Aureus Atau Streptococcus B Haemolyticus Yang Ditandai Dengan
Aureus Atau Streptococcus B Haemolyticus Yang Ditandai Dengan
6 Kriteria Diagnosis Pemeriksaan Fisik, gram, kultur dan tes sensitivitas pada lesi
7 Diagnosis Banding Herpes simpleks, varisela, dermatitis kontak
8 Pemeriksaan Penunjang 1. Pengecatan gram
2. Kultur dan tes sensitivitas
3. DL
9 Konsultasi Mikrobiologi, Pediatri (bila terjadi penyulit ), penyakit dalam
10 Perawatan Rumah Sakit Tidak diperlukan kecuali dengan penyulit
11 Terapi/tindakan ( ICD 9 – Salep topikal mengandung asam fusidat dan mupirosin, antibiotika
CM) sistemik jika lesi luas seperti amoksisilin, kloksasilin, eritromisin
12 Tempat Pelayanan Poliklinik
13 Penyulit 1. Sepsis
2. Staphylococcal scalded skin sindrome
3. Glomerulonefritis akut
14 Informed Consent Bila Perlu
15 Tenaga Standar Dokter Spesialis, Residen kulit dan kelamin, perawat yang terlatih
16 Lama Perawatan 1 Minggu
17 Masa Pemulihan 5-7 hari
18 Hasil Sembuh tanpa cacat
19 Patologi -
20 Otopsi Tidak diperlukan
21 Prognosis Dubius ad bonam
22 Tindak Lanjut Kontrol poli klinik kulit dan kelamin
23 Tingkat Eviden & Ia dan rekomendasi A
Rekomendasi
24 Indikator Medis Bula hilang, erosi hilang, tidak ada lesi baru.
25 Edukasi Menjaga kebersihan, cuci tangan setelah memegang lesi, dapat
menular
26 Kepustakaan Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine 8th edition 2012
Topikal :
emolien (pada lesi deskuamasi)
Tempat Pelayanan Ruang rawat inap
Penyulit Sepsis, pneumonia, infeksi MRSA
Informed Consent Perlu
Tenaga Standar Dokter Spesialis Kulit, Residen kulit, perawat
Lama Perawatan 1-2 minggu
Masa Pemulihan 1 minggu
Hasil Dengan penanganan yang tepat, kulit dapat sembuh sempurna tanpa bekas
Patologi Dikerjakan untuk mengetahui penyebabnya
Otopsi Bila diperlukan
Prognosis Dubius ad bonam
Tindak Lanjut Kontrol Poliklinik Kulit dan Kelamin
Tingkat Evidens & Ia & A
Rekomendasi
Indikator Medis Demam turun, deskuamasi hilang
Edukasi Pasien dimandikan atau perawatan kulit, penyakitnya disebabkan oleh
infeksi bakteri dan dapat ditularkan ke orang lain, dapat menimbulkan suatu
komplikasi yang serius
Kepustakaan 1. Paller, A.S., Mancini, A.J. Bacterial, Mycobacterial, and Protozoa
Infection of the Skin In: Hurwitz Clinical Pediatric Dermatology. 4 th ed.
Endinburg: ElsevierSaunders; 2011.p. 330-35.
2. Travers, J.B, Mousdicas, N. Gram-Positive Infection Associated With
Toxin Production. In : In: Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA,
PallerAS, Leffell DJ, Wolff K, editors. Fitzpatrick’s Dermatology in
General Medicine. 8th Ed. New York: McGraw Hill Companies;
2012.p.1710-19.
1 No.ICD 10 Q81
2 Diagnosis Epidermolisis bulosa
3 Pengertian Kelainan kulit yang ditandai dengan adanya bula akibat trauma
mekanik yang ringan. Diturunkan secara autosomal dominan atau
resesif.
4 Anamnesis Muncul gelembung berair yang terasa nyeri terutama pada tempat-
tempat yang mudah terkena trauma. Onset seringnya setelah lahir, bayi
dan dapat setelah dewasa.
