Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan adalah salah satu upaya manusia untuk bisa menggapai cita citanya,
sebagaimana defenisi pendidikan itu sendiri adalah aktifitas atau usaha manusia untuk
menumbuh kembangkan potensi-potensi bawaan baik jasmani maupun rohani sesuai
dengan nilai-nilai yang ada didalam masyarakat dan kebudayaan untuk memperoleh
hasil dan potensi. Dengan pendidikan ini pula manusia berpikir lebih maju dan ingin
selalu mengetahui sesuatu yang semula sebelum tahu menjadi tahu, karena
penemuan-penemuan itu pula maka terjadilah yang namanya inovasi. Dan guna
efesiensi, relevansi, kualitas dan efektivitas.
Islam sangat mementingkan pendidikan. Dengan pendidikan yang benar dan
berkualitas, individu-individu yang beradab akan terbentuk yang akhirnya
memunculkan kehidupan sosial yang bermoral. Sayangnya, sekalipun institusi-
institusi pendidikan saat ini memiliki kualitas dan fasilitas, namun institusi-institusi
tersebut masih belum memproduksi individu-individu yang beradab. Sebabnya, visi
dan misi pendidikan yang mengarah kepada terbentuknya manusia yang beradab,
terabaikan dalam tujuan institusi pendidikan. Penekanan kepada pentingnya anak
didik supaya hidup dengan nilai-nilai kebaikan, spiritual dan moralitas seperti
terabaikan. Bahkan kondisi sebaliknya yang terjadi.
Saat ini, banyak institusi pendidikan telah berubah menjadi industri bisnis, yang
memiliki visi dan misi yang pragmatis. Pendidikan diarahkan untuk melahirkan
individu-individu pragmatis yang bekerja untuk meraih kesuksesan materi dan profesi
sosial yang akan memakmuran diri, perusahaan dan Negara. Pendidikan dipandang
secara ekonomis dan dianggap sebagai sebuah investasi. “Gelar” dianggap sebagai
tujuan utama, ingin segera dan secepatnya diraih supaya modal yang selama ini
dikeluarkan akan menuai keuntungan. Sistem pendidikan seperti ini sekalipun akan
memproduksi anak didik yang memiliki status pendidikan yang tinggi, namun status

1
tersebut tidak akan menjadikan mereka sebagai Iindividu yang beradab.Dua faktor
terpenting yaitu pendidik dan sang didikan –guru dan murid– tidak terperhatikan
aturan mainnya berikut hak dan kewajiban yang harus ada pada mereka. Kualitas dan
kuantitas pendidikan harus diperhatikan, karena suatu bangsa akan maju apabila
sistem pendidikan didalamnya sangat terperhatikan. Mungkin kebanyakan dari kita
tidak mengetahui makna pendidikan yang sesungguhnya. Untuk itu makalah ini akan
menuliskan tentang pengertian dan faktor-faktor pendidikan yang harus kita ketahui,
terutama bagi individu yang berkecimpung dalam pendidikan itu sendiri.

B. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi fokus pembicaraan yang akan dibahas dalam makalah ini
adalah Apa saja faktor-faktor pendidikan ?

