Anda di halaman 1dari 45

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA

TERHADAP HIV/AIDS : LITERATURE REVIEW

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan Untuk Menyelesaikan pendidikan


Program S1 Keperawatan

oleh
MUTIARAWATI
043-315-16-1-053

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN
PPNI JAWA BARAT
BANDUNG
2020
LEMBAR PENGESAHAN

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA


TERHADAP HIV/AIDS :LETERATURE REVIEW

Telah Disetujui sebagai Usulan Penelitian Skripsi

untuk Memenuhi Persyaratan Pendidikan Program Sarjana

Program Studi S1 Keperawatan

Menyetujui,
pembimbing 1

Dewi Srinatania, M., Kep


NIK. 200606A013
SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Mutiarawati

NIM : 043315161053

Program Studi : S1 Keperawatan

Tahun Akademik : 2016

Menyatakan bahwa saya tidak melakukan plagiat dalam penulisan proposal saya

yang berjudul:

Gambaran Tingkat Pengatahuan Remaja Terhadap HIV/AID : Literature

Review

Bila suatu saat nanti terbukti saya melakukan plagiat maka saya akan menerima

sanksi yang telah ditetapkan.

Demikian surat ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Bandung, April 2020

MATERAI 6000

(mutiarawati)

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunia-Nya sehingga

penulis dapat diberi kesempatan untuk menyelesaikan skripsi penelitian dengan

judul “Gambaran Tingkat Pengetahuan Remaja terhadap HIV/AIDS” dengan

metode literature review. Proposal penelitian ini disusun untuk memenuhi salah

satu syarat dalam menyelesaikan studi dan dalam rangka memperoleh gelar

Sarjana Strata Satu Keperawatan STIKep PPNI Jawa Barat.

Terselesaikannya penyusunan proposal ini tidak lepas dari bimbingan,

arahan serta motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini

penulis ingin menyampaikan terima kasih khususnya kepada:

1. Drs. H. Oman Fatturahman selaku ketua Yayasan PPNI Jawa Barat.

2. Bapak Ns. Diwa Agus Sudrajat, S.Kp., M.Kep selaku ketua STIKep PPNI

Jawa Barat.

3. Ibu Wini Hadiyani, S.Kep., M.Kep selaku ketua program S1 Keperawatan

STIKep PPNI Jawa Barat.

4. Ibu Heni Purnama, S.Kep., Ners., MNS selaku pembimbing akademik yang

memberikan motivasi dan arahan selama perkuliahan di STIKep PPNI Jawa

Barat.

5. Ibu Linlin Lindayani, PhD selaku koordinator skripsi.

6. Ibu Dewi Srinatania, M., Kep selaku pembimbing yang telah memberikan

masukan dan arahan serta motivasi selama penyusunan proposal ini.

7. Seluruh dosen dan staf akademik STIKep PPNI Jawa Barat.


8. Kepada orang tua, Mamah serta keluarga yang telah memberikan dukungan

serta motivasi baik moril maupun materil serta doa yang tiada henti-hentinya

kepada penulis.

9. Rekan-rekan satu pembimbing, terima kasih atas dukungan, bantuan,

motivasi serta semangat untuk dapat menyelesaikan proposal ini.

10. Rekan-rekan mahasiswa angkatan 2016 khususnya S1-B yang telah saling

mendukung dan membantu selama proses pendidikan.

11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

membantu dalam penyusunan proposal ini.

Penulis menyadari dalam pembuatan usulan proposal ini masih terdapat

kekurangan dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki

penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta

masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Semoga proposal

ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan semua pihak khususnya dalam bidang

Keperawatan Anak. Akhir kata penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak

yang telah membantu dan semoga Allah SWT melimpahkan rahmat serta karunia-

Nya dalam setiap amal kebaikan kita.

Bandung, April 2020

Penulis
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

A. Latar Belakang..............................................................................................1

B. Rumusan Masalah.........................................................................................4

C. Tujuan Masalah.............................................................................................4

D. Manfaat Masalah...........................................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................6

B. REMAJA.......................................................................................................9

C. AIDS/HIV...................................................................................................13

BAB III METODOLOGI PENELITIAN..............................................................19

A. Jenis Penelitian............................................................................................19

B. Strategi Pencarian.......................................................................................19

C. Pengkajian kualitas studi.............................................................................19

D. Jadwal Kegiatan..........................................................................................20
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Aquired imuno deficiency syndrome atau lebih dikenal dengan

AIDS adalah sekumplan gejala atau infeksi (sindrom) yang timbul karena

rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus. Human

immuno defiency virus atau HIV yaitu virus memperlemah kekebalan

tubuh manusia dan orang yang terkena virus ini akan terjadi rentan

terhadap infeksi. Penanganan yang telah ada dapat memperlambat laju

perkembangan virus namun penyakit ini belum benar – benar bisa di

sembuhkan [ CITATION Ric02 \l 1057 ] . Secara umum penularan virus HIV

terjadi melalui kontak langsung antara lapisan kulit dalam (membran

mukosa) atau aliran darah dengan tubuh yang mengandung HIV. HIV

ditularkan melalui hubungan seksual baik anus ataupun dari vagina, bisa

juga melalui transfusi darah, tranplantasi organ, penggunaan jarum suntik

secara bersamaan yang lebih dari satu kali serta penularan dari inu ke anak

ketika dalam kandungan melalui persalinan ataupun menjalar melalui air

susu ibu (Richarson, 2002).