5 Pemeriksaan Fisik Terdapat 3 tipe:
1. Epidermolisis Bulosa Simplek
Ditandai dengan vesikel atau bula pada daerah yang sering terkena
trauma. Pada penyembuhan tidak menimbulkan jaringan parut.
2. Epidermolisis Jungsional
Herlitz JEB: Adanya vesikel dan bula generalisata hingga
melibatkan kuku, pitting pada enamel gigi, erosi mukosa orofaring,
failure to thrive, retardasi mental.
Non-Herlitz JEB: gejala klinis lebih ringan dari Herlitz JEB.
3. Epidermolisis Bulosa Distrofik
Ditandai dengan vesikel dan bula dari saat lahir atau pada masa
anak-anak, tanpa didahului trauma, bulanya lebih ekstensif dan
timbul tanda-tanda distrofik. Pada penyembuhan meninggalkan
sikatriks pada kulit maupun mukosa yang atrofi dan hipertrofi.
6 Kriteria Diagnosis Anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang
15. Tenaga standar Dokter spesialis kulit dan kelamin, residen kulit, perawat
25. Edukasi 1. Abstinensia melakukan hubungan seksual sampai sembuh secara klinis.
2. Penggunaan kondom secara konsisten untuk mencegah penularan
kepada pasangan seksual
SIFILIS
RSUP SANGLAH 2014
DENPASAR
ULKUS MOLE
RSUP SANGLAH 2014
DENPASAR
1 No. ICD 10 A57
2 Diagnosis Ulkus Mole
3 Pengertian Infeksi genitalia yang disebabkan oleh Haemophilus Ducreyi ditandai
adanya ulkus multipel, tertutup jaringan nekrotik dan terasa nyeri.
4 Anamnesis Muncul beberapa luka yang nyeri pada kelamin, kurang lebih 1- 4 minggu
setelah kontak seksual disertai pembengkakan pada kelenjar di lipat paha.
5 Pemeriksaan Fisik Ulkus multipel, nyeri, lunak pada perabaan, bentuk seperti cawan,
dinding bergaung, dengan tepi yang tidak teratur. Dasar ulkus berupa
jaringan granulasi yang mudah berdarah dan di tutup jaringan nekrotik
purulen berwarna kuning keabuan.
Ulkus biasanya meluas ke perifer dan kulit disekitar ulkus tampak
eritema.
Lokasi ulkus pada pria umumnya adalah prepusium, sulkus koronarius,
frenulum, atau batang penis.
Pada wanita sering pada labia, klitoris, vestibulum. Dapat terjadi auto-
inokulasi sehingga dapat timbul pada pubis, paha dan abdomen.
6 Kriteria Diagnosis Anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
7 Diagnosis Banding 1. Ulkus banal
2. Herpes genitalis
3. Limfogranuloma venerium
4. Ulkus durum
8 Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan Gram dari apusan dasar lesi
9 Konsultasi Mikrobiologi Klinik
10 Perawatan Rumah Sakit Rawat jalan
11 Terapi / tindakan 1. Siprofloksasin 500mg @ 12 jam selama 3 hari, atau
(ICD 9-CM) 2. Eritromisin base 500 mg per oral @ 6 jam selama 7 hari, atau
3. Azitromisin 1 gram per oral dosis tunggal, atau
4. Seftriakson 250 mg intramuskuler dosis tunggal
5. Tidak diperlukan penanganan khusus terhadap lesi. Lesi ulseratif dijaga
tetap bersih, bila perlu dapat diberikan kompres dengan larutan NaCl
0,9%
6. Untuk kelenjar getah bening yang berfluktuasi dapat dilakukan aspirasi
melalui kulit yang sehat. Tidak dianjurkan melakukan insisi, drainase
maupun eksisi dari kelenjar karena akan memperlambat penyembuhan.