C. Tujuan Penulisan
Tujuan dalam penyusunan makalah ini adalah sebagai Untuk mengetahui faktor-
faktor pendidikan.

2
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAN

A. Tinjauan Dari Sudut Pandang Agama


Pendidikan dari segi bahasa berasal dari kata didik, lalu kata itu mendapat awalan
“me” sehingga menjadi mendidik artinya memelihara dan memberikan latihan.
Sedangkan secara terminologis mendefinisikan kata pendidikan dari berbagai tujuan
ada yang melihat arti pendidikan dari kepentingan dan fungsi yang diembannya, atau
ada yang melihat dari segi proses ataupun ada yang melihat dari aspek yang
terkandung di dalamnya.
Makna pendidikan secara sederhana dapat diartikan sebagai usaha manusia untuk
membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan
kebudayaannya. Dengan demikian, bagaimanapun sederhananya peradaban suatu
masyarakat, di dalamnya terjadi atau berlangsung suatu proses pendidikan. Karena
itulah sering dinyatakan pendidikan telah ada sepanjang peradaban umat manusia.
Pendidikan pada hakikatnya merupakan usaha manusia melestarikan hidupnya.
Pendidikan menurut pengertian Yunani adalah “pedagogik” yaitu ilmu menuntun
anak, orang Romawi memandang pendidikan sebagai “educare”, yaitu mengeluarkan
dan menuntun, tindakan merealisasikan potensi anak yang dibawa dilahirkan di
dunia.
Bangsa Jerman melihat pendidikan sebagai “Erzichung” yang setara dengan
educare, yakni membangkitkan kekuatan terpendam atau mengaktifkan
kekuatan/potensi anak. Dalam bahasa Jawa pendidikan berarti panggulawentah
(pengolahan), mengolah, mengubah, kejiwaan, mematangkan perasaan, pikiran dan
watak, mengubah kepribadian sang anak. Sedangkan menurut Herbart pendidikan
merupakan pembentukan peserta didik kepada yang diinginkan sipendidik yang
diistilahkan dengan Educere. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, pendidikan

3
berasal dari kata dasar “didik” (mendidik), yaitu memelihara dan memberi latihan
(ajaran pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran.
Sedangkan pendidikan mempunyai pengertian proses pengubahan dan tata laku
seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran dan latihan, proses perluasan, dan cara mendidik. Ki Hajar Dewantara
mengartikan pendidikan sebagai upaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran serta
jasmani anak, agar dapat memajukan kesempurnaan hidup dan menghidupkan anak
yang selaras dengan alam dan masyarakatnya.
Dalam upaya perubahan tingkah laku dari tidak tahu menjadi tahu, pendidikan
berusaha keras demi mencapai tujuan yang diharapkan tidak lain adalah
mengharapkan munculnya manusia atau tumbuhnya manusia yang mapan dari segi
mental dan spiritual dan berkembangnya segi rohani serta jasmani sehingga menjadi
manusia paripurna. Dalam memberikan bimbingan atau pertolongan yang diberikan
dengan cuma-cuma terhadap orang yang benar-benar membutuhkan, pendidikan tidak
diberikan begitu saja akan tetapi pendidikan mempunyai komponen-komponen
tertentu seperti adanya tujuan, cara untuk menyampaikan kandungan itu.
Sedangkan pengertian pendidikan dalam pendidikan Islam pada umumnya
mengacu pada Al-Tarbiyah, Al-Ta'dib, Al-Ta'lim. Dari ketiga istilah tersebut yang
populer di gunakan dalam praktek pendidikan Islam ialah Al-Tarbiyah, sedangkan
Al-Ta'lim dan Al-Ta'dib jarang sekali digunakan. Padahal kedua istilah tersebut telah
digunakan sejak awal pertumbuhan pendidikan Islam.
Istilah Al-Tarbiyah berasal dari kata Rab. Walaupun kata ini memiliki banyak arti,
akan tetapi pengertian dasarnya menunjukkan makna tumbuh, berkembang,
memelihara, merawat, mengatur dan menjaga kelestarian atau ekstiensinnya. pada
hakikatnya merujuk kepada Allah selaku Murabby (pendidik) sekalian alam. Kata
Rabb (Tuhan) dan Murabby (pendidik) berasal dari akar kata seperti termuat dalam
ayat al-Qur’an:

‫ص ِغيرا‬ ُّ ‫اخفِضْ لَهُ َما َجنَا َح‬


َ ‫الذلِّ ِمنَ الرَّحْ َم ِة َوقُلْ رَّبِّ ارْ َح ْمهُ َما َك َما َربَّيَانِي‬ ْ ‫ً َو‬

4
Artinya: “Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh
kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya,
sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil". (Q.S. Al-Israa:24)

