Anda di halaman 1dari 35

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Signaling Theory

Menurut Jogiyanto (2014), informasi yang dipublikasikan sebagai suatu

pengumuman akan memberikan signal bagi investor dalam pengambilan

keputusan investasi. Pada saat informasi diumumkan, pelaku pasar terlebih dahulu

menginterpretasikan dan menganalisis informasi tersebut sebagai signal baik

(good news) atau signal buruk (bad news). Perusahaan dengan prospek yang

menguntungkan akan mencoba menghindari penjualan saham dan mengusahakan

setiap modal baru yang diperlukan dengan cara-cara lain, termasuk penggunaan

hutang (Darmawan 2016).

Signaling theory mengemukakan tentang bagaimana seharusnya sebuah

perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan

(Jama’an:2008) . Sinyal ini berupa informasi mengenai apa yang sudah dilakukan

oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik. Sinyal dapat berupa

promosi atau informasi lain yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebih

baik daripada perusahaan lain. Brigham dan Houston (2004:40) menyatakan

bahwa sinyal adalah suatu tindakan yang diambil oleh manajemen perusahaan

yang memberikan petunjuk bagi investor tentang bagaimana memandang prospek

perusahaan. Maka investor akan tertarik dengan laporan keuangan yang disajikan

dengan baik dimana Investor tidak akan ragu dalam menginvestasikan dana untuk
perusahaan tersebut dengan imbalan semata- mata karena keuntungan yang

didapat.

Teori sinyal menjelaskan bahwa pemberian sinyal dilakukan oleh manajer

untuk mengurangi asimetri informasi. Manajer memberikan informasi melalui

laporan keuangan bahwa mereka menerapkan kebijakan akuntansi konservatisme

yang menghasilkan laba yang lebih berkualitas karena prinsip ini mencegah

perusahaan melakukan tindakan membesar besarkan laba dan membantu

pengguna laporan keuangan dengan menyajikan laba dan aktiva yang berkualitas.

(Jama’an : 2008 dalam S.Yudhatama dan AJ Wibowo 2016)

2.1.2 Pecking Order Theory

Menurut Irham Fahmi (2017:113), Pecking Order Theory merupakan suatu

kebijakan yang ditempuh oleh suatu perusahaan untuk mencari tambahan dana

dengan cara menjual asset yang dimilikinya. Pecking Order Theory merupakan

salah satu teori yang masuk dalam teori struktur modal. Menurut Frans Bararuallo

(2011:143), Pecking Order Theory menyatakan bahwa perusahaan baru dapat

memanfaatkan sumber dana dari sumber luar (hutang) jika sumber internal sudah

habis.

Teori Pecking Order (Myers,et.al,1984) menggunakan argument signaling

dan menunjukan bahwa biaya informasi yang disebabkan oleh pelepasan saham

cukup besar. Menurut teori ini, perusahaan memaksimumkan nilainya secara

sistematis melebihi sumber dana termurah yang ada untuk investasinya. Secara

spesifik, adanya adverse selection menyebabkan perusahaan lebih senang memilih

sumber dana internal (laba ditahan) disbanding dana eksternal, dan jika dana
ekternal tidak tersedia, perusahaan lebih suka memilih yang berasal dari hutang

daripada ekuitas, sebab biaya informasi hutang lebih rendah. Frans Bararuallo

(2011:145).

2.2 Pengertian Laporan Keuangan

Kesatuan sistem informasi akuntansi yang melaui proses pengklasifikasian,

pencatatan, pengikhitisaran akan menghasilkan laporan keuangan. Laporan

keuangan yang telah disusun mencerminkan keadaan suatu perusahaan. Laporan

Keuangan adalah Media utama bagi suatu entitas untuk mengkomunikasikan

informasi keuangan oleh manajemen kepada para pemangku kepentingan seperti :

pemegang saham, kreditur, serikat pekerja, badan pemerintahan, manajemen

(Menurut Hans Kartikahadi, dkk., 2016:12)

Menurut PSAK No.1 (2015:2) laporan keuangan adalah bagian dari proses

pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca,

laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam

berbagai cara misalnya, sebagai laporan arus kas, atau laporan arus dana), catatan

dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari

laporan keuangan.

2.2.1 Pihak-pihak yang Memerlukan Laporan Keuangan

1. Pemilik

Untuk mengetahui kemajuan yang dicapai, bagian laba yang diharapkan dan

menilai berhasil tidaknya manajemen perusahaan.

2. Kreditur
Untuk menetapkan syarat kredit, menjaga keamanan kekayaan yang

digunakan oleh perusahaan kemudian menilai apakah kepercayaan yang diberikan

perlu ditarik atau dipertahankan dan untuk mengetahui apakah penerima kredit

mampu mengembalikan bunga dan kredit tepat pada waktunya.

3. Investor

Kelompok ini berkepentingan untuk memasukkan kekayaan kedalam

perusahaan. Sebelum melakukan penanaman modal, investor mengevaluasi

pendapatan yang diperkirakan yang dapat diperoleh dan investasinya dan

melakukan analisis terhadap laporan keuangan perusahaan yang dipilih sebagai

tempat penanaman modalnya.

4. Manajemen

Untuk menaksir sifat dan jumlah uang atau dana yang diperlukan,

mengevaluasi hasil keputusan dan kebijakan ekonomi yang ditetapkan dimasa

Iampau, kebijakan deviden, merekomendasikan setiap reorganisasi maupun

Iainnya yang berkaitan dengan manajemen perusahaan untuk menyusun

perencanaan perusahaan, mengevaluasi kemajuan yang dicapai dalam usaha

mencapai tujuan dan melakukan tindakan-tindakan koreksi yang diperlukan.

5. Pemerintah

Untuk menghitung dan menetapkan besarnya pajak perusahaan, menaksir

sanksi dan penyelidikan dan pemeriksaan terhadap kekayaan dan hasil operasi

yang dilaporkan. Informasi akuntansi merupakan sumber utama bagi badan

pemerintah untuk dapat menetapkan pajak perusahaan atau mengawasi

perusahaan.
2.2.2 Tujuan Laporan Keuangan

Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia dalam Standar Akuntansi

Keuangan (PSAK) 2012 No 1, tujuan laporan keuangan adalah untuk

memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja dan arus kas perusahaan

yang bermanfaat bagi sebagian besar pengguna laporan yang berguna untuk

membuat keputusan ekonomi dan menunjukkan pertanggungjawaban

(stewardship) manajemen atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan

kepada mereka. Berikut adalah beberapa tujuan pembuatan Laporan Keuangan.

1. Memberikan informasi yang terpercaya tentang sumber-sumber ekonomi dan

kewajiban perusahaan dengan maksud:

a. Untuk menilai kekuatan dan kelemahan perusahaan;

b. Untuk menunjukan posisi keuangan dan investasinya;

c. Untuk menilai kemampuannya dalam menyelesaikan utang-utangnya;

d. Menunjukan kemampuan sumber-sumber kekayaan yang ada untuk

pertumbuhan perusahaan.