12 Tempat Pelayanan Poliklinik Kulit dan Kelamin
13 Penyulit 1. Limfadenopati inguinal suppuratif (bubo)
2. Giant ulcer/giant chancroid
3. Phimosis atau autoamputasi akibat fibrosis
4. Fisura dan atau striktura uretra
5. Fistel rektovagina
6. Penderita imunokompromais
14 Informed Consent Tidak perlu
15 Tenaga Standar Dokter spesialis, residen kulit dan kelamin
16 Lama Perawatan 7 – 14 hari
17 Masa Pemulihan 7 hari
18 Hasil Sembuh
19 Patologi Tidak perlu
20 Otopsi Tidak perlu
21 Prognosis Bonam
22 Tindak Lanjut Kontrol poliklinik Kulit dan Kelamin setiap minggu sampai terlihat
perbaikan nyata
23 Tingkat Evidens & Ia dan A
Rekomendasi
24 Indikator Medis Kesembuhan secara klinis dan laboratorium
25 Edukasi Abstinensia hubungan seksual sampai sembuh secara klinis dan
laboratorium.
26 Kepustakaan 1. Holmes, K.K., Sparling, P.F., Stamm, W.E., Piot, P., Wasserheit, J.N.,
Corey, L., Cohen, M.S., Watts, D.H., In: Sexually Transmitted
Diseases. Forth ed. New York: MacGraw-Hill, 2008.
2. Pedoman penatalaksanaan IMS oleh Kelompok Studi IMS Indonesia
(KSIMSI) tahun 2011.
3. Department of Health and Human Services Centers for Disease Control
and Prevention. In: Sexually Transmitted Diseases Treatment
Guidelines, 2010.
LIMFOGRANULOMA VENEREUM
2014
RSUP SANGLAH
DENPASAR
1 No.ICD 10 099.1
2 Diagnosis Limfogranuloma Venereum (LGV)
3 Pengertian Penyakit hubungan seksual yang disebabkan oleh infeksi Chlamydia
trachomatis ditandai dengan benjolan di lipat paha, limfadenitis dan
perilimfadenitis inguinal yang sering menjadi supuratif dan disertai rasa
nyeri.
4 Anamnesis Riwayat kontak seksual ± 1-3 minggu sebelum timbul benjolan pada lipat
paha. Dapat disertai gejala umum berupa panas badan, lemas, sakit kepala
dan nyeri sendi.
5 Pemeriksaan Fisik Bentuk dini:
Afek primer dapat berupa erosi, papul, vesikel atau ulkus. Afek primer
ini pada umumnya tidak khas dan tidak diketahui oleh penderita.
Sindrom inguinal:
Pada pria terdapat limfadenitis dan perilimfadenitis inguinal,
iliaka dan femoral (etage bubonen)
Pada wanita biasanya terdapat pada vagina dan serviks (kelenjar
gerota)
Bentuk lanjut:
Sindrom genito-rektal pada wanita bila efek primer terletak di 2/3
bagian atas belakang vagina, porsio dan serviks, timbul limfadenitis
dan perilimfadenitis iliaka, hipogastrika dan pararektal (kelenjar-
kenjar getah bening gerota). Setelah beberpa bulan dan bahkan
bertahun-tahun dapat terjadi: proktitis ulserosa, striktura rekti, ulserasi
kecil disertai fistel anorektal dan perineal, jaringan parut, retraksi dan
elefantiasis (estiomene)
Sindroma uretra: terutama terjadi pada pria, lesi berupa infiltrat dan
tidak begitu nyeri pada uretra pars posterior yang dapat menimbulkan
striktura uretra.
6 Kriteria Diagnosis Anamnesis dan pemeriksaan fisik
7 Diagnosis Banding 1.Ulkus mole dengan limfadenitis regional
2.Limfadenitis piogenik
3.Skrofuloderma
4.Limfoma maligna
8 Pemeriksaan Penunjang Tidak ada
9 Konsultasi Tidak perlu
10 Perawatan Rumah Sakit Rawat jalan
11 Terapi/tindakan (ICD 9 1. Doksisiklin 100 mg per oral @ 6 jam selama 14 hari
2. Pilihan pengobatan lain:
–CM)
a. Eritromisin 500 mg per oral @ 6 jam selama 14 hari, atau
b. Tetrasiklin* 500 mg per oral @ 6 jam selama 14 hari
3. Tindakan: aspirasi bubo yang berfluktuasi melalui kulit sehat di
dekatnya dengan menggunakan jarum yang cukup besar.
