Anda di halaman 1dari 14

Kepribadian Marxian Tokoh Utama dalam Novel Mata dan Manusia Laut

KEPRIBADIAN MARXIAN TOKOH UTAMA


DALAM NOVEL MATA DAN MANUSIA LAUT KARYA OKKY MADASARI
(KAJIAN PSIKOLOGI KEPRIBADIAN MARXIAN ERICH FROMM)

Rosita Nur Sholihah


Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Surabaya
rosita.17020074010@mhs.unesa.ac.id

Dr. Titik Indarti, M.Pd.


Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Surabaya
titikindarti@unesa.ac.id

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dilema eksistensi, kebutuhan manusia, serta mekanisme
pelarian tokoh utama dalam novel Mata dan Manusia Laut. Teori yang digunakan dalam penelitian ini
adalah psikologi kepribadian Marxian Erich Fromm. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif
kualitatif dengan pendekatan psikologi. Sumber data dalam penelitian ini adalah novel Mata dan Manusia
Laut yang merupakan novel ketiga dari empat serial novel Mata karya Okky Madasari. Data dalam
penelitian ini berupa unit-unit teks yang menunjukkan aktivitas, dialog, perbuatan maupun perilaku tokoh
utama terkait kepribadian Marxian. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik baca dan catat. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis objektif
yang berpusat pada karya sastra secara keseluruhan. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya kepribadian
Marxian dalam novel yang digambarkan melalui peristiwa-peristiwa yang dihadapi tokoh Matara.
Kepribadian Marxian tokoh Matara yang ditemukan dalam penelitian ini berupa (1)dilema eksistensi
meliputi manusia sebagai binatang dan sebagai manusia, hidup dan mati, ketidaksempurnaan dan
kesempurnaan, kesendirian dan kebersamaan; (2)kebutuhan manusia meliputi kebutuhan kebebasan dan
keterikatan, kebutuhan untuk memahami dan beraktivitas; serta (3)mekanisme melarikan diri dari
kebebasan berupa otoritarianisme, perusakan, dan penyesuaian.

Kata Kunci: kepribadian Marxian, dilema eksistensi, kebutuhan manusia, mekanisme pelarian

Abstract
The purpose of this research is to describe the dilemma of existence, human needs, and the escape
mechanism of the main character in the novel Mata and Manusia Laut. The theory used in this research is
Erich Fromm's Marxian personality psychology. The method in this research is descriptive qualitative
with a psychological approach. The source of the data in this research is the novel Mata and Manusia
Laut which is the third of four novel series Mata by Okky Madasari. The data in this research is text of
units that show the activities, dialogues, actions and behaviors of the main characters related to the
Marxian personality. The data collection technique used in this research is reading and note-taking
technique. The data analysis technique used in this study is an objective analysis centered on the literary
work as a whole. The results of this research indicate that the existence of a Marxian personality in the
novel which is shown through the events faced by the character Matara. The Marxian personality of the
Matara character found in this study is (1) the dilemma of existence including humans as animals and as
humans, life and death, imperfection and perfection, loneliness and togetherness; (2) human needs include
the need for freedom and attachment, the need for understanding and activity; and (3) mechanisms to
escape from freedom in the form of authoritarianism, destructiveness, and comformity.

Keywords: Marxian personality, dilemma of existence, human needs, freedom mechanism

dan pengetahuan baru, mengembangkan kreativitas dan


PENDAHULUAN
keterampilan tertentu, serta dapat memberikan
Sastra merupakan sebuah cerminan dari realita pendidikan moral. Terlebih lagi pada sastra anak, yang
kehidupan manusia yang bertujuan untuk memberikan merupakan karya sastra imajinatif sebagai penggambaran
rangsangan kepada pembaca dalam melakukan sesuatu. kehidupan yang di dalamnya berusaha menghadirkan
Melalui sastra, pembaca banyak mendapatkan informasi berbagai informasi tentang dunia sekelilingnya. Sastra