Pada akhir tahun 2016 diestimasikan 36,7 juta orang di dunia hidup

dengan HIV, sebanyak 1,8 juta orang baru terinfeksi HIV, dan
2

menyebabkan 1 juta kematian pada tahun 2016 (WHO, 2017). Di dunia tercatat

34,5 juta orang terkena HIV pada wanita sebesar 17,8 juta sedangkan anak berusia

15 tahun sebanyak 2,1 juta (UNAIDS, 2017). Asia Tenggara menduduki peringkat

kedua sebagai penderita HIV terbanyak setelah Afrika, yakni sebesar 3,5 juta

orang dengan 39% penderita HIV merupakan wanita anak perempuan (WHO,

2016). Pada tahun 2005 sampai 2018 di Indonesia mengalami kenaikan setiap

tahunnya. Jumlah kumulatif yang terkena infeksi HIV yang dilaporkan sampai

dengan tahun 2018 sebanyak 327.282 (51,1% dari estimasi ODHA tahun 2016

sebanyak 640.443). Terdapat 5 Provinsi dengan jumlah infeksi HIV tertinggi

adalah DKI Jakarta (58.887), Jawa Timur (48.241), Jawa Barat (34,159), Papua

(32.629), dan Jawa Tengah (27,629). Provinsi Jawa Barat adalah Provinsi

peringkat ke 3 di Indonesia salah satunya di Kabupaten Bandung kasus

HIV/AIDS dengan meningkat selama setaun terakhir sebanyak 379 kasus

HIV/AIDS dengan menunjukan rata – rata 50 per tahun, 379 kasus tersebut terdiri

dari 218 HIV dan 161 kasus AIDS, sebanyak 53% diantaranya akibat hubungan

seksual bebas, 14% pada ibu rumah tangga, dan 9% akibat pengguna jarum

suntik. Jumlah kasus HIV positif yang dilaporkan dari tahun ketahun cenderung

meningkat, data Kemenkes RI menunjukkan dari Juni tahun 2016 dilaporkan

sebanyak 208.920 kasus HIV positif, dan sampai dengan Juni 2019 dilaporkan

sebanyak 349.882 kasus penderita HIV positif (Kemenkes RI, 2019). Dalam

penelitian Terapi Antiretroviral pada Pasien HIV/AIDS di RSUP. DR M. Djamil

Padang, Mayoritas penderita HIV merupakan penderita yang berada pada usia 17-
3

25 tahun, adapun jumlah penderita HIV dikalangan perempuan usia 15-24

sebanyak 44% dibandingkan pada lak-laki.

Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia

yang merupakan masa perubahan itu meliputi perubahan biologis, perubahan

psikologis, dan perubahan sosial. Di sebagaian besar masyarakat dan budaya,

masa remaja pada umumnya mulai usia 10-13 tahun dan terakhir pada usia 18-22

tahun, menurut World Health Organization (WHO) remaja merupakan individu

yang sedang mengalami masa peralihan yang secara bertahap untuk mencapai

kematangan seksual, mengalami perubahan jiwa dari jiwa kanak –kanak menjadi

dewasa, dan mengalami perubahan keadaan ekonomi dari ketergantungan menjadi

relatif mandiri.

Remaja sekarang ini memiliki resiko tinggi dalam penularan HIV/AIDS

karena kecenderungan melakukan hubungan seks di luar nikah atau pada usia

muda, ketika saluran vagina belum kuat dan masih sangat rapuh dan rentan

terhadap penularan berbagai macam penyakit. Remaja pada usia ini sangat mudah

terinfeksi karena didorong oleh ketidak stabilan emosi, serta kurangnya

pengetahuan dan informasi mengenai HIV/AIDS (Yayasan Kusuma Buana,

2006). Pendidikan merupakan salah satu senjata penting melawan HIV/AIDS. Di

negara dengan epidemiologi yang parah, generasi muda dengan tingkat

pendidikan tinggi sedikit yang terlibat seks bebas atau seks pra nikah

dibandingkan dengan pendidikan rendah (Depkes, RI, 2006)


4

Menurut survei yang dilakukan oleh BKKBN, tingkat pengetahuan remaja

putri tentang kesehatan reproduksi nampaknya cukup memprihatinkan. Ada 86%

remaja baik laki – laki maupun perempuan yang tidak mengerti kapan terjadinya

masa subur. Hanya satu diantaranya dua remaja di Indonesia yang mengetahui

adanya kemungkinan hamil bila melakukan seksual walaupun hanya sekali

[ CITATION BKK04 \l 1057 ].

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah ini yaitu “Gambaran Tingkat Pengetahuan Remaja

Tehadap HIV/AIDS”

C. Tujuan Masalah

Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan tingkat pengetahun remaja

D. Manfaat Masalah

1. Manfaat praktis

Penelitian ini secara praktis dapat digunakan sebagai bahan materi

promosi kesehatan mengenai HIV/AIDS, sehingga diharapkan dapat

membentuk perilaku untuk melaksanakan kebiasaan mengenali dan

mengetahui tentang HIV/AIDS.

2. Manfaat akademis

a. bagi institusi pendidikan

Penelitian ini bisa dijadikan sebagai bahan informasi dan

pertimbangan dalam penyusunan program pembelajaran yang


5

dihubungkan dengan peningkatan pengetahaun remaja terhadap

HIV/AIDS.

b. bagi keilmuan

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar atau studi

banding bagi peneliti selanjutnya yang mempunyai minat dalam

melakukan penelitin terkait dengan gambaran tingkat pengetahuan

remaja terhadap HIV/ADIS.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengetahuan

1. Pengertian pengetahuan

Menurut [CITATION Not03 \l 1057 ] pengetahuan adalah hasil pengindraan

manusia atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang

dimilikinya ( mata,hidung,telinga,dan sebagainya)

2. Tingkat pengetahuan

Menurut (Notoatmodjo, 2005) pengathuan mempunyai 6 tingkat yaitu :

a. Tahu

Diartikan sebagai kemampuan meningkat kembali terhadap sesuatu

materi yang telah dipelajari atau rangsangan yang telah di terima.

b. Memahami

Diartikan sebagai satu kemampuan untuk menjelaskan secara benar

objek yang diketahui dan dapat memprestasikan materi tersebut secara

benar.

c. Aplikasi

Diartikan sebagai kemampuan untuk menerapkan atau menggunakan

materi yang sudah dipelajari pada situasi atau kondisu real

(sebenarnya).