2. Memberikan informasi terpercaya tentang sumber kekayaan bersih yang

berasal dari kegiatan usaha dalam mencari laba dengan maksud:

a. Memberikan gambaran tentang deviden yang diharapkan pemegang

saham;

b. Menunjukan kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban kepada

kreditor, supplier, pegawai, pajak, mengumpulkan untuk perluasaan

perusahaan;
c. Memberikan informasi kepada manajemen untuk digunakan dalam

pelaksanaan fungsi perencanaan dan pengawasan;

d. Menunjukan tingkat kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba

jangka panjang.

3. Menaksir informasi yang dapat digunakan untuk menaksir potensi perusahaan

dalam menghasilkan laba

4. Memberikan informasi yang diperlukan lainnya tentang perubahan harta dan

kewajiban

5. Mengungkapkan informasi relevan lainnya yang dibutuhkan para pemakai

laporan

2.2.3 Jenis-Jenis Laporan Keuangan

Menurut PSAK1 (Pernyataan standar akuntansi keuangan) laporan keuangan

terdiri dari lima jenis yaitu:

1. Laporan posisi keuangan

2. Laporan laba rugi

3. Laporan perubahan ekuitas

4. Laporan arus kas

5. Catatan atas laporan keuangan

2.3 Nilai Perusahaan

Tujuan utama perusahaan adalah memaksimalkan keuntungan atau kekayaan,

terutama bagi para pemegang sahamnya, terwujud berupa upaya peningkatan atau

memaksimalkan nilai pasar atas harga saham perusahaan yang bersangkutan.

(Novi : 2015).
Semakin tinggi harga saham semakin tinggi pula nilai perusahaan. Nilai

perusahaan yang tinggi akan membuat pasar percaya tidak hanya pada kinerja

perusahaan saat ini namun juga pada prospek perusahaan dimasa depan. Dewi

(2016). Nilai perusahaan akan tercermin dari harga sahamnya. Harga pasar dari

saham perusahaan yang terbentuk antara pembeli dan penjual disaat terjadi

transaksi disebut nilai pasar perusahaan, karena harga pasar saham dianggap

cerminan dari nilai aset perusahaan sesungguhnya. Dewi (2016). Nilai

perusahaan dapat memberikan kemakmuran pemegang saham secara maksimum

apabila harga saham perusahaan meningkat. . Berbagai kebijakan yang diambil

oleh manajemen dalam upaya meningkatkan nilai perusahaan melalui peningkatan

kemakmuran pemilik dan para pemegang saham yang tercermin pada harga

saham.(Brigham & Houston, 2006:19).

Untuk mencapai nilai perusahaan yang tinggi pada umumnya para pemodal

menyerahkan pengelolaannya kepada para profesional. Para profesional

diposisikan sebagai manajer ataupun komisaris (Kusumadilaga, 2010) dalam

Dewi (2016).

Nilai merupakan sesuatu yang diinginkan apabila nilai bersifat positif dalam

arti menguntungkan atau menyenangkan dan memudahkan pihak yang

memperolehnya untuk memenuhi kepentingan-kepentingannya yang berkaitan

dengan nilai tersebut. Sebaliknya, nilai merupakan sesuatu yang tidak diinginkan

apabila nilai tersebut bersifat negatif dalam arti merugikan atau menyulitkan pihak

yang memperolehnya untuk mempengaruhi kepentingan pihak tersebut sehingga

nilai tersebut dijauhi (Tika, 2012:40) dalam Novi (2015).


Nilai perusahaan adalah persepsi investor terhadap tingkat keberhasilan

perusahaan yang sering dikaitkan dengan harga saham.(SR Purnamasari 2015).

Harga saham yang tinggi membuat nilai perusahaan juga tinggi, dan

meningkatkan kepercayaan pasar tidak hanya terhadap kinerja perusahaan saat ini

namun juga pada prospek perusahaan di masa mendatang. Memaksimalkan nilai

perusahaan sangat penting artinya bagi suatu perusahaan, karena dengan

memaksimalkan nilai perusahaan berarti juga memaksimalkan tujuan utama

perusahaan. (SR Purnamasari 2015). Meningkatnya nilai perusahaan adalah

sebuah prestasi yang sesuai dengan keinginan para pemiliknya, karena dengan

meningkatnya nilai perusahaan, maka kesejahteraan para pemilik juga akan

meningkat. (SR Purnamasari 2015).

Nilai dari perusahaan bergantung tidak hanya pada kemampuan menghasilkan

arus kas, tetapi juga bergantung pada karakteristik operasional dan keuangan dari

perusahaan yang diambil alih. (Rahayu : 2019).

Konsep nilai perusahaan ada banyak. Namun yang terakui secara resmi hanya

beberapa. Konsep nilai perusahaan menurut Michael C. Jensen (1976) dan Myers

dan Mjluf (1984) adalah konsep yang sangat sering terangkat sebagai konsep

terpopuler dalam dunia akademis. Menurut mereka nilai perusahaan adalah total

nilai hutang jangka panjang dengan nilai modal sendiri. (Frans, 2011:21).

2.3.1 Jenis-jenis Nilai Perusahaan

Terdapat lima jenis nilai perusahaan berdasarkan metode perhitungan yang

digunakan, yaitu (Yulius dan Tarigan, 2007:3) dalam SR Purnamasari (2015):


1. Nilai Nominal. Nilai nominal adalah nilai yang tercantum secara formal

dalam anggaran dasar perseroan, disebutkan secara eksplisit dalam neraca

perusahaan, dan juga ditulis secara jelas dalam surat saham kolektif.

2. Nilai Pasar. Nilai pasar sering disebut kurs adalah harga yang terjadi dari

proses tawar menawar di pasar saham. Nilai ini hanya bisa ditentukan jika

saham perusahaan dijual di pasar saham. 

3. Nilai Intrinsik. Nilai intrinsik merupakan konsep yang paling abstrak,

karena mengacu kepada perkiraan nilai riil suatu perusahaan. Nilai

perusahaan dalam konsep nilai intrinsik ini bukan sekedar harga dari

sekumpulan aset, melainkan nilai perusahaan sebagai entitas bisnis yang

memiliki kemampuan menghasilkan keuntungan di kemudian hari.

4. Nilai Buku. Nilai buku adalah nilai perusahaan yang dihitung dengan

dasar konsep akuntansi. Secara sederhana dihitung dengan membagi selisih

antar total aset dan total utang dengan jumlah saham yang beredar.

