Anda di halaman 1dari 14

ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA YANG

MENGALAMI DEFISIT KEPERAWATAN DIRI


DENGAN KETERGANTUNGAN SEDANG
DI PANTI WERDHA MOJOPAHIT
MOJOKERTO

Ira Safitri

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA SEHAT PPNI
MOJOKERTO
2018

ABSTRAK

Proses menua proses menua merupakan suatu proses menghilangnya secara


perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan infeksi dan
memperbaiki kerusakan yang diderita. Tujuan dari penelitian ini untuk memberikan
gambaran nyata tentang pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien yang
mengalami defisit keperawatan diri dengan ketergantungan sedang. Peneliti
membuat karya tulis ilmiah dengan design studi kasus. Studi kasus yaitu pemberian
asuhan keperawatan pada dua klien yang mengalami Defisit keperawatan diri dari
pengkajian, diagnose keperawatan, perencanaan, tindakan dan evaluasi. Data
penelitian ini di ambil dengan teknik wawancara dalam pengkajian dan
pemeriksaan fisik. Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 4x24
jam didapatkan bahwa kedua klien sudah mampu bagaimana cara menjaga
kebersihan dirinya. Pada klien 1 masalah teratasi sebagian dan pada klien 2 masalah
teratasi. Hal tersebut di pengaruhi karena klien 2 mempunyai faktor usia yang
terpaut lebih tua daripada klien 2 dan klien penglihatannya sedikit terganggu.
Dengan kriteria hasil yang belum tercapai yaitu masih belum bisa menjaga
kebersihan dirinya. Respon klien terhadap Defisit Perawatan Diri setelah diberikan
intervensi menjadi berkurang, hal ini dipengaruhi oleh pemahaman dari merawat
diri.

Kata Kunci : Lansia dengan Ketergantungan Sedang, Defisit Perawatan Diri

1
PENDAHULUAN pertambahan usia (degenerative) yang

Proses menua proses menua jika tidak segera di berikan

merupakan suatu proses penatalaksanaan yang tepat dapat

menghilangnya secara perlahan-lahan menyebabkan masalah keperawatan

kemampuan jaringan untuk yang lain.

memperbaiki diri/mengganti dan Data WHO tahun 2010

mempertahankan fungsi normalnya menunjukkan, bahwa jumlah

sehingga tidak dapat bertahan penduduk dunia yang terkena masalah

terhadap infeksi dan memperbaiki defisit keperawatan diri sebanyak 35,6

kerusakan yang diderita (Azizah, di juta orang. Angka kejadian defisit

dalam Ma’rifatul 2011). keperawatan diri di China sekitar 100

Defisit keperawatan diri sering juta orang lanjut usia di atas 80 tahun,

terjadi pada usia di atas 65 tahun dan penderita defisit keperawatan dri 20%

dapat dialami semua orang tanpa yang angkat meningkat menjadi

membedakan gender, status sosial, ras, 30,4% pertahun pada 2050. Jumlah

bangsa, etnis ataupun suku. Pasien penyandang defisit keperawatan diri di

defisit keperawatan diri sulit untuk indonesia hampir satu juta orang pada

melakukan perawatan diri karena tahun 2011. Laporan Departemen

dalam kesehariannya mereka sangat Kesehatan Propinsi Jawa Timur tahun

bergantung pada orang lain, sehingga 2012, populasi usia lanjut di atas 60

untuk memenuhi kebutuhannya terkait tahun adalah 7,2% (populasi usia

dengan perawatan diri mereka masih lanjut kurang lebih 1.698 ribu jiwa).