*Tidak boleh diberikan pada ibu hamil, ibu menyusui dan anak dibawah
usia 12 tahun.
12 Tempat Pelayanan Poliklinik Kulit dan Kelamin
13 Penyulit Pada pria: elefantiasis penis dan skrotum
Pada wanita: elefantiasis vulva, fistula rekto-vaginal dan striktura rekti
(estiomen)
14 Informed Consent Tidak perlu
15 Tenaga Standar Dokter spesialis, residen kulit dan kelamin
16 Lama Perawatan 14 hari
17 Masa Pemulihan 2-4 minggu
18 Hasil Pembengkakan kelenjar menghilang
19 Patologi Tidak perlu
20 Otopsi Tidak perlu
21 Prognosis Dubius ad bonam
22 Tindak Lanjut Kontrol poliklinik Kulit dan Kelamin
23 Tingkat Eviden & Ia dan A
Rekomendasi
24 Indikator Medis Sembuh secara klinis
25 Edukasi 1. Mencegah penularan kepada pasangan seksualnya dan risiko tertular
HIV.
2. Pemeriksaan dan pengobatan terhadap pasangan seksual.
26 Kepustakaan 1. Holmes, K.K., Sparling, P.F., Stamm, W.E., Piot, P., Wasserheit, J.N.,
Corey, L., Cohen, M.S., Watts, D.H., In: Sexually Transmitted
Diseases. Forth ed. New York: MacGraw-Hill, 2008.
2. Pedoman penatalaksanaan IMS oleh Kelompok Studi IMS Indonesia
(KSIMSI) tahun 2011.
3. Department of Health and Human Services Centers for Disease
Control and Prevention. In: Sexually Transmitted Diseases Treatment
Guidelines, 2010.
KONDILOMA AKUMINATA
RSUP SANGLAH 2014
DENPASAR
SERVISITIS GONOKOKAL
RSUP SANGLAH 2014
DENPASAR
4. Anamnesis Bintil pada kulit bertambah banyak dan menyebar. Asimtomatik, kadang
dapat terasa gatal.
Riwayat penyakit yang sama pada keluarga dan teman.
5. Pemeriksaan Fisik Lesinya berupa papula dg diameter 3 mm sampai 3 cm, lunak, warna merah
muda, permukaan halus, dome shaped, dengan dele di bagian sentralnya
4. Anamnesis Terdapat benjolan, bercak, atau luka makin membesar, mudah berdarah
pada daerah yang sering terpapar sinar matahari (wajah, leher) atau area
tertutup pakaian
5. Pemeriksaan Fisik Papula berskuama atau verukosa seperti kembang kol, dapat juga berupa
ulkus dangkal dengan tepi yang melebar, meninggi, keras dan tertutup
krusta.