Menurut Syed Naquib Al-Attas, al-tarbiyah mengandung pengertian mendidik,


memelihara menjaga dan membina semua ciptaan-Nya termasuk manusia, binatang
dan tumbuhan. Sedangkan Samsul Nizar menjelaskan kata al-tarbiyah mengandung
arti mengasuh, bertanggung jawab, memberi makan, mengembangkan, memelihara,
membesarkan, menumbuhkan dan memproduksi baik yang mencakup kepada aspek
jasmaniah maupun rohaniah. Kata Rabb di dalam Al-Qur’an diulang sebanyak 169
kali dan dihubungkan pada obyek-obyek yang sangat banyak. Kata Rabb ini juga
sering dikaitkan dengan kata alam, sesuatu selain Tuhan. Pengkaitan kata Rabb
dengan kata alam tersebut seperti pada surat Al-A’raf ayat 61:

َ‫ضالَلَة ٌ َولَ ِكنِّي َرسُول ٌ ِم ْن َربِّ ْال َعالَ ِمين‬ َ ‫قَا َل يَاقَوْ ِم لَي‬
َ ‫ْس ِبي‬

Artinya: “Nuh menjawab: Hai kaumku, tak ada padaku kesesatan sedikitpun tetapi
aku adalah utusan Tuhan semesta alam.”

Proses pendidikan Islam adalah bersumber pada pendidikan yang di berikan Allah
sebagai "pendidik" seluruh ciptaan Nya, termasuk manusia. Pengertian pendidikan
Islam yang dikandungkan dalam Al-Tarbiyah, terdiri dari empat unsur pendekatan,
yaitu:
1. Memelihara dan menjaga fitrah anak didik menjelang dewasa (baligh)

2. Mengembangkan seluruh potensi menuju kesempurnaan.

3. Mengarahkan seluruh fitrah menuju kesempurnaan.

4. Melaksanakan pendidikan secara bertahap.

Dalam kata Al-Tarbiyah yang memiliki arti pengasuh, pemeliharaan, dan kasih
sayang tidak hanya digunakan untuk manusia, akan tetapi juga digunakan untuk

5
melatih dan memelihara binatang atau makhluk Allah lainnya. Di antara batasan yang
sangat variatif tersebut adalah;
1. Mengemukakan bahwa pendidikan Islam adalah proses mengubah tingkah laku
individu peserta didik pada kehidupan pribadi, masyarakat, dan alam sekitarnya.
2. Mendefinisikan pendidikan Islam sebagai upaya mengembangkan, mendorong
serta mengajak peserta didik hidup lebih dinamis dengan berdasarkan nilai-nilai
yang tinggi dan kehidupan yang mulia.
3. Mengemukakan bahwa pendidikan Islam adalah bimbingan atau pimpinan secara
sadar oleh pendidikan terhadap perkembangan jasmani dan rohani peserta didik
menuju terbentuknya kepribadiannya yang utama (insan kamil).
4. Mendefinisikan pendidikan Islam sebagai bimbingan yang diberikan oleh
seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam
Istilah Al-Ta'lim adalah telah digunakan sejak periode awal pelaksanaan
pendidikan Islam. Menurut para ahli, kata ini lebih bersifat universal di banding Al-
Tarbiyah mupun Al Ta'dib. Misalnya mengartikan Al-Ta`lim sebagai proses transmisi
berbagai ilmu pengetahuan pada jiwa individu tanpa adanya batasan dan
ketentuantertentu. melainkan membawa kaum muslimin kepada nilai pendidikan
tazkiyah dan annafs (pensucian diri) dari segala kotoran, sehingga memungkinkannya
menerima alhikmah serta mempelajari segala yang bermanfaat untuk diketahui.
Proses pembelajaran ta’lim secara simbolis dinyatakan dalam informasi al-Qur’an
ketika penciptaan Adam As oleh Allah Swt. Adam As sebagai cikal bakal dari
makhluk berperadaban (manusia) menerima pemahaman tentang konsep ilmu
pengetahuan langsung dari Allah Swt, sedang dirinya (Adam As) sama sekali kosong.
Sebagaimana tertulis dalam surat al-Baqarah ayat 31 dan 32:
‫ِين‬
َ ‫صا ِدق‬ َ ‫َو َعلَّ َم آدَ َم األَسْ َما َء ُكلَّ َها ُث َّم َع َر‬
َ ‫ض ُه ْم َعلَى ْال َمالَ ِئ َك ِة َف َقا َل أَ ْن ِب ُئونِي ِبأَسْ َما ِء َهاؤُ الَء إِنْ ُكن ُت ْم‬
Artinya: “Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya,
kemudian mengemukakannya kepada para malaikat lalu berfirman: “Sebutkanlah
kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar.”

