul-nodul satelit atau
ulkus-ulkus dapat timbul di sekitar lesi primer. Pada beberapa kasus,
perluasan infeksi ke bagian dalam dapat mengenai sendi atau selubung
tendon
31.Kriteria Diagnosis Anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
32.Diagnosis Banding  infeksi mikobakteri,
 nokardia kutaneus primer
 leismaniasis
33.Pemeriksaan Penunjang 3. KOH dan kultur jamur
4. Biopsi
34.Konsultasi Mikrobiologi, patologi anatomi

35.Perawatan Rumah Sakit Rawat jalan

36.Terapi / tindakan  Itrakonazol 200 mg sehari (3-6 bulan)


(ICD 9-CM)  Fluconazole 400-800mg sehari
Pada semua kasus, pengobatan dilanjutkan hingga satu minggu setelah
perbaikan klinis.
37.Tempat Pelayanan Poliklinik Kulit dan Kelamin
38.Penyulit Infeksi sistemik
39.Informed Consent Perlu
40.Tenaga Standar Dokter spesialis, residen kulit dan kelamin
41.Lama Perawatan 1-3 bulan

42.Masa Pemulihan 3-6 bulan

43.Hasil Nodul menghilang, ulkus menutup.

44.Patologi Perlu
45.Otopsi Tidak perlu
46.Prognosis Dubius ad bonam
47.Tindak Lanjut Kontrol poliklinik Kulit dan Kelamin setiap 2 minggu sekali
48.Tingkat Evidens & 1a dan A
Rekomendasi
49.Indikator Medis Klinis dan laboratorium
50.Edukasi Memerlukan pengobatan yang lama, kemungkinan gangguan fungsi hati,
hindari swa-terapi, hindari trauma.
51.Kepustakaan 1. Roderick J. H. Deep fungal infection. In: Fitzpatrick In General
Medicine. 8th edition, 2012; p 2312-2317.
2. Carol A.K., Beatriz B., Stanley W, C., Peter G. P. Clinical Practise
Guidlines for the management of Sporotrichosis: 2007 update by
the infectious Diseases Society of America. CID. 2007 (45);
1225-1264
PANDUAN PRAKTEK KLINIS
SMF ILMU KESEHATAN KULIT & KELAMIN
HISTOPLASMOSIS
RSUP SANGLAH 2014
DENPASAR

27. No. ICD 10 B39.3-4


28. Diagnosis Histoplasmosis
29. Pengertian Kelainan kulit berupa papul, nodul eritematosa yang dapat berkembang
menjadi ulkus dangkal, dapat disertai gejala sistemik seperti batuk,
disebabkan oleh Histoplasma capsulatum.

30. Anamnesis Muncul bentol kemerahan dan atau luka yang bertambah banyak.

31. Pemeriksaan Fisik Papul, nodul eritematosa, dapat seperti moluskum yang berkembang
menjadi ulkus yang dangkal

32. Kriteria Diagnosis Anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.


33. Diagnosis Banding  Blastomikosis
 Kriptokokus

34. Pemeriksaan Penunjang KOH dan kultur jamur dari kulit dan sputum
 Biopsi
 Radiologi
 Kultur darah dan sumsum tulang

35. Konsultasi Mikrobiologi klinik, patologi anatomi, penyakit dalam

36. Perawatan Rumah Sakit Rawat jalan dan rawat inap


37. Terapi / tindakan  Amfoterisin B intravena 3-5 mg/kgBB/hari selama 1-2 minggu
(ICD 9-CM)  Flukonazol
 Ketokonazol
 Itrakonazol 400 mg dosis awal dilanjutkan 200 mg selama 6-12
minggu (non-HIV) atau 6-18 bulan (HIV)
38. Tempat Pelayanan Poliklinik Kulit dan Kelamin, rawat inap
39. Penyulit HIV
40. Informed Consent Perlu
41. Tenaga Standar Dokter spesialis Kulit dan Kelamin, residen kulit, perawat
42. Lama Perawatan 6-12 minggu (non-HIV) dan 6-18 bulan (HIV)

43. Masa Pemulihan 12 minggu – 1 tahun

44. Hasil Papul, nodul menghilang, ulkus menutup


45. Patologi Perlu
46. Otopsi Tidak perlu
47. Prognosis Dubius ad malam
48. Tindak Lanjut Kontrol poliklinik Kulit dan Kelamin
49. Tingkat Evidens & Ia dan A
Rekomendasi
50. Indikator Medis Klinis dan laboratorium
51. Edukasi Memerlukan pengobatan yang lama, dapat bersifat fatal, mengobati
penyakit yang mendasari, kemungkinan gangguan fungsi hati,
kemungkinan kekambuhan, hindari swa-terapi
52. Kepustakaan Hay RJ, Endemic and opportunistic systemic mycosis.in: Fitzpatrick in
th
General Medicine. 8 ed. New York: Mc Graw Hill
Anstead GM, Patterson TF, Endemic Mycoses. In: Clinical Mycology, 2nd
edition. Churchill Livingstone. 2009

PANDUAN PRAKTEK KLINIS


SMF ILMU KESEHATAN KULIT & KELAMIN
MISETOMA
RSUP SANGLAH 2014
DENPASAR

27. No. ICD 10 B 47.9


28. Diagnosis Misetoma subkutaneus
29. Pengertian Kelainan kulit yang disebabkan oleh infeksi jamur Eumycetes atau bakteri
Actynomycetes ditandai dengan gejala pembentukan sinus, granul dalam
abses.

30. Anamnesis Muncul benjolan yang membesar secara perlahan disertai lubang yang
mengeluarkan cairan seperti pasir, nanah dengan riwayat trauma
sebelumnya.

31. Pemeriksaan Fisik Lesi awal berupa nodul padat yang tidak nyeri, kemudian dalam
perkembangannya dapat meluas secara perlahan, kulit disekitarnya dapat
terbentuk papul, sinus dan dapat disertai keterlibatan tulang maupun
pembesaran kelenjar getah bening.
32. Kriteria Diagnosis Anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang.
33. Diagnosis Banding  Infeksi bakteri kronis: TBC kutis
 Osteomielitis tuberkulosis

34. Pemeriksaan Penunjang KOH dan kultur jamur
 Gram serta kultur dan sensitivitas bakteri
 Biopsi
 Radiologi

35. Konsultasi Patologi anatomi, mikrobiologi, radiologi dan bedah orthopedi.

36. Perawatan Rumah Sakit Rawat jalan


37. Terapi / tindakan EUMYCETOMA
(ICD 9-CM) 3. Ketokonazol 1 x200 mg/hari
4. Itrakonazol 1 x 200 mg/hari,
ACTYNOMYCETOMA
5. Kombinasi sulfametoksazol-trimetoprim dengan
rifampisin/streptomisin.
6. Topikal :
7. Kompres NaCl 0,9%
38. Tempat Pelayanan Poliklinik Kulit dan Kelamin
39. Penyulit Keterlibatan tulang
40. Informed Consent Perlu
41. Tenaga Standar Dokter spesialis, residen kulit dan kelamin
42. Lama Perawatan 1-3 bulan

43. Masa Pemulihan 3-6 bulan

44. Hasil Nodul dan papul menghilang, sinus menutup.

45. Patologi Ditemukan jamur disertai reaksi inflamasi kronis dengan abses neutrofil, sel
raksasa yang tersebar dan fibrosis.

46. Otopsi Tidak perlu

47. Prognosis Dubius ad bonam

48. Tindak Lanjut Kontrol poliklinik Kulit dan Kelamin


49. Tingkat Evidens & Ia dan A
Rekomendasi
50. Indikator Medis Klinis dan laboratorium
51. Edukasi Memerlukan pengobatan yang lama, kemungkinan gangguan fungsi hati,
hindari swa-terapi, hindari trauma.
52. Kepustakaan Roderick J. Hay, In : Fithzpatrick’s Dermatology in General Medicine.
Eighth ed. New York : MacGraw-Hill, 2012
PANDUAN PRAKTEK KLINIS
SMF :KulitdanKelamin
MORBUS HANSEN
RSUP SANGLAH 2014
DENPASAR

1 No.ICD 10 2098
2 Diagnosis Morbus Hansen
3 Pengertian Kelainan kulit yang bersifat kronis dapat mengenai kulit
dan saraf tepi ditandai dengan adanya makula
hipopigmentasi, eritema, atau plakat yang hipo atau
anastesi disebabkan oleh Mycobacterium leprae.

