30
31
1. Kolam Putar
Luas kolam putar yang digunakan untuk mengubah arah kapal
minimum adalah luasan lingkaran dengan jari-jari 1,5 kali panjang
kapal total (Loa) dari kapal terbesar yang menggunakannya. Apabila
perputaran kapal dilakukan dengan bantuan jangkar atau menggunakan
kapal tunda, luas kolam putar minimum adalah luas lingkaran dengan
jari-jari sama dengan panjang total kapal (Loa).
2. Kedalaman Kolam Pelabuhan
Dengan memperhitungkan gerak osilasi kapal karena pengaruh alam
seperti gelombang, angin dan arus pasang surut, kedalaman kolam
pelabuhan adalah 1,1 kali draft kapal pada muatan penuh di bawah
elevasi muka air rencana. Kedalaman tersebut diberikan dalam Tabel
III.2.
32
3. Ketenangan di Pelabuhan
Kolam pelabuhan harus cukup tenang baik dalam kondisi biasa maupun
badai. Kolam di depan dermaga harus tenang untuk memungkinkan
penambatan selama 95% - 97,5% dari hari atau lebih dalam satu tahun.
Tinggi gelombang kritis untuk bongkar muat barang di kolam di depan
fasilitas tambatan ditentukan berdasarkan jenis kapal, ukuran dan
kondisi bongkar muat, yang diberikan dalam Tabel III.3.
33
Catatan:
Kapal kecil : Kapal kurang dari 500 GRT yang selalu
menggunakan kolam untuk kapal kecil
Kapal sedang dan besar : Kapal selain kapal kecil dan sangat besar
Kapal sangat besar : Kapal lebih dari 500.000 GRT yang
menggunakan dolphin besar dan tambatan
di laut.
Persyaratan yang dijadikan pertimbangan dalam perencanaan kolam
pelabuhan adalah sebagai berikut:
1. Perairan harus cukup tenang, yaitu daerah yang terlindung dari angin,
gelombang, dan arus sehingga kegiatan-kegiatan yang dilakukan kapal di
pelabuhan tidak terganggu.
2. Kapal yang bersandar memiliki kemudahan bergerak (maneuver).
3. Areal harus cukup luas sehingga menampung semua kapal yang datang
berlabuh dan kapal masih dapat bergerak dengan bebas.
4. Radius harus cukup besar sehingga kapal dapat melakukan gerakan
memutar dengan leluasa dan sebaiknya memiliki lintasan gerakan
memutar melingkar yang tidak terputus.
5. Perairan cukup dalam supaya kapal terbesar masih dapat masuk saat
kondisi muka air surut terendah.
Perencanaan Kolam Pelabuhan
Parameter yang digunakan dalam penentuan perencanaan kolam pelabuhan
adalah sebagai berikut:
1. Batimetri perairan.
2. Elevasi muka air laut rencana berdasarkan pasang surut.
3. Kondisi angin di lokasi perairan.
4. Arah, kecepatan, dan tinggi gelombang di lokasi perairan.
34
Luas kolam pelabuhan adalah jumlah luas dari tiap kolam. Berdasarkan tiap-
tiap kolam yang telah dihitung, maka total luas kolam pelabuhan adalah:
AKolam Pelabuhan = A1 + A2 + Ap
AKolam Pelabuhan = 9405.74 + 548 + 235738.64
AKolam Pelabuhan = 245692.38 m2
AKolam Pelabuhan ≈ 24.6 ha
5. Kolam putar.
Alur pelayaran ini ditandai dengan alat bantu pelayaran yang berupa
pelampung dan lampu-lampu. Pada umumnya, daerah-daerah tersebut
mempunyai kedalaman yang kecil, sehingga sering diperlukan Gambar III.1
menunjukkan contoh layout dari alur masuk ke pelabuhan,
Keterangan Gambar:
Di daerah pendekatan h = 0
Di alur masuk 0 < h < H dan
perbandingan h/H < 0,4
Di saluran h > H
dengan:
h : kedalaman pengerukan
H : kedalaman alur
37
Suatu alur masuk ke pelabuhan yang lebar dan dalam akan memberikan
keuntungan-keuntungan baik langsung maupun tidak langsung, seperti:
1. Jumlah kapal yang dapat bergerak tanpa tergantung pada pasang surut
akan lebih besar.