43
Bapala Volume 8 Nomor 06 Tahun 2021 hlm. 43—56

orang dewasa berbeda dengan sastra atau bacaan anak mendeskripsikan mekanisme pelarian tokoh utama dalam
yang memang disajikan dalam bentuk yang lebih novel Mata dan Manusia Laut.
sederhana sehingga anak lebih mudah menerima dan Novel Mata dan Manusia Laut telah beberapa
memahaminya. Melalui sastra, anak dapat merefleksikan kali diteliti, seperti pada penelitian Permana dkk (2019)
pengalaman tokoh pada cerita ke dalam kehidupannya. berjudul Kejiwaan Tokoh Utama dalam Novel “Mata dan
Serial novel anak berjudul Mata merupakan Manusia Laut” karya Okky Madasari. Penelitian tersebut
salah satu bentuk upaya Okky Madasari dalam memenuhi mendeskripsikan aspek-aspek psikologi sastra berupa id,
kegelisahan terhadap minimnya sastra anak di Indonesia. ego, superego meliputi pergolakan batin maupun pikiran
Ia berusaha menghadirkan karya sastra bernuansa tokoh utama dalam novel.
petualangan fantasi sekaligus mengenalkan lingkungan Penelitian lain dilakukan oleh Wijaya (2019)
dan budaya Indonesia yang dapat menarik perhatian anak berjudul Representasi Nilai Kebaharian dalam Novel
dalam membacanya. Serial novel anak karya Okky Mata dan Manusia Laut karya Okky Madasari
Madasari tersebut diantaranya berjudul Mata di Tanah (Perspektif Memori Kolektif). Penelitian tersebut
Melus (2018), Mata dan Rahasia Pulau Gapi (2018), menggunakan pendekatan antropologi dengan
Mata dan Manusia Laut (2019), serta serial keempat mendeskripsikan perspektif memori kolektif yang
yang segera diluncurkan berjudul Mata dan Nyala Api ditemukan dalam novel.
Purba. Keempat serial novel tersebut memiliki benang Penelitian terkait konsep kepribadian Marxian
merah tentang tokoh utama bernama Mata, seorang anak Erich Fromm juga dilakukan oleh beberapa peneliti, salah
perempuan yang berpetualang menjelajahi nusantara. Seri satunya penelitian Purnawanti (2016) berjudul
ketiga novel anak karyanya tersebut akan menjadi sumber Kepribadian Tokoh Utama dalam Novel “For the Love of
data penelitian ini. My Son” karya Margaret Davis (Kajian Kepribadian
Novel berjudul Mata dan Manusia Laut (2019) Marxian Erich Fromm). Penelitian tersebut
mengisahkan tentang petualangan Mata bersama ibunya mendeskripsikan kepribadian tokoh Margaret berupa
untuk membuktikan kabar yang beredar di media eksistensinya serta mekanisme pelarian meliputi
Internasional terkait manusia-manusia penyelam di pulau kebebasan positif dan negatif.
Bajo, Sulawesi Tenggara, yang dapat bertahan di dalam Penelitian ini menggunakan teori Erich Fromm,
laut tanpa alat. Namun kecerobohan Matara memicu seorang teoritikus kelahiran tahun 1900 di Frankfurt,
terjadinya malapetaka sekaligus pengalaman baru yang Jerman, yang digelari sebagai teoritisi kepribadian
Marxian. Fromm menempuh pendidikan di Universitas
membuat dirinya takjub. Mata terpisah dari ibunya dan
Heidelberg untuk mendalami ilmu psikologi dan
harus menaklukan lautan lepas selama berhari-hari. sosiologinya. Pandangan Fromm dipengaruhi oleh Karl
Matara, seorang anak yang dituntut keadaan untuk dapat Marx yang meletakkan perhatian terhadap perjuangan
menghadapi segala situasi di tempat yang masih asing dalam memeroleh kebebasan (Fromm, 1961:18—20).
bagi dirinya. Fromm mencoba untuk memadankan konsep teori Freud
Peristiwa-peristiwa yang dialami Matara dengan Marx melalui penyelidikannya terhadap
merupakan sebuah pertentangan sehingga memicu kontradiksi dan sintesis. Dalam pandangan Fromm,
Marx dianggap sebagai teoritikus yang unggul jika
timbulnya dilema eksistensi dalam dirinya. Sikap tokoh
dibandingkan dengan Freud. Kemudian Fromm
utama dalam menghadapi berbagai rintangan dan menerapkan psikoanalisis guna mencoba untuk
permasalahan yang terjadi menjadi dasar peneliti yang menyempurnakan pemikiran Marx. Fromm lebih suka
akhirnya tertarik untuk menganalisis dengan dikenal sebagai humanis dialektik, meskipun ia terkenal
menggunakan teori kepribadian Marxian Erich Fromm. dengan gelar yang telah dimilikinya sebagai teoritikus
Teori Erich Fromm dirasa cukup relevan dengan konflik kepribadian Marxian (Supratiknya, 2009:205—206).
yang dihadapi tokoh Matara dalam novel. Teori kepribadian Marxian Erich Fromm
berdasar pada upaya manusia dalam memperjuangkan
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka
kebebasannya terkait kebutuhannya sebagai manusia
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai dalam menjalin hubungan dan memeroleh kekuatan dari
berikut: 1) Bagaimana dilema eksistensi tokoh utama manusia lain. Bagi Fromm, seseorang yang dipisahkan
dalam novel Mata dan Manusia Laut?; 2) Bagaimana dari alam dan lingkungan sekitarnya akan merasa
kebutuhan tokoh utama dalam novel Mata dan Manusia kesepian dan terisolasi. Seperti seorang anak yang terlalu
Laut?; serta 3) Bagaimana mekanisme pelarian tokoh bebas dari jalinan primer orang tuanya akan merasa
terisolasi dan tak berdaya. Maka dari itu, Fromm
utama dalam novel Mata dan Manusia Laut?. Adapun
berupaya menganalogikan teori Freud yang
tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan memfokuskan teorinya pada alam bawah sadar dan aspek
dilema eksistensi tokoh utama dalam novel Mata dan biologis manusia, sedangkan Marx berpendapat bahwa
Manusia Laut, mendeskripsikan kebutuhan tokoh utama tempat hidup juga memiliki pengaruh terhadap manusia.
dalam novel Mata dan Manusia Laut, serta Fromm kemudian menambahkan ide tentang dilema
Kepribadian Marxian Tokoh Utama dalam Novel Mata dan Manusia Laut