5. Nilai Likuidasi. Nilai likuidasi adalah nilai jual seluruh aset perusahaan

setelah dikurangi semua kewajiban yang harus dipenuhi. Nilai likuidasi

dapat dihitung dengan cara yang sama dengan menghitung nilai buku, yaitu

berdasarkan neraca performa yang disiapkan ketika suatu perusahaan akan

dilikuidasi.

2.3.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nilai Perusahaan

Menurut Welley dan Untu (2014) terdapat 4 faktor yang mempengaruhi nilai

perusahaan, yaitu :

1. Kebijakan Deviden
Apabila perusahaan dapat menentukan kebijakan deviden dengan tepat yaitu

dapat menentukan seberapa besar keuntungan yang diperoleh untuk dibagikan

dalam bentuk dividen kepada para pemegang saham maka hal tersebut akan

berdampak pada meningkatnya nilai perusahaan yang dapat dilihat dari harga

saham.

2. Profitabilitas

Perusahaan yang mempunyai profitabilitas yang tinggi memberikan signal

positif pada para investor sehingga investor akan tertarik berinvestasi pada

perusahaan dengan profitabilitas tinggi.

3. Risiko Perusahaan

Risisko perusahaan yang tinggi maka pengembalian yang diharapkan tinggi

namun dengan resiko yang tinggi harga saham cenderung rendah sehingga

dengan harga saham yang rendah mencerminkan nilai perusahaan yang

rendah.

4. Struktur Modal

Struktur modal yang optimal dapat memkasimalkan nilai perusahaan. Jika

ingin menaikan nilai perusahaan maka sebaiknya menggunakan hutang.

Hutang dapat memaksimalkan nilai perusahaan jika manfaat dari hutang lebih

tinggi dan biaya yang ditimbulkan oleh hutang.

2.3.3 Pengukuran Nilai Perusahaan 

Nilai perusahaan dapat diukur dengan menggunakan harga saham

menggunakan rasio yang disebut rasio penilaian. Menurut Sudana (2011:23), rasio
Penilaian adalah suatu rasio yang terkait dengan penilaian kinerja saham

perusahaan yang telah diperdagangkan di pasar modal (go public).

Rasio penilaian memberikan informasi seberapa besar masyarakat

menghargai perusahaan, sehingga masyarakat tertarik untuk membeli saham

dengan harga yang lebih tinggi dibanding nilai bukunya. Metode yang digunakan

untuk mengukur nilai perusahaan:

1. Price Book Value (PBV)

Menurut Brigham dan Houston (2010:151) dalam Dewa Ayu Prati Praidy

Antari (2014) Price Book Value merupakan rasio yang membandingkan antara

harga pasar per saham dengan nilai buku per saham. Rasio ini menunjukan

berapa besar nilai perusahaan dari apa yang telah atau sedang ditanamkan oleh

pemilik perusahaan, semakin tinggi rasio ini, semakin besar tambahan kekayaan

yang dinikmati oleh pemilik perusahaan. Jika harga pasar berada dibawah nilai

bukunya, investor memandang bahwa perusahaan tidak cukup potensial. Bila

seorang investor pesimistik atau prospek suatu saham, banyak saham dijual pada

harga di bawah nilai bukunya. Sebaliknya jika investor optimistic maka saham

dijual dengan harga diatas nilai bukunya. Cara menghitung Price Book Value

adalah sebagai berikut :

Harga pasar per saham


PBV = x1
Nilai buku per saham

Sumber: Gantina : 2018

Untuk mencari Nilai Buku per Saham adalah sebagai berikut:

Equity
Nilai Buku per Saham=
Jumlah SahamBeredar
Sumber: Gantina : 2018

2.4 Struktur Modal

Menurut Joel G.Siegel dan Jae K.Shim, mengatakan Capital Structure

(Struktur Modal) adalah komposisi saham biasa, saham preferen dan berbagai

kelas seperti itu, laba ditahan, dan utang jangka panjang yang dipertahankan oleh

kesatuan usaha dalam mendanai aktiva. Irham Fahmi(2017:106).

Sedangkan menurut Sutrisno:2003 dalam Fadhilah Tunnisa 2016, Struktur

Modal adalah perimbangan atau perbandingan antara modal asing dengan modal

sendiri. Modal asing dalam hal ini adalah utang jangka panjang maupun jangka

pendek. Sedangkan modal sendiri terbagi atas laba ditahan dan penyertaan

kepemilikan perusahaan. Struktur modal yang optimal adalah struktur modal

yang mengoptimalkan keseimbangan antara risiko dan pengembalian sehingga

memaksimumkan harga saham (Dewa Ayu dan I Made Dana 2013). Untuk itu,

dalam penetapan struktur modal suatu perusahaan perlu mempertimbangkan

berbagai variabel yang memengaruhinya. Struktur modal merupakan masalah

yang penting bagi perusahaan karena baik buruknya struktur modal akan

mempunyai efek langsung terhadap posisi finansial perusahaan, terutama dengan

adanya utang yang sangat besar akan memberikan beban kepada perusahaan.

Sehingga dapat dimengerti bahwa struktur modal merupakan gambaran dari

bentuk proporsi finansial perusahaan yaitu antara modal yang dimiliki yang

bersumber dari utang jangka panjang dan modal sendiri yang menjadi sumber

pembiayaan suatu perusahaan.


Struktur modal perusahaan, dapat dilihat dari besaran hutang dengan cara

mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajiban

finansialnya yang terdiri dari utang jangka menengah dan utang jangka panjang

terhadap ekuitas ( Fazdlilah Adri 2014). Struktur modal dalam penelitian ini

diwakili oleh Debt Equity Ratio (DER). DER merupakan rasio yang

membandingkan total hutang jangka panjang dan menengah terhadap total ekuitas

perusahaan. Rasio ini mengukur persentase kepemilikan hutang perusahaan. DER

mencerminkan kemampuan perusahaan untuk mengelola hutang jangka menengah

dan jangka panjang. Semakin besar rasio ini menunjukkan bahwa semakin besar

kewajiban perusahaan dibanding ekuitas yang dimiliki perusahaan. Hutang

merupakan modal yang berasal dari luar perusahaan yang sifatnya bekerja

sementara di dalam perusahaan, dan bagi perusahaan yang bersangkutan modal

tersebut hutang, yang pada saatnya harus dikembalikan. Semakin tinggi hutang

yang dimiliki, semakin kecil kemampuan perusahaan memenuhi kewajibannya

kepada pemegang saham berupa dividen dan semakin buruk penilaian investor

terhadap perusahaan. Investor yang melakukan investasi di sebuah perusahaan

dapat dilihat melalui profitabilitas

2.4.1 Teori Struktur Modal

Menurut Hanafi (2012:297) teori mengenai struktur modal terdiri dari:

5. Pendekatan Tradisional

Pendekatan Tradisional berpendapat akan adanya struktur modal yang

optimal. Dengan kata lain struktur modal mempunyai pengaruh terhadap

nilai perusahaan. Struktur modal dapat diubah-ubah agar bisa diperoleh


nilai perusahaan yang optimal.