4 Anamnesis  Bercak kulit mati rasa bersifat total atau sebagian


terhadap rasa raba, rasa suhu, dan rasa nyeri
 Riwayat kontak dengan pasien kusta
5 Pemeriksaan Fisik  Makula atau plak hipopigmentasi/eritema dengan
sensibilitas menurun atau hilang
 Penebalan saraf tepi dan gangguan fungsi saraf tepi
sensoris, autonom dan motoric
 terdapat 2 tipe berdasarkan WHO :
tipe Pausibasiler dan tipe multibasiler

6 Kriteria Diagnosis Anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang


7 Diagnosis Banding Dermatofitosis, Psoriasis, Pitriasis versikolor, urtikaria
8 Pemeriksaan Penunjang  pemeriksaan basil tahan asam dari sayatan kulit
 Pemeriksaan histopatologi
9 Konsultasi Rehabilitasi medik
10 Perawatan Rumah Sakit Rawat jalan (poliklinis)
11 Terapi/tindakan ( ICD 9 –
CM)  MDT PB (Rifampisin 600 mg/bulan +DDS 100
mg/hari) sebanyak 6 paket diselesaikan dalam 6 – 9
bulan
 MDT MB (Rifampisin 600 mg/bulan +DDS 100
mg/hari+ Lamprene 300 mg/bulan dilanjutkan 50
mg/hari) sebanyak 12 paket diselesaikan dalam 12 -
18 bulan.
 ROM (Rifampisin 600 mg + Ofloksasin 400 mg +
Minosiklin 100 mg) dosis tunggal pada PB atau tiap
bulan selama 24 bulan untuk MB (terapi alternatif
lain bila MDT PB atau MB tidak dapat diberikan)
 COM (Clofazimin 50 mg + Ofloksasin 400 mg +
Minosiklin 100 mg) tiap hari selama 6 bulan
dilanjutkan dengan Clofazimin 50 mg + Ofloksasin
400 mg atau Clofazimin 50 mg + Minosiklin 100
mg) tiap hari selama 18 bulan.
(terapi alternatif lain bila MDT MB tidak dapat
diberikan)
 vitamin Neurotropik B1 100 mg, B6 200 mg, B12
200 mcg
12 Tempat Pelayanan Poliklinik Kulit dan Kelamin
13 Penyulit Reaksi kusta tipe I dan II, cacat kusta primer dan sekunder
14 Informed Consent Perlu
15 Tenaga Standar Dokter spesialis, dokter umum/residen kulit, perawat yang
terlatih
16 Lama Perawatan 6 – 12 bulan
17 Masa Pemulihan 12 - 18 bulan
18 Hasil Lesi baru tidak ada, lesi lama memudar, Pemeriksaan BTA
tidak ditemukan kuman yang solid
19 Patologi Perlu
20 Otopsi Tidak perlu
21 Prognosis Dubius ad bonam
22 Tindak Lanjut Kontrol poli klinik Kulit dan Kelamin tiap bulan selama
masa pengobatan
23 Tingkat Eviden & 1a dan A
Rekomendasi
24 Indikator Medis Klinis dan laboratorium
25 Edukasi  Menerangkan penyakit kusta memelukan waktu
pengobatan yang panjang
 kemungkinan terjadi reaksi efek samping obat dan
reaksi kusta
 deteksi dini untuk keluarga kontak serumah
26 Kepustakaan PedomanNasional Program PengendalianPenyakitKusta,
KementrianKesehatan RI
DirektoratJenderalPengendalianPenyakitdanPenyehatanLin
gkungan 2012

PANDUAN PRAKTEK KLINIS


SMF ILMU KESEHATAN KULIT & KELAMIN
REAKSI KUSTA
RSUP SANGLAH 2014
DENPASAR
1. No. ICD 10 A30.8
2. Diagnosis Reaksi Kusta
3. Pengertian Kelainan kulit dan saraf yang ditandai dengan adanya makula
eritema yang timbul kembali/bertambah atau nodul nyeri yang terjadi
akut pada perjalanan kronis penyakit kusta.
4. Anamnesis 1. RR :
 timbul bercak merah yang bertambah tebal dan banyak dari
lesi semula, dapat disertai nyeri pada persendian dan demam
2. ENL :
 timbul benjolan yang disertai nyeri dapat disertai demam

5. Pemeriksaan Fisik Reaksi Kusta ada 2 yaitu :


1. RR
a. Gejala konstitusi
b. Perluasan lesi semula, disertai tanda radang akut
c. Neuritis ringan sampai berat
2. ENL
a. Gejala konstitusi (demam, malaise, anoreksia)
b. Nodul eritema, nyeri, umumnya di bagian ekstensor
ekstremitas
c. Kadang disertai neuritis akut
d. Gejala organ lain (sendi, ginjal, mata)
6. Kriteria Diagnosis Anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
7. Diagnosis Banding  ENL : Eritema nodusum oleh karena tuberkulosis, erupsi obat
dan rematoid
 RR : Urtikaria, erisipelas
8. Pemeriksaan  Hapusan sayatan kulit
Penunjang  Biopsi untuk pemeriksaan histopatologi

9. Konsultasi  Bagian Penyakit Dalam bila terjadi komplikasi ke organ


dalam
 Bagian Mata bila terjatdi keluhan pada mata
10. Perawatan Rumah Rawat inap
Sakit
11. Terapi / tindakan Reaksi kusta ringan :
(ICD 9-CM) 1. Istirahat dan imobilisasi
2. Asam mefenamat 3x500 mg

Reaksi kusta berat :


1. Kortikosteroid dapat dimulai antara 30-80 mg prednisone/hari dan
dapat diturunkan 5-10 mg/2 minggu.
2. Asam mefenamat 3x500 mg
12. Tempat Pelayanan Ruang rawat inap / rawat jalan
13. Penyulit Alergi obat, efek samping steroid
14. Informed Consent Perlu
15. Tenaga Standar Dokter Spesialis dan Residen kulit, perawat terlatih
16. Lama Perawatan 1- 2 minggu
17. Masa Pemulihan 2 - 8 minggu
18. Hasil Eritema berkurang, nodul hilang , nyeri saraf hilang
19. Patologi Perlu
20. Otopsi Tidak perlu
21. Prognosis Dubius ad bonam
22. Tindak Lanjut Kontrol Poliklinik Kulit dan Kelamin
23. Tingkat Evidens & 1a dan A
Rekomendasi
24. Indikator Medis Perbaikan Klinis

25. Edukasi Penjelasan mengenai reaksi kusta, istirahat cukup, makan-minum


yang bergizi, MDT diteruskan, minum obat secara teratur & kontrol
hindari swaterapi
26. Kepustakaan  Delvhine J, Reat, Modlin R. LeprosyFitzpatrick’s
Dermatology in General Medicine 8thed

PANDUAN PRAKTEK KLINIS


SMF ILMU KESEHATAN KULIT & KELAMIN
DERMATITIS KONTAK ALERGI
RSUP SANGLAH 2014
DENPASAR

1. No. ICD 10 L23


2. Diagnosis Dermatitis Kontak Alergi
3. Pengertian Kelainan kulit yang ditandai oleh lesi polimorfik yang disebabkan oleh
paparan bahan dari luar yang bersifat alergen
4. Anamnesis  Bercak merah disertai gatal
 Riwayat kontak berulang
5. Pemeriksaan Fisik  Lesi akut
Makula eritema batas tidak tegas, disertai edema, di atasnya terdapat
papul, vesikel, bula yang bila pecah menjadi lesi yang eksudatif dan
krusta.
 Lesi kronis
Makulopapuler/plak dengan batas tegas ditutupi skuama, disertai
likenifikasi, ekskoriasi dan hipo/hiperpigmentasi
6. Kriteria Diagnosis Anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
7. Diagnosis Banding Dermatitis kontak iritan, dermatofitosis, dermatitis atopik
8. Pemeriksaan Penunjang Patch test / Tes tempel
9. Konsultasi Tidak perlu
10. Perawatan Rumah Sakit Rawat jalan
11. Terapi / tindakan Sistemik
(ICD 9-CM)  Metilprednisolon 8 mg @8 jam, dosis anak: 1 mg/kgBB/hari terbagi
dalam 3 dosis
 Antihistamin: loratadin 10 mg @24 jam atau setirizin 10 mg @24 jam,
dosis anak: 1-2 th: 250 μg/kgBB @12 jam, 2-6 th: 5 mg @24 jam atau
2,5 mg @12 jam, 6-12 th: sama dengan dewasa.
 Antibiotika (kalau perlu): azitromisin 500 mg @24 jam selama 3 hari,
dosis anak: 10 mg/kgBB @24 jam selama 3 hari
Topikal
 Kompres NaCl 0,9% (untuk lesi akut)
 Hidrokortison krim 2,5% atau mometason krim 0,1% (untuk lesi akut),
dicampurkan dengan kloramfenikol 2% (bila ada erosi)
 Desoksimetason 0,25% atau betametason 0,1% (untuk lesi kronis)
12. Tempat Pelayanan Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP Sanglah Denpasar
13. Penyulit Infeksi sekunder
14. Informed Consent Perlu (untuk tes tempel)
15. Tenaga Standar Dokter spesialis dan residen kulit dan kelamin
16. Lama Perawatan 5-7 hari
17. Masa Pemulihan 7-10 hari
18. Hasil Lesi dan gatal hilang
19. Patologi Tidak perlu
20. Otopsi Tidak perlu
21. Prognosis Bonam
22. Tindak Lanjut Kontrol ke Poliklinik Kulit dan Kelamin
23. Tingkat Evidens & 1a & A
Rekomendasi
24. Indikator Medis Kesembuhan klinis
25. Edukasi Hindari bahan kontak yang menyebabkan alergi, hindari swaterapi
26. Kepustakaan Tardan M.P.C., Zug K.A. Allergic Contact Dermatitis. In: Goldsmith L.A.,
Katz S.I., Gilchrest B.A., Paller A.S., Leffell D. J., Wolff K. editors.
Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. New York: McGraw
Hill;2012. ed 8th. p. 152-164.