eksistensi, kebutuhan manusia, dan kebebasan sebagai juga disebut sebagai kebutuhan untuk memahami dan
karakteristik utama manusia (Boeree, 2013:186). beraktivitas.
Dilema eksistensi merupakan konflik yang Kebutuhan kebebasan dan keterikatan terdiri
dibawa dari lahir yang timbul akibat pertentangan antara
dari beberapa jenis sebagai berikut:
tesa-antitesa eksistensi manusia. Sesuai dengan hakikat
manusia yang bersifat dualistik, setiap manusia memiliki 1) Keterhubungan (Relatedness)
dinamika yang terus bergerak. Terdapat empat dilema Dalam mengatasi rasa terisolasi dari alam dan diri
eksistensi manusia sebagai berikut: sendiri, manusia memiliki kebutuhan untuk terbebas
1) Manusia sebagai binatang dan sebagai manusia dari kesendiriannya tersebut. Untuk menjadi bagian
Manusia merupakan makhluk yang menjadi bagian dari sesuatu, manusia membutuhkan makhluk lain
dari alam. Manusia memiliki sisi kebinatangan yang mencintainya dan memberikan perhatian.
sekaligus eksistensinya sebagai manusia. Manusia 2) Keberakaran (Rootedness)
memiliki kebutuhan fisik yang harus dipuaskan Manusia memiliki kebutuhan dalam menjalin
seperti halnya binatang meliputi kebutuhan seksual, hubungan dengan dunia luar agar bisa merasa
makan dan minum. Sedangkan sebagai manusia, nyaman dan menganggap seakan-akan seperti
seseorang memiliki kesadaran diri dan kemampuan berada dalam dunianya sendiri. Kebutuhaan
untuk berpikir. Manusia juga memiliki pengalaman keberakaran merupakan kebutuhan manusia dalam
khas meliputi perasaan cinta, perhatian, sedih, membentuk ikatan dengan kehidupannya.
kebebasan, serta tanggungjawab. 3) Menjadi Pencipta (Transcendency)
2) Hidup dan mati Manusia menyadari akan keberadaan dirinya sendiri
Manusia percaya akan adanya kehidupan dan dan lingkungan sekitarnya, mereka akan mengenali
kematian. Manusia telah mengetahui dan menyadari kekuatan alam semesta dan semenakutkan apa isi
bahwa suatu saat ia akan mati, akan tetapi manusia dari alam semesta tesebut sehingga membuatnya
juga berupaya untuk menafikannya dengan merasa tak berdaya.
memercayai bahwa setelah kematian masih ada 4) Kesatuan (Unity)
kehidupan yang akan berlanjut. Setiap manusia akan melakukan berbagai upaya
3) Ketidaksempurnaan dan kesempurnaan agar dirinya bisa menjadi manusia sepenuhnya.
Manusia berusaha membuat konsep realisasi diri Kesatuan merupakan kebutuhan dalam mengatasi
yang sempurna, namun kadangkala kesempurnaan eksistensi keterpisahan melalui kerjasama.
tersebut sulit dicapai karena pendeknya sebuah 5) Identitas (Identity)
kehidupan. Manusia menyadari dirinya sebagai sesuatu yang
4) Kesendirian dan kebersamaan terpisah sehingga harus bisa menetukan sebuah
Manusia memiliki kesadaran penuh sebagai keputusan dalam menghadapi segala macam.
individu yang mandiri, namun manusia juga kebutuhan identitas menjadi landasan manusia
membutuhkan orang lain untuk menggantungkan dalam mengontrol nasibnya sendiri.
kebahagiaannya. Seperti seorang anak yang
berusaha memperjuangkan otonomi diri mungkin Kebutuhan untuk memahami dan beraktivitas juga
akan merasakan ketidakberdayaan dalam terdiri dari beberapa jenis sebagai berikut:
kesendirian (Alwisol, 2014:121—122). 1) Kerangka Orientasi (Frame of Orientation)
Manusia membutuhkan peta dunia sosial dan dunia
Kebutuhan fisik dipandang Fromm sebagai alamnya guna mengetahui sasaran yang akan
kebutuhan kebinatangan dari manusia. Sedangkan dicapainya. Kerangka orientasi merupakan
manusia yang sesungguhnya memiliki kebutuhan sesuai kebutuhan yang menentukan bagaimana tingkahlaku
dengan eksistensi dan kodratnya sebagai manusia. dan arah yang akan dilakukan seseorang.
Menurut Fromm, kebutuhan-kebutuhan manusiawi tidak 2) Kerangka Kesetiaan (Frame of Devotion)
ditemukan pada binatang, tidak pula terbentuk dari alam Manusia harus memiliki tujuan yang dasar yang
sekitarnya (Supratiknya. 2009:259). kuat dalam hidupnya. Dalam hal ini, Tuhan adalah
Kebutuhan manusia terbagi menjadi dua sesuatu yang mutlak dan menjadi tujuan mendasar
kelompok, yang pertama yakni kebutuhan untuk menjadi setiap manusia. Manusia perlu mengabdikan
bagian dari sesuatu dan menjadi otonom atau bisa disebut hidupnya agar lebih bernilai dan bermakna.
sebagai kebutuhan kebebasan dan keterikatan, serta yang 3) Keterangsangan—Stimulasi
kedua yakni kebutuhan memahami dunia, mempunyai (Excitation—Stimulation)
tujuan dan memanfaatkan sifat unik manusia atau bisa Dalam mengaktifkan sistem syaraf dan jiwa,
manusia membutuhkan adanya sebuah rangsangan