6
7

d. Analisis

Suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek ke

dalam komponen – komponen, tetapi masih dalam suatu struktur

ogganisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.

e. Sintesis

Suatu pengetahuan untuk meletakan atau menghubungkan bagian –

bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

f. Evaluasi

Kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau

suatu obyek berdasarkan kriteria yang ditentukan sednri atau

menggunakan kriteria – kriteria yang ada.

3. Sumber pengetahuan

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting

dalam membentuk tindakan seseorang, terbukti bahwa perilaku yang didasari

oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak disadari

oleh pengetahuan. [ CITATION Not031 \l 1057 ] mengungkapkan bahwa

sebelum orang berprilaku baru, di dalam diri orang tersebut terjadi proses

yang berurutan, yakni :

a. Awareness (kesadaran) yakni orang tersebut menyadari dalam arti

mengetahui stimulasi (objek) terlebih dahulu.

b. Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulasi


8

c. Evaluation (menimbang – nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut

bagi dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi

d. Trial, orang telah mulai mencoba prilaku baru

e. Adaption, subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,

kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

Apabila penerima perilaku baru atau adopsi perilaku memalui proses

seperti ini didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif,

maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting). Sebaliknya

apabila perilaku tersebut tdak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran,

maka tidak akan berlangsung lama (Notoatmodjo, 2005).

4. Pengukuran Pengetahuan

a. Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan kuisioner yang

menanyakan isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau

responden.

Tingkat pengetahuan dibagi menjadi 3 (Notoatmojo, 2005), yaitu :

1) Tinggi : 90% - 80%

2) Sedang : 70% – 60%

3) Rendah : 50% - 40%

5. Faktor – faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Menurut [ CITATION Soe00 \l 1057 ] faktor – faktor yang mempengaruhi

pengetahuan antara lain :


9

a. Pendidikan

Pendidikan adalah upaya untuk memberikan pengetahun sehingga terjadi

perubahan perilaku positif atau meningkat.

b. Informasi

Seseorang yang mempunyai sumber informasi yang lebih banyak akan

mempunyai pengetahuan lebih luas.

c. Budaya

Tingkah laku manusia kelompok manusia dalam memenuhi kebutuhan

yang meliputi sikap dan kepercayaan.

d. Pengalaman

Sesuatu yang pernah dialami seseorang akan menambah pengetahuan

tentang sesuatu yang bersifat informal.

e. Sosial ekonomi

Tingkat kemampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup dalam

hal materi ataupun dalam hal pengetahun.

B. REMAJA

1. Pengertian Remaja

Remaja dalam istihal adalah adolescence atau remaja yang berasal dari

kata latin adolescence (kata bendanya, adolescentia yang berarti remaja) yang

berarti “tumbuh ”atau “tumbuh dewasa”. Masa remaja adalah usia saat

individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia saat anak tidak lagi

merasa dibawah tingkat oarang – irang yang lebih tua melainkan berada dalam

tingkat yang sama. Dalam masa remaja terjadi perubahan intelektual yang
10

mencolok yaitu transformasi intelektual yang khas dari cara berfikir remaja

memungkinkan untuk mencapai integrasi dalam hubungan sosial orang dewasa,

yang kenyataan merupakan ciri khas yang umum dari periode perkembangan

ini. Istilah adolescence juga mempunyai arti yang luas, mencakup kematangan

mental, emosional, sosial dan fisik [ CITATION Hur09 \l 1057 ].

2. Tahap remaja

(Hurlock,2009) membagi usia remaja menjadi 2 kelompok :

a. Remaja awal (13 tahun – 17 tahun)

Yaitu dimana masa remaja biasanya disebut sebagai usia belasan,

kadang – kadang bahkan disebut usia belasan yang kurang/tidak

menanyakan. Meskipun remaja yang lebih tua sebenarnya masih tergolong

anak belasan tahun sampai ia mencapai usia dua puluh satu tahun, namun

istilah belasan tahun yang secara populer dihubungkan dengan pola prilaku

khas remaja muda, jarang dikenakan pada remaja yang lebih tua. Biasanya

istilah remaja awal disebut pemuda, pemudi atau kawula muda. Dalam masa

remaja awal ini perkembangan kematangan seksual juga berbeda,

perkembangan seksual pada remaja perempuan lebih cepat dibandungkan

dengan remaja laki – laki. Remaja laki –laki mengalami perode awal remaja

yang yang lebih singkat, meskipun pada usia delapan belas tahun ia sudah

dianggap dewasa, karena adanya kesenjangan status yang mengakibatkan

laki – laki pada usia ini sudah dianggap dewasa.


11

b. Remaja Akhir (17tahun – 18 tahun)

Periode ini sangat singkat sehingga sering kali tidak begitu dirasakan.

Remaja akhir adalah masa dimana remaja masih merasa berada dalam

remaja awal karena rentang waktunya cukup singkat. Dalam masa remaja

akhir biasanya remaja mulai berfikir untuk membina hubungan yang lebih

serius, identitas seksual semakin jelas, maupun mengembangkan cinta dan

kasih sayang.

3. Perkembangan remaja

Menurut [ CITATION Amr02 \l 1057 ] , perkembangan masa remaja antara lain

meliputi 3 aspek yakni :

a. Perkembangan fisik

Pada akhri masa anak, jelas terlihat pertumbuhan fisik yang sangat cepat,

dengan bertambah panjangnya ekstermitas, sehingga terlihat perubahan

perbandingan lengan, tungkai dan tubuh. Pertumbungan fisik ini

merupakan tanda permulaan dari dimulainya proses kematangan seksual.