membutuhkan bantuan orang lain. Defisit keperawatan diri terutama

Sehingga defisit keperawatan diri pada mempengaruhi orang tua, orang-orang

lansia terjadi akibat faktor yang berusia 60 ke atas akan mencapai

2
22% dari populasi dunia. Sedangkan normal, penyakit Parkinson,

berdasarkan survey awal di Panti alcoholism kronis, penyakit Pick,

Wherda Mojokerto melalui penyakit Huntington. Sedikitnya

wawancara dengan petugas panti di setengah dari seluruh penghuni panti

dapatkan bahwa jumlah lansia jompo menderita defisit keperawatan

keseluruhan sebanyak 49 lansia. Dan diri. Faktor penyebab terjadinya

terdapat lebih dari 30% lansia perawatan diri adalah kelelahan,

menderita ketergantungan pada deficit penurunan kesadaran yang sering

keperawatan diri yaitu sebanyak 13 terjadi pada lansia, penyakit kronis

lansia. Hal ini menunjukkan bahwa yang menyebabkan klien tidak mampu

deficit keperawatan diri masih banyak melakukan perawatn diri. Kurang

di alami oleh lansia di Panti Werdha dukungan dan latihan kemampuan

Mojokerto. Berdasarkan data tersebut perawatan diri lingkungannya.

menunjukkan bahwa pasien Defisit Menurut Wartonah (2010). Lansia

Keperawatan Diri sebagian besar tidak bisa melakukan aktivitas, kurang

mengalami Defisit Keperawatan Diri nyaman dan masih tergantung pada

yang di tandai dengan masih orang lain. Jika hal ini tidak segera di

banyaknya lansia yang tidak bisa tangani maka akan mengakibatkan

menyisir rambut, memotong kuku, timbulnya penyakit kulit.

mencuci rambut, membersihkan Kondisi ini tentu saja menarik

tempat tidur,sulit di atur serta kurang untuk di kaji pada masalah defisit

konsentrasi dan lain sebagainya. keperawatan diri. Betapa besar beban

Faktor penyebab dari defisit yang harus di tanggung oleh negara

keperawatn diri antara lain yaitu atau keluarga jika masalah defisit

penyakit Hidrosefalus, tekanan keperawatan diri tidak di sikapi secara

3
tepat dan serius, sehubungan dengan di atas sehingga saya tertarik untuk

dampak yang di timbulkannya. melakukan studi kasus tentang

Mengingat bahwa masalah defisit personal hygine dengan defisit

keperawatan merupakan masalah keperawata diri.

masa depan yang mau tidak mau akan METODE PENELITIAN

di hadapi orang indonesia dan


Peneliti membuat karya tulis
memerlukan pendekatan holistik ilmiah dengan design studi kasus. Studi

karena umumnya lanjut usia (lansia) kasus yaitu pemberian asuhan


keperawatan pada dua klien yang
mengalami gangguan berbagai fungsi
mengalami Defisit keperawatan diri dari
organ dan mental, maka masalah pengkajian, diagnose keperawatan,

defisit keperawatan diri memerlukan perencanaan, tindakan dan evaluasi.


Data penelitian ini di ambil
penanganan lintas profesi yang
dengan teknik wawancara dalam
melibatkan : Neurologis, Psikiater< pengkajian dan pemeriksaan fisik.

Spesialist Gizi, Spesialis Rehabilitasi Setelah dilakukan tindakan asuhan


keperawatan selama 4x24 jam
Medis dan Psikolog Klinis (Wahjudi
didapatkan bahwa kedua klien sudah
Nugroho, 2009). mampu bagaimana cara menjaga

Perawatan komprehensif dari kebersihan dirinya


Pada klien 1 masalah teratasi
seorang perawat mengatasi hal
sebagian dan pada klien 2 masalah
tersebut, sehingga peran perawat teratasi. Hal tersebut di pengaruhi

sebagai pelaksana keperawatan karena klien 2 mempunyai faktor usia


yang terpaut lebih tua daripada klien 2
melakukan personal hygine dengan
dan klien penglihatannya sedikit
mandiri atau bantuan sebagian. terganggu. Dengan kriteria hasil yang