6. Pendekatan Modigliani dan Miller (MM)

Pada pendekatan modigliani dan miller (MM), tahun 1960-an kedua

ekonom tersebut memasukan faktor pajak ke dalam analisis mereka.

Mereka sampai pada kesimpulan bahwa nilai perusahaan dengan utang

lebih tinggi adalah tidak relevan dibandingkan nilai perusahaan tanpa

utang. Kenaikan tersebut dikarenakan adanya penghematan pajak dari

penggunaan utang.

7. Teori Trade Off

Teori trade off merupakan gabungan antara teori struktur modal

modigliani dan miller dengan memasukkan biaya kebangkrutan dan biaya

keagenan yang mengindikasikan adanya penghematan pajak dari utang

dengan biaya kebangkrutan.

8. Model Miller dengan Pajak Perusahaan dan Personal

Modigliani dan miller mengembangkan model struktur modal tanpa pajak

dan dengan pajak. Nilai perusahaan dengan pajak lebih tinggi

dibandingkan dengan nilai perusahaan tanpa pajak. Selisih tersebut

diperoleh melalui penghematan pajak karena bunga bisa dipakai untuk

mengurangi pajak. Miller kemudian mengembangkan model struktur

modal dengan memasukkan pajak personal. Pemegang saham dan

pemegang utang harus membayar pajak jika mereka menerima dividen

(untuk pemegang saham) atau bunga (untuk pemegang utang). Menurut

model tersebut, tujuan yang ingin dicapai adalah tidak hanya


meminimalkan pajak perusahaan, tetapi meminimalkan total pajak yang

harus dibayarkan (pajak perusahaan, pajak atas pemegang saham, dan

pajak atas pemegang utang).

9. Pecking Order Theory

Teori pecking order bisa menjelaskan kenapa perusahaan yang

mempunyai tingkat keuntungan yang tinggi justru mempunyai tingkat

utang yang lebih kecil. Tingkat utang yang kecil tersebut tidak

dikarenakan perusahaan mempunyai target tingkat utang yang kecil, tetapi

karena mereka tidak membutuhkan dana eksternal. Tingkat keuntungan

yang tinggi menjadikan dana internal mereka cukup untuk memenuhi

kebutuhan investasi.

10. Teori Asimetri Informasi dan Signaling

Konsep signaling dan asimetri informasi berkaitan erat. Teori asimetri

mengatakan bahwa pihak-pihak yang berkaitan dengan perusahaan tidak

mempunyai informasi yang sama mengenai prospek dan risiko

perusahaan. Pihak tertentu mempunyai informasi yang lebih baik

dibandingkan pihak lainnya. Manajer biasanya mempunyai informasi

yang lebih baik dibandingkan dengan pihak luar (investor). Karena itu

bisa dikatakan terjadi asimetri informasi antara manajer dengan investor.

Teori signaling adalah model dimana struktur modal (penggunaan utang)

merupakan signal yang disampaikan oleh manajer ke pasar. Perusahaan

yang meningkatkan utang bisa dipandang sebagai perusahaan yang yakin

dengan prospek perusahaan di masa mendatang. Karena cukup yakin,


maka manajer perusahaan tersebut berani menggunakan utang yang lebih

besar. Investor diharapkan akan menangkap signal tersebut, signal bahwa

perusahaan mempunyai prospek yang baik. Dengan demikian utang

merupakan tanda atau signal positif.

2.4.2 Faktor-Faktor yang mempengaruhi Struktur Modal

Menurut Irham Fahmi (2017:107), Terdapat beberapa faktor yang

mempengaruhi Struktur Modal suatu perusahaan, antara lain:

a. Bentuk atau Karakteristik bisnis yang dijalankan

b. Ruang lingkup aktivitas operasi bisnis yang dijalankan

c. Karakteristik manajemen yang diterapkan di organisasi bisnis tersebut

d. Karakteristik, kebijakan, dan keinginan pemilik

e. Kondisi Mikro dan Makro Ekonomi yang berlaku di dalam dan luar negeri

yang turut mempengaruhi pengambilan keputusan perusahaan.

2.4.3 Pengukuran Struktur Modal

2.4.3.1 Rasio Solvabilitas

Menurut Dr.Kasmir (2015), Rasio Solvabilitas atau Leverage Ratio

merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan

dibiayai dengan utang. Artinya berapa besar beban utang yang ditanggung

perusahaan dibandingkan dengan aktivanya. Dalam arti luas, dikatakan bahwa

rasio solvabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk

membayar seluruh kewajibannya, baik jangka pendek maupun jangka panjang

apabila perusahaan dibubarkan (dilikuidasi). Penggunaan rasio solvabilitas bagi


perusahaan memberikan banyak manfaat yang dapat dipetik, baik rasio rendah

maupun rasio tinggi.

Dalam praktiknya, apabila dari hasil perhitungan perusahaan ternyata

memiliki rasio solvabilitas yang tinggi, hal ini akan berdampak timbulnya resiko

kerugian lebih besar, tetapi juga ada kesempatan mendapat laba juga besar.

Sebaliknya apabila perusahaan memiliki rasio solvabilitas lebih rendah tentu

mempunyai resiko kerugian lebih kecil pula, terutama pada saat perekonomian

menurun. Dampak ini juga mengakibatkan rendahnya tingkat pengembalian pada

saat perekonomian tinggi. (Kasmir,2015)

Oleh karena itu, manajer keuangan dituntut untuk mengelola rasio solvabilitas

dengan baik sehingga mampu menyeimbangkan pengembalian yang tinggi dengan

tingkat risiko yang dihadapi. Besar kecilnya rasio ini sangat tergantung dari

pinjaman yang dimiliki perusahaan, disamping aktiva yang dimilikinya. (Kasmir,

2015).

Menurut Kasmir (2015), biasanya penggunaan rasio solvabilitas disesuaikan

dengan tujuan perusahaan. Artinya perusahaan dapat mengunakan rasio

solvabilitas baik secara keseluruhan maupun sebagian dari masing-masing rasio

solvabilitas yang ada. Penggunaan rasio secara keseluruhan, artinya seluruh jenis

rasio yang dimiliki perusahaan, sedangkan sebagian artinya, perusahaan hanya

menggunakan beberapa jenis rasio yang dianggap perlu untuk diketahui.

Dalam penelitian ini, rasio solvabilitas yang digunakan untuk mengukur

Struktur Modal adalah Debt To Ekuity Ratio (DER).


Menurut Kasmir (2015), Debt to Equity Ratio merupakan rasio yang

digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas. Rasio ini dicari dengan cara

membandingkan antara seluruh utang dengan seluruh ekuitas. Rasio ini berguna

untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan kreditor dengan pemilik

perusahaan. Hal ini mengartikan bahwa Debt to Equity Ratio berfungsi untuk

mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan untuk jaminan utang.