6
‫ك أَ ْنتَ ْال َعلِي ُم ْال َح ِكي ُم‬
َ َّ‫ك الَ ِع ْل َم لَنَا إِالَّ َما عَلَّ ْمتَنَا إِن‬
َ َ‫قَالُوا ُس ْب َحان‬

Artinya: “ Mereka menjawab, “Maha suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain
dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami, sesungguhnya Engkaulah yang
Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”
Pendidikan diistilahkan dengan  ta’dib, yang berasal dari kata kerja “addaba” .
Kata al-ta’dib diartikan kepada proses mendidik yang lebih tertuju pada pembinaan
dan penyempurnaan akhlak atau budi pekerti peserta didik. Kata ta’dib tidak dijumpai
langsung dalam al-Qur’an, tetapi pada tingkat operasional, pendidikan dapat dilihat
pada praktek yang dilakukan oleh Rasulullah. Rasul sebagai pendidik agung dalam
pandangan pendidikan Islam, sejalan dengan tujuan Allah mengutus beliau kepada
manusia yaitu untuk menyempurnakan akhlak. Allah juga menjelaskan, bahwa
sesungguhnya Rasul adalah contoh teladan bagi kamu sekalian.
ِ ‫ُول هَّللا ِ أُ ْس َوةٌ َح َسنَة ٌ لِ َم ْن َكانَ يَرْ جُو هَّللا َ َو ْاليَوْ َم‬
‫اآلخ َر َو َذ َك َر هَّللا َ َكثِيرا‬ ِ ‫لَقَ ْد َكانَ لَ ُك ْم فِي َرس‬

Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap rahmat Allah dan kedatangan hari kiamat
dan dia banyak menyebut Allah.”(Q.S. Al-Ahzab, 21)
Selanjutnya Rasulullah Saw meneruskan wewenang dan tanggung jawab tersebut
kepada kedua orang tua selaku pendidik kodrati. Dengan demikian status orang tua
sebagai pendidik didasarkan atas tanggung jawab keagamaan, yaitu dalam bentuk
kewajiban orang tua terhadap anak, mencakup memelihara dan membimbing anak,
dan memberikan pendidikan akhlak kepada keluarga dan anak-anak. Pendidikan
disebut dengan ta’lim yang berasal dari kata ‘alama berkonotasi pembelajaran yaitu
semacam proses transfer ilmu pengetahuan. Dalam kaitan pendidikan ta’lim dipahami

7
sebagai sebagai proses bimbingan yang dititikberatkan pada aspek peningkatan
intelektualitas peserta didik.
Istilah Al-Ta'dib adalah pengenalan dan pengakuan yang secara berangsur-angsur
ditanamkan pada diri manusia (peserta didik) tentang tempat-tempat yang tepat dari
segala sesuatu di dalam tatanan penciptaan. Dengan pendekatan ini, pendidikan akan
berfungsi sebagai pembimbing kearah pengenalan dan pengakuan kepada Tuhan yang
tepat dalam tatanan wujud dan kepribadiannya.
Dari ketiga konsep diatas, terlihat hubungan antara tarbiyah, ta’lim dan ta’dib.
Ketiga konsep tersebut menunjukkan hubungan teologis  (nilai tauhid) dan teleologis
(tujuan) dalam pendidikan Islam sesuai al-Qur’an yaitu membentuk akhlak al-
karimah.

