Anda di halaman 1dari 9

BAB II

PEMBAHASAN

PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT

A. Pengertian Filsafat

Pengertian menurut arti katanya, kata filsafat dalam Bahasa Indonesia


berasal dari bahasa Yunani “Philosophia” terdiri dari kata Phile artinya Cinta
dan Sophia artinya Kebijaksanaan. Filsafat berarti Cinta Kebijaksanaan, cinta
artinya hasrat yang besar atau yang berkobar-kobar atau yang sungguh-sungguh.
Kebijaksanaan artinya Kebenaran sejati atau kebenaran yang sesungguhnya.
Filsafat berarti hasrat atau keinginan yang sungguh-sungguh akan kebenaran
sejati.

 Pengertian Filsafat Menurut Tokoh-Tokoh Filsafat.


1. Socrates (469-399 s.M.)

Filsafat adalah suatu bentuk peninjauan diri yang bersifat reflektif


atau berupa perenungan terhadap azas-azas dari kehidupan yang adil dan
bahagia. Berdasarkan pemikiran tersebut dapat dikembangkan bahwa
manusia akan menemukan kebahagiaan dan keadilan jika mereka mampu 
dan mau melakukan peninjauan diri atau refleksi diri sehingga muncul
koreksi terhadap diri secara obyektif.

2. Plato (472-347 s. M.)

 Dalam karya tulisnya “Republik” Plato menegaskan bahwa para


filsuf adalah pencinta pandangan tentang kebenaran (vision of truth).
Dalam pencarian dan menangkap pengetahuan mengenai  ide yang abadi
dan tak berubah. Dalam konsepsi Plato, filsafat merupakan pencarian
yang bersifat spekulatif atau terhadap pandangan tentang seluruh

1
kebenaran. Filsafat Plato ini kemudan digolongkan sebagai filsafat
spekulatif.

 Ada dua cakupan dari pengertian filsafat, yaitu:


1. Filsafat sebagai produk mencakup:
 Filsafat sebagai jenis Pengetahuan, ilmu, konsep-konsep,
pemikiran-pemikiran (rasionalisme, materialisme, pragmatisme)
 Filsafat sebagai suatu jenis problema yang dihadapi oleh manusia
sebagai hasil dari aktivitas berfilsafat. Manusia mencari suatu
kebenaran yang timbul dari suatu persoalan yang bersumber pada
akal manusia.
2. Filsafat sebagai suatu proses mencakup:
 Filsafat sebagai suatu proses, dalam hal ini filsafat diartikan dalam
bentuk suatu aktivitas berfilsafat dalam proses pemecahan suatu
permasalahan dengan menggunakan suatu cara dan metode tertentu
yang sesuai dengan objeknya.

Filsafat secara umum dapat diberi pengertian sebagai ilmu


pengetahuan yang menyelidiki hakikat segala sesuatu untuk memperoleh
kebenaran hakiki, karena filsafat telah mengalami perkembangan yang
cukup lama tentu dipengaruhi oleh berbagai faktor, misalnya ruang,
waktu, keadaan dan orangnya. Itulah sebabnya maka timbul berbagai
pendapat mengenai pengertian filsafat yang mempunyai kekhususannya
masing-masing, antara lain:

 Berfilsafat Rationalisme mengagungkan akal


 Berfilsafat Materialisme mengagungkan materi
 Berfilsafat Individualisme mengagungkan individualitas
 Berfilsafat Hedonisme mengagungkan kesenangan.

2
B. Pengertian Pancasila Sebagai Sistem Filsafat
 Pengertian Sistem

Sistem berasal dari bahasa Latin (systema) dan bahasa Yunani (sustema)
adalah suatu kesatuan yang terdiri atas komponen atau elemen yang
dihubungkan bersama untuk memudahkan aliran informasi, materi, atau energi
untuk mencapai suatu tujuan.

