Anda di halaman 1dari 9

PENDEKATAN KONSELING PSIKOANALISIS

DOSEN PENGAMPU
DRA. RAHMI SOFAH, M.Pd.,Kons
NUR WISMA, S.Pd.I, M.Pd

DI SUSUN

OLEH :

FITRI OKTA VIANI

( 06071381823053)

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2020
A. Pengertian Konseling Psikoanalisis

Psikoanalisis merupakan suatu metode penyembuhan yang bersifat psikologis


dengan cara-cara fisik. Menurut Eldido Psikoanalisis merupakan suatu pandangan
baru tentang manusia, dimana ketidaksadaran memainkan peran sentral.
Psikoanalisis ditemukan dalam usaha untuk menyembuhkan pasien-pasien
histeria. Baru kemudian menarik kesimpulan-kesimpulan teoritis dari
penemuannya dibidang praktis. Dari hasil penelitian yang dilakukannya kemudian
lahir asumsi-asumsi tentang perilaku manusia.

Corey mengatakan bahwa psikoanalisis merupakan teori pertama yang muncul


dalam psikologi khususnya yang berhubungan dengan gangguan kepribadian dan
perilaku neurotik, kemudian disusul oleh behaviorisme dan humanitis.

Pada kemunculannya, teori Freud ini banyak mengundang kontroversi, eksplorasi,


penelitian dan dijadikan landasan berpijak bagi aliran lain yang muncul kemudian.
Mulanya Freud menggunakan teknik hipnosis untuk menangani pasiennya. Tetapi
teknik ini ternyata tidak dapat digunakan pada semua pasien.

Dalam perkembangannya, Freud menggunakan teknik asosiasi bebas (free


association) yang kemudian menjadi dasar dari psikoanalisis. Teknik ini
ditemukan ketika Freud melihat beberapa pasiennya tidak dapat dihipnotis atau
tidak memberi tanggapan terhadap sugesti atau pertanyaan yang mengungkap
permasalahan klien. Selanjutnya, Freud mengembangkan lagi teknik baru yang
dikenal sebagai analisis mimpi.

Menurut Willis, pengertian psikoanalisis meliputi tiga aspek penting yaitu :

1. Sebagai metode penelitian proses-proses psikis.


2. Teknik untuk mengobati gangguan-gangguan psikis.
3. Sebagai teori kepribadian .

Letak keunggulan psikoanalisis dalam konseling menurut Freud adalah sangat


efektif untuk menyembuhkan klien atau pasien yang histeria, cemas, obsesi
neurosis. Namun demikian kasus-kasus sehari-hari dapat juga digunakan
pendekatan psikoanalisis ini untuk mengatasinya .

B. Prinsip dan Tujuan Konseling Psikoanalisis

Di dalam gerakannya, psikoanalisis mempunyai beberapa prinsip yaitu:

1. Prinsip Konstansi artinya bahwa kehidupan psikis cenderung untuk


mempertahankan kualitas ketegangan psikis pada taraf yang serendah
mungkin, atau setidak-tidaknya taraf yang stabil, atau dengan kata lain
bahwa kondisi psikis manusia cenderung dalam konflik yang permanen.
2. Prinsip Kesenangan, artinya kehidupan psikis cenderung untuk
menghindarkan ketidaksenangan dan sebanyak mungkin memperoleh
kesenangan.
3. Prinsip Realitas yaitu prinsip kesenangan yang disesuaikan dengan
keadaan nyata

Konseling psikoanalisis bertujuan:

1. Menolong individu mendapatkan pengertian yang terus menerus tentang


mekanisme penyesuaian dirinya.
2. Membentuk kembali struktur kepribadian konseling dengan jalan
mengembalikan hal-halyang tidak disadari menjadi sadar kembali, dengan
menitikberatkan pada pemahaman dan pengenalan pengalaman-
pengalaman masa anak-anak, terutama usia 2-5 tahun, untuk ditata,
didiskusikan, dianalisis dan ditafsirkan sehingga kepribadian konseling
bisa direkonstruksi lagi .
C. Pandangan Psikoanalisis Tentang Kepribadian Manusia

1. Topografi Kepribadian

Teori topografi merupakan teori psikoanalisis yang menjelaskan tentang


kepribadian manusia yang terdiri dari sub-subsistem. Bagi Freud kepribadian itu
berhubungan dengan alam kesadaran (awareness). Alam kesadaran terbagi dalam
tiga tingkatan, yaitu:
A. Alam sadar (conscious/Cs), bagian yang berfungsi mengingat, menyadari
dan merasakan sesuatu secara sadar atau nyata.
B. Alam prasadar (preconscious/Pcs), bagian kesadaran yang menyimpan ide,
ingatan, dan perasaan dan berfungsi mengantarkan ide, ingatan, dan
perasaan tersebut ke alam sadar jika individu berusaha mengingatnya
kembali.
C. Alam bawah sadar (unconscious/Ucs), bagian dari dunia kesadaran yang
paling menentukan terbentuknya kepribadian individu. Alam bawah sadar
menyimpan semua ingatan atas peristiwa-peristiwa tertentu yang telah
direpresi individu. Alam bawah sadar juga menyimpan ingatan tentang
keinginan yang tidak tercapai oleh individu .