B. Tinjauan Dari Sudut Pandang Para Ahli


Adapun pengertian lainnya dari tokoh-tokoh besar di Indonesia adalah sebagai
berikut:
1. Pengertian Pendidikan Menurut Purwanto
Pendidikan  adalah  usaha  manusia  untuk  membina kepribadiannya  sesuai 
dengan  nilai-nilai  dalam  masyarakat  dan kebudayaan. Pendidikan dapat
dibatasi dalam pengertiannya yang sempit dan luas. Dalam arti sempit
pendidikan adalah usaha sadar dan  terencana  untuk  menolong  anak  didik 
menjadi  matang kedewasaannya. Pendidikan  dalam  pengertian  ini 
dilakukan  oleh institusi formal sekolah.
2. Pengertian Pendidikan Menurut Dewey
Pendidikan adalah suatu proses pengalaman karena kehidupan adalah
pertumbuhan.
3. Pengertian Pendidikan Menurut Mahmud Yunus
Pendidikan adalah usaha-usaha yang sengaja dipilih untuk mempengaruhi dan
membantu anak dengan tujuan peningkatan keilmuan jasmani dan akhlak
sehingga secara bertahap dapat mengantarkan si anak kepada tujuannya yang

8
paling tinggi, agar si anak hidup bahagia serta seluruh apa yang dilakukannya
menjadi bermanfaat bagi dirinya dan masyarakat.
4. Pengertian Pendidikan Menurut Dewantara
Dewantara (2005:25) berpendapat bahwa
Pendidikan sebagai daya upaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran, serta
jasmani anak, agar dapat memajukan kesempurnaan hidup yaitu hidup dan
menghidupkan anak yang selaras dengan alam dan masyarakatnya.
5. Pengertian Pendidikan Menurut Ihsan Fuad
Fuad (2005) secara gamblang menjelaskan bahwa
Pendidikan  adalah  aktivitas  dan  usaha  manusia  untuk  meningkatkan
kepribadiannya dengan jalan membina potensi-potensi pribadinya, yaitu
rohani (pikir, karsa, rasa, cipta, dan budi nurani) -- juga berarti lembaga yang
bertanggung jawab menetapkan cita-cita (tujuan) pendidikan, isi, sistem, dan
organisasi pendidikan -- meliputi keluarga, sekolah dan masyarakat.
6. Pengertian Pendidikan Menurut Tirtarahardja
Secara ringkas, Tirtarahardja (2005) mengungkapkan
Pendidikan diartikan sebagai suatu kegiatan yang sistematis dan sistemik
terarah kepada terbentuknya kepribadian peserta didik.

9
BAB III
PEMBAHASAN
1. Pengertian Pendidikan
Apa yang dimaksud dengan pendidikan? Secara umum, pengertian
pendidikan adalah suatu proses pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan
kebiasaan sekumpulan manusia yang diwariskan dari satu genereasi ke generasi
selanjutnya melalui pengajaran, pelatihan, dan penelitian.
Ada juga yang mengatakan definisi pendidikan adalah suatu usaha sadar yang
dilakukan secara sistematis dalam mewujudkan suasana belajar-mengajar agar para
peserta didik dapat mengembangkan potensi dirinya. Dengan adanya pendidikan
maka seseorang dapat memiliki kecerdasan, akhlak mulia, kepribadian, kekuatan
spiritual, dan keterampilan yang bermanfaat bagi diri sendiri dan masyarakat.
Dalam bahasa Inggris, kata pendidikan disebut dengan Education dimana secara
etimologis kata tersebut berasal dari bahasa Latin, yaitu Eductum.
Kata Eductum terdiri dari dua kata, yaitu E yang artinya perkembangan dari dalam
keluar, dan Duco yang artinya sedang berkembang. Sehingga secara etimologis arti
pendidikan adalah proses mengembangkan kemampuan diri sendiri dan kekuatan
individu.
Jadi, secara singkat pengertian pendidikan adalah suatu proses pembelajaran
kepada peserta didik agar memiliki pemahaman terhadap sesuatu dan membuatnya
menjadi seorang manusia yang kritis dalam berpikir.
2. Faktor-faktor Pendidikan
Dalam proses perkembangan pemikiran pendidikan di dunia barat, kegiatan
pendidikan berkembang dari konsep paedagogi yang merupakan kegiatan pendidikan