Sistem memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

 Suatu kesatuan bagian-bagian/unsur/elemen/komponen


 Bagian-bagian tersebut mempunyai fungsi sendiri-sendiri
 Saling berhubungan dan saling ketergantungan
 Keseluruhannya dimaksudkan untuk mencapai tujuan tertentu (tujuan
sistem)
 Terjadi dalam suatu lingkungan yang kompleks.

 Pancasila Sebagai Sistem Filsafat

Pancasila sebagai Sistem filsafat mengandung pandangan nilai pemikiran


yang saling berhubungan dan merupakan kesatuan yang utuh. Filsafat pancasila
dapat didefinisikan secara ringkasan sebagai refleksi kritis dan rasional tentang
pancasila sebagai dasar Negara dan kenyataan budaya bangsa dengan tujuan
untuk mendapatkan pokok-pokok pengertiannya yang mendasar dan
menyeluruh. Pancasila dikatakan sebagai filsafat, karena Pancasila merupakan
perenungan jiwa yang dituangkan dalam suatu system dan merupakan pancaran

3
dari semua sila Pancasila. Dengan demikian, jiwa keagamaan, jiwa kebangsaan,
jiwa kerakyatan, dan jiwa yang menjunjung tinggi keadilan sosial ada dalam sila
pancasila.

C. Ciri-Ciri Pancasila Sebagai Sistem Filsafat

Ciri-ciri pancasila sebagai sistem filsafat itu antara lain:

1. Sila-sila Pancasila merupakan satu kesatuan sistem yang bulat dan


utuh. Dengan kata lain, apabila tidak bulat dan utuh atau satu sila
dengan sila lainnya terpisah-pisah maka itu bukan Pancasila.
2. Susunan Pancasila dengan suatu sistem yang bulat dan utuh itu
dapat digambarkan sebagai berikut:
 Sila 1, meliputi, mendasari dan menjiwai sila 2,3,4 dan 5
 Sila 2, diliputi, didasari, dijiwai sila 1, dan mendasari dan
menjiwai sila 3, 4 dan 5
 Sila 3, diliputi, didasari, dijiwai sila 1, 2, dan mendasari dan
menjiwai sila 4, 5
 Sila 4, diliputi, didasari, dijiwai sila 1,2,3, dan mendasari
dan menjiwai sila 5
 Sila 5, diliputi, didasari, dijiwai sila 1,2,3,4.

D. Landasan Pancasila Sebagai Sistem Filsafat

Pancasila sebagai sistem filsafat didasari 3 landasan, antara lain:

1. Landasan Ontologi menurut aristoteles adalah ilmu yang menyelidiki


hakikat sesuatu atau tentang ada keberadaan atau eksistensi dan
disamakan artinya dengan metafisika. Secara ontologis, penyelidikan

4
pancasila sebagai filsafat dimaksudkan sebagai upaya untuk mengetahui
hakikat dasar dari sila-sila pancasila. Bidang ontologi menyelidiki tentang
makna yang ada (eksistensi dan keberadaan) manusia, benda, alam
semesta (kosmologi).
2. Landasan Epistemologis adalah cabang filsafat yang menyelidiki asal,
syarat, susunan, metode, dan validitas ilmu pengetahuan. Epistemologi
meneliti sumber pengetahuan proses dan syarat terjadinya pengetahuan,
batas dan validitas ilmu pengetahuan. Pancasila sebagai sistem filsafat
pada hakikatnya juga merupakan sistem pengetahuan. ini berarti
pancasila telah menjadi suatu relief sistem, sistem cita-cita, menjadi suatu
ideologi. Oleh karena itu, pancasila harus memiliki unsur rasionalitas
terutama dalam kedudukannya sebagai sistem pengetahuan. Dasar
epistemologis pancasila pada hakikatnya tidak dapat dipisahkan dengan
dasar ontologisnya. Maka, dasar epistemoogis pancasila sangat berkaitan
erat dengan konsep dasarnya tentang hakikat manusia.
3. Landasan Aksiologis, istilah Aksiologis berasal dari kata Yunani axios
yang artinya nilai, manfaat, dan logos yang artinya pikiran, ilmu dan
teori. Aksiologis adalah teroi nilai, yaitu sesuatu yang diinginkan disukai
atau yang baik. Bidang yang diselidiki adalah hakikat nilai, kriteria nilai,
dan kedudukan metafisika suatu nilai. Secara aksiologis, bangsa
Indonesia merupakan pendukung nailai-nilai Pancasila, yaitu bangsa yang
berketuhanan, yang berkemanusiaan, yang berpersatuaan, yang
berkerakyatan dan berkeadilan sosial.