2. Struktur Kepribadian

Freud beranggapan bahwa kepribadian manusia tersusun secara struktural. Dalam


dunia kesadaran (awareness) individu terdapat pula subsistem struktur kepribadian
yang berinteraksi secara dinamis, antara lain:

A. Id, merupakan subsistem kepribadian yang asli, yang dimiliki individu


sejak lahir. Id bersifat primitif dan bekerja pada prinsip kesenangan. Id
berperan sebagai sumber libido atau tenaga hidup dan energi serta
merupakan sumber dari dorongan dan keinginan dasar untuk hidup dan
mati.
B. Ego, berbeda dengan id yang bekerja hanya untuk memuaskan kebutuhan
naluriah, ego bertindak sebaliknya. Ego berperan menghadapi realitas
hidup dan berasal dari kebudayaan dan norma-norma yang berlaku di
masyarakat. Prinsip kerjanya selalu bertentangan dengan id.
C. Superego, terbentuk dari nilai-nilai yang terdapat dalam keluarga dan
masyarakat yang dipelajari di sepanjang tahun-tahun pertama hidup
manusia. Superego bekerja berdasarkan prinsip moral yang orientasinya
bukan kesenangan tetapi pada kesempurnaan kepribadian .
3. Perkembangan Kepribadian

Secara genetis perkembangan kepribadian berkembang melalui beberapa tahap,


yaitu tahap oral, anal, falik, laten dan genital. Freud mengemukakan bahwa
tahapan perkembangan ini sangat penting terutama bagi pembentukan kepribadian
di kemudian hari.

 Fase oral, terjadi sejak lahir hingga akhir tahun pertama. Pada fase ini anak
berkembang berdasarkan pengalaman kenikmatan erotik pada daerah
mulut. Anak yang tidak mendapat kasih sayang dari ibu dan kepuasan
dalam makan serta minum akan menghambat perkembangan
kepribadiannya.
 Fase anal, terjadi mulai usia dua sampai akhir tahun ketiga. Perkembangan
anak pada fase ini berpusat pada kenikmatan pada daerah anus. Selama
fase ini, peran latihan buang air (toilet training) sangat penting untuk
belajar disiplin dan moral.
 Fase falik, berkembang mulai usia empat hingga lima tahun. Pusat
kenikmatan berpusat pada alat kelamin. Istilah yang kerap muncul pada
fase ini adalah Oedipus complex (ketertarikan seksual pada sosok ibu)
pada anak laki-laki dan electra complex (ketertarikan seksual pada sosok
ayah) pada anak perempuan.
 Fase laten, juga disebut tahap pregenital. Periode ini terjadi antara lima
atau enam tahun hingga pubertas. Pada fase ini anak hanya sedikit
berminat pada seksualitas karena disebabkan kesibukan belajar, aktifitas
dengan teman sebaya dan keterampilan fisik.
 Fase genital, terjadi pada masa pubertas (diatas 12 tahun). Perilaku umum
yang tampak pada fase ini adalah kecenderungan tertarik pada lawan jenis,
bersosialisasi dan berkelompok serta menjalin hubungan kerja. Semua
tingkah laku yang dilakukan kerap kali pada proses menciptakan
hubungan dengan orang lain .
4. Dinamika Kepribadian

Freud sangat terpengaruh oleh filsafat determinisme dan positivisme abad ke–19
dan menganggap organisme manusia sebagai suatu energi yang kompleks. Energi
yang di peroleh dari makanan (energi fisik). Berdasarkan hukum penyimpangan
(conservation of energi) energi tidak dapat hilang, tetapi dapat berpindah-pindah
dari satu tempat ke tempat yang lain. Energi fisik dapat berubah menjadi energi
psikis. Jembatan antar energi tubuh dengan kepribadian ialah id beserta insting –
instingnya.