Tidak lama kemudian, akan timbul ciri – ciri sekunder antara lain

pertumbuhan kumis, jakun, bulu – bulu di keluak dan sekitar genetalia,

dan payudara pada remaja putri. Dengan mulai bekerjanya kelenjar

hormon dan tercapainya kematangan alat genetaia bagia dalam, maka

berakhirlah masa pubertas. Kematangan seks dengan kemampuan

berproduksi sudah tercapai, remaja –remaja ini sudah bisa menjadi hamil

dan melahirkan, tetapi mereka belum dapat bertanggung jawab dan

merawat, memelihara bayi sebagai diharapkan dari seorang ibu.


12

b. Perkembangan sosial

Perkembangan sosial pada masa ini memperlihatkan perubahan yang

tidak selalu mudah dijalani. Pada masa ini, remaja yang sebelumnya

bergaul dengan jenisnya yang sama, mulai menaruh perhatian pada

lawan jenisnya, ingin bergaul dengan kawan pria atau kawan wanita,

tetapi karena terhalang oleh penampilan fisik yang kurang

menguntungkan misalnya jerawat, bentuk tubuh yang mulai

berkembang, kulit yang tidak terawat, perfomen yang kurang menarik.

Tugas perkembangan dalam hal perkembangan sosial, yakni bergaul

dengan teman sebaya baik yang sejenis maupun lawan jenis, sedapat

mungkin mendapat perhatian dan bimbingan, supaya tidak terjadi

hambatan maupun akibat-akibat negatif bagi masa depan remaja.

c. Perkembangan kepribadian

Perkembangan kepribadian sesungguhnya perlu di perhatikan sejak masa

bayi. Pendidikan aspek-aspek kepribadian sudah dimulai sebelum aspek

intelektual berkembangan. Pengendalian keinginan dengan cara

mengajar anak belajar bersabar dan tidak selalu memenuhi kinginan

anak dengan segera, harus dilanjutkan dengan latihan pengendalian

emosi dan pengendalian diri ataupun mengekang keinginan untuk

mengejar kesenangan dan tercapainya dan tujuan yang lebih berarti

dalam jangka panjang.


13

C. AIDS/HIV

1. Pengertian

AIDS atau acquired immune deficiency syndrome merupakan kumpulan

gejala akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh oleh virus HIV. Karena

kerusakan pada sistem kekebalan tubuh menyebabkan orang dengan HIV/AIDS

amat rentan terhadap infeksi dan kanker (Depkes RI, 2002). HIV secara terus

menerus memperlemah sistem kekebalan tubuh dengan cara menyerang dan

menghancurkan kelompok sel-sel darah putih sehingga kekebalan tubuh

menurun, akibatnya tubuh mudah terinfeksi penyakit [ CITATION Mun00 \l 1057 ].

Masa inkubasi HIV sangat tergantung pada daya tahan tubuh masing masing

orang, rata rata 5-10 tahun. HIV dapat menular kepada siapapun melalui cara

tertentu, tanpa peduli kebangsaan, ras, jenis kelamin, agama, tingkat pendidikan,

kelas, kelompok ekonomi, maupun orientasi seksual. Virus HIV ini hidup dalam

empat cairan tubuh manusia, yaitu: cairan darah, cairan sperma, cairan vagina,

dan Air Susu Ibu (BKKBN, 2004 ).

2. Tanda dan gejala

Menurut [ CITATION Sab06 \l 1057 ], tanda dan gejala AIDS antara lain:

a. Berat badan menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan.

b. Diare kronis lebih dari 1 bulan

c. Demam berkepanjangan

d. Penurunan kesadaran

e. Batuk menetap lebih dari 1 bulan

f. Gatal seluruh tubuh


14

g. Herpes zoster/dompo berulang (di bawah/wajah)

h. Sariawan di mulut

i. Herpes simplek di dalam alat kelamin

j. Pembesaran getah bening

k. Infeksi jamur terulang pada alat kelamin wanita.

3. Penularan dan fase – fase HIV/AIDS

Menurut (Munajat, 2000) penularan HIV bisa terjadi melalui beberapa cairan

yaitu :

a. Transmisi cairan darah

Transmisi cairan darah melalui transfusi darah atau produk darah

yang sudah bercampur HIV, pemakaian jarum suntik yang sudah

tercemar HIV dan dipakai secara bergantian tanpa disterilkan (pada

pengguna jarum suntik dikalangan pengguna narkoba suntikan), dan

pengguna jarum suntik secara berulang (imunisasi, tato, tindikan).

b. Transmisi cairan sperma dan vagina

Penularan HIV/AIDS bisa melalui hubungan seks yang penetrasi

(penis masuk ke dalam vagina atau anus) tanpa menggunakan kondom,

sehingga memungkinkan tercampurnya cairan sperma dengan cairan

vagina untuk hubungan melalui vagina, atau tercampurnya cairan sperma

dengan darah yang terjadi dalam hubungan seksual melaui anus.

Hubungan seksual secara anal (lewat dubur) paling beresiko menularkan

HIV, karena epitel mukosa anus relatif tipis dan lebih mudah terluka

dibandingkan dengan epitel dinding vagina, sehingga HIV lebih mudah


15

masuk ke aliran darah. Dalam berhubungan seks vaginal, perempuan

mempunyai resiko lebih besar dibanding dengan pria karena selaput

lendir vagina cukup rapuh. Disamping itu, cairan sperma akan cukup

lama di dalam vagina, kesempatan HIV masuk ke aliran darah menjadi

lebih tinggi. HIV di cairan vagina atau darah tersebut juga dapat masuk

ke aliran darah melalu saluran kencing pasangannya.

c. Transmisi Pre dan Perinatal

Penularan prenatal dimungkinkan dari ibu hamil yang mengidap HIV

positif dan melahirkan secara normal melaui vagina. Sedangkan penularan

perinatal melalui bayi yang diberi ASI oleh ibu yang positif mengidap

HIV.

d. Fase – fase HIV/AIDS

Menurut Munajat (2000), untuk sampai pada fase AIDS. Sesorang yang

telah terinfeksi HIV akan melewati beberapa fase:

1) Fase serokonversi penyakit

Dalam masa 8-12 minggu satelah terinfeksi HIV. Ciri-ciri

terinfeksi belum terlihat meskipun ia melakukan tes darah, karena pada

fase ini sistem antibodi terhadap HIV belum terbentuk, saat ini ia sudah

dapat menulari orang lain masa ini dikenal dengan widow period

(permulaan).