2. Berkurangnya batasan gerak dari kapal-kapal yang mempunyai draft
besar.
3. Dapat menerima kapal yang berukuran besar ke pelabuhan.
4. Mengurangi waktu penungguan kapal-kapal yang hanya dapat masuk
ke pelabuhan pada waktu air pasang.
5. Mengurangi waktu transito barang-barang.
Selain keuntungan-keuntungan tersebut, dalam menentukan karakteristik
alur ini perlu ditinjau pula biaya pengerukan yang lebih besar apabila alur
tersebut lebar dan dalam, dibandingkan dengan alur yang sempit dan
dangkal.
Untuk mendapatkan kondisi operasi yang ideal, maka kedalaman air di
alur masuk harus cukup besar untuk memungkinkan pelayaran pada muka
air terendah dengan kapal bermuatan penuh.
Kedalaman air ini ditentukan oleh berbagai faktor seperti yang
ditunjukkan dalam Gambar III.6.
ditentukan oleh kondisi lokal dan tipe kapal yang akan menggunakannya.
Beberapa ketentuan berikut ini perlu diperhatikan dalam merencanakan
trase alur pelayaran.
1. Sedapat mungkin trase alur harus mengikuti garis lurus.
2. Satu garis lengkung akan lebih baik daripada sederetan belokan kecil
degan interval pendek.
3. Garis lurus yang menghubungkan dua kurva lengkung harus
mempunyai panjang minimum 10 kali panjang kapal terbesar.
4. Sedapat mungkin alur tersebut harus mengikuti arah arus dominan,
untuk memperkecil alur melintang.
5. Jika mungkin, pada waktu kapal terbesar masuk pada air pasang, arus
berlawanan dengan arah kapal yang datang.
6. Gerakan kapal akan sulit apabila dipengaruhi oleh arus atau angin
melintang. Hal ini dapat terjadi ketika kapal bergerak dari daerah
terbuka ke perairan terlindung. Untuk itu maka lebar alur dan mulut
pelabuhan harus cukup besar.
7. Pada setiap alur terdapat apa yang disebut titik tidak boleh kmbali
dimana kapal tidak boleh berhenti atau berputar, dan mulai dari titik
tersebut kapal-kapal diharuskan melanjutkan sampai ke pelabuhan.
Titik tersebut harus terletak sedekat mungkin dengan mulut pelabuhan
dengan merencanakan/membuat suatu lebar tambahan.
Apabila terdapat belokan, maka belokan tersebut harus berupa kurva
lengkung. Jari-jari busur pada belokan tergantung pada sudut berlokan
43
terhadap sumbu alur. Jari-jari minimum untuk kapal yang membelok tanpa
bantuan kapal tunda adalah seperti Gambar III.7.
A1 A2 A3
760m 2450m
-5m -11m -17m
-5m
- Nama potongan : A1
- Kedalaman awal : -5 m
- Kedalaman rencana :-11.3 m
-11.3m - Luas kerukan : 2049.264 m2
- Nama potongan : A2
- Kedalaman awal : -10 m
- Kedalaman rencana :-11.3 m
- Luas kerukan : 422.864 m2
-10m
-11.3m
- Nama potongan : A3
- Kedalaman awal : -13 m
- Kedalaman rencana :-11.3 m
- Luas kerukan : 0 m2
-11.3m
2049.264 + 422.864
= ∑[ ] 𝑥 760
2
= 939408.64 m3
𝐴2 +𝐴3
V2 = ∑[ ] 𝑥𝐿
2
422.864+0
= ∑[ ] 𝑥 2450
2
= 518008.4 m3
47
4. Mercu Suar
Mercu suar adalah konstruksi menara yang tinggi dengan lampu suar
ditempatkan di puncaknya. Bangunan ini biasanya didirikan di suatu
titik pantai guna memandu kapal yang akan menuju pelabuhan. Mercu
suar juga dapat ditempatkan di karang, gosong, atau di tempat yang
berbahaya untuk pelayaran. Mercu suar bisa dibuat dari pasangan batu
dan konstruksi baja, dan harus cukup kuat untuk bisa menahan serangan
gelombang.