PANDUAN PRAKTEK KLINIS


SMF ILMU KESEHATAN KULIT & KELAMIN
DERMATITIS ATOPIK
RSUP SANGLAH 2014
DENPASAR
1. No. ICD 10 L. 209
2. Diagnosis Dermatitis Atopik
3. Pengertian Penyakit inflamasi kulit kronik residif ditandai dengan gatal, lesi polimorfik
dengan predileksi khas menurut usia
4. Anamnesis  Bercak merah kumat-kumatan, terasa gatal
 Riwayat pasien dan atau keluarga dengan atopi (rhinitis alergi, asma,
dermatitis atopik)
5. Pemeriksaan Fisik  Bayi: Erupsi eksantema berupa makula, papul, vesikel disertai erosi dan
ekskoriasi, eksudat serus, fase akut. Lokasi pada wajah, kulit kepala dan
ekstremitas ekstensor
 Anak-anak: dapat bersifat akut maupun kronis berupa plak disertai
likenifikasi dan skuama putih tipis. Lokasi pada ekstremitas fleksor.
 Dewasa: dapat bersifat akut maupun kronis, terkait paparan iritan
eksogen, sering berupa hand dermatitis
 Didapatkan temuan sesuai kriteria Hanifin dan Rajka
6. Kriteria Diagnosis Anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
7. Diagnosis Banding Dermatitis kontak alergi atau iritan, dermatitis seboroik, skabies, psoriasis,
iktiosis vulgaris, keratosis pilaris, dermatofitosis, erupsi obat
8. Pemeriksaan Penunjang  DL
 Serum IgE
 Pengecatan Gram
 Biopsi kulit
 Tes tusuk
9. Konsultasi Tidak perlu
10. Perawatan Rumah Sakit Rawat jalan
11. Terapi / tindakan Sistemik
(ICD 9-CM)  Metilprednisolon 8 mg @8 jam, dosis anak: 0,5-1,5 mg/kgBB/hari
terbagi dalam 3 dosis selama 3-5 hari
 Antihistamin: loratadin 10 mg @24 jam atau setirizin 10 mg @24 jam,
dosis anak: 1-2 th: 250 μg/kgBB @12 jam, 2-6 th: 5 mg @24 jam atau
2,5 mg @12 jam, 6-12 th: sama dengan dewasa.
 Antibiotika (kalau perlu): azitromisin 500 mg @24 jam selama 3 hari,
dosis anak: 10 mg/kgBB @24 jam selama 3 hari
Topikal
 Kompres NaCl 0,9% (untuk lesi akut)
 Hidrokortison krim 2,5% atau mometason krim 0,1% (untuk lesi akut),
dicampurkan dengan kloramfenikol 2% (bila ada erosi)
 Desoksimetason 0,25% atau betametason 0,1% (untuk lesi kronis)
 Emolien: urea 10%
12. Tempat Pelayanan Poliklinik Kulit dan Kelamin
13. Penyulit Dermatitis eksfoliativa, efek samping kortikosteroid (topikal/sistemik),
gangguan psikososial
14. Informed Consent Perlu (untuk tes tusuk)
15. Tenaga Standar Dokter spesialis dan residen kulit dan kelamin
16. Lama Perawatan 7 – 10 hari
17. Masa Pemulihan 2 – 3 minggu
18. Hasil Lesi dan gatal hilang
19. Patologi Tidak perlu
20. Otopsi Tidak perlu
21. Prognosis Dubius
22. Tindak Lanjut Kontrol poliklinik Kulit & Kelamin
23. Tingkat Evidens & 1a & A
Rekomendasi
24. Indikator Medis Perbaikan secara klinis
25. Edukasi Perjalanan penyakit bersifat kronik berulang, faktor pencetus, perawatan
kulit terutama dengan emolien dan menghindari kontak dengan bahan
iritan, hindari swaterapi
26. Kepustakaan Leung D. Y. M., Eichenfield L.F., Boguniewicz M. Atopic Dermatitis. In:
Fitzpattrick in General Medicine. 8th edition. 2012; vol 1: p.165-182.

PANDUAN PRAKTEK KLINIS


SMF ILMU KESEHATAN KULIT & KELAMIN
PEMFIGUS VULGARIS
RSUP SANGLAH 2014
DENPASAR
1. No. ICD 10 L10.1
2. Diagnosis Pemfigus Vulgaris
3. Pengertian Penyakit kulit dan mukosa yang bersifat autoimun, kronis residif, ditandai
dengan vesikel dan bula dinding kendur di atas kulit normal atau eritema.
4. Anamnesis  Gelembung berair, mudah pecah meninggalkan luka basah, nyeri dan
berbau khas, dapat ditutupi keropeng tebal.
 Gejala diawali oleh meriang, badan lemas, nafsu makan menurun, sulit
menelan
5. Pemeriksaan Fisik Bula dan vesikel dinding kendor diatas kulit normal atau eritema, erosi,
krusta, dengan distribusi generalisata pada kulit dan mukosa. Mousy odor.
Tanda Nikolsky (+). Keadaan umum jelek.
Secara klinis dibedakan atas bentuk ringan (kelainan kulit < 1/3 luas
permukaan kulit), sedang (kelainan kulit sampai 50% luas permukaan
kulit), berat (> 50% luas permukaan kulit).
Varian klinis lain:
 Pemfigus vegetans: erosi yang cenderung berkembang menjadi jaringan
granulasi dan krusta (lesi vegetasi), predileksi pada daerah intertriginosa,
kulit kepala dan wajah.
 Pemfigus foliaseus: erosi berkrusta dan berskuama diatas dasar eritema,
predileksi pada daerah seboroik. Tidak didapatkan bula berdinding
kendor.
6. Kriteria Diagnosis Anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
7. Diagnosis Banding Pemfigoid bulosa, Dermatitis herpetiformis, Dermatosis Linear IgA,
Epidermolisis bulosa akuisita, Sindrom Stevens-Johnson/Nekrolisis
Epidermal Toksik.
8. Pemeriksaan Penunjang  DL
 Kimia darah: SGOT, SGPT, BUN, SC, gula darah, albumin, elektrolit.
 Pemeriksaan Tzanck
 Pemeriksaan Gram, kultur dan tes sensitivitas
 Pemeriksaan histopatologi
9. Konsultasi Penyakit Dalam, THT, Gigi & Mulut, Patologi Anatomi, Gizi klinis
10. Perawatan Rumah Sakit Rawat inap
11. Terapi / tindakan Sistemik
(ICD 9-CM)  Metilprednisolon injeksi intravena: dosis awal 2-3 mg/kgBB, maksimal
125 mg @24 jam (pagi) selama 7-14 hari. Kemudian dosis diturunkan
tiap 7-14 hari: 62,5 mg @24 jam (pagi), dilanjutkan metilprednisolon
oral 28 mg (@pagi dan siang), kemudian 24 mg (@pagi dan siang).
Penurunan selanjutnya 4-8 mg dalam 7-14 hari, hingga tercapai dosis
pemeliharaan.
 Kortikosteroid dapat dikombinasi dengan agen imunosupresif seperti
azatioprin 2,5 mg/kg/hari selama 12 minggu atau mikofenolat mofetil
30-40 mg/kg/hari @12 jam.
 Antibiotik (bila infeksi): ko-amoksiklav 500 mg/125 mg @8jam atau
sesuai hasil kultur dan tes sensitivitas
 Topikal
 Kompres NaCl 0,9% (untuk lesi vesikel, bula dan erosi)
 Hidrokortison krim 2,5% atau mometason krim 0,1% (untuk lesi
kering)
 Triamsinolon asetonid (untuk lesi di mukosa)
12. Tempat Pelayanan Ruang rawat inap RSUP Sanglah
13. Penyulit Infeksi dan gangguan metabolik
14. Informed Consent Perlu
15. Tenaga Standar Dokter spesialis dan residen kulit dan kelamin, perawat
16. Lama Perawatan 4-8 minggu
17. Masa Pemulihan 1-2 minggu
18. Hasil Lesi kulit mengering, bula baru tidak ada
19. Patologi Perlu
20. Otopsi Tidak diperlukan
21. Prognosis Dubius ad malam
22. Tindak Lanjut Kontrol poliklinik kulit dan kelamin, monitoring efek kortikosteroid
23. Tingkat Evidens & 1a & A
Rekomendasi
24. Indikator Medis Perbaikan secara klinis
25. Edukasi Perjalanan penyakit kambuh-kambuhan, hindari swaterapi, efek samping
penggunaan kortikosteroid dosis tinggi dan jangka panjang, penyulit yang
dapat terjadi
26. Kepustakaan Payne AS, Stanley JR. Pemphigus. In: Freedberg IM, Eisen AZ, Wolff K,
Austen KF, Goldsmith LA, Katz SI. Fitzpatrick’s Dermatology in General
Medicine. 8th edition. New York: McGraw-Hill, 2012.p: 586 – 600.

