KOLAM PELABUHAN
Bahan ajar yang disajikan dalam bahasan ini adalah merupakan salah satu pokok bahasan
mengenai KOLAM PELABUHAN ( BAB V dalam susunan pembahasan )
Prinsip dasar untuk rencana Kolam Pelabuhan ( Basin ) adalah : Manufer dan
penjangkaran kapal dengan aman
Kolam yang ideal harus memiliki area air yang cukup luas dan tenang.
Kedalaman air harus dapat mencukupi untuk manuver kapal, penjangkaran dan
pengerjaan cargo dengan aman dan lancar,
Kolam Pelabuhan harus ditempatkan pada area yang tenang dari pengauh gelombang,
angin dan arus,
hal ini untuk memudahkan keluar-masuk kapal, membuat manuver serta pengangkutan
cargo dengan aman dan lancar.
o Swinging mooring, tambatan dengan sangkutan jangkar dan berat rantai dari
sebuah jangkar yang dijatuhkan dari haluan kapal ke dasar laut, sehingga kapal
dapat menahan kekuatan angin, arus dan gelombang yang dapat menghayutkan
kapal.
o Mooring head in, yaitu methode pamanbatan dengan cara kapal memasuki
tempat penambatan dengan haluannya pada arah yang berlawanan dengan jalan
masuk ke palabuhan.
Haluan kapal bergerak maju ke arah sisi yang benar pada saat akan berhenti.
Sudut arah masuk pada pemanbatan model menyamping lebih besar dari
penambatan model Stanbourt mooring
Luas area perairan untuk manuver kapal diperlukan bebih besar apabila terdapat
angin, gelobang dari arah haluan kapal.
o Mooring Head out, yaitu suatu metode penambatan dengan cara kapal
memasuki tempat penambatan dengan haluannya searah dengan jalan masuk ke
Pelabuhan. Dengan metode ini, kapal akan ditambatkan dengan bagian
belakangnya terdorong oleh angin dan arus serta gelombang yang datang dari
arah laut.
o Unmooring (Pelepasan tambatan)
Area yang diperlukan untuk unmooring tanpa adanya angin, gelombang sbb.
Lebar Kolam Putar ( Turning basin ), adalah area kolam yang dipergunakan
untuk memutar haluan kapal. Area standart untuk kolam putar sbb :
CONTOH :
Rangkuman
- Fungsi kolam pelabuhan yaitu untuk memfasilitasi kapal bongkar muat di dermaga, manuver kapal
- Luas dan kedalaman kolam pelabuhan tergantung dari dimensi kapal yang berlabuh,
jumlah kapal yang bongkar, muat dan sandar.
U Daftar Pustaka
EDCLT. 1992. Engineering and Design: Coastal Littoral Transport (EDCLT), EM 1110-2-1502.
Washington DC: USAE Water-ways Experiment Station.
Gravens, M. B., N. C. Kraus, dan H. Hanson. 1991. Generalized Model for Simulating
Shoreline Change: GENESIS:, Report 2: Workbook and System User’s Manual.
Technical Report CERC-89- 19.Missisippi: USAE WaterwaysExperiment Station.
Hanson, H. dan N. C. Kraus. 1989. GENESI SGeneralized Model for Simulating
Shore -line Change: Report 1. Te
Waterways Experiment Station
Sorensen, R.M. 1978. Basic Coastal Engineering. New York: John Wiley and Sons.
SPM. 1984. Shore Protection Manual (SPM) Vol. I. Washington DC: USAE Water-ways
Experiment Station.
SPM. 1984. Shore Protection Manual (SPM) Vol. II. Washington DC: USAE Water-ways
Experiment Station.
Wahyudi, S. Imam, dkk, 1999, Evaluasi Penurunan Tanah di Areal Pelabuhan Tanjung emas
Semarang, J. Pondasi, ISSN 0853-814X, Vol. 5 No. 2 Desember 1999, p. 67-74
Wahyudi, S. Imam, dkk, 2001, Studi Penanggulangan Rob Kota Pekalongan, BAPPEDA
Kota Pekalongan
Wahyudi, S. Imam, 2001, Uji Hipotesis terhadap Faktor Penyebab Banjir Rob Kota
Semarang, Prosiding Seminar Nasional ITS, ISBN, 979-96565-08, p.A13-1 s/d
A13-6