Misalnya dengan latihan mobilisasi, belum tercapai yaitu masih belum bisa
menjaga kebersihan dirinya.
latihan melakukan personal hygine

dan lain-lain. Berdasarkan penjelasan

4
HASIL PENELITIAN dapat mengahsilkan barang/jasa, Lansai
4.2 Pembahasan
tidak potensial lansia yang tidak berdaya
Pada sub bab ini berisi tentang
mencari nafkah sehingga hidupnya
pembahasan asuhan keperawatan melalui
bergantung pada rang lain. Hasil pengkajian
dari pengkajian, diagnosa, perencanaan,
kedua klien tersebut tergolong lansia resiko
implementasi, dan evaluasi dengan maksut
tinggi. (Seseorang yang berusia 70 tahun atau
memperjelas karena tidak semua yang ada
lebih dengan masalah kesehatannya).
pada teori dapat diterapkan dengan muda
Dari hasil study kasus bahwa klien 1 atas
pada kasus nyata. Berisi tentang
nama Ny. Na memiliki keluhan utama merasa
perbandingan antara klien 1 dan klien 2,
dirinya sering malas, kurang berkonsentrasi,
antara kasus nyata dengan teori.
dari riwayat kesehatan sekarang klien malas
4.2.1 Pengkajian
untuk beraktivitas merawat dirinya dan hasil
Berdasarkan dari hasil pengkajian
indeks bartelnya Klien termasuk kategori
klien 1 berusia 76 tahun dan klien 2 berusia
ketergantungan sedang yaitu dengan jumlah
88 tahun. Menurut teori Maryam (2008)
skor 60.
Lansia di klasifikasikan menjadi lima
Pada klien 2 atas nama Ny Tr memiliki
kelompok yaitu Pralansia (prasenlis)
keluhan utama malas untuk beraktivitas dan
seseorang yang berusia di anatara 45-59
susah berkonsentrasi dan riwayat kesehatan
tahun, Lansia seseorang yang berusia 60
sekarang kaki kiri terasa sakit karena
tahun atau lebih, Lansia resiko tinggi
penyakit asam urat yang di deritanya serta
seseorang yang bersuia 70 tahun atau lebih
pasien malas untuk beraktivitas merawat
dengan masalah kesehatannya, Lansia
kebersihan diri sendiri dan hasil indeks
potensial lansia yang masih mampu
bartelnya Klien termasuk kategori
melakukan pekerjaan dan kegiatan yang

5
ketergantungan sedang yaitu dengan jumlah dirinya sering malas, kurang berkonsentrasi

skor 80. dan riwayat kesehatan sekarang klien malas

Dari fakta yang di dapat dari panti dari untuk beraktivitas merawat dirinya, Klien 2

keseluruhan studi kasus pada pengkajian di mengatakan malas beraktivitas dan susah

atas didapatkan pada klien 1 dan 2 di temukan berkonsentrasi, kaki kiri terasa sakit karena

kedua klien mengalami malas untuk penyakit asam urat yang dideritanya.

beraktivitas merawat dirinya. Serta di Menurut teori (Tarwoto dan Wartonah 2000).

dapatkan perbedaan dari kedua klien yaitu Defisit perawatan diri adalah suatu kondisi

pada klien 1 tidak merasakan keluhan lain, pada seseorang yang mengalami kelemahan

sedangkan pada klien 2 memiliki keluhan lain kemampuan dalam melakukan/melewati

yaitu kaki kri bengkak karena penyakit asam aktivitas perawatan diri secara mandiri. Dari

urat yang di derita. pembahasan pengkajian dan teori

Dari hasil pengkajian keduanya disimpulkan oleh peneliti bahwa kedua klien

menurut Potter Perry (2005) Personal hygine mengalami defisit perawatan diri dengan

adalah tindakan untuk memelihara ketergantungan sedang pada keluhan malas

kebersihan dan kesehatan seseorang untuk beraktivitas dan susah berkonsentrasi.

kesejahteraan fisik dan psikis, kurang Hasil pengkajian Defisit perawatan

perawatan diri adalah kondisi dimana diri dengan ketergantungan sedang

seorang tidak mampu melakukan perawatan menunjukkan perbedaan pada riwayat

kebersihan untuk dirinya. penyakit dahulu bahwa klien 1 tidak

Hasil pengkajian yang didapatkan mempunyai riwayat penyakit yang di derita

dari kedua partisipan mempunyai perbedaan sedangkan pada klien 2 memiliki riwayat

yaitu, pertama klien 1 mengatakan merasa hipertensi tensinya mencapai 160/90 Mmhg.

