PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
yakni retrovirus yang menyerang dan merusak sel-sel limfosit T-helper (CD4+)
sehingga imunitas tubuh akan terus menurun secara progresif. Imunitas tubuh
dalam sistem imun yang berfungsi dalam pertahanan terhadap infeksi melawan
dua populasi yaitu sel T CD4+ dan sel T CD8+ , dimana sel T CD4+ berperan
Pada percobaan oleh Davis PA dan kawan kawan tahun 1997, dilaporkan bahwa
Pada penelitian tersebut, dilaporkan pula bahwa sel T CD4+ akan mempercepat
1
Sel T CD4+ sangat berperan dalam penyembuhan luka karena
dan kawan kawan th 1993, mereka mengisolasi limfosit T terutama sel T CD4+
dari darah tepi manusia yang menghasilkan dua karakteristik faktor pertumbuhan
mengatur respon imun dengan memproduksi sitokin seperti IL2, IFN γ, tumor
factor yang berperan dalam proses penyembuhan luka2. Sel T CD4+ berperan
kami membahas dalam makalah ini dan mengangkat judul Sel CD 4 (Sudraad
Imam, 2006)
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
D. Manfaat Penulisan
2
BAB II
ISI
sel T helper, regulator dari sel T, monosit, makrofak, dan dendrite sel. Di
temukan pada tahun 1984 dinamakan CD4, yang di kode dengan CD4 gen. Ini
merupakan domain dari MHC class II, yang merupakan protein yang spesifik dan
berperan dalam lapisan luar sel, nilai normal CD4 500-1600/m Kubik
terhadap system imun. Ada dua golongan sel limfosit ini yaitu, CD4 yang disebut
“helper” yang mempunyai fungsi untuk melawan infeksi, dan CD8 yang disebut
“kiler” yang akan membunuh sel kangker atau virus. Pada pasien dengan infeksi
HIV akan mengallami penurunan secara drastis. Fungsi CD4 adalan koreseptor
yang akan membentuk sel T-cell reseptor (TCR) dengan APC (antigen presenting
stimulan terutama adalah sitokin yang dihasilkan pada saat pengenalan antigen.
Sitokin terpenting yang dihasilkan sel Th1 pada fase efektor adalah IFN-γ. IFN-γ
destruksi intrasel pada mikroba yang difagositosis. Jadi fungsi pokok efektor Th1
Th1 juga mengeluarkan IL-2 yang berfungsi sebagai faktor pertumbuhan autokrin
3
dan memacu proliferasi dan diferensiasi sel T CD8+. Jadi Th1 berfungsi sebagai
Karakteristik sitokin yang dihasilkan Th2 adalah IL-4 dan IL-5. Sehingga
Th2 adalah mediator untuk reaksi alergi dan pertahanan infeksi terhadap cacing
dan arthropoda. Th2 juga memproduksi sitokin seperti IL-4, IL-13 dan IL-10 yang
bersifat antagonis terhadap IFN-γ dan menekan aktifasi makrofag. Jadi Th2
yang berlebihan dan tak terkontrol dari Th2 berhubungan dengan berkurangnya
Diferensiasi Sel T CD4+ menjadi Th1 dan Th2 tergantung sitokin yang
diproduksi pada saat merespon mikroba yang memacu reaksi imunitas. Beberapa
bakteria intaseluler seperti Listeria dan Mycobakteria dan beberapa parasit seperti
IL 12. Mikroba lain mungkin memacu produksi IL-12 secara tidak langsung.
IFN-γ yang memacu makrofag mengeluarkan IL-12. IL-12 berikatan dengan Sel T
CD4+ sehingga memacu untuk menjadi sel Th1. IL-12 juga meningkatkan
produksi IFN-γ dan aktifitas sitolitik yang dilakukan oleh sel T sitotoksik dan sel
4
NK sehingga memacu imunitas seluler. IFN-γ yang diproduksi Th1 akan
yang penting dalam modulasi sistem imun terutama dalam hal efek jangka
Pada karsinoma mama, CD4 T sel mempunyai fungsi sebagai helper atau
effektor sel untuk repon anti tumor. CD4 T sel menunjukkan peran penting dalam
hal imunitas antitumor oleh adenoviral HER2 vaksin. CD8 dalam hal ini justru
CD4 dapat menfasilitasi imunitas anti tumor melalui beberapa jalan yaitu
antara lain sitokin tipe 1 seperti IL1, IL2, dan IFN . Sitokin tipe2 seperti
IL4, IL5,IL10 dan IL13. Selain itu beberapa sitokin seperti GM CSF dan
IL3.
2. CD4 T sel mampu membantu CD8 sel dengan menghasilkan CD40 pada
3. CD4 T sel dapat secara langsung maupun tidak langsung melisiskan sel
target. Sebagai contoh GSM CSF mengaktifkan tumor spesifik CD4 yang
melisiskan sel.
5
C. Peran sistem imun pada tumor
membunuhnya kalau tumor itu sudah tumbuh. Peran sistem imun ini disebut
immune survaillance, oleh karena itu maka sel-sel Efektor seperti limfosit B,
mendukung bahwa ada peran sistem imun dalam melawan tumor ganas diperoleh
Hewan coba adalah tikus Wistar dengan umur 2,5 sampai 3 bulan dan
berat 250-300 gram. Tikus diperoleh dari Laboratorium Unit Pemeliharaan Hewan
6
kandang dan diberi pakan dan minum ad libitum. Sebelum penelitian, tikus
a. Mikrotom
CD4+
c. Pensil parafin
d. Waterbath
g. Kertas saring
h. Freezer
i. Timer
4.Cara Perlakuan
dikandangkan secara individual dan diberi pakan standar ad libitum selama 7 hari.
Tikus dibagi menjadi 2 kelompok masing-masing terdiri dari 5 ekor tikus yang
7
K1 : Kelompok 1, tikus yang setelah dilakukan insisi 2 cm,
mendapat perlakuan stres yang sama tiap 8 jam selama 24 jam juga
selama 24 jam.
2 cm dan kedalaman sampai subkutis. Luka irisan dibersihkan dan dioles larutan
benang nylon steril nomor 004. Selanjutnya jahitan dibersihkan dan dioles dengan
betadin dan dirawat. Pasca bedah diberikan penicillin oil 15 mg, intra muskular.
dibuat eksisi biopsi pada jaringan bekas irisan kira-kira 0,5 cm persegi melintasi
5. Prosedur Eksisi-biopsi
8
kemudian pada jaringan bekas irisan diusap dengan alkohol 70% lalu dibuat
a. Deparafinisasi
selama 5 menit, lalu ke dalam alkohol 90% dan alkohol 70% masing
menit
c. Unmasking Antigen
d. Immunostaning
9
kemudian Cuci dua kali dengan aquadest. Di beri antibodi sekunder
biotinilated dan di inkubasi selama 30 menit, dan Cuci dua kali dengan
kemudian Cuci dua kali dengan aquadest. Diberi subtrat ensim DAB
10
Gambar imunohistokimia jaringan tikus yang tidak diberi infiltrasi
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
sel T helper, regulator dari sel T, monosit, makrofak, dan dendrite sel. Di
temukan pada tahun 1984 dinamakan CD4, yang di kode dengan CD4 gen. Ini
merupakan domain dari MHC class II, yang merupakan protein yang spesifik dan
berperan dalam lapisan luar sel, nilai normal CD4 500-1600/m Kubik
B. Saran
diberika perlu bertanya terlabih dahu tentang tugas yang diberikan agar
12