Menara harus cukup tinggi sehingga lampu suar dapat dilihat oleh
kapal yang sedang mendekat, paling tidak jarak 32 km, dengan
memperhatikan bentuk bumi yang bulat. Tinggi mercu suar agar dapat
50
terlihat dari kapal yang berada pada suatu jarak tertentu dari mercu suar
dapat dihitung dengan rumus: D = 3,86 × (√H + √H1 )
dimana:
D = jarak horizontal antara kapal dan mercu suar (km)
H = tinggi mercu suar (m)
H1 = tinggi mata yang memandang di atas permukaan laut (m)
Cahaya lampu suar bisa putih atau berwarna dan berkelap-kelip, dan
sumber tenaganya bisa berasal dari arus listrik, baterai, atau gas
acetyline. Berkelap-kelipnya cahaya dihasilkan oleh motor listrik yang
memutar lampu. Ada juga mercu suar yang dilengkapi dengan sinyal
yang memberikan berbagai macam suara. Sinyal ini digunakan apabila
cuaca berkabut. Kadang-kadang mercu suar juga dilengkapi dengan
stasiun radio yang dapat mengirimkan sinyal ke segala arah untuk
menuntun kapal.
malam sampai beberapa bulan. Saat ini, penggunaan panel energi surya
digunakan sebagai sumber listrik. Pada tipe ini, alat pemandu pelayaran
dapat berupa kapal rambu suar atau pelampung dengan bentuk yang
telah distandarisasi.
Jenis-jenis pelampung (buoys) adalah sebagai berikut:
a) Pelampung Berbentuk Tiang (Spar Buoy)
Pelampung berbentuk tiang (spar buoy) adalah pelampung yang
tidak bercahaya dan berbentuk tiang panjang dan tipis terbuat dari
kayu atau logam, panjangnya berkisar antara 6 m dan 15 m, di cat,
serta tampak di permukaan air, dan diikat dengan rantai yang
dihubungkan dengan beban yang diletakkan di dasar laut. Biasanya
pelampung ini digunakan pada kanal dengan arus yang cepat atau
pasang surut yang besar. Juga sebagai tanda yang bersifat sementara.
8 8
HE = × AE = × 10,668 = 12,192 m
7 7
HL = EL − HE = 24.140,2 − 12,192 = 24.128,008 m
7 7
BL = × HL = × 24.128,008 = 21.112,007 m
8 8
BL 21.112,007
= = 11,200 m
HE 1.885
b) AE = 25 feet = 7,62 m
8 8
HE = × AE = × 7,62 = 8,709 m
7 7
HL = EL − HE = 24.140,2 − 8,709 = 24.131,491 m
7 7
BL = × HL = × 24.131,491 = 21.115,055 m
8 8
BL 21.115,055
= = 11,202 m
HE 1.885
Karena tinggi mercu suar tidak boleh lebih dari tinggi kapal variatif, maka
dapat diambil tinggi mercusuar 35 feet = 10,5 meter, dimana tinggi kapal
variatif adalah 11,200 meter
pantai. Kecepatan arus yang besar akan bisa mengangkut sedimen dasar dan
membawanya searah dengan arus tersebut. Mulut pelabuhan yang
menghadap arus tersebut akan memungkinkan masuknya sedimen ke dalam
perairan pelabuhan yang berakibat terjadinya pendangkalan.
Pemecah gelombang bisa dibuat dari tumpukan batu, blok beton, beton
massa, turap, dan sebagainya. Tipe masing-masing pemecah gelombang
akan dibahas setelah ini. Dimensi pemecah gelombang tergantung pada
banyak faktor, diantaranya adalah ukuran dan layout perairan pelabuhan,
kedalaman laut, tinggi pasang surut dan gelombang, ketenangan pelabuhan
yang diharapkan (besarnya limpasan air melalui puncak bangunan yang
diizinkan), transpor sedimen di sekitar lokasi pelabuhan.