6
Menurut teori (Carpenito,2000) sedangkan pada klien 2 pasien memiliki

Sindrom kurang perawatan diri adalah kelemahan otot pada kaki sebelah kanan

keadaan dimana individu mengalami suatu karena penyakit asam urat yang diderita.

kerusakan fungsi motoric atau fungsi kognitif Kelemahan otot ini juga gejala awal

yang menyebabkan penurunan kemampuan terjadinya pasien malas untuk beraktivitas

untuk melakukan masing-masing dari lima merawat dirinya (Tarwoto dan Wartonah

aktivitas perawatan diri meliputi : Makan, 2000).

Mandi, Berpakaian, Instrumental. Personal Perbedaan ketiga terletak pada pola

hygiene atau kebersihan perorangan adalah aktivitas klien yang menunjukkan bahwa

suatu tindakan untuk memelihara kebersihan klien 1 mengatakan ketika bosan di kamar

dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan asrama pasien jalan ke depan kamar dan

fisik dan psikis. Dampak fisik banyak duduk di kursi depan karena penglihatannya

gangguan kesehatan yang diderita seseorang terganggu sehingga tidak memungkinkan

karena tidak terpeliharanya kebersihan klien untuk jalan jauh dari kamar asrama,

perorangan dengan baik. Dampak psikososial sedangkan klien 2 mengatakan ketika bosan

yang berhubungan dengan gangguan di asrama pasien jalan ke taman panti dan

kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai, duduk di kursi taman walau kakinya sakit

kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan karena penyakit asam urat yang di derita

gangguan interaksi sosial ( Tarwoto, 2003). tetapi pasien masih bisa berjalan. tanda gejala

Perbedaan kedua dari data yang klien dengan DPD dari faktor psikososial

diperoleh adalah kelemahan fisik pada klien yang pertama yaitu malas/tidak ada inisiatif,

1 memiliki kelemahan fisik pada menarik diri/isolasi diri, merasa tak

penglihatannya buram dan sedikit terganggu berdaya/rendah diri dan merasa hina,

7
interaksi kurang, 7 kegiatan kurang, tidak bantuan dari perawat untuk memperoleh

mampu berperilaku sesuai norma Menurut kemandiriannya kembali (Hapsah, 2008).

teori Depkes dalam Dermawan (2013). Pemeliharaan kebersihan diri sangat

4.2.2 Diagnosa Keperawatan menentukan status kesehatan, di mana

individu secara sadar dan atas inisiatif pribadi


Berdasarkan pengkajian yang
menjaga kesehatan dan mencegah terjadinya
dilakukan oleh peneliti terdapat satu diagnosa
penyakit. Upaya ini lebih menguntungkan
yang sesuai dengan batasan karakteristik.
bagi individu karena lebih hemat biaya,
Diagnosa keperawatan pada klien 1 dan 2
tenaga dan waktu dalam mewujudkan
adalah Defisit perawatan diri berhubungan
kesejahteraan dan kesehatan. Upaya
dengan Proses penuaan ditandai dengan
pemeliharaan kebersihan diri mencakup
Pasien mengatakan sering tidak
tentang kebersihan rambut, mata, telinga,
berkonsentrasi disertai dengan malas
gigi, mulut, kulit, kuku, serta kebersihan
beraktivitas merawat dirinya.pasien tampak
dalam berpakaian. Dalam upaya
gelisah, pasien tampak kotor, jari kukuk klien
pemeliharaan kebersihan diri ini,
kotor, badan klien berbau tidak sedap,
pengetahuan keluarga akan pentingnya
pakaian klien berantakan, adanya kotoran di
kebersihan diri tersebut sangat diperlukan.
hidung, pasien tampak malas.
Karena pengetahuan atau kognitif merupakan
Dalam teori self care, Dorothea Orem
domain yang sangat penting dalam
menganggap bahwa perawatan diri
membentuk tindakan seseorang
merupakan suatu kegiatan membentuk
(Notoatmodjo, 1997). batasan karakteristik
kemandirian individu yang akan
dari diagnose keperawatan defisit perawatan
meningkatkan saraf kesehatannya. Sehingga
diri adalah Kurang perawatan diri : Mandi /
bila mengalami defisit, ia membutuhkan