PANDUAN PRAKTEK KLINIS


SMF ILMU KESEHATAN KULIT & KELAMIN
PEMFIGOID BULOSA
RSUP SANGLAH 2014
DENPASAR

1. No. ICD 10 L12.0


2. Diagnosis Pemfigoid Bulosa
3. Pengertian Penyakit kulit yang bersifat autoimun, kronis residif, ditandai dengan
vesikel dan bula dinding tegang diatas kulit normal, terutama didapatkan
pada usia > 60 tahun
4. Anamnesis Gelembung berair yang tidak mudah pecah dengan rasa gatal, didahului
dengan bercak kemerahan
5. Pemeriksaan Fisik  Keadaan umum baik
 Bula dinding tegang diatas kulit normal, berisi cairan serus, kadang-
kadang hemoragik. Tanda Nikolsky dan Asboe Hansen (-)
 Erosi yang menyembuh meninggalkan bekas hiperpigmentasi yang
bertahan selama beberapa bulan.
 Predileksi: terutama permukaan fleksor, bisa terjadi pada bagian tubuh
yang lain
 Jarang pada mukosa, terbatas pada mukosa oral
6. Kriteria Diagnosis Anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang
7. Diagnosis Banding Dermatitis herpetiformis, epidermolisis bulosa, lupus eritematosus bulosa
8. Pemeriksaan Penunjang  DL
 Kimia darah: SGOT, SGPT, BUN, SC, gula darah, albumin, elektrolit.
 Pemeriksaan Tzanck
 Pemeriksaan Gram, kultur dan tes sensitivitas
 Biopsi kulit
9. Konsultasi Penyakit Dalam, THT, Gigi dan Mulut, Patologi Anatomi, Gizi klinik
10. Perawatan Rumah Sakit Rawat inap
11. Terapi / tindakan Sistemik
(ICD 9-CM)  Metilprednisolon oral: dosis awal 24 mg @pagi dan siang. Dosis
diturunkan 4 mg tiap 7-14 hari
 Kortikosteroid dapat dikombinasi dengan agen imunosupresif seperti
azatioprin 2,5 mg/kg/hari selama 12 minggu
 Antihistamin: loratadin 10 mg @24 jam atau setirizin 10 mg @24 jam
 Antibiotik (bila infeksi): ko-amoksiklav 500 mg/125 mg @8jam atau
sesuai hasil kultur dan tes sensitivitas
 Topikal
 Kompres NaCl 0,9% (untuk lesi vesikel, bula dan erosi)
 Hidrokortison krim 2,5% atau mometason krim 0,1% (untuk lesi
kering)
 Triamsinolon asetonid (untuk lesi di mukosa)
12. Tempat Pelayanan Ruang rawat inap RSUP Sanglah
13. Penyulit Infeksi sekunder, sepsis dan bronkopneumonia
14. Informed Consent Perlu
15. Tenaga Standar Dokter spesialis dan residen kulit dan kelamin, perawat
16. Lama Perawatan 2-4 minggu
17. Masa Pemulihan 1-2 minggu
18. Hasil Lesi kulit mengering, tidak tumbuh bula baru
19. Patologi Perlu (untuk menegakkan diagnosis)
20. Otopsi Tidak diperlukan
21. Prognosis Dubius ad bonam
22. Tindak Lanjut Kontrol ke Poliklinik Kulit dan Kelamin, monitoring efek kortikosteroid
23. Tingkat Evidens & 1a & A
Rekomendasi
24. Indikator Medis Perbaikan klinis
25. Edukasi Perjalanan penyakit kambuh-kambuhan, hindari swaterapi, efek samping
penggunaan kortikosteroid dosis tinggi dan jangka panjang, penyulit yang
dapat terjadi
26. Kepustakaan Culton D.A., Liu Z., Diaz L.A. Bullous Pemphigoid. In: Goldsmith L.A.,
Katz S.I., Gilchrest B.A., Paller A.S., Leffell D. J., Wolff K. editors.
Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. New York: McGraw
Hill;2012. ed 8th. p. 608-23.

PANDUAN PRAKTEK KLINIS


SMF ILMU KESEHATAN KULIT & KELAMIN
ERUPSI OBAT MAKULOPAPULAR
2014
RSUP SANGLAH
DENPASAR
1. No. ICD 10 L.270
2. Diagnosis Erupsi Obat Makulopapular
3. Pengertian Kelainan pada kulit sebagai akibat pemberian obat pada orang yang
hipersensitif terhadap obat tersebut, ditandai dengan lesi kulit makula dan
papul eritema
4. Anamnesis  Timbul ruam disertai gatal pada kulit setelah mengkonsumsi obat dalam
8 minggu terakhir yang dimulai dari badan kemudian menyebar ke
ekstremitas
 Gejala disertai oleh demam dan lemas
5. Pemeriksaan Fisik Lesi kulit makulopapular (eksantema)
6. Kriteria Diagnosis Anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
7. Diagnosis Banding Viral eksantema
8. Pemeriksaan Penunjang  DL
 Kimia darah: SGOT, SGPT, BUN, SC
 Tes tempel
9. Konsultasi Tidak perlu
10. Perawatan Rumah Sakit Rawat Inap
11. Terapi / tindakan Sistemik
(ICD 9-CM)  Metilprednisolon 8 mg @8 jam selama 3 hari, diturunkan menjadi 8 mg
@ 12 jam selama 3 hari dilanjutkan dengan 8 mg @ 24 jam selama 1
hari, dosis anak: 1 mg/kgBB/hari terbagi dalam 3 dosis
 Antihistamin: loratadin 10 mg @24 jam atau setirizin 10 mg @24 jam,
dosis anak: 1-2 th: 250 μg/kgBB @12 jam, 2-6 th: 5 mg @24 jam atau
2,5 mg @12 jam, 6-12 th: sama dengan dewasa.
Eliminasi obat yang dicurigai
12. Tempat Pelayanan Ruang rawat inap RSUP Sanglah
13. Penyulit Keterlibatan organ dalam
14. Informed Consent Perlu
15. Tenaga Standar Dokter spesialis dan residen kulit dan kelamin, perawat
16. Lama Perawatan 5 – 7 hari
17. Masa Pemulihan 1 – 2 minggu
18. Hasil Lesi hilang
19. Patologi Tidak perlu
20. Otopsi Tidak perlu
21. Prognosis Dubius
22. Tindak Lanjut Kontrol ke Poliklinik Kulit dan Kelamin
23. Tingkat Evidens & 1a & A
Rekomendasi
24. Indikator Medis Kesembuhan klinis
25. Edukasi Menghindari obat-obat yang dicurigai menyebabkan alergi dan obat yang
bereaksi silang, catatan obat yang dicurigai harus dibawa ke manapun dan
ditunjukkan saat berobat, tidak swaterapi
26. Kepustakaan Shear NH, Knowles SR, Sullivan JR, Shapir OL: Cutaneus Reaction to
drugs. In: Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine, 8th edition. New
York: McGraw-Hill.2012; 449 – 50.