Bagi Kreditor, semakin besar rasio ini, akan semakin tidak menguntungkan,

karena akan semakin besar risiko yang akan ditanggung kreditor atas kegagalan

yang mungkin terjadi di perusahaan. Namun bagi perusahaan, semakin besar rasio

akan semakin baik. Sebaliknya dengan rasio yang rendah, menyebabkan semakin

tinggi tingkat pendanaan yang disediakan pemilik dan semakin besar batas

pengamanan bagi peminjam jika terjadi kerugian atau penyusutan terhadap nilai

aktiva. Debt to Equity Ratio untuk setiap perusahaan tentu berbeda-beda

tergantung karakteristik bisnisnya. (Kasmir 2015)

Cara menghitung Debt to Equity Ratio diperoleh dengan membagi Total

Hutang dengan Total Ekuitas sebagai berikut :

Total Utang
DER=
Equity

Sumber: Kasmir :2015

2.5 Kinerja Keuangan

Menurut Irham Fahmi (2017:2), Kinerja Keuangan adalah suatu analisis yang

dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan

dengan menggunakan aturan pelaksanaan keuangan dengan baik dan benar.


Sedangkan dalam Fazdlilah Adri (2014) kinerja keuangan perusahaan

merupakan salah satu faktor yang dilihat oleh calon investor untuk menentukan

investasi saham. Bagi sebuah perusahaan, menjaga dan meningkatkan kinerja

keuangan adalah suatu keharusan agar saham tersebut tetap eksis dan tetap

diminati oleh investor.

Kinerja keuangan perusahaan mempunyai pengaruh langsung terhadap harga

saham perusahaan, yang artinya bahwa informasi tentang adanya pertumbuhan

direspon positif oleh investor, sehingga akan meningkatkan harga saham Yandri

Ardiansyah (2013). Kinerja keuangan perusahaan yang baik akan berdampak pada

deviden yang akan diterima pemegang saham, karena dividen selalu didasarkan

pada laba bersih tahun berjalan dan laba bersih adalah ukuran kinerja keuangan

perusahaan. Yandri Ardiansyah (2013)

Menurut Simamora (2004) dalam Sitorus (2009:33) menyatakan bahwa

kinerja mengacu kepada kadar pencapaian tugas-tugas yang membentuk sebuah

pekerjaan pegawai. Sedangkan Soeprihanto (2001) dalam Sitorus (2009:33)

menyatakan bahwa kinerja atau prestasi kerja adalah hasil kerja seseorang selama

periode tertentu dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, misalnya standar,

target/ sasaran.

Jadi dengan demikian kinerja keuangan perusahaan adalah suatu hasil yang

telah dikerjakan oleh perusahaan dalam rangka mencapai tujuan atau target yang

dilaksanakan secara legal, tidak melanggar hukum serta sesuai dengan tanggung

jawab. Yandri Ardiansyah (2013).


Dalam melihat suatu kinerja keuangan, terdapat suatu alat ukur yang biasa

disebut sebagai rasio keuangan. Rasio keuangan merupakan alat ukur yang

digunakan perusahaan untuk menganalisis laporan keuangan. Nurwaidah (2015).

Rasio menggambarkan suatu hubungan atau pertimbangan antara suatu

jumlah tertentu dengan jumlah yang lain. Penggunna alat analisis berupa rasio

keuangan dapat menjelaskan dan memberikan gambaran kepada penganalisa

tentang baik atau buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu perusahaan dari

satu periode ke periode berikutnya (Yunanto : 2008).

Laporan Keuangan yang diterbitkan perusahaan merupakan cerminan dari

kinerja keuangan perusahaan (Fadzililah Adri :2014). Laporan keuangan adalah

akhir dari proses akuntansi dengan tujuan untuk memberikan infomasi keuangan

yang dapat menjelaskan kondisi perusahaan dalam suatu periode. Informasi

keuangan tersebut mempunyai fungsi sebagai sarana informasi, alat

pertanggungjawaban manajemen kepada pemilik perusahaan, penggambaran

terhadap indikator keberhasilan perusahaan dan sebagai bahan pertimbangan

dalam pengambilan keputusan (Harahap, 2004) dalam Fadzililah Adri (2014).

Ditinjau dari sudut pandang manajemen, laporan keuangan merupakan media

bagi mereka untuk menginformasikan kinerja keuangan perusahaan yang

dikelolanya. Irham Fahmi (2017:39).

2.5.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Keuangan Perusahaan

Menurut Munawir (2007:30) dalam Nurwaridah (2015) faktor-faktor yang

mempengaruhi kinerja keuangan adalah sebagai berikut:


1. Likuiditas, yang mampu menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk

memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi atau

kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya pada saat

ditagih.

2. Solvabilitas, yang mampu menunjukkan kemampuan perusahaan untuk

memenuhi kewajiban keuangannya apabila perusahaan tersebut dilikuidasi

baik keuangan jangka pendek maupun keuangan jangka panjang.

3. Rentabilitas atau profitabilitas, yang menunjukkan kemampuan perusahaan

dalam menghasilkan laba selama periode tertentu.

4. Stabilitas ekonomi, yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk

melakukan usahanya dengan stabil, yang diukur dengan mempertimbangkan

kemampuan perusahaan untuk membayar beban bunga dan kemampuan

perusahaan untuk membayar dividen secara teratur tanpa mengalami

hambatan atau krisis keuangan

2.5.2 Tahap-Tahap Menganalisis Kinerja Keuangan

Menurut Irham Fahmi (2017), Penilaian kinerja setiap perusahaan berbeda-

beda karena tergantung pada ruang lingkup bisnis yang dijalankannya. Disini

terdapat 5 (lima) tahap dalam menganalisis kinerja keuangan perusahaan secara

umum, yaitu:

1. Melakukan review terhadap data laporan keuangan

Review disini bertujuan agar laporan keuangan yang sudah dibuat tersebut

sesuai dengan penerapan kaidah-kaidah yang berlaku umum dalam dunia


akuntansi. Sehingga hasil dari laporan keuangan tersebut dapat

dipertanggungjawabkan.

2. Melakukan Perhitungan

Metode perhitungan disini disesuaikan dengan kondisi dan permasalahan

yang sedang dilakukan sehingga hasil dari perhitungan tersebut akan

memberikan suatu hasil kesimpulan sesuai dengan analisis yang diinginkan.

3. Melakukan perbandingan terhadap hasil hitungan yang telah

diperoleh.

Dari hasil hitungan yang telah diperoleh, dapat dilakukan perbandingan

dengan hasil hitungan dari berbagai perusahaaan lainnya. Setelah

melakukan perbandingan diharapkan dapat dibuat satu kesimpulan yang

menyatakan posisi perusahaan tersebut berada dalam kondisi sangat baik,

baik, sedang/normal, tidak baik, dan sangat tidak baik.