 Insting, menjadi sumber energi psikis dalam mengarahkan tindakannya


memenuhi keinginan dan kebutuhannya. Freud mengelompokkan insting
atas dua jenis yakni insting hidup dan insting mati. Bentuk energi dimana
insting-insting hidup beroperasi disebut libido. Yang paling utama insting
libido ialah insting seksual. Insting-insting hidup yang lainnya adalah lapar
dan haus.
 Kecemasan, yaitu perasaan kekhawatiran karena keinginan dan tuntunan
internal tidak terpenuhi dengan sebaiknya. Freud mengemukakan ada tiga
bentuk kecemasan, antara lain :
1. Kecemasan realitas (reality anxity), takut akan bahaya yang datang
dari luar. Kecemasan ini bersumber dari ego.
2. Kecemasan neurosis (neurotic anxity), khawatir tidak mampu
mengatasi atau menekan keinginan-keinginan primitifnya. Kecemasan
ini bersumber dari id.
3. Kecemasan moral (moral anxity), kecemasan akibat dari rasa bersalah
dan ketakutan dihukum oleh nilai-nilai dalam hati nuraninya.
Kecemasan ini bersumber dari super ego .
 Mekanisme Pertahanan Ego
Cara individu menghindari kecemasan biasanya dilakukan dengan
mekanisme pertahanan ego (ego defense mechanism). Di antara contoh
bentuk mekanisme pertahanan ego antara lain :
1. Represi, melupakan isi kesadaran yang traumatis. Contoh : seorang
korban tsunami di Aceh berusaha melupakan peristiwa tersebut.
2. Proyeksi, mengalamatkan pikiran, perasaan, motif yang tidak
diterimanya kepada orang lain. Contoh : seseorang mengatakan bahwa
kegagalannya dalam ujian karena teman sebangkunya yang berisik.
3. Introyeksi, menanamkan nilai-nilai dan standar yang dimiliki orang
lain ke dalam dirinya sendiri. Contoh : seorang anak senang berkelahi
karena selalu melihat kedua orang tuanya berkelahi.
4. Regresi, tindakan melangkah mundur secara tidak sadar ke fase
perkembangan yang terdahulu dimana tuntutan tugas
perkembangannya tidak terlalu besar. Contoh : anak berusia 10 tahun
yang kembali minta digendong ketika adiknya lahir .
D. Teknik Konseling Psikoanalisis
Teknik spesifik yang digunakan Freud dalam psikoterapi adalah asosiasi
bebas, interpretasi mimpi, analisis transference, dan analisis resistensi .
1. Asosiasi Bebas
Asosiasi bebas maksudnya teknik yang memberikan kebebasan kepada
klien untuk mengemukakan segenap perasaan dan pikirannya yang
terlintas pada benak klien, baik yang menyenangkan maupun tidak.
Asosiasi ini untuk memudahkan konselor terhadap dinamika
psikologis yang terjadi padanya, sehingga dapat membimbing klien
menyadari pengalaman-pengalaman ketidaksadarannya, dan membuat
hubungan-hubungan kecemasannya saat ini dengan pengalaman masa
lampau.
2. Interpretasi Mimpi
Interpretasi mimpi merupakan teknik dimana klien mengemukakan
segenap mimpinya kepada terapis, karena fungsi mimpi adalah
ekspresi segenap kebutuhan, dorongan, keinginan yang tidak disadari
akan direpresi dan termanifes dalam mimpi. Interpretasi mimpi
maksudnya klien diajak konselor untuk menafsirkan mimpi-mimpi
yang tersirat dalam mimpi yang berhubungan dengan dorongan
ketidaksadarannya.
3. Analisis Tranferensi
Transferensi merupakan bentuk pengalihan segenap pengalaman masa
lalunya dalam hubungannya orang-orang berpengaruh kepada terapis
di saat konseling. Dalam transferensi ini akan muncul perasaan benci,
ketakutan, kecemasan dan sebagainya yang selama ini ditekan di
ungkapkan kembali, dengan sasaran konselor sebagai objeknya. Dalam
konteks ini konselor melakukan analisis pengalaman klien dimasa
kecilnya, terutama hal-hal yang menghambat perkembangan
kepribadiannya. Dengan analisis transferensi diharapkan klien dapat
mengatasi problem yang dihadapi hingga saat ini.
4. Analisis Resistensi
Resistensi merupakan sikap dan tindakan klien untuk menolak
berlangsungnya terapi atau mengungkpkan hal-hal yang menimbulkan
kecemasan. Perilaku ini dilakukan sebagai bentuk pertahanan diri.
Dalam konseling, konselor membantu klien mengenali alasan-alasan
klien melakukan resisitensi sebaiknya dimulai dari hal-hal yang sangat
tampak untuk menghindari penolakan atas interpretasi konselor.
Teknik-teknik spesifik ini tidak biasa dilakukan dalam hubungan
konseling, tetapi lebih banyak digunakan dalam psikoterapi dalm
membantu pasien yang mengalami psikopatologis. 
DAFTAR PUSAKA

https://www.academia.edu/31408039/MAKALAH_KONSELING_PSIKOANALI
SIS

Anda mungkin juga menyukai