E. Fungsi Pancasila Sebagai Sistem Filsafat Bagi NKRI


1. Pancasila sebagai dasar Negara
Pancasila dipergunakan sebagai dasar Negara untuk mengatur
pemerintahan dan penyelenggaraan Negara. Pancasila sebagai dasar
Negara dinyatakan dalam pembukaan Undang-undang dasar 1945 Alinea

5
IVdan merupakan landasan konstitusional. Dalam hal ini pancasila
sebagai sumber hukun dasar nasional, dan semua Perundang-
undangan  harus bersumber pada Pancasila.

2. Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia


Dalam hal ini, pancasila diamalkan dalam kehidupan sehari-hari
dan semua tingkah laku dan tindak perbuatan manusia Indonesia harus
dijiwai dan merupakan pancaran dari semua sila pancasila.
3. Pancasila sebagai jiwa bangsa Indonesia
Dalam hal ini, pancasila sebagai penggerak atau dinamika serta
pembimbing kearah tujuan untuk mewujudkan masyarakat pancasila.
Pancasila dalam hal ini dijelasakan dalam teori von savigny bahwa setiap
bangsa mempunyai jiwanya masing-masing yang disebut volksgeist (jiwa
rakyat atau jiwa bangsa).
4. Pancasila sebagai perjanjian luhur
Dikatakan sebagai perjanjian luhur karena pancasila ini disetujui
oleh wakil-wakil rakyat Indonesia dari seluruh Indonesia.
5. Pancasila sebagai kepribadian bangsa
Hal ini, berarti pancasila berfungsi dan berperan dalam
menujukkan adanya kepribadian bangsa Indonesia yang dapat dibedakan
dengan bangsa lain, yaitu sikap mental , tingkah laku dan amal perbuatan
bangsa Indonesia.
6. Pancasila sebagai moral pembangunan
Hal ini mengandung maksud nilai-nilai luhur pancasila (norma-
norma yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945) di jadikan tolak

6
ukur dalam melaksanakan pembangunan nasional, baik dalam,
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan, maupun dalam
evaluasi.

F. Pelaksanaan Pancasila Dalam Kehidupan Bermasyarakat

Masyarakat dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara


sering menghadapi permasalahan yang datang dari kelompok ataupun dirinya
sendiri. Hal itu disebabkan adanya perbedaan kepentingan antar manusia.
Demikian pula dengan warga Negara Indonesia sering menghadapi masalah
dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu, bangsa
Indonesia memerlukan sarana yang tepat untuk mempersatukan
perbedaan  tersebut sehingga permasalahan dapat dihadapi bersama. Sarana
yang sesuai dengan jiwa, kepribadian, dan ideology bangsa adalah Pancasila.
Agar Pancasila dapat benar-benar menjadai ideologi bangsa dan dasar Negara,
perlu adanya kebetulan tekad untuk mempertahankan Pancasila.

Peran serta warga Negara Indonesia dalam upaya mempertahankan


Pancasila dapat dilakukan dengan mewujudkan  di dalam hidup sehari-hari. Jika
Pancasila tidak dapat merasakan wujudnya dalam kehidupan nyata dan kita
tidak dapat merasakan wujudnya dalam kehidupan sehari-hari maka lambat laun
pengertian Pancasila akan luntur. Selanjutnya, Pancasila hanya akan menjadi
dokumen kenegaraan yang tertulis dalam buku-buku sejarah indonesia.