PANDUAN PRAKTEK KLINIS


SMF ILMU KESEHATAN KULIT & KELAMIN
STEVENS-JOHNSON SYNDROME / SINDROMA STEVENS
RSUP SANGLAH JOHNSON (SSJ)
DENPASAR 2014

1. No. ICD 10 L51.1


2. Diagnosis Stevens-Johnson Syndrome / Sindroma Stevens Johnson (SSJ)
3. Pengertian Penyakit kulit yang akut dan fatal, ditandai oleh demam yang tinggi, lesi
pada kulit, mata dan mukosa lubang alam seperti mulut, hidung, vagina /
penis dan anus, paling sering akibat obat.
4. Anamnesis  Gejala dapat didahului demam, lemas dan sakit kepala
 Gejala kulit: kemerahan atau lepuh pada kulit
 Mata merah disertai dengan kotoran atau cairan, luka pada bibir,
genitalia, anus atau lubang hidung
 Riwayat minum obat atau infeksi
5. Pemeriksaan Fisik  Keadaan umum buruk
 Gejala kulit: eritema, papul, vesikel, purpura atau bula yang kemudian
pecah sehingga terjadi erosi (dengan luas permukaan tubuh <10%).
Tanda Nikolsky (+)
 Keterlibatan mukosa (mukosa mata, oral, genitalia, kadang di hidung
dan anus). Berupa vesikel, bula, erosi, ekskoriasi, ditutupi krusta hitam
6. Kriteria Diagnosis Anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
7. Diagnosis Banding  Eritema multiforme mayor
 Fixed drug eruption bulosa generalisata
 Acute generalized exanthematous pustulosis (AGEP)
 Staphylococcal scalded skin syndrome
8. Pemeriksaan Penunjang  DL
 Kimia darah: SGOT, SGPT, BUN, SC, gula darah, elektrolit.
 UL
 Analisis Gas Darah
 Pemeriksaan Gram, kultur dan tes sensitivitas
9. Konsultasi Mata, THT
10. Perawatan Rumah Sakit Rawat inap
11. Terapi / tindakan Sistemik
(ICD 9-CM)  Deksametason injeksi intravena 10 mg @ 12 jam selama 1 hari,
diturunkan menjadi 10 mg pagi dan 5 mg siang selama 1 hari,
kemudian 5 mg pagi dan 5 mg siang selama 3 hari, selanjutnya 5 mg
pagi selama 3 hari, kemudian diganti metilprednisolon oral
 Antibiotik: Levofloksasin 1 x 500 mg per drip intravena bila ada
infeksi
Topikal
 Triamsinolon asetonid pada lesi mukosa
 Kompres NaCl 0,9 % pada lesi basah
 Hidrokortison 2,5% + kloramfenikol 2% cream pada lesi kering
Observasi tensi, nadi, suhu dan kesadaran 24 jam
Infus NaCl 0,9% dan glukosa 5% (1:1) 20 tetes/menit
Semua obat yang diminum sebelumnya dihentikan
Tempat Pelayanan Ruang rawat inap RSUP Sanglah Denpasar
12. Penyulit  Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
 Perdarahan usus
 Gagal ginjal
 Sepsis, pneumoni
13. Informed Consent Perlu
14. Tenaga Standar Dokter Spesialis dan Residen Kulit dan Kelamin, perawat
15. Lama Perawatan 10-14 hari
16. Masa Pemulihan 7-14 hari
17. Hasil Pasien tidak demam, lesi kulit mengering, tidak ada lesi baru
18. Patologi Tidak perlu
19. Otopsi Tidak perlu
20. Prognosis Dubius ad bonam
21. Tindak Lanjut Kontrol poliklinik Kulit dan Kelamin
22. Tingkat Evidens & 1a & A
Rekomendasi
23. Indikator Medis Kesembuhan klinis
24. Edukasi Menghindari obat-obat yang dicurigai menyebabkan alergi dan obat yang
bereaksi silang, catatan obat yang dicurigai harus dibawa ke manapun dan
ditunjukkan saat berobat
25. Kepustakaan Allanore L.V., Roujeau J.C. Epidermal Necrolysis (Stevens-Johnson
Syndrome and Toxic Epidermal Necrolysis). In: Goldsmith L.A., Katz S.I.,
Gilchrest B.A., Paller A.S., Leffell D. J., Wolff K. editors. Fitzpatrick’s
Dermatology in General Medicine. New York: McGraw Hill; 2012. ed 8 th.
p. 43948-23.

PANDUAN PRAKTEK KLINIS


SMF ILMU KESEHATAN KULIT & KELAMIN
NEKROLISIS EPIDERMAL TOKSIK (NET)
RSUP SANGLAH 2014
DENPASAR
1. No. ICD 10 L51.1
2. Diagnosis Nekrolisis Epidermal Toksik (NET)
3. Pengertian Kelainan kulit dan mukosa bersifat akut, berat dan fatal, ditandai dengan
pengelupasan kulit yang luas (> 30% luas permukaan tubuh), lesi pada
mukosa (mata, bibir, genital, anus) dan gejala konstitusi yang berat. Paling
sering terjadi akibat obat.
4. Anamnesis  Gejala didahului oleh demam, lemas dan sakit kepala
 Gejala kulit: kemerahan atau lepuh pada kulit
 Mata merah disertai dengan kotoran atau cairan, luka pada bibir,
genitalia, anus atau lubang hidung
 Riwayat minum obat atau infeksi
5. Pemeriksaan Fisik  Keadaan umum buruk
 Gejala kulit: eritema, papul, vesikel, purpura atau bula yang kemudian
pecah sehingga terjadi erosi (dengan luas permukaan tubuh >30%).
Tanda Nikolsky (+)
 Keterlibatan mukosa (mukosa mata, oral, genitalia, kadang di hidung
dan anus). Berupa vesikel, bula, erosi, ekskoriasi, ditutupi krusta hitam
6. Kriteria Diagnosis Anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
7. Diagnosis Banding  Fixed drug eruption bulosa generalisata
 Acute generalized exanthematous pustulosis (AGEP)
 Staphylococcal scalded skin syndrome
8. Pemeriksaan Penunjang  DL
 Kimia darah: SGOT, SGPT, BUN, SC, Gula darah, Elektrolit.
 UL
 Analisis Gas Darah
 Pemeriksaan Gram, kultur dan tes sensitivitas
9. Konsultasi Mata, THT, Bedah plastik
10. Perawatan Rumah Sakit Rawat inap
11. Terapi / tindakan Sistemik
(ICD 9-CM)  Deksametason injeksi intravena 10 mg @ 8 jam selama 1 hari, kemudian
diturunkan menjadi 10 mg @ 12 jam selama 1 hari, diturunkan menjadi
10 mg pagi dan 5 mg siang selama 1 hari, kemudian 5 mg pagi dan 5 mg
siang selama 3 hari, selanjutnya 5 mg pagi selama 3 hari, kemudian
diganti metilprednisolon oral
 Antibiotik: Levofloksasin 1 x 500 mg per drip intravena bila ada infeksi
Topikal
 Triamsinolon asetonid pada bibir
 Kompres NaCl 0,9 % pada lesi basah
 Hidrokortison 2,5% + kloramfenikol 2% pada lesi kering
Observasi tensi, nadi, suhu dan kesadaran 24 jam
Infus NaCl 0,9% dan glukosa 5% (1:1) 20 tetes/menit
Semua obat yang diminum sebelumnya dihentikan
12. Tempat Pelayanan Burn Unit RSUP Sanglah Denpasar
13. Penyulit Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit, gagal ginjal, pneumonia dan
sepsis
14. Informed Consent Perlu
15. Tenaga Standar Dokter spesialis dan residen kulit dan kelamin, perawat
16. Lama Perawatan 10-14 hari
17. Masa Pemulihan 7-14 hari
18. Hasil Pasien tidak demam, lesi mengering, tidak ada lesi baru
19. Patologi Tidak perlu
20. Otopsi Tidak perlu
21. Prognosis Dubius
22. Tindak Lanjut Kontrol poliklinik kulit dan kelamin.
23. Tingkat Evidens & 1a & A
Rekomendasi
24. Indikator Medis Perbaikan secara klinis dan laboratorium
25. Edukasi Menghindari obat-obat yang dicurigai menyebabkan alergi dan obat yang
bereaksi silang.
26. Kepustakaan Allanore LV, Roujeau JC. Epidermal Necrolysis (Stevens-Johnson
Syndrome and Toxic Epidermal Necrolysis). In: Freedberg IM, Eisen AZ,
Wolff K, Austen KF, Goldsmith LA, Katz SI. Fitzpatrick’s Dermatology in
General Medicine. 8th edition. New York: McGraw-Hill, 2012.p: 439 – 49.