2) Fase Infeksi asimtomatik


16

Akan berlangsung lama sekitar 5-10 tahun, setelah terinfeksi HIV,

pada fase kedua orang ini sudah HIV positif dan belum menampakkan

gejala penyakit tapi sudah dapat menularkan pada orang lain.

3) Fase infeksi simtomatik HIV

Mulai muncul gejala-gejala awal penyakit yang disebut dengan

penyakit yang terkait dengan HIV (HIV keadaan sulit). Tahap ini belum

dapat disebut dengan gajala AIDS. Gejala-gejala yang dapat disebut

infeksi HIV antara lain:

a) Keringat berlebihan pada waktu malam

b) Diare terus menerus

c) Pembengkakan kelenjar getah bening

d) Flu tidak sembuh-sembuh

e) Nafsu makan berkurang dan lemah

f) Berat badan terus menerus berkurang

4) Fase AIDS

AIDS baru dapat terdiaknosa setelah kekebalan tubuh berkurang dilihat dari

jumlah sel T nya (dibawah 2001 mikro-lt) akan timbul penyakit tertentu

yang disebut dengan infeksi oportunistik yaitu:

a) Kanker, khususnya kanker kulit yang desebut sarkoma kaposi

b) Infeksi paru-paru yang menyebabkan radang paru-paru dan

kesulitan bernafas (TBC umumnya diderita oleh pengidap AIDS)

c) Infeksi usus yang menyebabkan diare parah selama berminggu -

minggu
17

d) Infeksi otak yang menyebabkan kekacauan mental, sakit kepala,

sariawan.

4. Pencegahan HIV/AIDS

Menurut Munajat (2000), HIV/AIDS dapat dicegah dengan:

a. Tidak melakukan hubungan seks sebelum menikah

b. Mencari informasi yang benar mengenai HIV/AIDS

c. Mendiskusikan secara terbuka permasalahan yang sering dialami remaja

dalam hal ini masalah perilaku seksual dengan orang tua, guru, dan teman

d. Menghindari penggunaan obat-obatan terlarang, jarum suntik, tato, tindik.

e. Tidak melakukan kontak langsung percampuran darah dengan orang yang

sudah terinfeksi

f. Menghindari perilaku yang mengarah pada perilaku yang tidak sehat dan

tidak bertanggung jawab.

g. Bagi orang yang telah aktif berhubungan seks adalah berhubungan seks

dengan pasangan yang tetap, hindari hubungan seks dengan berganti-ganti

pasangan, dan menggunakan kondom.

h. Menghindari tranfusi darah yang tidak jelas asalnya dan tranfusi yang

menggunakan jarum tidak steril

i. Memastikan penggunaan alat-alat medis dan non medis dan dari dokter

atau petugas kesehatan yang steril dan tidak bekas pakai.

5. Deteksi HIV/AIDS

Dengan melakukan tes darah sesuai tahapan perkembangan penyakitnya.

Untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap virus HIV yang menunjukkan


18

adanya virus HIV dalam tubuh dilakukan tes darah, kemudian bila hasilnya

positif, dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.

6. Penanggulangan HIV/AIDS

Menurut[ CITATION Pra00 \l 1057 ] , usaha penanggulangan tidak mungkin

dilakukan oleh satu departeman saja. Namun beberapa departemen yang

terlibat baik langsung maupun tidak langsung, misanya departemen agama,

depertemen pendidikan dan kebudayaan, departemen pariwisata, departemen

sosial dan sebagainya, dimana satu dengan lainnya saling berkaitan secara

erat.

Khusus untuk AIDS, perlu dilakukan usaha-usaha sebagai berikut:

a. Informasi lengkap mengenai AIDS hendaknya disebarluaskan dalam

masyarakat, terutama pada kolompok dengan resiko tinggi. Tentunya

dengan bahasa yang sederhana.

b. Memaklumkan kepada masyarakat bahwa infeksi oleh virus HIV dapat

diperoleh melalui hubungan seksual baik hetero maupun homseksual,

pemakaian jarum suntikan secara bersamaan oleh penyalahgunaan obat

bius, trasfusi darah dan produk-produk darah yang terkontaminasi

(terkena virus) dan penularan dari ibu yang menderita AIDS kepada

anaknya.
19

c. Memberi penerangan kepada calon-calon donor organ, sperma atau

Pengetahuan material tubuh. Usaha-

 Tingkat usaha medis yang selalu

 Sumber dikembangkan dan selalu

 Pengukuran memonitor hal-hal yang

 Faktor yang mempengaruhi timbul.

D. Kerangka Teori

Ramaja Gambaran tingkat


 Tahapan remaja pengetahuan remaja
 Perkembangan remaja terhadap HIV/AIDS

AIDS/HIV
 Tanda dan gejala
 Penularan
 Pencegahan
 Deteksi
 Penanggulangan
20

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah kepustakaan atau literature (literature review)

merupakan penelitian yang mengkaji atau meninjau secara krisis pengetahuan,

gagasan, atau temuan yang terdapat di dalam literature. Literature yang terkait

pada fokus tertentu.

B. Strategi Pencarian

Strategi untuk mencari artikel yang sudah diterbitkan. Adapun artikel

yang digunakan pada literature review ini dilakukan dengan pencarian malalui

google scholar dan pubmed. Kata kunci dalam bahasa Indonesia yaitu

pengetahuan, remaja, HIV/AIDS dan dalam bahasa Inggris yaitu Knowledge

AND adolescent AND HIV OR AIDS. Kata kunci yang digunakan adalah HIV,

tingkat pengetahuan, dan remaja. Pencarian berfokus pada jurnal yang

menggambarkan tentang tingkat pengetahuan HIV pada remaja dengan

menggunakan metode kuantitatif yang publish sampai dengan Desember 2019.

