Anda di halaman 1dari 7

PRAKTIKUM JALAN

CIVIL ENGINEERING │ TADULAKO UNIVERSITY

AS – 04
PEMERIKSAAN TITIK NYALA DAN TITIK BAKAR
DENGAN MENGGUNAKAN CLEVELAND OPEN CUP
(Flash and Fire Points by Cleveland Open Cup)

1. Tujuan Umum dan Sasaran Praktikum

Praktikum ini memberikan pengertian dan kemampuan dasar kepada mahasiswa untuk
dapat menentukan nilai/suhu titik nyala dan titik bakar aspal. Setelah selesai melakukan
praktikum ini, diharapkan mahasiswa:

 Mengerti prosedur pengujian secara esensial


 Mampu mengukur/menentukan nilai/suhu titik nyala dan titik bakar aspal

2. Terminologi
a. Duplo
Istilah yang menyatakan bahwa sampel yang diuji adalah ganda dan dipersiapkan,
dibuat dan dijaga pada kondisi yang sama
b. Pilot
Pemancing terjadinya nyala api (flash point), berupa titik api yang digerak-gerakkan di
atas sampel yang dipanaskan, pada suhu mendekati nilai titik nyala api
c. Bunsen
Alat pengatur nyala api yang berfungsi sebagai pengatur laju pemanasan, terutama
menjelang dicapainya suhu titik nyala

d. Aspal cair
Aspal dalam bentuk cair, yang didapatkan dengan cara mengembalikannya pada bentuk
semula, sebelum kehilangan unsur pencairnya (minyak). Pengembalian bentuk tersebut
dilakukan dengan mencampurkan kembali aspal padat dengan unsur yang dihilangkan
pada proses penyulingan minyak bumi mentah (crude oil).
Unsur tersebut dapat berupa:
a. Bensin
b. Minyak tanah
c. Minyak solar

KELOMPOK 12 / GELOMBANG 2
PRAKTIKUM JALAN
CIVIL ENGINEERING │ TADULAKO UNIVERSITY

Pemilihan campuran disesuaikan dengan sifat aspal cair yang ingin didapatkan. Makin
tinggi potensi penguapan dari unsur pencampur, makin cepat aspal cair tersebut kembali
menjadi bersifat padat.

3. Teori Dasar

Terdapat dua metode praktikum yang umum dipakai untuk menentukan titik nyala dari
bahan aspal. Praktikum untuk Aspal Cair (Cutback) biasanya dilakukan dengan
menggunakan alat Tagliabue Open Cup, sementara untuk bahan aspal dalam bentuk padat
biasanya digunakan alat Cleveland Open Cup. Kedua metode tersebut pada prinsipnya
adalah sama, walau pada Metode Cleveland Open Cup, bahan aspal dipanaskan di dalam
tempat besi yang direndam di dalam bejana air, sedangkan pada Metode Tagliabue Open
Cup, pemanasan dilakukan pada tabung kaca yang juga diletakkan di dalam air.

Pada kedua metode tersebut, suhu dari material aspal ditingkatkan secara gradual pada
jenjang yang tetap. Seiring kenaikan suhu, titik api kecil dilewatkan di atas permukaan
sampel yang dipanaskan tersebut. Titik nyala ditentukan sebagai suhu terendah dimana
percikan api pertama kali terjadi sedangkan titik bakar ditentukan sebagai suhu dimana
sampel terbakar. Dalam spesifikasi Bina Marga tahun 2010 revisi 3 untuk titik nyala pada
tipe aspal PEN 60/70 adalah ≥ 232 oC.

Gambar 1. Tagliabue Open Cup


Sumber: https://scrib/titik_nyala

KELOMPOK 12 / GELOMBANG 2
PRAKTIKUM JALAN
CIVIL ENGINEERING │ TADULAKO UNIVERSITY

4. Prosedur Praktikum (AASHTO T 48-89: 1990)

4.1 Peralatan yang Digunakan

Percobaan titik nyala dan titik bakar menggunakan peralatan sebagai berikut:

1) Nyala penguji, yaitu nyala api yang dapat diatur dan memberikan nyala dengan
diameter 3,2 mm sampai 4,8 mm dengan panjang tabung 7,5 cm.
2) Kompor listrik
Digunakan untuk memanaskan dan mencairkan aspal yang ada didalam Cleveland
Open Cup.

Gambar 2. Kompor Listrik


Sumber: Dok.Praktikum jalan Raya 2019 kelompok 12

3) Stopwatch
Digunakan untuk menghitung waktu pada pengujian.