PANDUAN PRAKTEK KLINIS


SMF ILMU KESEHATAN KULIT & KELAMIN
FIXED DRUG ERUPTION
RSUP SANGLAH 2014
DENPASAR
1. No. ICD 10 L.270
2. Diagnosis Fixed Drug Eruption
3. Pengertian Kelainan kulit dan/atau mukosa yang disebabkan oleh obat, ditandai bercak
berwarna keunguan, timbul berulang di tempat yang sama atau lokasi lain
4. Anamnesis Riwayat terpapar obat, muncul lesi kulit di tempat yang sama, gatal,
terbakar, demam, lemas, gejala saluran cerna
5. Pemeriksaan Fisik Tipe bulosa: bula yang cepat menyebar di atas kulit yang merah keunguan
Tipe plak edematosa: Makula eritema, soliter, bulat atau oval, batas tegas,
merah cerah atau merah kehitaman yang berkembang menjadi plak edema
6. Kriteria Diagnosis Anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
7. Diagnosis Banding TEN, Eritema multiforme
8. Pemeriksaan Penunjang  DL
 Kimia darah: BUN, SC, SGOT, SGPT
 UL dan FL
 Biopsi kulit
 Tes tempel
9. Konsultasi THT, Patologi Anatomi
10. Perawatan Rumah Sakit Rawat jalan
11. Terapi / tindakan Sistemik
(ICD 9-CM)  Metilprednisolon 8 mg @8 jam selama 7 hari, dosis anak: 1
mg/kgBB/hari terbagi dalam 3 dosis
 Antihistamin: loratadin 10 mg @24 jam atau setirizin 10 mg @24 jam,
dosis anak: 1-2 th: 250 μg/kgBB @12 jam, 2-6 th: 5 mg @24 jam atau
2,5 mg @12 jam, 6-12 th: sama dengan dewasa.
Topikal
 Kompres NaCl 0,9% (untuk lesi basah)
 Hidrokortison krim 2,5% dicampurkan dengan kloramfenikol 2% (bila
ada erosi)
 Triamsinolon asetonid pada bibir
Eliminasi obat yang dicurigai
12. Tempat Pelayanan Poliklinik Kulit dan Kelamin
13. Penyulit Perluasan ke arah epidermal nekrolisis / erupsi obat yang lebih berat dengan
keterlibatan traktus respiratorius, gastrointestinal
14. Informed Consent Perlu
15. Tenaga Standar Dokter spesialis, residen, perawat
16. Lama Perawatan 5- 7 hari
17. Masa Pemulihan 2 – 4 minggu
18. Hasil Kelainan pigmentasi
19. Patologi Perlu jika klinis meragukan
20. Otopsi Tidak perlu
21. Prognosis Dubius ad bonam
22. Tindak Lanjut Kontrol poliklinik kulit dan kelamin
23. Tingkat Evidens & 1a & A
Rekomendasi
24. Indikator Medis Kesembuhan secara klinis
25. Edukasi Menghindari obat-obat yang dicurigai menyebabkan alergi dan obat yang
bereaksi silang, catatan obat yang dicurigai harus dibawa ke manapun dan
ditunjukkan saat berobat
26. Kepustakaan Shear NH, Knowles SR, Sullivan JR, Shapir OL: Cutaneus Reaction to
drugs. In: Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine, 8th edition. New
York: McGraw-Hill.2012; 449 – 50.
PANDUAN PRAKTEK KLINIS
SMF ILMU KESEHATAN KULIT & KELAMIN
LUPUS ERITEMATOSUS KUTANEUS
RSUP SANGLAH 2014
DENPASAR
1. No. ICD 10 L.931
2. Diagnosis Lupus Eritematosus Kutaneus
3. Pengertian Kelainan kulit ditandai dengan lesi plak eritema berskuama berbatas tegas
dengan berbagai ukuran pada daerah yang terpapar matahari, yang
disebabkan oleh reaksi autoimun, dapat terlokalisir maupun generalisata.
4. Anamnesis Bercak merah terutama pada daerah yang terpapar matahari
5. Pemeriksaan Fisik Terdapat 2 jenis: spesifik dan nonspesifik. Tipe spesifik dapat berupa akut,
subakut dan kronis
 Tipe akut terlokalisir: malar rash atau butterfly rash
 Tipe akut generalisata: makula dan papul eritema berkonfluent terutama
pada daerah yang terpapar matahari, rash lupus eritematosus sistemik
 Tipe subakut anular: plak eritema berbentuk anular
 Tipe subakut papuloskuamosa: plak eritema ditutupi skuama,
menyerupai psoriasis dan makulopapular
 Tipe kronis (diskoid): makula merah keunguan berbentuk seperti koin,
dengan atrofi di tengah dan permukaan hiperkeratotik
6. Kriteria Diagnosis Anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
7. Diagnosis Banding Dermatitis seboroik, dermatomiositis, akne rosasea, erupsi obat, mikosis
fungoides, dermatitis kontak, psoriasis.
8. Pemeriksaan Penunjang  DL dan LED
 Kimia darah: Ureum, Creatinin, SGOT / SGPT
 Urinalisis
 Profil ANA
 Biopsi kulit
9. Konsultasi Ilmu Penyakit Dalam divisi Reumatologi, Mata, Patologi Anatomi, Patologi
Klinik
10. Perawatan Rumah Sakit Rawat inap jika lesi generalisata
11. Terapi / tindakan Sistemik untuk lesi generalisata
(ICD 9-CM)  Hidro klorokuin 150 mg @12 jam selama 4-6 minggu, dosis anak: 6,5
mg/kgBB/hari dalam 1-2 dosis selama 4-6 minggu
Topikal untuk lesi lokalisata
 Desoksimetason salep 0,25%
 Tabir surya SPF 30
12. Tempat Pelayanan Poliklinik Kulit dan Kelamin atau ruang rawat inap (jika lesi generalisata)
13. Penyulit Keterlibatan organ sistemik yang mengarah ke sistemik lupus eritematosis
14. Informed Consent Perlu
15. Tenaga Standar Dokter spesialis dan residen kulit dan kelamin, perawat
16. Lama Perawatan 2 - 3 minggu
17. Masa Pemulihan 4 - 6 minggu
18. Hasil Plak menipis dengan meninggalkan kelainan pigmen dan atrofi
19. Patologi Perlu
20. Otopsi Tidak diperlukan
21. Prognosis Dubius
22. Tindak Lanjut Kontrol poliklinik Kulit dan Kelamin, monitoring efek hidro klorokuin
(laboratorium dan pemeriksaan mata rutin)
23. Tingkat Evidens & 1a & A
Rekomendasi
24. Indikator Medis Kesembuhan secara klinis
25. Edukasi Hindari sinar matahari, penggunaan tabir surya, hindari swaterapi,
menjelaskan tanda-tanda terjadinya keterlibatan sistemik,
26. Kepustakaan Costner MI, Sontheimer RD. Lupus Erythematosus. In :Freedberg IM,
Eisen AZ, Wolff K, Austen KF, Goldsmith LA, Katz Si. EdsFitzpatricks
Dermatology in General Medicine. 8thed. New York: McGraw-Hill,
2012:1909 – 26.

PANDUAN PRAKTEK KLINIS


SMF ILMU KESEHATAN KULIT & KELAMIN
ERITRODERMA
RSUP SANGLAH 2014
DENPASAR
1. No. ICD 10 L.26
2. Diagnosis Eritroderma
3. Pengertian Kelainan kulit inflamasi yang ditandai dengan kemerahan dan sisik hampir
seluruh tubuh (90%) dapat disebabkan oleh perluasan penyakit kulit yang
ada sebelumnya, obat, keganasan, penyakit sistemik dan idiopatik.
4. Anamnesis Bercak kemerahan disertai sisik pada hampir seluruh tubuh, gatal, dapat
disertai demam, menggigil, lemas. Riwayat penyakit kulit sebelumnya
(ketombe, eksim, psoriasis), riwayat pengolesan bahan tradisional dan
konsumsi obat
5. Pemeriksaan Fisik Makula eritema ditutupi skuama, mengenai hampir seluruh tubuh (90% luas
tubuh)
6. Kriteria Diagnosis Anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
7. Diagnosis Banding Diagnosis banding etiologi: psoriasis, dermatitis kontak, dermatitis atopik,
dermatitis seboroik, pitiriasis rubra pilaris, obat, sindrom Sezary, penyakit
sistemik
8. Pemeriksaan Penunjang  DL, LED
 Gambaran darah tepi: sel Sezary
 Kimia darah: BUN, SC, SGOT, SGPT, albumin, elektrolit, gula darah
 UL
 Biopsi kulit serial
9. Konsultasi Ilmu Penyakit Dalam, Bagian THT, Ilmu Kesehatan Gigi dan Mulut, Ilmu
Patologi Klinik, Patologi Anatomi, Gizi Klinik.
10. Perawatan Rumah Sakit Rawat inap
11. Terapi / tindakan Sistemik
(ICD 9-CM)  Metilprednisolon 8 mg @8 jam (tidak diberikan pada kasus dengan
kecurigaan psoriasis), dosis anak: 1 mg/kgBB/hari terbagi dalam 3 dosis
 Jika psoriasis sebagai penyebab: metotreksat 7,5 - 15 mg/minggu,
terbagi dalam 3 dosis @12 jam selama 4-6 minggu, disertai pemberian
asam folat
 Antihistamin: loratadin 10 mg @24 jam atau setirizin 10 mg @24 jam,
dosis anak: 1-2 th: 250 μg/kgBB @12 jam, 2-6 th: 5 mg @24 jam atau
2,5 mg @12 jam, 6-12 th: sama dengan dewasa.
Topikal
 Oleum olivarum
 Desoksimetason salep 0,25% atau mometason krim 0,1% dicampurkan
dengan kloramfenikol 2% (bila ada erosi)
Monitoring vital sign, nutrisi, keseimbangan cairan dan elektrolit
Eliminasi obat yang dicurigai
12. Tempat Pelayanan Ruang rawat inap RSUP Sanglah
13. Penyulit Gangguan kardiovaskular, ketidakseimbangan cairan dan elektrolit,
hipoalbuminemia, gangguan termoregulator suhu, sepsis, pneumonia
14. Informed Consent Perlu
15. Tenaga Standar Dokter spesialis dan residen kulit dan kelamin, perawat
16. Lama Perawatan 2 minggu
17. Masa Pemulihan 3 – 4 minggu
18. Hasil Eritema dan skuama hilang
19. Patologi Perlu (biopsi serial)
20. Otopsi Tidak perlu
21. Prognosis Dubius
22. Tindak Lanjut Rawat poliklinik kulit dan kelamin dan poliklinik lain terkait penyulit,
monitoring efek kortikosteroid atau metotreksat
23. Tingkat Evidens & 1a & A
Rekomendasi
24. Indikator Medis Kesembuhan secara klinis
25. Edukasi Kemungkinan kambuh, hindari pengolesan bahan topikal tradisional, obati
penyakit yang mendasari, hindari swaterapi.
26. Kepustakaan Grant JM, Fedeles F, Rothe MJ.Exfoliative Dermatitis. In: Freedberg IM,
Eisen AZ, Wolf K, Austen KF, Goldsmith LA, Katz Si.eds. Fitzpatricks
Dermatology In General. 10th ed. New York:McGrawHill, 2012: 266 – 70.