Kriteria inklusi untuk pencarain jurnal yaitu studi yang dilakukan pada

remaja, mengukur tingkat pengetahuan HIV.


21

C. Pengkajian kualitas studi

Pengkajian terhadap kualitas dari setiap artikel dilakukan dengan

menggunakan format standar dari JBI Critikal Appraisal Checlist yang

digunakan untuk melakukan penilaian dengan pilihan jawaban ya atau

tidak jelas atau tidak berlaku. Jawaban ya, ketika semua keterangan dalam

checklist dijelaskan secara rinci dan betul. Jawaban tdak, jika dijelaskan

secara rinci. Tidak sesuai dijelaskan secara rinci. Tidak jelas artinya tidak

sesuai dengan konteks penelitian ini. Kesimpulan kualitas artikel

dilakukan dengan menggunakan presentase jawaban ya. Artikel

disimpulkan bagus jika nilai ya lebih dari 80%. Adapun checklist

pertanyaannya yaitu :

1. Apakah kriteria inklusi untuk sampel didefinisikan dengan jelas?

2. Apakah subjek penelitian dan tempat dijelaskan dengan jelas?

3. Apakah menggunakan alat (instrumen) yang valid?

4. Secara objektif, apakah standra kriteria yang digunakan untuk mengukur

alat ukut (instrumen)?

5. Apakah confounding faktor dijelaskan?

6. Apakah strategi untuk mengenai confouding dijelaskan?

7. Apakah hasil diukur secara valid dan reliable?

8. Apakah analisis statistik yang digunakan?

D. Jadwal Kegiatan

Kegiatan Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli


2019 2020 2020 2020 2020 202 2020 2020
22

0
Bimbingan
proposal
Ujian
proposal
Uji etik
Prosedur
pengambilan
data
Penulisan
draf skripsi
Ujian skripsi
23

BAB IV

HASIL ANALISIS

A. Hasil Penelitian

Hasil pencarian yang dilakukan pada google scholar dan pubmed

didapatkan sebanyak 4.158 jurnal yang diperoleh dengan kata kunci dalam

bahasa Indonesia yaitu pengetahuan, remaja, HIV/AIDS dan dalam bahasa

Inggris yaitu Knowledge AND adolescent AND HIV OR AIDS. Hasil

pencarian dengan menggunakan kata kunci sebanyak 508 jurnal, kemudian

dilakukan screening awal dengan berdasarkan kriteria inklusi berupa

jurnal yang free full text dan rentang waktu dari tahun 2010 – 2019,

kemudian dilakukan screening kedua dengan berdasarkan kriteria inklusi

berupa responden adalah remaja, dan mengukur tingkat pengetahuan

HIV/AIDS sehingga tersaring 30 jurnal lalu yang tidak termasuk dengan

kriteria inklusi berjumlah 15 jurnal. Jumlah jurnal yang layak sebanyak 5

jurnal dan dilakukan dengan penilaian JBI.


24

B. Ringkaran Hasil Pencarian


Identification

Jumlah Jurnal yang


Google Scholar (n =
didapatkan dari Google
3.800)
Scholar dan PubMed
PubMed (n =358)
(n =4.158)
Screening

Jumlah yang tersaring Jurnal di exclude berdasarkan


(n =508 ) free full text dan rentang
tahun (n = 3.650)

Jumlah yang tersaring


(n =30 ) Jurnal di exclude
berdasarkan abstrak
(n=3.620)
Eligibility

Jumlah yang dikaji Jumlah yang di exclude,


(n = 15 ) tidak sesuai dengan kriteria
inklusi
(n = 10 )
Include

Jumlah Jurnal yang layak


(n = 5 )
25

C. Ringkasan Hasil Penelitian

Jurnal yang ditemukan sebelumnya berjumlah lima jurnal. Berdasarkan

lima jurnal penelitian di Indonesia dan di Iraq dengan sample 1.042 responden

remaja SMP dan SMA dengan usia 14 - 20 tahun di daerah Mataram, Bandung,

Tanngerang, Iraq, dan Surakarta. Pada jurnal Mardiyah (2017) penelitian di

Mataram dengan jumlah responden 78 responden dengan karakteristik siswa-

siswi SMA 3 Mataram. Kemudian jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan

pendekatan cross sectional dengan menggunakan kuisioner hasil yang didapatakan

bahwa sebagian besar siswa yang berjenis kelamin laki-laki memiliki pengetahuan

kurang 39 orang (45,88%), siswa yang orangtuanya memiliki pendidikan

perguruan tinggi mempunyai pengetahuan yang kurang 17 orang (20%), sebagian

besar sumber informasi yang diperoleh adalah dari televisi mempunyai

pengetahuan kurang 27 orang (31,77%) dibandingkan dengan yang lainnya, serta

sebagian besar siswa di SMKN 3 Mataram memiliki pengetahuan yang kurang 44

orang (51,76%) tentang HIV/AIDS.


26

Pada penelitian Hidayah (2018) di daerah Kota Bandung dengan jumlah

responden sebanyak 240 responden dengan karakteristik remaja SMP kelas IX

yang mengikuti program HEBAT dan yang bersedia untuk dijadikan responden.

Cara pengambilan data menggunakan metode deskriptif yang bersifat kuantitatif

dan dilakukan dengan pendekatan cross sectional dengan hasil Penelitian

menunjukan bahwa (54,9 %) remaja mempunyai pengetahuan yang baik

mengenai HIV/AIDS, (43,8 %) berpengetahuan cukup dan (1,3 %)

berpengetahuan kurang. Remaja perempuan memiliki pengetahuan yang lebih

baik dibanding remaja laki-laki sebesar (57,8 %), sedangkan laki-laki cenderung

berpengetahuan cukup dibandingkan dengan perempuan sebesar (46,0%.)

sedangkan untuk remaja yang berpengetahuan buruk laki-laki cenderung lebih

besar yaitu (2,0 %) dibanding perempuan yang hanya (0,7 %).