Gambar 3. Stopwatch
Sumber: Dok.Praktikum jalan Raya 2019 kelompok 1

4) Termometer

KELOMPOK 12 / GELOMBANG 2
PRAKTIKUM JALAN
CIVIL ENGINEERING │ TADULAKO UNIVERSITY

Digunakan untuk mengukur suhu pada saat aspal dipanaskan.

Gambar 4.
Termometer
Sumber:
Dok.Praktikum jalan Raya 2019
kelompok 12

5) Penahan angin
Digunakan untuk menahan
angin apabila sebagai pemanasan

Gambar 5. Penahan Angin


Sumber: Dok.Praktikum jalan Raya 2019 kelompok 12

4.2 Penyiapan Sampel

Dalam persiapan sampel yang dilakukan contoh aspal dipanaskan di suhu 170oC
sampai aspal cukup cair. Setelah itu mengisi aspal ke dalam cawan kuningan sampai
garis dan menunggu hilangnya gelembung udara yang ada pada permukaan cairan.

4.3 Pengujian Titik Nyala dan Titik Bakar

KELOMPOK 12 / GELOMBANG 2
PRAKTIKUM JALAN
CIVIL ENGINEERING │ TADULAKO UNIVERSITY

Prosedur pengujian titik nyala dan titik bakar memiliki tahapan sebagai berikut:

1) Cawan diletakkan di atas kompor pemanas.


2) Nyala penguji dinyalakan dengan poros pada jarak 7,5 cm dari titik tengah cawan.
3) Termometer dipasang lalu dinyalakan sumber pemanas dan diatur pemanas
sehingga kenaikan suhu menjadi (15±1)C permenit sampai benda uji mencapai
56oC di bawah titik nyala perkiraan.
4) Kecepatan pemanasan diatur hingga 5o sampai 6oC permenit pada suhu antara
56oC dan 28oC di bawah titik perkiraan.
5) Nyala penguji diputar sehingga melalui permukaan cawan (dari tepi ke tepi
cawan) dalam satu detik. Mengulangi pekerjaan tersebut setiap kenaikan 2oC.
6) Melanjutkan pekerjaan di atas sampai terlihat nyala singkat pada suatu titik di atas
permukaan benda uji.
7) Termometer diukur suhunya kemudian dicatat pembacaannya sebagai titik nyala.
8) Pekerjaan pembacaan suhu dilanjutkan sampai terlihat nyala agak lama sekurang-
kurangnya 5 detik di atas permukaan benda uji, lalu suhu diukur pada termometer
dan dicatat sebagai titik bakar.

5. Pelaporan
Dari hasil percobaan di laboratorium, diperoleh nilai titik nyala aspal pada suhu 318
°C dan nilai titik bakar aspal pada suhu 328 °C.

6. Diskusi
Dari hasil pengujian yang telah dilakukan, diperoleh temperatur titik nyala 318°C dan
temperatur titik bakar 328°C, yang berarti memenuhi syarat minimum temperatur titik
nyala oleh Bina Marga Tahun 2010 revisi 3 untuk aspal PEN 60/70, yaitu ≥232 °C.
Titik nyala dan titik bakar perlu diketahui, karena :
a. Sebagai indikasi temperatur pemanasan maksimum dimana masih aman dalam
batas-batas pengerjaan.
b. Agar daya lekat aspal terhadap agregat lainnya tidak hilang akibat dipanaskan
melebihi temperatur titik bakar.

7. Kesimpulan dan Saran


7.1 Kesimpulan

KELOMPOK 12 / GELOMBANG 2
PRAKTIKUM JALAN
CIVIL ENGINEERING │ TADULAKO UNIVERSITY

Hasil pemeriksaan Titik Nyala sebesar 318°C dan Titik Bakar sebesar 328°C
yang didapatkan tersebut memenuhi Spesifikasi Umum Bina Marga Tahun 2010
revisi 3 ,sehingga aspal di periksa baik digunakan untuk perkerasan jalan.
7.2 Saran
Sebaiknya pada saat melakukan percobaan, alat pemanas diberi penutup di
sekitarnya. Hal ini dilakukan agar menjaga suhu pemanas yang dihasilkan oleh
alat tersebut tetap stabil.

Lampiran

KELOMPOK 12 / GELOMBANG 2
PRAKTIKUM JALAN
CIVIL ENGINEERING │ TADULAKO UNIVERSITY

KELOMPOK 12 / GELOMBANG 2

Anda mungkin juga menyukai