PANDUAN PRAKTEK KLINIS


SMF ILMU KESEHATAN KULIT & KELAMIN
DERMATITIS HERPETIFORMIS
RSUP SANGLAH 2014
DENPASAR
1. No. ICD 10 L.13.0
2. Diagnosis Dermatitis Herpetiformis
3. Pengertian Kelainan kulit yang ditandai dengan erupsi vesikel dan bula di atas kulit
eritema, tersusun berkelompok menyerupai herpes, bersifat kronik residif,
yang sering dihubungkan dengan gluten-sensitive enteropathy
4. Anamnesis Gelembung berair terasa gatal atau terbakar, kumat-kumatan
5. Pemeriksaan Fisik Vesikel dan bula berdinding tegang berkelompok di atas kulit eritema
dengan susunan menyerupai herpes, distribusi simetris, bilateral. Tanda
Nikolsky (-). Sering dijumpai pada: siku, lutut, bokong, bahu dan sakral.
6. Kriteria Diagnosis Anamnesis, pemeriksaan fisik da pemeriksaan penunjang
7. Diagnosis Banding Pemfigoid bulosa, dermatitis atopik, urtikaria papular, Linear
immunoglobulin A dermatosis
8. Pemeriksaan Penunjang  DL
 Kimia darah: BUN, SC, SGOT, SGPT
 Pemeriksaan G6PD
 Tes Tzanck
 Biopsi kulit
9. Konsultasi Ilmu Penyakit Dalam, Patologi Anatomi, Gizi Klinik
10. Perawatan Rumah Sakit Rawat inap
11. Terapi / tindakan Sistemik
(ICD 9-CM)  Sulfasalazin 500 - 1000 mg @12 jam selama 3-5 hari
 Antihistamin: loratadin 10 mg @24 jam atau setirizin 10 mg @24 jam,
dosis anak: 1-2 th: 250 μg/kgBB @12 jam, 2-6 th: 5 mg @24 jam atau
2,5 mg @12 jam, 6-12 th: sama dengan dewasa.
Topikal
 Kompres NaCl 0,9% (pada lesi basah)
 Hidrokortison krim 2,5%, dicampurkan dengan kloramfenikol 2% (bila
ada erosi)
Diet bebas gluten
12. Tempat Pelayanan Ruang rawat inap RSUP Sanglah
13. Penyulit Hipersensitif sulfa
14. Informed Consent Perlu
15. Tenaga Standar Dokter spesialis dan residen kulit dan kelamin, perawat
16. Lama Perawatan 7 - 10 hari
17. Masa Pemulihan 2 minggu
18. Hasil Tidak muncul vesikel dan bula baru
19. Patologi Perlu
20. Otopsi Tidak perlu
21. Prognosis Dubius ad bonam
22. Tindak Lanjut Kontrol poliklinik Kulit dan Kelamin, monitoring efek sulfasalazin
23. Tingkat Evidens & 1a & A
Rekomendasi
24. Indikator Medis Perbaikan secara klinis
25. Edukasi Perjalanan penyakit yang bersifat kambuh-kambuhan, hindari konsumsi
makanan yang mengandung tepung terigu, tanda-tanda reaksi alergi
terhadap obat
26. Kepustakaan  Ronaghy A., Katz S.I., Hall R. S. Dermatitis Herpertiformis. In:
Fitzpattrick in General Medicine. 8th edition. 2012; vol 1: p.642-649.
 Willsteed E, Lee M, Wong LC, Cooper A. Sulfasalazine and dermatitis
herpetiformis. Australas J Dermatol. 2005; 46(2):101-3.

PANDUAN PRAKTEK KLINIS


SMF ILMU KESEHATAN KULIT & KELAMIN
URTIKARIA DAN ANGIOEDEMA
RSUP SANGLAH 2014
DENPASAR
1. No. ICD 10 L.50
2. Diagnosis Urtikaria dan Angioedema
3. Pengertian Kelainan kulit atau mukosa yang ditandai dengan urtika yang bersifat
hilang timbul dalam waktu < 24 jam, dapat bersifat akut atau kronis.
4. Anamnesis Bentol pada kulit yang gatal, nyeri atau terasa terbakar, bersifat hilang
timbul dan berpindah-pindah, dapat disertai keluhan nyeri kepala, sesak
nafas, mual, muntah, berdebar, demam, diare, menggigil, nyeri sendi dan
flushing.
5. Pemeriksaan Fisik  Urtika dengan bentuk lesi dapat teratur atau tidak teratur, berukuran dari
miliar hingga plakat dengan distribusi dapat lokalisata, generalisata. Lesi
dapat hilang timbul. Dermografisme (+). Tes provokasi dingin atau
hangat (+).
 Angioedema dapat timbul pada kelopak mata, bibir, dapat disertai atau
tidak disertai keterlibatan organ lain.
6. Kriteria Diagnosis Anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
7. Diagnosis Banding Urtikaria pigmentosa, eritema multiforme, eritema migrans, fotosensitivitas
akut, fixed drug eruption, pemfigoid bulosa (lesi urtika), erupsi obat tipe
urtika
8. Pemeriksaan Penunjang  DL, LED
 UL, FL
 Serum IgE
 Tes tusuk
9. Konsultasi THT, Gigi (untuk mencari fokal infeksi)
10. Perawatan Rumah Sakit Rawat inap (urtikaria akut dan angioedema)
11. Terapi / tindakan Sistemik
(ICD 9-CM)  Deksametason injeksi intravena 5 mg @24 jam (pagi) selama 1 hari,
kemudian diganti dengan metilprednisolon oral 8 mg @8 jam selama 3
hari.
 Antihistamin: loratadin 10 mg @24 jam dosis anak: 1-2 th: 250
μg/kgBB @12 jam, 2-6 th: 5 mg @24 jam atau 2,5 mg @12 jam, 6-12
th: sama dengan dewasa.
Topikal
 Bedak salisilat 1 %
Identifikasi dan menghindari pencetus.
12. Tempat Pelayanan Ruang rawat inap RSUP Sanglah
13. Penyulit Terdapat keterlibatan organ lain seperti traktus respiratorius (edema laring),
traktus gastrointestinal dan kardiovaskular.
14. Informed Consent Perlu
15. Tenaga Standar Dokter spesialis dan residen kulit dan kelamin, perawat
16. Lama Perawatan 3 hari
17. Masa Pemulihan 1 minggu
18. Hasil Urtika, bengkak dan gatal hilang
19. Patologi Tidak perlu
20. Otopsi Tidak perlu
21. Prognosis Dubius ad bonam
22. Tindak Lanjut Kontrol Poliklinik Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin
23. Tingkat Evidens & 1a & A
Rekomendasi
24. Indikator Medis Kesembuhan secara klinis
25. Edukasi Kemungkinan kambuh, penelusuran penyebab, pengobatan penyakit yang
mendasari
26. Kepustakaan Kaplan AP. Urticaria and Angioedema. In: Freedberg IM, Eisen AZ, Wolff
K, Austen KF, Goldsmith LA, Katz SI. Fitzpatrick’s Dermatology in
General Medicine. 8th edition. New York: McGraw-Hill, 2012.p: 414 – 30.