Berdasarkan hasil penelitian Solihat (2020) di daerah Tangetang dengan

jumlah responden dengan jumlah 133 responden pada metode penelitian ini

merupakan jenis penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain deskriptif

korelasi, pendekatan waktu menggunakan cross sectional, tehnik pengambilan

sampel menggunakan simple random sampling. Dengan hasil besar

berpengetahuan baik yaitu sebanyak 120 siswa (90,2%), Gambaran sikap tentang

HIV/AIDS dari keseluruhan siswa sebagian besar memiliki sikap positif sebanyak

93 siswa (69,9%).

Menurut penelitian Samir (2015) di daerah Kota Erbil, Irak dengan jumlah

responden seebanyak 133 responden dengan metode penelitian ini menggunakan

kuantitatif cross sectional deskriptif dengan hasil Sebagian besar (92,2%) siswa
27

tahu bahwa HIV / AIDS adalah penyakit virus. Dengan demikian, (94,3%) siswa

tahu bahwa HIV dapat ditularkan melalui hubungan seksual. Mayoritas siswa juga

menyadari bahwa HIV dapat ditularkan melalui transfusi darah (83,5%), dari ibu

ke anak (75,3%), dan melalui berbagi jarum atau jarum suntik (73,7%). Namun,

ada kebingungan tentang beberapa rute transmisi. Sebagai contoh, hanya (56,8%)

dan (54,2%) dari siswa menjawab dengan benar bahwa ciuman sosial dan berjabat

tangan dengan pasien HIV masing-masing tidak menyebarkan HIV. Hampir

setengah dari siswa tahu bahwa HIV tidak dapat ditularkan dengan mengenakan

pakaian yang sama dari pasien yang terinfeksi dan melalui kolam renang.

Mengenai pengetahuan siswa tentang konsekuensi tertentu dari HIV / AIDS,

hanya (12,8%).

Berdasarkan penelitian Rahayu (2017) di daerah Riau dengan responden

sebanyak 90 responden dengan penelitian ini merupakan penelitian analitik

observasional dengan pendekatan cross sectional diperoleh degan instrumen

kuisioner yang terdiri dari dua kuisioner yaitu kuisioner pengetahuan seksual

pranikah dan kuisioner prilaku seksual pranikah. Hasil Mayoritas pengetahuan

tentang HIV/AIDS siswa-siswi cukup sebanyak (54%) dan baik sebanyak (43%).

No. Penulis, Sampel Instrumen Analisa Data Hasil

Tahun dan

Tempat
1. Mardiyah Jumlah Di analisis 41 responden

(2016), sampel : 85 Menggunakan dengan (48,24%) sumber


28

Mataram responden quisioner distribusi informasi adalah

Teknik pengetahuan frekuensi televisi,

sampling : pengetahuan

sampel siswa SMA

Accidental tentang HIV/AIDS

Sampling. sebanyak

responden

(5,88%) dengan

criteria baik, 36

responden

(42,35%) cukup

dan 44

responden

(51,76%) kurang.

Dapat

disimpulkan

bahwa tingkat

pengetahuan

remaja tentang

HIV/AIDS di

SMKN 3 Mataram

tersebut adalah

kurang
2. Hidayat Jumlah Menggunakan Di analisis Remaja
29

(2018), sampel : 240 quisioner dengan perempuan

Kota responden pengetahuan distribusi memiliki

Bandung Teknik frekuensi pengetahuan

sampling : yang lebih baik

cluster dibanding remaja

sampling dan laki-laki sebesar

stratified 57,8 %,

random sedangkan laki-

sampling laki cenderung

berpengetahuan

cukup

dibandingkan

dengan

perempuan

sebesar 46,0%.

Sedangkan untuk

remaja yang

berpengetahuan

buruk laki-laki

cenderung lebih

besar yaitu 2,0 %

dibanding

perempuan yang

hanya 0,7 %.
30

3. Sholihati Jumlah Menggunakan Di analisis menunjukan hasil

(2020), sampel : 133 quisioner dengan Crosstab antara

Tangerang responden pengetahuan distribusi sikap tentang

Teknik frekuensi HIV/AIDS dengan

sampling : upaya

random pencegahan

sampling HIV/AIDS pada

remaja dari 133

responden

dinyatakan

sebanyak 78

responden

(83,9%) memiliki

sikap positif

dengan

melakukan upaya

pencegahan dan

15 responden

(16,1) memiliki

sikap positif

dengan tidak

melakukan upaya

pencegahan.
4. Samir Jumlah Menggunakan Di analisis Sekitar 45% siswa
31

(2015), Irak sampel : 473 quisioner dengan memiliki skor

responden pengetahuan distribusi pengetahuan

Teknik sampel yang baik tentang

sempling : HIV / AIDS, dan

multistage 43,7% memiliki

cluster skor pengetahuan

sampling yang dapat

diterima,

sementara hanya

11,2% memiliki

skor pengetahuan

yang buruk
5. Rahayu Jumlah Menggunakan Analisis data Hasil penelitian

(2017), Riau sampel : 90 quisioner menggunkan menunjukan

responden pengetahuan uji univariat bahwa mayoritas

Teknik dan uji siswa-siswa SMA

Sempling : bivariat Negeri 1 rengat

purposive memiliki tingkat

sampling pengetahuan

HIV/AIDS yang

baik sebanyak 49

siswa(54%)

dengan sikap

yang tidak
32

mendukung

terhadap prilaku

seksual pranikah

sebanyak 57

siswa (63%).
33

BAB V

PEMBAHASAN

A. Pembahasan

Hasil yang didapatkan pada penelitian Mardiyah (2016),

menyatakan bahwa dari 85 responden terdapat 5 responden yang baik

(5, 88%) dalam tingkat pengetahuan karena sistem informasi yang

kurang dari orang tua. Untuk mendapatkan informasi tentang masalah

seksual, anak perempuan lebih senang membaca daripada anak laki-

laki yang hanya senang bermain. Sehingga mereka mencari

pengetahuan tentang seks dari berbagai sumber media massa, seperti

buku, majalah, dan televisi (Hurlock, 2003). Media massa tersebut

merupakan alat saluran (channel) untuk menyampaikan sejumlah

informasi sehingga mempermudah masyarakat menerima pesan.