4. Melakukan penafsiran terhadap berbagai permasalahan yang

ditemukan.

Pada tahap ini analisis melihat kinerja keuangan perusahaan setelah

dilakukan ketiga tahap tersebut dan dapat dilakukan penafsiran untuk

melihat apa-apa saja permasalahan dan kendala-kendala yang dialami oleh

perusahaan tersebut.

5. Mencari dan memberikan pemecahan masalah terhadap permasalahan

yang ditemukan.
Pada tahap terakhir ini setelah ditemukan berbagai permasalahan yang

dihadapi maka dicarikan solusi guna memberikan suatu masukan agar

kendala atau hambatan dapat terselesaikan.

2.5.3 Pengukuran Kinerja Keuangan 

Kinerja keuangan perusahaan berkaitan erat dengan pengukuran dan penilaian

kinerja. Menurut Joel G. Siegel dan Joe K. Shim dalam Irham (2012:71),

Pengukuran kinerja (performing measurement) adalah kualifikasi dan efisiensi

serta efektivitas perusahaan dalam pengoperasian bisnis selama periode akuntansi.

Penilaian kinerja adalah penentuan efektivitas operasional, organisasi, dan

karyawan berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang telah ditetapkan

sebelumnya secara periodik. Pengukuran kinerja digunakan perusahaan untuk

melakukan perbaikan di atas kegiatan operasionalnya agar dapat bersaing dengan

perusahaan lain. Analisis kinerja keuangan merupakan proses pengkajian secara

kritis terhadap review data, menghitung, mengukur, menginterprestasi, dan

memberi solusi terhadap keuangan perusahaan pada suatu periode tertentu

(Prayudah 2015) . Menurut Munawir (2012:31) dalam Prayudah 2015, tujuan dari

pengukuran kinerja keuangan perusahaan adalah:

1. Mengetahui tingkat likuiditas. Likuiditas menunjukkan kemampuan

suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan yang harus segera

diselesaikan pada saat ditagih. 

2. Mengetahui tingkat solvabilitas. Solvabilitas menunjukkan kemampuan

perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya apabila perusahaan

tersebut dilikuidasi, baik keuangan jangka pendek maupun jangka panjang.


3. Mengetahui tingkat rentabilitas. Rentabilitas atau yang sering disebut

dengan profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk

menghasilkan laba selama periode tertentu. 

4. Mengetahui tingkat stabilitas. Stabilitas menunjukkan kemampuan

perusahaan untuk melakukan usahanya dengan stabil, yang diukur dengan

mempertimbangkan kemampuan perusahaan untuk membayar hutang-

hutangnya serta membayar beban bunga atas hutang-hutangnya tepat pada

waktunya

2.5.3.1 Rasio Profitabilitas

Menutut Kasmir (2015), Tujuan akhir yang ingin dicapai suatu perusahaan

yang terpenting adalah memperoleh laba atau keuntungan yang maksimum.

Dengan memperoleh laba yang maksimal seperti yang telah ditargetkan,

perusahaan dapat berbuat banyak bagi kesejahteraan pemilik, karyawan, serta

meningkatkan mutu produk dan melakukan investasi baru. Untuk mengukur

tingkat keuntungan suatu perusahaan, digunakan rasio keuntungan atau rasio

profitabilitas.

Rasio Profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan

dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektivitas

manajemen suatu perusahaan. Hal ini ditunjukan oleh laba yang dihasilkan dari

penjualan dan pendapatan investasi. (Kasmir,2015).

Penggunaan rasio profitabilitas dapat dilakukan dengan menggunakan

perbandingan antara berbagai komponen yang ada di laporan keuangan, terutama


laporan keuangan posisi keuangan dan laporan laba rugi komprehensif. (Kasmir,

2015)

Menurut Kasmir (2015), Penggunaan seluruh atau sebagian rasio

profitabilitas tergantung dari kebijakan manajemen. Jelasnya semakin lengkap

rasio profitabilitas yang digunakan maka semakin sempurna hasil yang akan

dicapai. Namun ada juga beberapa perusahaan yang hanya menggunakan sebagian

dari rasio profitabilitas. Dalam penelitian ini, rasio yang digunakan untuk

mengukur Kinerja Keungan adalah Return On Investment atau ROI.

Kinerja Keuangan dapat diukur dengan menggunakan Return On Investmen

(ROI). Menurut Kasmir (2015:202), Return On Investment merupakan rasio yang

menunjukan hasil atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan. ROI juga

merupakan suatu ukuran tentang efektivitas manajemen dalam mengelola

investasi. Hasil pengembalian investasi menunjukan produktivitas dari seluruh

dana perusahaan, baik modal pinjaman maupun modal sendiri. Semakin rendah

rasio ini, maka semakin kurang baik kinerja keuangan perusahaan tersebut.

Kasmir (2015:203). Dapat diartikan Rasio ini digunakan untuk mengukur

efektivtas dari keseluruhan operasi perusahaan. Cara menghitung Return On

Investment sebagai berikut :

Earning After Interest ∧Tax


ROI=
Total Asset

Sumber: Kasmir : 2015

2.6 Ringkasan Hasil Penelitian Terdahulu


Ada beberapa penelitian yang dilakukan sebelumnya yang berhubungan dengan

fakor yang mempengaruhi nilai perusahaan. Penelitian tersebut antara lain:

Tabel 2.5

Daftar Penelitian Terdahulu

Judul Penelitian Metode Penelitian


No dan Nama Hasil
Persamaan Perbedaan
Peneliti
Pengaruh
struktur modal
Struktur modal
terhadap nilai
memiliki nilai thitung
perusahaan
Tidak meneliti yaitu -3,292 dengan
dengan Sama-sama
Kinerja nilai signifikan 0,001 <
profitabilitas meneliti
Keuangan dan 0,005 dengan nilai
sebagai variabel struktur
Menggunakan koefisien β yaitu
1 intervening modal dan
Profitabilitas -0,240. hal ini
pada pengaruhnya
sebagai menunjukkan bahwa
perusahaan terhadap nilai
variabel variabel struktur modal
manufaktur di perusahaan
Intervening berpengaruh signifikan
Bursa Efek
positif terhadap nilai
Indonesia.
perusahaan
Fadhilah
Tunnisa (2016)
t hitung variabel
Struktu Modal adalah
2,097>1,976 tingkat
Pengaruh
signifikansi sebesar
kepemilikan
0,045 <0,05. Hal ini
manajerial,
Meneliti berarti struktur modal
struktur modal,
Struktur memiliki pengaruh
kinerja
modal dan Meneliti signifikan terhadap
keuangan
2 kinerja kepemilikan perubahan nilai
terhadap nilai
keuangan manajerial perusahaan. Kinerja
perusahaan
terhadap nilai keuangan memiliki nilai
(property dan
perusaaan t-hitung (2,040) > t-
real estate).
tabel (1,976) yang
Fazdlilah Adri
artinya return on asset
(2014)
berpengaruh signifikan
terhadap nilai
perusahaan.
Hasil uji untuk struktur
modal dimana thitung (-
1,792 <-2,021) nilai
Pengaruh signifikansi 0,083 >
struktur modal, 0,05, Ini berarti struktur
kepemilikan modal berpengaruh
Meneliti
manajerial, dan negatif dan tidak
Struktur
kinerja signifikan terhadap nilai
modal dan Meneliti
keuangan perusahaan. Hasil
3 kinerja kepemilikan
terhadap nilai pengujian untuk kinerja
keuangan manajerial
perusahaan. keuangan thitung
terhadap nilai
Dewa Ayu Prati adalah (3,962>2,021)
perusaaan
Praidy Antari nilai signifikansi 0,000
dan I Made <0,05 Ini berarti kinerja
Dana (2014) keuangan berpengaruh
positif dan signifikan
terhadap nilai
perusahaan.
Pengujian terhadap
Pengaruh variabel Struktur
Lokasi
Struktur Modal modal menunjukkan
Penelitian
terhadap nilai Meneliti -thitung< -ttabel yaitu
Perusahaan
perusahaan. Struktur -2,731 < -2,006 dengan
Manufaktur
4 Inggi Rovita Modal dan nilai signifikansi 0,009
Sektor
Dewi, Siti Ragil Nilai lebih kecil dari 0,05.
Pertambangan
Handayani, Perusahaan bahwa Struktur modal
di Bursa Efek
Nila Firdausi memiliki pengaruh
Indonesia.
Nuzula (2014) signifikan terhadap
Nilai Perusahaan.
Pengaruh
struktur modal
Nilai dari variabel
dan kinerja
bebas struktur modal
keuangan
dan kinerja keuangan
terhadap nilai
Meneliti adalah sebesar 20.378.
perusahaan
Struktur Lokasi Nilai F hitung > F tabel
pada
Modal dan Penelitian (20.378 > 3.090). Nilai
perusahaan
Kinerja Perusahaan signifikansinya sebesar
5 perbankan di
Keuangan Perbankan , 0.000 < 0.05 sehingga
Bursa Efek
terhadap Bursa Efek variabel struktur modal
Indonesia.
Nilai Indonesia dan kinerja keuangan
Diah Manda
Perusahaan sacara simultan
Sari, Emilia
memiliki pengaruh
Gusini dan
terhadap nilai
Lukita
perusahaan.
Tripermata
(2016)
Hasil penelitian
menunjukkan nilai t
Pengaruh hitung sebesar 3,885
kinerja dengan signifikansi
keuangan probabilitasnya adalah
terhadap nilai Meneliti 0,000 < 0,05, hal ini
perusahaan Kinerja Menggunakan berarti kinerja keuangan
dengan Keuangan pengungkapan memiliki pengaruh
6
pengungkapan terhadap CSR sebagai yang positif dan
CSR sebagai Nilai Pemoderasi signifikan terhadap nilai
variabel Perusahaan perusahaan, atau
pemoderasi. dengan kata lain
Ayu Oktyas semakin besar kinerja
Putri (2015) keuanganmaka semakin
meningkatkan nilai
perusahaan.
Berdasarkan hasil uji t,
pada uji hipotesis I
Pengaruh
terlihat bahwa variabel
kinerja
return on asset (ROA)
keuangan
Menggunakan memiliki nilai
terhadap nilai Meneliti
good signifikansi sebesar
perusahaan Kinerja
corporate 0,000, yang dapat
dengan good Keuangan
7 governance disimpulkan bahwa
corporate terhadap
sebagai variabel ini
governance Nilai
variabel berpengaruh secara
sebagai variabel Perusahaan
pemoderasi signifikan terhadap nilai
pemoderasi.
perusahaan karena
Maswar Patuh
mempunyai nilai
Priyadi (2017)
signifikansi lebih kecil
dari 0,05.
8 Pengaruh Meneliti Lokasi Hasil penelitian yang
Kinerja Kinerja Penelitian, telah dilakukan
Keuangan Keuangan Perusahaan menunjukkan bahwa
Terhadap Nilai terhadap Manufaktur ROA tidak berpengaruh
Perusahaan Nilai yang terdaftar terhadap nilai
pada Perusahaan di Bursa Efek perusahaan yang dapat
Perusahaan Indonesia diketahui dari hasil
Manufaktur pengujian melalui uji T.
yang Terdaftar Uji T memperoleh nilai
di Bursa Efek Sig. 0.354>0,05. Akan
Indonesia. tetapi lain halnya
Hj. Rina dengan rasio keuangan
Tjandrakirana lainnya yang dipakai
DP Meva dalam penelitian ini
Monika (2014) yaitu ROE. Dengan
melakukan uji T
diperoleh nilai Sig.
0,005<0,05. Dengan
demikian, ROE
memiliki pengaruh
terhadap nilai
perusahaan.
Pengaruh
Struktur Modal
Terhadap Nilai
Perusahaan Pengaruh Struktur
Dengan Modal Terhadap Nilai
Profitabilitas Perusahaan Sebesar
sebagai 0.192 Dengan
Variabel Signifikansi 0.001,
Meneliti
Intervening Menggunakan Signifikansi < Dari
Struktur
Pada Profitabilitas 0.050 Maka Struktur
Modal
9 Perusahaan sebagai Modal Berpengaruh
terhadap
Properti dan variabel Signifikan Dan
Nilai
Real Estate Di Intervening Koefisien Beta Yang
Perusahaan
Bursa Efek Lebih Besar Dari 0
Indonesia. Menyatakan
Rahman Rusdi Pengaruhnya Positif
Hamidy I Gusti Terhadap Nilai
Bagus Perusahaan.
Wiksuana Luh
Gede Sri Artini
(2015)
Profitabilitas,
Struktur Modal
dan Likuiditas
Variabel DER memiliki
Pengaruhnya
nilai t hitung 0,359
terhadap Nilai
dengan signifikansi
Perusahaan Meneliti
0,029. Karena nilai
Pada Struktur Meneliti
signifikansi kurang dari
Perusahaan Modal Variabel
10 0,05 maka dapat
Real Estate terhadap Profitabilitas
disimpulkan bahwa
Yang Listed Di Nilai dan Likuiditas
secara individu variabel
BEI Tahun Perusahaan
DER berpengaruh
2012-2015..
positif signifikan
Amalia Nur
terhadap PBV.
Khasanah
Daniel Kartika
Ardhi (2017)
2.7 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual penelitian menurut Sapto Haryoko dikutip oleh

Sugiyono (2016:60) kerangka konseptual dalam suatu penelitian perlu

dikemukakan apabila penelitian berkenaan dengan dua variabel atau lebih.Apabila

penelitian hanya membahas sebuah deskrip teoritis masing-masingvariabel dengan

argumentasi terhadap variasi besarnya variabel yang diteliti. Menurut Uma

sekarang sebagaimana yang dikutip oleh Sugiyono (2016:60) kerangka konseptual

merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan

berbagai faktor yang baik.