8
kebersihan, kurang perawatan diri (mandi) dan dari data objektif pasien tampak kotor,

adalah gangguan kemampuan untuk badan klien berbau tidak sedap.

melakukan aktivitas mandi/kebersihan diri, 4.2.3 Intervensi Keperawatan

kurang perawatan diri : mengenakan Intervensi yang diberikan pada kedua

pakaian/berhias, kurang perawatan diri klien dengan tujuan setelah dilakukan

(mengenakan pakaian) adalah gangguan tindakan keperawatan selam 4x24 jam

kemampuan memakai pakaian dan aktivitas diharapkan Defisit perawatan diri dengan

berdandan sendiri, krang perawatan diri : ketergantungan sedang berkurang dengan

Makan, kurang perawatan diri (makan) Kriteria hasil TTV normal : TD: 120/80

adalah gangguan kemampuan untuk Mmhg, N: 60-100 x/menit, RR: 16-

menunjukkan aktivitas makan, kurang 20x/menit, S: 36,5-37,5 C, klien mampu

perawatan diri : Toileting, kurang perawatan mandi dengan benar, klien mampu memilih

diri (Toileting) adalah gangguan kemampuan pakaian yang mudah di pakai, klien mampu

untuk melakukan atau menyelesaikan berhias, klien mampu ke toilet. Intervensi

aktivitas toileting sendiri. yang diberikan antara lain: Ajarkan klien

Menurut pendapat peneliti, studi membersihkan tubuh dengan benar (Mandi),

kasus ini yaitu diagnosa keperawatan defisit Bantu klien memilih pakaian yang mudah di

perawatan diri sudah sangat sesuai dalam lepas dan di pakai, Dukung kemandirian

penegakan diagnose keperawatan. Karena klien dalam berpakaian dan berhias, Bantu

pada klien 1 dan klien 2 memiliki data klien ke toilet ketika eliminasi, Pantau

subjektif kien merasa dirinya sering tidak kebersihan klien. Perencanaan keperawatan

berkonsentrasi dan malas untuk beraktivitas merupakan intervensi yang harus dilakukan

dalam mengatasi permasalahan yang muncul.

9
Pada tahap ini penulis membuat rencana kemandirian dalam berpakaian dan berhias,

tindakan keperawatan sesuai dengan teori bantu klien ke toilet ketika eliminasi, pantau

yang meliputi tujuan dan kriteria hasil yang kebersihan klien dalam teori

dirumuskan dan telah ditetapkan (Carpenito,2000)

sebelumnya, serta penulisan rencana 4.2.4 Implementasi

tindakan yang operasional. Perencanaan Implementasi di lakukan selama 4

secara umum dibuat berdasarkan pada ilmu hari dengan mengkaji status Defisit

dan teori yang ada dan berdasarkan masalah perawatan diri dengan ketergantungan

yang terjadi pada pasien dengan sedang tahap ini merupakan tahapan lanjutan

memperhatikan kondisi fisik dan sarana setelah tahap perencanaan dari masalah

prasarana yang ada di panti. Tindakan keperawatan yang muncul pada klien 1 dan

keperawatan itu meliputi aspek promotif, klien 2. Tindakan secara umum dilakukan

proventif, kuratif, dan rehabilitative serta berdasarkan perencanaan yang telah dibuat

melibatkan keluarga, sehingga semua sebelumnya. Perencanaan keperawatan serta

rencana yang ada pada teori dapat tindakan keperawatan dilaksanakan

dilaksanakan semua pada kasus nyata. bertujuan agar masalah keperawatan yang

Rencana keperawatan sudah sesuai dengan dialami klien 1 dan klien 2 dapat teratasi. Dari

diagnose keperawatan yang muncul pada jangka waktu yang telah ditentukan selama

klien 1 dan klien 2. Sehingga disini ada 4x24 jam diharapkan Defisit perawatan diri

kesesuaian dari intervensi pada klien 1 dan teratasi. Pada kasus yang dialami oleh klien 1

klien 2. Ajarkan klien membersihkan tubuh dan klien 2, semua tindakan telah dilakukan.