Dengan demikian akan mempengaruhi pengetahuan masyarakat

tentang inovasi barn (Notoatmodjo, 2005).

Penelitian lain dari Hidayat (2018), dari responden 297 terdapat

54,9% dengan pengetahuan dengan kategori baik setelah mengikuti

program HEBAT. Hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang

melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Terjadi melalui

panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia

diperoleh melalui mata dan telinga menurut [CITATION Not03 \l 1057 ].


34

Penelitian kuantitatif yang lainnya seperti Sholihat (2020), dari 133

responten terdapat 120 dalam kategori baik dipengaruhi sebagian besar

dengan pengalaman Sesuatu yang pernah dialami seseorang akan

menambah pengetahuan tentang sesuatu yang bersifat informal

(Soekanto, 2002) responden terdahap melakukan seks bebas karena

terdapat (69,9%). Sikap positif dan negatif merupakan suatu

kecenderungan untuk menyetujui atau menolak. Sikap positif akan

terbentuk apabila rangsangan yang datang pada seseorang memberi

pengalaman yang menyenangkan. Sebaliknya sikap negatif akan

timbul, bila rangsangan yang datang memberi pengalaman yang tidak

menyenangkan. Perbedaan sikap berhubungan dengan derajat

kesukaan atau ketidaksukaan seseorang terhadap obyek yang dihadapi,

atau dengan kata lain sikap menyangkut kesiapan individu untuk

bereaksi terhadap obyek tertentu berdasarkan konsep penilaian positif

negatif. Oleh karena itu, sikap merupakan pernyataan evaluatif, baik

yang menguntungkan maupun tidak menguntungkan mengenai obyek,

orang atau peristiwa Aisyah (2018).

Dalam penelitian Samir (2015) terdapat 92,2% siswa yang tahu

terhadap HIV/AIDS dan tahu dapat ditularkan malalui hubungan

seksual. Mayoritas siswa juga menyadari bahkan HIV dapat ditularkan

melalui tansfusi darah, ibu ke anak dan berbagi menggunakan jarum

suntik, namun ada kebingunggan tentang beberapa rute transmisi.

Dengan contoh, 56,8% dan 54,2% dari siswa menjawab benar bahkan
35

hanya ciuman sosial dan berjabat tangan dengan pasien HIV, tetapi itu

tidak akan mendapatkan penularan HIV. Penelitian ini sejalan dengan

toeri Munajat (2000) bahwa HIV dapat transmisi cairan darah melalui

transfusi darah atau produk darah yang sudah bercampur HIV,

pemakaian jarum suntik yang sudah tercemar HIV dan dipakai secara

bergantian tanpa disterilkan (pada pengguna jarum suntik dikalangan

pengguna narkoba suntikan), dan pengguna jarum suntik secara

berulang (imunisasi, tato, tindikan). Kemudian dengan penularan

perinatal melalui bayi yang diberi ASI oleh ibu yang positif mengidap

HIV.

Hasil penelitian yang didapatkan Rahayu (2017) dari 90 responden

terdapat 43% dalam kategori baik. Berdasarkan data tersebut dapat

diketahui bahwa selisih tingkat frekuensi antara yang memiliki

pengetahuan baik dan cukup tidak terlalu besar sehingga diketahui

sebaran responden tentang pengetahuan HIV/AIDS bervariasi. Dalam

Notoadmojo, (2003), menyebutkan bahwa pengetahuan yang berbeda-

beda antara item soal dipengaruhi oleh instruksi verbal. Intruksi verbal

merupakan penerimaan informasi verbal seperti melihat, mendengar

melalui alat komunikasi sepertir radio, televisi, internet dan petugas

kesehatan yang mengakibatkan responden memiliki tingkat

pengetahuan yang berbeda-beda (McManus & Dhar, 2008).

B. Implikasi Klinis
36

Hasil penelitian ini dapat berguna bagi remaja sebagai bahan masukan

serta informasi terkait pengetahuan HIV yang baik dan benar.

Informasi tersebut dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas

kesehatan remaja, sehingga dapat mengurangi peningkatan penyakit

HIV pada remaja, dan dapat mencegah penularan HIV di Indonesia.


37

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA

Amri, R. (2002). Kesehatan Reproduksi. Jakarta: Rineka Cipta.

BKKBN. (2004, Februari 13). "Satu Dari Lima Orang Indonesia Adalah Remaja"

. Diambil kembali dari http.//www.bkkbn.do.id/article.php

Buana, Y. K. (2020, Februari 13). "AIDS". Diambil kembali dari

http://.petraa.ac.ad/scienic/aids/aids.htm

Hurlock, E. (2009). Psikologi Perkembangan (Suatu Perkembangan Sepanjang

Rentan Kehidupan). Jakarta: Erlangga.

Munajat. (2000). PMS dan HIV/AIDS. Jakarta: Alfa Beta.

Notoatmojo, S. (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka

Cipta.

Notoatmojo, S. (2005). Pendidikan dan Perkembangan Kesehatan. Jakarta:

PT.Rineka Cipta.

Pramono, Y. (2000). AIDS dan Prostitusi Bahaya dan Penanggulangannya.

Yogyakarta.

Richardson.D. (2002). Perempuan dan AIDS. Jakarta: Media Presindo.

S.R., S. (2006). Kampanye Pencegahan IMS dan HIV/AIDS . Jakarta: Rineka

Cipta.

21
Soekanto. (2000). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Raja Grafik Persada.

22

Anda mungkin juga menyukai