Gambar 2.7

Kerangka Konseptual

A H2
Struktur Modal
(
(X1) P
( H1
Nilai Perusahaan
(
H3 (Y)
K
Kinerja Keuangan
(
(X2)

2.8 Pengembangan Hipotesis

Menurut Sugiyono(2016:64), hipotesis merupakan jawaban sementara

terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah

dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara karena

jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum

didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data.

2.8.1 Struktur modal dan kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan

Dari laporan keuangan yang kemudian digunakan rasio keuangan dapat

diketahui apakah perusahaan tersebut dijalankan dengan efisien dan efektif. (Hj.

Rina 2014). Adapun rasio yang dipakai dalam penelitian ini yaitu Debt to Equity

Ratio dan Return On Investmen dapat menjadi alat untuk mengukur tingkat

keefisiensian dan keefektifitasan kinerja keuangan suatu perusahaan yang

berpengaruh dalam meningkatkan nilai perusahaan. Tinggi rendahnya nilai


perusahaan menjadi tolak ukur dalam investor berinvestasi yang menggambarkan

nilai pasar suatu perusahaan dalam meningkatkan daya tarik para investor.(Hj

Rina 2014). Nilai perusahaan dapat diukur dengan Price Book Value, maka

pemegang saham bertambah kemakmurannya.

Teori MM menyatakan bahwa peningkatan utang dapat meningkatkan nilai

perusahaan apabila belum mencapai titik optimalnya, hal ini diperkuat oleh teori

trade-off yang menjelaskan bahwa penggunaan utang dapat mengurangi beban

pajak dan biaya agensi perusahaan (Brigham dan Houston, 2001) dalam Rahman

Rusdi Hamidy dkk (2015)

Penelitian Masulis (1983) dalam Rahman Rusdi Hamidy dkk (2015)

menyimpulkan bahwa struktur modal berpengaruh positif terhadap nilai

perusahaan dengan signifikan, Diah Manda Sari, Emilia Gusini dan Lukita

Tripermata (2016) yang menyimpulkan bahwa Struktur Modal dan Kinerja

Keuangan berpengaruh signifikan terhadap Nilai Perusahaan. Dan menurut Dewa

Ayu Prati Praidy Antari dan I Made Dana (2014) menyatakan bahwa Kinerja

Keuangan dan Struktur Modal berpengaruh Terhadap Nilai Perusahaan.

Berdasarkan uraian diatas maka dapat dirumuskan hipotesis pertama.

H1 : Struktur modal dan kinerja keuangan berpengaruh terhadap nilai

perusahaan.

2.8.2 Struktur modal terhadap nilai perusahaan

Stuktur modal adalah pembelanjaan permanen yang dicerminkan melalui

perimbangan antara modal sendiri dengan hutang jangka panjang. Teori struktur

modal menjelaskan tentang pengaruh perubahan struktur modal terhadap nilai


perusahaan, teori ini menerangkan bahwa kebijakan pendanaan perusahaan dalam

menentukan rasio antara hutang dan ekuitas ialah bertujuan untuk

memaksimumkan nilai perusahaan. (Fadhilah Tunnisa 2016).

Struktur modal dalam suatu perusahaan adalah hanya sebagian dari struktur

keuangannya. Struktur modal yang akan memaksimumkan nilai perusahaan

adalah struktur modal yang optimal yaitu dengan mengoptimalkan keseimbangan

antara risiko dan tingkat pengembalian sehingga memaksimalkan harga saham

perusahaan. (Fadhilah Tunnisa 2016).

Struktur modal dapat dinyatakan dalam rasio debt to equity (DER).Penelitian

Hardiningsih (2010) dalam Fadzlilah Adri (2014) menyatakan bahwa kebijakan

hutang tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan, sementara hasil penelitian

Sujoko (2007) dalam Fadzlillah Adri (2014) menyatakan bahwa struktur modal

berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan.

Berdasarkan penelitian sebelumnya yaitu menurut Amalia Nur Khasanah Dkk

(2017) menyatakan bawa Struktur Modal berpengaruh secara signifikan terhadap

Nilai Perusahaan. Begitu dengan penelitian menurut Diah Manda Sari dkk (2016)

yang menyatakan bahwa Struktur Modal berpengaruh positif terhadap Nilai

Perusahaan.

Berdasarkan uraian diatas maka dapat dirumuskan hipotesis kedua .

H2 : Struktur Modal berpengaruh terhadap nilai perusahaan

2.8.3 Kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan

Menurut Fahmi (2011:2) dalam Diah Manda Sari 2016, Kinerja keuangan

adalah suatu analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan
telah melaksanakan dengan menggunakan aturan-aturan pelaksanaan keuangan

secara baik dan benar. Kinerja keuangan perusahaan berkaitan erat dengan

kebijakan pendanaan. Dasar kebijakan pendanaan berkaitan dengan sumber dana,

baik itu sumber internal maupun sumber eksternal secara teoritis didasarkan pada

dua kerangka teori yaitu balance theory atau pecking order theory. (Fadhilah Adri

2014).

Kinerja keuangan berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai

perusahaan. Ini berarti perusahaan yang memiliki kinerja baik dalam mengelola

assetnya mampu menghasilkan profitabilitas tinggi dan akan berpengaruh

terhadap nilai perusahaan yang semakin tinggi, yang artinya penggunaan dana

eksternal dapat dikurangi dengan perusahaan memiliki dana internal yang lebih

karena memiliki profitabilitas yang tinggi, sehingga para pemegang saham

memperoleh keuntungan berupa dividen dari laba yang dihasilkan dan

mengurangi kewajiban perusahaan untuk membayar bunga (Hardiningsih, 2011)

dalam Fadzlillah Adri (2014).

Berdasarkan penelitian sebelumnya menurut Hj. Rina Tjandrakirana DP

Meva Monika (2014) yang menyatakan bahwa Kinerja keuangan berpengaruh

terhadap Nilai Perusahaan. Begitu pula dengan penelitia menurut Maswar Patuh

Priyadi (2017) yang menyatakan bahwa Kinerja Keuangan berpengaruh positif

terhadap Nilai Perusahaan.

Berdasarkan uraian diatas dapat dirumuskan hipotesis ketiga.

H3 : Kinerja keuangan berpengaruh terhadap nilai perusahaan

Anda mungkin juga menyukai