Anda di halaman 1dari 2

Nama:RIZKIYANSYAH

NIM:B10019033

Tugas Hukum Perikatan Mengenai “Perbuatan Melawan Hukum”

Pasal 1365 KUHPerdata mengatur bahwa unsur Perbuatan Melawan Hukum adalah sebagai
berikut :

1. adanya perbuatan melawan hukum;


2. adanya Kerugian;
3. adanya Kesalahan;
4. adanya Hubungan causal antara perbuatan melawan hukum tersebut dengan kerugian.

Contoh
1.Si Ahmad memiliki rumah yang terletak di pinggir jalan utama, pada suatu hari rumah
Ahmad ditabrak oleh mobil karena diduga sopir mobil tersebut mengantuk, dalam hal
peristiwa laka lalu lintas memang tidak ada korban jiwa, namun akibat yang timbul kondisi
rumah ahmad rusak parah gaes, maklum yang nabrak mobil lawas keluaran Eropa yang
bahanya besi semua, alhasil si pengemudi tersebut diajak untuk mediasi dengan si Ahmad
untuk menyelesaikan masalah dan meminta ganti rugi atas rusaknya rumah tersebut, namun
doi tidak mau. Nah, baru selanjutnya mengingat mediasi secara kekeluargaan gagal, si
Ahmad punya hak untuk melakukan upaya hukum gugatan Perbuatan Melawan Hukum,
dan meminta ganti rugi yang dialaminya akibat rumahnya tertabrak mobil.”
Selanjutnya apakah gugatan Perbuatan Melawan Hukum dan ganti rugi tersebut dikabulkan
apa tidak, sepenuhnya menjadi kewenangan Majelis Hakim Pemeriksa perkaranya. Kami kan
hanya mengulas materi tentang Perbuatan Melawan Hukum doang.

Terkait ganti rugi dalam hukum perdata dikenal dengan ganti rugi materiil dan immateriil.
Jadi ganti rugi materiil dapat diartikan ganti rugi senilai kerugian yang dialami akibat dari
adanya perbuatan tersebut, misal segala biaya kerugian yang keluar untuk merenovasi rumah.

Sedangkan ganti rugi immaterial itu ganti rugi yang diakibatkan oleh sikap batin si Ahmad
tersebut, tentu nilainya dinamis ya, tergantung yang mengalaminya. Tapi yang jelas harus
sesuai dengan peristiwa yang ada.

2. Beberapa waktu lalu angin yang kuat menerbangkan seng rumah tetangga yang belum siap
dibangun lengkap dengan broti-brotinya sehingga merusak rumah saya. Si pemilik seng
kemudian mengambil kembali sengnya yang merusak rumah saya.
Sebelumnya, menurut hemat saya, masalah dalam kehidupan bertetangga sepatutnya
diselesaikan secara musyawarah dengan semangat kekeluargaan. Untuk menghadapinya, Anda
perlu berkepala dingin dan senantiasa menciptakan perdamaian antara Anda dengan tetangga.
Jalur hukum hendaknya digunakan sebagai alat terakhir (ultimum remedium) setelah upaya
perdamaian telah dilakukan dan gagal.

Jika memang Anda menderita kerugian karena seng tetangga Anda yang tertiup angin itu
merusak rumah Anda, Anda dapat menyampaikan keberatan kepada tetangga Anda. Anda
dapat memusyawarahkan secara kekeluargaan bagaimana ganti rugi sepatutnya dilakukan.
Hal ini merupakan hak Anda selaku pihak yang dirugikan. Adapun langkah hukum yang dapat
Anda dapat lakukan jika ganti rugi tidak dapat disepakati adalah menggugat tetangga Anda
secara perdata atas dasar perbuatan melawan hukum (“PMH”). Anda dapat menggugat
tetangga Anda secara perdata untuk meminta ganti kerugian atas dasar PMH sebagaimana
diatur dalam Pasal 1365 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (“KUH Perdata”):

Dalam hal ini Anda yang menggugat PMH harus membuktikan bahwa perbuatan tetangga
Anda memenuhi unsur-unsur dalam Pasal 1365 KUH Perdata, misalnya seng itu memang
belum terpasang dengan baik dan kuat sehingga memang ada kemungkinan terbang dan
merugikan orang lain saat terjadi angin kencang.
3. Sebagai contoh kasus dapat kita dalam Putusan Pengadilan Negeri Jember Nomor:
04/Pdt.G/2010/PN.Jr. Dalam putusan tersebut diketahui bahwa penggugat merasa dirugikan
akibat tower yang dimiliki tergugat roboh saat hujan disertai angin kencang. Perlu diketahui
bahwa tower tersebut juga dipergunakan untuk menyangga beban antena milik pihak lain
beserta perlengkapannya. Hal ini menyebabkan beban yang disangga oleh tower menjadi jauh
lebih berat dan melebihi kapasitasnya. Sehingga kemudian mengakibatkan tower tersebut
miring ke arah barat.

Hakim dalam putusannya menyatakan robohnya tower adalah akibat dari kelalaian Para
Tergugat dalam melakukan perawatan terhadap tower tersebut. Untuk itu, tergugat dinyatakan
melakukan PMH dan dihukum untuk membayar kerugian materiil dan immateriil yang
menimpa penggugat.

4. Merasa Dirugikan Tetangga yang Menyetel Musik Keras-keras

Pada dasarnya, setiap orang memiliki hak untuk mendengarkan musik sepanjang tidak
melanggar hukum. Dalam pelaksanaan hak ini tentu jangan sampai merugikan hak orang lain
untuk mendapat ketenangan. Terutama karena di Indonesia juga berlaku norma-norma yang
hidup di masyarakat seperti tenggang rasa (dapat/ikut menghargai/menghormati perasaan
orang lain – Kamus Besar Bahasa Indonesia).

Sebenarnya, tidak ada hukum yang melarang seseorang menyetel/membunyikan musik dari
malam hingga pagi hari, keras-keras sekalipun. Namun, perbuatan ini dimungkinkan memiliki
akibat hukum jika kemudian perbuatan tersebut merugikan orang lain. Yakni jika orang
tersebut kemudian digugat atas dasar Perbuatan Melawan Hukum

Jadi, dalam hal ini harus dapat dibuktikan adanya kerugian yang ditimbulkan akibat
perbuatan menyetel musik keras-keras dari malam hingga pagi hari, misalnya seperti yang
Anda sebutkan yaitu mengakibatkan kesehatan Anda terganggu. Atas dasar itulah Anda dapat
menuntut (menggugat) ganti kerugian dari orang (tetangga) yang menyebabkan kerugian
tersebut. Kerugian dapat berupa kerugian materil maupun imateril,

Anda mungkin juga menyukai