20. Otopsi -
21. Prognosis Dubius
22. Tindak Lanjut 1. Pemeriksaan penunjang untuk mengetahui kemungkinan metastasis ke
tulang, otot, dan saraf
2. Rawat luka pasca tindakan bedah
3. Pengamatan lanjutan tiap 3-12 bulan
23. Tingkat Evidens & 1a&A
Rekomendasi
24. Indikator Medis Tumor hilang, tidak didapatkan metastasis
25. Edukasi 1. Hindari paparan sinar matahari terutama antara pukul 09.00-156.00
2. Perlindungan diri terhadap sinar matahari dengan menggunakan tabir
surya atau pelindung fisik seperti topi dan pakaian
3. Kemungkinan rekurensi
26. Kepustakaan Goldsmith LA, Katz SI, Gilchres BA, Paller A, Leffell D, Wolff K.
Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. 8th edition. New York:
McGraw-Hill, 2012
4. Anamnesis Bercak hitam atau tahi lalat yang membesar dengan cepat dan sering
disertai luka, dapat disertai rasa gatal
26. Kepustakaan Goldsmith LA, Katz SI, Gilchres BA, Paller A, Leffell D, Wolff K.
Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. 8th edition. New York:
McGraw-Hill, 2012
1 No.ICD 10 L64.9
2 Diagnosis Alopesia androgenik
3 Pengertian Suatu kondisi kerontokan rambut mengenai laki-laki dan
perempuan yang memiliki kerentanan genetik dan dipengaruhi
oleh hormon androgen (dihidrotetosteron, DHT).
1 No.ICD 10 701.8 ?
2 Diagnosis Penuaan kulit
3 Pengertian suatu proses penuaan pada kulit yang dipengaruhi oleh faktor
intrinsik (genetik) dan ekstrinsik seperti sinar matahari.
4 Anamnesis Kekeringan kulit, kerutan pada kulit, kulit terasa kendur, timbul
kelainan pigmentasi dan timbulnya berbagai tumor jinak.
Aktivitas di luar ruangan.
5 Pemeriksaan Fisik Kerutan, xerosis kutis, pigmentasi ireguler( seperti freckling,
lentigo, hipomelanosis gutata atau hiperpigmentasi persisten),
teleangiektasis, pupura, hiperplasia sebasea.
Tumor jinak seperti keratosis aktinik , keratosis seboroik,
ditemukan pada wajah atau lokasi badan yang terpapar sinar
matahari.
6 Kriteria Diagnosis Anamnesis dan pemeriksaan fisik
7 Diagnosis Banding -
8 Pemeriksaan Penunjang Tidak diperlukan
9 Konsultasi Tidak diperlukan
10 Perawatan Rumah Sakit Poliklinik kulit dan kelamin
11 Terapi/tindakan ( ICD 9 –CM) 1. Nonmedikamentosa: KIE penyebab dan pencetus serta
pentingnya upaya menghindarinya, perjalanan penyakit,
jenis dan cara penggunaan obat. Hindari sinar matahari jam
10.00-15.00.
2. Medikamentosa:
Topikal:
Tabir surya SPF 15-30
Asam retinoat 0,025 - 0,05% digunakan pada malam hari
Asam alfa hidroksi (AHA) 6 - 8% pagi dan siang hari
Sistemik:
Antioksidan: Vit A, Vit C, Vit E, beta karoten, bioflavinoid.
Terapi hormonal
3. Tindakan bedah kosmetik :
Peeling kimiawi atau mikrodermabrasi.
Laser, implant dan skin filler, botox.
2. Medikamentosa
A.Umur < 10 tahun:
Minoksidil 5% solusio ± kortikosteroid topikal
potensi kuat klas II
SMF :KulitdanKelamin
RSUP SANGLAH
Melasma
DENPASAR
2014
1 No.ICD 10 L 811
2 Diagnosis Melasma
3 Pengertian Hipermelanosis pada wajah berupa makula berwarna coklat
muda hingga coklat tua yang tidak merata, umumnya simetri
pada daerah yang terpajan sinar matahari.