10
ditujukan hanya kepada anak yanng belum dewasa, menjadi andragogi yang
merupakan kata dasar andro artinya laki-laki yang rupanya seperti perempuan,
selanjutnya education yang berfungsi ganda, yakni “transfer of khnowledge” di satu
sisi dengan “making scientific attitude” pada sisi yang lain.
Menurut Sutari Imam Barnadib, bahwa perbuatan mendidik dan dididik memuat
faktor-faktor tertentu yang mempengaruhi dan menentukan; 
1) Adanya tujuan yang hendak di capai 
2) Adanya subjek manusia 
3) Yang hidup bersama dalam linkungan hidup tertentu 
4) Yang menggunakan alat-alat tertentu untuk mencapai tujuan.
1. Faktor Tujuan
faktor tujuan; “ mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia
Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan
YME dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan , kesehatan
jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab
kemasyarakatan dan kebangsaan.
Fungsi Tujuan bagi Pendidikan; 
1. Sebagai arah pendidikan 
2. Tujuan sebagai titik akhir 
3. Tujuan sebagai titik pangkal mencapai tujujan lain 
4. Memberi nilai pada usaha yang dilakukan 
Macam-macam Tujuan Pendidikan 
1. Tujuan umum, yang menjiwai pekerjaan mendidik dalam segala waktu dan
keadaan, dirumuskan dengan memperhatikan hakikat kemannusian yang
univesal. 
2. Tujuan khusus, diantaranya: terhadap perbedaan individu anak didik,
perbedaan lingkungan keluarga dan masyarakat, perbedaan yang berhubungan
dengan tugas lembaga pendidikan, perbedaan yang berhubungan dengan
pandangan atau falsafah hidup suatu bangsa. 

11
3. Tujuan tak lengkap, yang merupakan tujujan yan g hanya mencangkup satu
aspek tujuan saja 
4. Tujuan sementara, tujjuan pertingkat sesuai denga jenjang pendidikan 
5. Tujuan insidentil, tujuan yang bersifat sesaat karena adanya situasi yang
terjadi secara kebetuilan, kendatipun demikian tujuan ini tak terlepas dari
tujuan umum. 
6. Tujuan intermedier; tujuan perantara 
Kemudian, dalam hubungannya dengan hierarki tujuan pendidikan, dibedakan
macam-macam tujuan yaitu; nasional, institusional, kurikuler dan instruksional.
2. Faktor Pendidik
Pendidik ialah orang yang memikul pertanggungjawaban untuk mendidik. Dwi
Nugroho Hidayanto menginventarisasi bahwa pengertian pendidik ini meliputi: a,
orang dewasa, b, orang tua, c, guru, d, pemimpin masyarakat, e, pemimpin agama.
Karakteristik pribadi dewasa susila, yaitu; mempunyai individualitas yang utuh,
mempunyai sosialitas yang utuh, mempunyai norma kesusilaan dan nilai-nilai
kemanusian, bertindak sesuai dengan norma dan nilai-nilai atas tanggung jawab
sendiri demi kebahagian dirinyya dan kebahagian masyarakat atau orang lain. 
Orang dewasa dapat disifati secara umum melalui gejala-gejala kepribadiannya,
yaitu; a, telah mampu mandiri, b, dapat mengambil keputusan batin sendiri atas
perbuatannya, c, memilki pandangan hidup, dan prinsip hidup yang pasti dan tetap, d,
kesanggupan untuk ikut serta secara konstruktif pada matra sosio kultural; e,
kesadaran akan norma-norma; f, menunjjukkan hubungan pribadi dengan norma-
norma. 
Beberapa Karakteristik Pendidik. 
1. Kematangan diri stabil 
2. kematangan sosial yang stabil, 
3. kematangan profisional, 
Guru sebagai Pendidik Formal.