dengan benar (mandi), bantu klien memilih Ajarakan klien membersihkan tubuh dengan

pakaian yang mudah dipakai dilepas, dukung benar (mandi), bantu klien memilih pakaian

10
yang mudah di pakai dan di lepas, dukung selama jangka waktu yang telah ditentukan

kemandirian dalam berpakaian dan berhias, perencanaan keperawatan. Dari hasil study

bantu klien ke toilet ketika eliminasi, pantau kasus didapatkan evaluasi klien 1 dan klien 2

kebersihan klien dalam teori yaitu setelah 4x24 jam dilakukan tindakan

(Carpenito,2000) keperawatan pada klien 1 atas nama Ny Ns

Dari tindakan diatas yaitu mendukung dapat teratasi sebagian hal ini dapat

kemandirian dalam berpakaian dan berhias dibuktikan dari beberapa kriteria hasil yang

didapatkan perbedaan dari kedua respons belum tercapai yaitu, Ny Ns mengatakan

klien yaitu pada klien 1 dan pada hasil catatan membantu klien ke toilet ketika eliminasi,

perkembangan sudah bias merawat dirinya mendukung kemandirian dalam berpakaian

sendiri dan pada klien 2 masih membutuhkan dan berhias, pantau kebersihan klien, kedua

bantuan pada perawatnya. Menurut pendapat klien sama-sama diberikan tindakan

penulis hal tersebut dapat terjadi karena keperawatan yang sama tetapi dengan respon

kondisi dari setiap klien berbeda, melihat dari yang berbeda. Sedangkan klien 2 atas nama

seberapa para tingkah ketergantungan klien Ny Tr dapat teratasi hal ini dapat dibuktikan

4.2.5 Evaluasi dari kriteria hasil yang sudah tercapai yaitu

Hasil evaluasi pada kedua klien yang Ny Tr mengatakan pasien tampak memakai

berbeda dimana klien 2 lebih kooperatif bedak (berhias), badan klien tidak bau,

daripada klien 1, karena pada pasien 1 di rambutnya disisir rapi. Terdapat kesenjangan

lakukan intervensi selama 4 hari sedangkan dari kasus diatas, kedua klien sama-sama

pada klien 2 dilakukan intervensi selama 3 diberikan tindakan keperawatan yang sama

hari. Evaluasi adalah Tahap akhir dari Proses tetapi dengan respon yang berbeda.

Keperawatan, dilakukan pada hari terakhir

setelah melaksanakan tindakan keperawatan

11
Menurut Asmadi (2012) ada tiga perhatian dengan mengupayakan agar

kemungkinan hasil evaluasi yang terkait mereka tidak terlalu tergantung kepada orang

dengan percapaian tujuan keperawatan tujuan lain dan mampu mengurus diri sendiri

tercapai jika klien menunjukkan perubahan (mandiri), menjaga kesehatan diri, yang

sesuai dengan standart yang telah ditentukan, tentunya merupakan kewajiban dari keluarga

tujuan tercapai sebagian atau klien masih dan lingkungannya. Hasil evaluasi pada

dalam proses pencapaian yaitu jika klien kedua klien menunjukkan bahwa kedua klien

menunjukkan perubahan pada sebagian 1 pada hari ke 4 untuk mencapai perubahan

kriteria yang telah ditetapkan, tujuan tidak defisit perawatan diri dengan ketergantungan

tercapai jika klien hanya menunjukkan sedang masalah teratasi dank lien 2 terjadi

sedikit perubahan dan tidak ada kemajuan perubahan pada hari ke 3 masalah teratasi dan

sama sekali serta dapat timbul masalah baru. klien keduanya sudah menunjukkan respon