Beberapa contoh pelaksanaan atau pengamalan Pancasila dalam


kehidupan bermasyarakat, antara lain:

1. Mencintai dan membina persatuan dan kesatuan bangsa.


2. Mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan kewajiban asasi setiap
manusia tanpa membeda-bedakan suku, bangsa, ras, agama,
kepercayaaan, kedudukan sosial dan sebagainya.

7
3. Menjunjung tinggi kebenaran dan keadilan.
4. Bersikap kritis dan mampu mengembangkan potensi diri.
5. Saling menghormati antar pemeluk keyakinan
6. Memiliki sikap gotong-royong dalam bermasyarakat.

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Pancasila sebagai Sistem filsafat mengandung pandangan nilai pemikiran


yang saling berhubungan dan merupakan kesatuan yang utuh. Pancasila juga
memiliki ciri-ciri yang utuh, dan memiliki 3 landasan yaitu landasan Ontologi,
Epistemologi dan Aksiologi yang saling berkaitan satu sama lain. Pancasila juga
berfungsi sebagai dasar negara indonesia, pandangan hidup bangsa dan jiwa
bangsa indonesia ini yang sudah mulai menurun. Pelaksanaan yang bisa lakukan
oleh masyarakat indonesia, khususnya bagi pelajar dan mahasiswa adalah
mencintai dan membina persatuan, tidak membeda-bedakan ras, suku, agama
dll, saling menghormati dan saling bergotong-royong membangun bangsa ini
menjadi lebih baik lagi.

B. SARAN

Dalam makalah ini penulis berkeinginan memberikan saran kepada


pembaca agar ikut peduli dalam mengetahui sejauh mana kita mempelajari

8
tentang filsafat, filsafat pancasila, dan pancasila sebagai sistem filsafat. Semoga
dengan makalah ini para pembaca dapat menambah cakrawala ilmu
pengetahuan.

BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

Darmodiharjo, Darji. 1978. Pokok-pokok Filsafat Hukum, Jakarta: PT.


Gramedia.

https://id.wikipedia.org/wiki/Sistem

Driyarkara, SJN., 1978, Percikan Filsafat, Jakarta: PT. Pembangunan.

Kaelan dan Achmad Zubaidi. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan Untuk


Perguruan Tinggi Berdasarkan SK Dirjen DIKTI
N0.43/DIKTI/KEP/2006. Yogyakarta: Paradigma.

Sutono, Agus. 2015. Meneguhkan Pancasila Sebagai Filsafat Pendidikan


Nasional. Jurnal Ilmiah CIVIS. Vol. V, No. 1.

Anda mungkin juga menyukai

  • Pemasaran
    Pemasaran
    Dokumen2 halaman
    Pemasaran
    Shandhika Pradipta
    Belum ada peringkat
  • Statis 2
    Statis 2
    Dokumen12 halaman
    Statis 2
    Shandhika Pradipta
    Belum ada peringkat
  • Statis 1
    Statis 1
    Dokumen7 halaman
    Statis 1
    Shandhika Pradipta
    Belum ada peringkat
  • Statis 2
    Statis 2
    Dokumen4 halaman
    Statis 2
    Shandhika Pradipta
    Belum ada peringkat
  • Statis 3
    Statis 3
    Dokumen8 halaman
    Statis 3
    Shandhika Pradipta
    Belum ada peringkat
  • KOmbis 4
    KOmbis 4
    Dokumen5 halaman
    KOmbis 4
    Shandhika Pradipta
    Belum ada peringkat
  • Kombis 3
    Kombis 3
    Dokumen2 halaman
    Kombis 3
    Shandhika Pradipta
    Belum ada peringkat
  • Kombis 1
    Kombis 1
    Dokumen4 halaman
    Kombis 1
    Shandhika Pradipta
    Belum ada peringkat
  • Kombis 2
    Kombis 2
    Dokumen2 halaman
    Kombis 2
    Shandhika Pradipta
    Belum ada peringkat