12
Di dalam UU Pokok Pendidikan No.4 tahun 1950 Pasal 15 ditetapkan bahwa: syarat-
syarat menjadi guru, selain ijazah, dan syarat-yarat yang mengenai kesehatan jasmani
dan rohani, ialah sifat yang perlu untuk dapat memberikan pendidikan dan
pengajaran, yaitu: syarat profisional (ijazah), syarat biologis (Kesehatan jasmani),
syarat psikologis (kesehatan mental); syarat paedagogis-didaktis (pendidikan dan
pengajaran). Persyaratan pribadi adalah: berbudi pekerti luhur, kecerdasan yang
cukup, temperamen yang tenang dan kestabilan dan kematangan emosional.
Persyaratan jabatan pengetahuan tentang manusia dan masyarakat, dasar fundamental
jabatan profesi, keahlian dalam cabang ilmu pengetahuan, dalam kepemimpinan,
filsafat pendidikan yang pasti.
3. faktor Anak Didik
Karakteristiknya adalah: belum memiliki pribadi dewasa, masih menyempurnakan
aspek kedewasaannya, memiliki sifat-sifat dasar yang sedang ia kembangkan secara
terpadu. 
4. faktor Alat Pendidikan 
a. Alat pendidikan adalah suatu tindakan atau situasi yang sengaja diadakan untuk
tercapainya pendidikan tertentu. 
b. Macam-macam alat pendidikan dari segi wujud: perbuatan pendidik dan benda-
benda. Dari tiga sudut pandang: pengaruh terhadap tinngkah laku anak didik,
akibat tindakan terhadap perasaan anak didik dan bersifat melindungi anak
didik. 
c. Dasar-dasar Pertimbangan penggunaan alat adalah tujuan yang ingin dicapai,
orang yang menggunakan alat, untuk siapa alat itu digunakan, efektifitas
penggunaan alat tersebut dengan tidak melahirkan efek tambahan yang
merugikan. 
d. Penggunaan alat pendidikan,tampak dalam bentuk tindakan: teladan, anjuran,
suruhan dan perintah, larangan, pujian dan hadiah, teguran, peringatan dan
ancaman, hukuman didasari tiga prinsip kenapa diadakan; karena adanya

13
pelanggaran, adanya kesalahan yang diperbuat, dengan tujuan agar tidak terjadi
pelanggaran. 

BAB IV
PENUTUP

A. Simpulan
Secara universal pendidikan dapat didefinisikan sebagai suatu cara
untuk mengembangkan keterampilan, kebiasaan dan sikap-sikap yang diharapkan
dapat membuat seseorang menjadi warga negara yang baik, tujuannya
untuk mengembangkan atau mengubah kognisi, afeksi dan konasi seseorang.
Terdapat lima faktor-faktor pendidikan, antara lain : faktor tujuan, faktor
pendidik, faktor anak didik, faktor alat pendidikan, faktor lingkungan, . Faktor-
faktor tersebut dapat membentuk sebuah pola interaksi atau saling mempengaruhi.

B. Saran
Kita sebagai manusia mutlak membutuhkan pendidikan, oleh karena itu kita
sebagai anak didik maupun pendidik di masa kelak harus memperhatikan hakikat
arti dari pendidikan itu sendiri, sehingga agar tercapainya sebuah tujuan yang tidak
keluar dari aturan yang sudah ada.

14
DAFTAR RUJUKAN

Shofan, M., 2004. Pendidikan Berparadigma Profesik Upaya Konstruktif


Membongkar Dikotomi Sistem Pendidikan Islam, Gresik UMG Press

Al-Rsyid dan Samsul Nizzar, Edisi Revisi Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis
Filsafat Pendidikan Islam, (Ciputat : PRESS, 2003)

Abdul Mujib dan jusuf Mudzakkir, llmu Pendidikan Islam, (Jakata: Kencana Prenada
Media, 2006.

15

Anda mungkin juga menyukai