4 Anamnesis Riwayat paparan sinar matahari, kehamilan, pemakaian
kontrasepsi oral, penyakit metabolik, keganasan, nutrisional,
obat- obatan dan kosmetik
5 Pemeriksaan Fisik Lokasi: daerah terpajan sinar matahari (dahi, pipi, hidung,
atas bibir, dagu dan mandibula)
makula hiperpigmentasi berwarna coklat muda atau tua,
simetris
6 Kriteria Diagnosis Anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
7 Diagnosis Banding Hiperpigmentasi paska inflamasi
Drug induced hiperpigmentasi
Okronosis eksogen
Poikiloderma of civatte
8 Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan lampu wood
9 Konsultasi Tidak diperlukan
10 PerawatanRumah Sakit Rawat Jalan
11 Terapi/tindakan ( ICD 9 –CM) 1. Non medikamentosa: KIE penyebab atau pencetus, upaya
menghindari, perjalanan penyakit, jenis dan cara
penggunaan obta yang bernar, hindari pajanan sinar
matahari jam 10.00-15.00
2. Medikamentosa:
Topikal:
• Hidrokuinon 2-4% dipakai pada malam hari
• Tretinoin 0,05%%-0,1% dipakai pada malam hari
• Tabir surya SPF ≥ 30 dipakai pada siang hari
• Formula Kligman
• Asam azeleat 20%
• Asam glikolat 15-20%
• Asam kojik
• Topikal vitamin C 10%
3. Tindakan bedah kosmetik :
Peeling kimiawi (asam glikolat, asam kojik atau
kombinasi) dan Laser.
SMF :KulitdanKelamin
RSUP SANGLAH
VITILIGO
DENPASAR
2014
1 No.ICD 10 L 80
2 Diagnosis Vitiligo
3 Pengertian Kelainan kulit yang didapat atau diturunkan ditandai dengan
makula hipo / depigmentasi dengan batas yang tegas
bersifat kronis.
4 Anamnesis Bercak putih pada kulit, riwayat penyakit yang sama pada
keluarga, riwayat luka bakar, paparan bahan kimia, riwayat
penyakit interna dan autoimun lainnya penyakit tiroid
autoimun, rematoid atritis, psoriasi, DM tipe II, SLE, penyakit
addison.
5 Pemeriksaan Fisik Makula depigmentasi dengan batas tegas, ukuran bervariasi,
mengenai daerah tekanan dapat menyebar ke seluruh tubuh.
Tepi lesi vitiligo berupa gradasi warna hiperpigmentasi,
hipopigmentasi, dan depigmentasi.
6 Kriteria Diagnosis Anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
7 Diagnosis Banding Vitiligo lokalisata: nevus depigmntosus, nevus anemikus
Vitiligo generalisata: kusta tipe BT, hipopigmentasi post
inflamasi, pitiriasis alba, ptiriasis versikolor, sifilis
8 Pemeriksaan Penunjang Gula darah
Pemeriksaan berdasarkan penyakit yang mendasari (TSH,T3
dan T4, ANA, antitiroid peroxidase)
Lampu Wood, KOH
9 Konsultasi Interna
10 PerawatanRumah Sakit Rawat jalan
11 Terapi/tindakan ( ICD 9 –CM) 1. Nonmedikamentosa: KIE perjalanan penyakit , cara
pengobatan, cover mark atau kamuflase
2. Medikamentosa
Tabir surya SPF ≥ 30
Vitiligo lokalisata:Kortikosteroid klas III, tinktur
delsoralen 0,01-0,1%
Vitiligo generalisata: fototerapi NB-UVB dan PUVA
12 Tempat Pelayanan Poliklinik Kulit dan Kelamin
13 Penyulit Penyakit kulit yang mendasari
14 Informed Consent Perlu
15 Tenaga Standar Dokter Spesialis,Dokter Umum/ Residen kulit, perawat yang
terlatih
16 Lama Perawatan 1-3 bulan
17 MasaPemulihan 3-6 Bulan
18 Hasil Perbaikan klinis perubahan warna kulit menjadi kecoklatan
19 Patologi Tidak diperlukan
20 Otopsi Tidak diperlukan
21 Prognosis Dubius ad malam
22 TindakLanjut Kontrol Poliklinik Kulit dan Kelamin
23 Tingkat Eviden&Rekomendasi Tingkat eviden 1a dan rekomendasi grade A
24 Indikator Medis Klinis
25 Edukasi Hindari paparan sinar matahari
26 Kepustakaan Fitzpatrick in General Medicine. 8th ed. New York: McGraw
Hill companies, 2012
30. Anamnesis Benjolan kulit yang semakin membesar secara perlahan selama berbulan-
bulan bahkan tahunan yang biasanya didahului dengan adanya luka tusuk.