PANDUAN PRAKTEK KLINIS


SMF ILMU KESEHATAN KULIT & KELAMIN
PSORIASIS
RSUP SANGLAH 2014
DENPASAR

1. No. ICD 10 L40.0


2. Diagnosis Psoriasis
3. Pengertian Penyakit peradangan kulit kronik residif ditandai oleh plak eritema batas
tegas dengan skuama tebal keperakan, kasar dan berlapis, disertai fenomena
bercak lilin, tanda Auspitz dan fenomena Koebner.
4. Anamnesis  Bercak merah bersisik tebal, kumat-kumatan, kadang gatal, dapat
disertai nyeri sendi, dan dapat dicetuskan oleh adanya stres psikologis,
kelelahan, infeksi.
5. Pemeriksaan Fisik Subtipe klinis
 Tipe vulgaris: plak eritema batas tegas ditutupi skuama tebal keperakan
yang kasar dan berlapis pada daerah predileksi ekstensor ekstremitas
terutama siku dan lutut, kulit kepala, lumbosakral bagian bawah, pantat,
dan genital. Pada kuku didapatkan pitting nail dan oil drop sign
 Tipe gutata: erupsi berupa papul kecil berdiameter 0,5-1,5 cm pada
badan bagian atas dan ekstremitas proksimal
 Tipe pustulosa generalisata (von Zumbusch): erupsi pustul steril
generalisata berdiameter 2-3 mm, di atas kulit eritema bersifat
diseminata pada badan, ekstremitas, termasuk kuku, palmar dan plantar.
Disertai oleh demam, dan dapat menjadi eritroderma.
6. Kriteria Diagnosis Anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan histopatologi
7. Diagnosis Banding Dermatitis numular, tinea korporis, pitiriasis rubra pilaris, dermatitis
seboroik, dermatitis kontak, pitiriasis rosea, pitiriasis likenoides kronikus,
sifilis sekunder, eritroderma akibat obat, impetigo, kandidiasis superfisialis,
folikulitis superfisial, acute generalized exanthematous pustulosis
8. Pemeriksaan Penunjang  DL
 Kimia darah: BUN, SC, LFT, albumin, asam urat, glukosa darah, profil
lipid
 Elektrolit
 UL dan FL
 Biopsi kulit
 Rontgen sendi
9. Konsultasi Penyakit dalam (divisi reumatologi, endokrinologi), THT, Gigi dan Mulut,
Patologi Anatomi, Psikiatri
10. Perawatan Rumah Sakit 1. Rawat jalan
2. Rawat inap: psoriasis pustulosa
11. Terapi / tindakan Topikal
(ICD 9-CM)  Salep campuran asam salisilat 2-5% dan coal tar 5%
 Desoksimetason 0,25% atau betametason 0,1% (ointment)
Fototerapi: NB-UVB
Terapi sistemik
 Lini pertama: metotreksat 7,5 - 15 mg/minggu, terbagi dalam 3 dosis
@12 jam selama 4-6 minggu, disertai pemberian asam folat
 Lini kedua: siklosporin 5 mg/kg @24 jam, mikofenolat mofetil 30-40
mg/kg/hari @12 jam
12. Tempat Pelayanan Rawat jalan dan rawat inap RSUP Sanglah Denpasar
13. Penyulit Eritroderma, infeksi, stres fisik dan mental, sindrom metabolik, psoriasis
artritis
14. Informed Consent Perlu
15. Tenaga Standar Dokter spesialis dan residen kulit dan kelamin, perawat
16. Lama Perawatan 2 minggu
17. Masa Pemulihan 2 minggu
18. Hasil Lesi menipis sampai hilang, tidak didapatkan penyulit
19. Patologi Perlu
20. Otopsi Tidak perlu
21. Prognosis Dubius
22. Tindak Lanjut Kontrol ke Poliklinik Kulit dan Kelamin, monitoring efek metotreksat
23. Tingkat Evidens & 1a & A
Rekomendasi
24. Indikator Medis Perbaikan klinis
25. Edukasi Menghindari faktor pencetus dan garukan, penyulit yang dapat terjadi,
hindari swaterapi
26. Kepustakaan Gudjonsson J.E., Elder J.T. Psoriasis. In: Goldsmith L.A., Katz S.I.,
Gilchrest B.A., Paller A.S., Leffell D. J., Wolff K. editors. Fitzpatrick’s
Dermatology in General Medicine. New York: McGraw Hill;2012. ed 8 th.
p. 197-231.

PANDUAN PRAKTEK KLINIS


SMF ILMU KESEHATAN KULIT & KELAMIN
ERITEMA MULTIFORME
RSUP SANGLAH 2014
DENPASAR

1. No. ICD 10 L51


2. Diagnosis Eritema Multiforme
3. Pengertian Kelainan kulit dan/atau mukosa yang ditandai dengan lesi target konsentris
yang khas, dapat sembuh sendiri dan seringkali berulang, akibat reaksi
hipersensitivitas terutama terhadap infeksi HSV dan M. pneumoniae serta
obat.
4. Anamnesis  Bercak merah pada kulit, luka atau gelembung berair pada mukosa
 Dapat disertai demam ringan, batuk pilek, lemas, nyeri kepala atau sendi
 Riwayat sariawan, bintik berair pada bibir atau genital sebelumnya,
riwayat konsumsi obat atau imunisasi sebelumnya
5. Pemeriksaan Fisik Lesi target tipikal berupa papul atau plak eritema dengan tiga komponen
konsentris, bagian tengah dapat berubah warna menjadi keunguan dan
nekrotik atau berubah menjadi vesikel dan bula. Dapat dijumpai lesi
atipikal meninggi yang hanya terdiri dari dua cincin dengan bagian tengah
berwarna lebih gelap dan dikelilingi oleh batas kemerahan. Total lesi <10%
luas permukaan tubuh.
Tipe Klinis:
 Eritema multiforme minor: bersifat ringan tanpa keterlibatan membran
mukosa atau keterlibatan minimal seperti pada bibir
 Eritema multiforme mayor: bersifat lebih berat, luas, progresif, disertai
keterlibatan mukosa pada dua lokasi atau lebih
 Eritema multiforme terkait herpes
 Sindrom Fuchs atau ektodermosis pluriorifisialis: lesi membran mukosa
tanpa keterlibatan kutaneus
6. Kriteria Diagnosis Anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
7. Diagnosis Banding Urtikaria, erupsi obat makulopapular, sindrom Stevens-Johnson
8. Pemeriksaan Penunjang  DL, LED, CRP
 Kimia darah: SGOT, SGPT
 Serologi: IgG dan IgM anti-HSV1 dan 2
 Kultur hapusan tenggorokan
 Biopsi kulit
9. Konsultasi Anak (bila disertai adanya penyulit seperti pneumonia), Mata, Gizi Klinik
10. Perawatan Rumah Sakit Rawat inap
11. Terapi / tindakan Sistemik
(ICD 9-CM)  Metilprednisolon 16 mg @8 jam, dosis anak: 1 mg/kgBB/hari terbagi
dalam 3 dosis, selama 3 hari kemudian diturunkan cepat dalam 7-10
hari.
 Antihistamin: loratadin 10 mg @24 jam atau setirizin 10 mg @24 jam,
dosis anak: 1-2 th: 250 μg/kgBB @12 jam, 2-6 th: 5 mg @24 jam atau
2,5 mg @12 jam, 6-12 th: sama dengan dewasa.
 Terapi profilaksis (pada kasus berulang): asiklovir 200-800 mg/hari
selama minimal 6 bulan (26 minggu) atau valasiklovir 500-1000
mg/hari
Topikal
 Kompres NaCl 0,9% (untuk lesi basah)
 Hidrokortison krim 2,5%, dicampurkan dengan kloramfenikol 2% (bila
ada erosi)
 Triamsinolon asetonid pada bibir
Eliminasi obat yang dicurigai
12. Tempat Pelayanan Ruang rawat inap RSUP Sanglah
13. Penyulit Jaringan parut kornea, bronkitis erosiva, sepsis
14. Informed Consent Perlu
15. Tenaga Standar Dokter spesialis dan residen kulit dan kelamin
16. Lama Perawatan 1 - 2 minggu
17. Masa Pemulihan 2 minggu
18. Hasil Lesi target hilang, tidak muncul lesi baru, kelainan pigmentasi sementara
19. Patologi Tidak perlu
20. Otopsi Tidak perlu
21. Prognosis Dubius ad bonam
22. Tindak Lanjut Kontrol ke Poliklinik Kulit dan kelamin
23. Tingkat Evidens & 1a & A
Rekomendasi
24. Indikator Medis Kesembuhan klinis
25. Edukasi Kemungkinan berulang, terapi untuk mencegah kekambuhan, hindari obat-
obat yang dicurigai dan obat yang bereaksi silang, hindari swaterapi,
meningkatkan daya tahan tubuh.
26. Kepustakaan Roujeau JC. Erythema Multiforme. In: Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest
BA, Paller AS, Leffell DJ, Wolff K, editors. Fitzpatrick’s dermatology in
general medicine. 8th ed. New York: McGraw-Hill; 2012. p.431-9.

Anda mungkin juga menyukai