Pemecah gelombang harus mampu menahan gaya-gaya gelombang yang
bekerja. Pada pemecah gelombang sisi miring, butir-butir atau blok beton
harus diperhitungkan sedemikian rupa sehingga tidak runtuh oleh serangan
gelombang. Demikian juga, pemecah gelombang dinding tegak harus
mampu menahan gaya-gaya pengguling yang disebabkan oleh gaya
gelombang dan tekanan hidrostatis. Resultan dari gaya berat sendiri dan
gaya-gaya gelombang harus berada pada sepertiga lebar dasar bagian
tengah. Selain itu, tanah dasar juga harus mampu mendukung beban
bangunan di atasnya.
Pemecah gelombang dapat dibedakan menjadi 3 tipe, yaitu:
1. Pemecah Gelombang Sisi Miring
Pemecah gelombang ini terbuat dari dari tumpukan batu alam, blok
beton, gabungan antara batu pecah dan blok beton, batu buatan dari
56
Diketahui:
w = 1,00 t/m³
beton = 2,40 t/m³
tanah = 1,8 t/m³
Vgip = 29,698 knot
L = 20 feet=6,096 m
D = H2 = 15 m
Tinggi Gelombang (H) = 4m
Menghitung Kedalaman H4
Diasumsikan:
Porositas Tanah (n) = 0,25
Sudut Geser () = 28°
β = 0°
π × 2,52 2π × 15
=[ ] × cot [ ]
6,096 6,096
= 11,646 m
b) h1 = H1 + h0
= 20 + 11,646
= 31.646m
c) h2 = D − h0
= 15 − 11,646
= 3,354 m
d) h3 = D − H3
= 15 − 5
= 10 m
e) H + h0 = 2.5 + 11,646 = 114.146 m
f) γsub = γsat − γw
n
= γtanah +
γw
59
0,25
= 1,8 + = 1,05 t/m³
1
g) Aa3 = γsub × (H2 + H3 + H4 )
= 1,05 × (15 + 5 + 3,747)
= 24.934 m
h) Aa4 = γsub × H4 × Kp
= 1,05 × 3.747 × 2,770
= 10.898m
Tekanan Aktif
1
Pa1 = × (H1 − H2 )2 × γtanah × Ka
2
1
= × (20 − 15)2 × 1,8 × 0,361
2
= 8.123 t/m
1
Pa3 = × (H1 − H2 ) × γsub × Ka × H2
2
1
= × (20 − 15) × 1,065 × 0,361 × 15
2
= 14.216 t/m
1
Pa4 = × H2 2 × γw
2
1
= × 152 × 1
2
= 112,5 t/m
Tekanan Pasif
1
Pp1 = × [H2 × (H3 + H4 )]2 × γw × Kp
2
1
= × [15 × (8.747)]2 × 1 × 2,770
2
= 4315.043 t/m
1
Pp2 = × (H3 + H4 )2 × γsub × Kp
2
1
= × (8.747)2 × 1,05 × 2,770
2
= 111.259 t/m
∑ M Pp
Yp =
Pptotal
59643.329
=
4426.293
= 13.475 m
W5 = A5 × γbeton
= 78.723 × 2,4
= 188.936 t. m
∑ W = W1 + W2 + W3 + W4 + W5 + W6
= 473.929 t. m
Titik Berat
2
x1 = × 1 = 0,667 m
3
1
x2 = ( × 4) + 1 = 3 m
2
1
x3 = ( × 1) + 4 + 1 = 5,333 m
3
1
x4 = ( × 2) + 1 = 1,667 m
3
1
x5 = × 5 = 2.5 m
2
1
x6 = ( × 2) + 1 + 1 + 5+= 8,667 mx
3
∆Lp = (x_1 + x_2 + x_(3 ) + x_4 + x_5 + x_6)/6
= (0,667 + 3 + 5,33 + 1,667 + 2 + 8,667)/6
= 3,806 m
c) Momen Guling
PaH 162.090
∑ MG = = = 12.029 t
Yp 13.475
d) Momen Tahanan
∑ W 473.929
∑ MT = = = 124.536 t
x 3.806
e) Safety Factor= 1,25
∑ MT 124.536
Maka: n = ∑ MG = = 10.353 > 1,25 … OK‼!
3.806