31. Pemeriksaan Fisik Papul atau plak dengan permukaan verukosa, atrofi pada bagian tengah dan
dapat menyebar berupa lesi satelit di sekitarnya akibat garukan.
51. Edukasi Memerlukan pengobatan yang lama, kemungkinan gangguan fungsi hati,
kemungkinan kekambuhan, hindari swa-terapi, hindari trauma.
52. Kepustakaan Roderick J. Hay, In : Fithzpatrick’s Dermatology in General Medicine.
Eighth ed. New York : MacGraw-Hill, 2012
29.Anamnesis Benjolan yang semakin lama semakin bertambah banyak kemudian pecah.
(2)Terfiksir:
Granuloma yang selanjutnya mengalami ulserasi. Nodul-nodul satelit atau
ulkus-ulkus dapat timbul di sekitar lesi primer. Pada beberapa kasus,
perluasan infeksi ke bagian dalam dapat mengenai sendi atau selubung
tendon
31.Kriteria Diagnosis Anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
32.Diagnosis Banding infeksi mikobakteri,
nokardia kutaneus primer
leismaniasis
33.Pemeriksaan Penunjang 3. KOH dan kultur jamur
4. Biopsi
34.Konsultasi Mikrobiologi, patologi anatomi
44.Patologi Perlu
45.Otopsi Tidak perlu
46.Prognosis Dubius ad bonam
47.Tindak Lanjut Kontrol poliklinik Kulit dan Kelamin setiap 2 minggu sekali
48.Tingkat Evidens & 1a dan A
Rekomendasi
49.Indikator Medis Klinis dan laboratorium
50.Edukasi Memerlukan pengobatan yang lama, kemungkinan gangguan fungsi hati,
hindari swa-terapi, hindari trauma.
51.Kepustakaan 1. Roderick J. H. Deep fungal infection. In: Fitzpatrick In General
Medicine. 8th edition, 2012; p 2312-2317.
2. Carol A.K., Beatriz B., Stanley W, C., Peter G. P. Clinical Practise
Guidlines for the management of Sporotrichosis: 2007 update by
the infectious Diseases Society of America. CID. 2007 (45);
1225-1264
PANDUAN PRAKTEK KLINIS
SMF ILMU KESEHATAN KULIT & KELAMIN
HISTOPLASMOSIS
RSUP SANGLAH 2014
DENPASAR
30. Anamnesis Muncul bentol kemerahan dan atau luka yang bertambah banyak.
31. Pemeriksaan Fisik Papul, nodul eritematosa, dapat seperti moluskum yang berkembang
menjadi ulkus yang dangkal
30. Anamnesis Muncul benjolan yang membesar secara perlahan disertai lubang yang
mengeluarkan cairan seperti pasir, nanah dengan riwayat trauma
sebelumnya.
31. Pemeriksaan Fisik Lesi awal berupa nodul padat yang tidak nyeri, kemudian dalam
perkembangannya dapat meluas secara perlahan, kulit disekitarnya dapat
terbentuk papul, sinus dan dapat disertai keterlibatan tulang maupun
pembesaran kelenjar getah bening.
32. Kriteria Diagnosis Anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang.
33. Diagnosis Banding Infeksi bakteri kronis: TBC kutis
Osteomielitis tuberkulosis
34. Pemeriksaan Penunjang KOH dan kultur jamur
Gram serta kultur dan sensitivitas bakteri
Biopsi
Radiologi
45. Patologi Ditemukan jamur disertai reaksi inflamasi kronis dengan abses neutrofil, sel
raksasa yang tersebar dan fibrosis.
1 No.ICD 10 2098
2 Diagnosis Morbus Hansen
3 Pengertian Kelainan kulit yang bersifat kronis dapat mengenai kulit
dan saraf tepi ditandai dengan adanya makula
hipopigmentasi, eritema, atau plakat yang hipo atau
anastesi disebabkan oleh Mycobacterium leprae.