Perawatan diri atau kebersihan diri (personal perbaikan dengan terlihatnya tanda-tanda

hygiene) merupakan perawatan diri sendiri sesuai kriteria hasil yang sudah di tetapkan di

yang dilakukan untuk mempertahankan intervensi. Hal ini menunjukkan bahwa

kesehatan, baik secara fisik maupun evaluasi keperawatan pada klien 1 dan klien

psikologis (Hidayat, 2009). Kebersihan diri 2 tidak ada kesenjangan antara teori dan

adalah upaya individu dalam memelihara fakta.

kebersihan diri yang meliputi kebersihan Pada sub bab ini berisi tentang

rambut, gigi dan mulut, mata, telinga, kuku, pembahasan asuhan keperawatan melalui

kulit, dan kebersihan dalam berpakaian dari pengkajian, diagnosa, perencanaan,

dalam meningkatkan kesehatan yang optimal implementasi, dan evaluasi dengan maksut

(Effendy, 1998). Lansia perlu mendapatkan memperjelas karena tidak semua yang ada

12
pada teori dapat diterapkan dengan muda Azizah, Lilik Ma'rifatul. 2011. Keperawatan
Lanjut Usia. Yogyakarta: Graha Ilmu.
pada kasus nyata. Berisi tentang
Copel. Linda Carman. 2007. Kesehatan Jiwa
perbandingan antara klien 1 dan klien 2, & Psikiatri: Pedoman Klinis Perawat.
Jakarta: Salemba Medika.
antara kasus nyata dengan teori.
http://www. Academia.
DAFTAR PUSTAKA Adu/28333403/laporan pendahuluan defisit
perawatan diri .
Ratnawati, E. (2017). Asuhan Keperawatan
Gerontik. Yogjakarta : Pustaka Baru. Isro'in, Laily & Andarmoyo, Sulistyo. 2012.
Personal Hygiene Konsep, proses dan
Surbakti. (2013). Menata Kehidupan Pada Aplikasi dalam Praktik Keperawatan.
Usia Lanjut. Jakarta: Pranita Aksara. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Azizah. (2011).Keperawatan Lanjut Jhon (1994). Dalam buku. Azizah Lilik


Usia.Yogyakarta: Graha Ilmu. Ma'rifatul. 2011.

Constantinides, 1994. dalam buku. Azizah Maryam, Siti dkk. 2008. Mengenal Usia
Lilik Ma'rifatul. 2011. Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Medika
Salemba.
Darmojo & Martono, 2004. Dalam buku,
Azizah Lilik Ma'rifatul. 2011. Nugroho, W (2008). Keperawatan Gerontik
& Geriatrik, Edisi-3 Jakarta: EGC.
Goldstein, 1989. Dalam buku. Azizah Lilik
Ma'rifatul. 2011. Pudjiastuti, Sri Surini & Utomo Budi. 2003.
Fisioterapi Pada Lansia. Jakarta: EGC.
Hayflck, 1980. Dalam buku. Azizah Lilik
Ma'rifatul. 2011. Stanley, Mickey & Beare, Patricia Gauntlett.
2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik.
Keliat, 1999 dalam buku. Maryam. 2008. Jakarta: EGC.

Kuntjoro, 2002. Dalam buku. Azizah Lilik Sunaryo dkk. 2016. Asuhan Keperawatan
Ma'rifatul. 2011. Gerontik. Yogyakarta: Andi.

MC Kay et all, 1935 di kutip Darmojo dan Tarwoto & Wartonah. (2010). Kebutuhan
Martono, 2004. Dalam buku Azizah Dasar Manusia dan Proses
Lilik Ma'rifatul. 2011. Keperawatan Edisi keempat. Jakarta:
Salemba Medika.
Nugroho, 2000. Dalam buku. Azizah Lilik
Ma'rifatul. 2011. Wirakusumah, Emma S. 2000. Tetap Bugar
Di Usia Lanjut. Jakarta: Trubus Agriwidya.
Spence and Masson, 1992. Dalam buku.
Azizah Lilik Ma'rifatul. 2011. www.academia.edu/download/42091810/22
27-4381-1-SM.pdf.
Tortora and Anagnostakos, 1990. Dalam
buku. Azizah Lilik Ma'rifatul. 2011.

13
14

Anda mungkin juga menyukai