45
Bapala Volume 8 Nomor 06 Tahun 2021 hlm. 43—56

guna melatih dan memanfaatkan kemampuan otak. METODE


Manusia yang mendapatkan stimulus akan Jenis dan Pendekatan Penelitian
meresponnya melalu hasil pekerjaannya yang jauh Penelitian berjudul “Kepribadian Marxian
Tokoh Utama dalam Novel Mata dan Manusia Laut
lebih optimal.
karya Okky Madasari” ini menggunakan metode
4) Keefektifan (Effectivity) penelitian deskriptif kualitatif. Menurut pandangan
Manusia memiliki kesadaran akan terbatasnya Sugiyono (2019:21), metode deskriptif kualitatif
keterampilan yang dimilikinya. Namun manusia merupakan sebuah metode penelitian yang digunakan
memiliki kebutuhan untuk melawan hal tersebut untuk menggambarkan atau menganalisis suatu fenomena
sehingga akan melakukan segala hal guna akan tetapi tidak digunakan untuk membuat simpulan
memaksimalkan kinerjanya hingga melampaui yang lebih luas.
Nazir dalam bukunya (2017:63) menyatakan
kemampuannya (Alwisol, 2014:123—125).
bahwa metode deskriptif kualitatif digunakan untuk
meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu
Dalam mewujudkan kehidupan yang lebih kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun kelas peristiwa
bermakna, manusia dapat mencapai kebebasan positif dengan tujuan untuk mendeskripsikan, menggambarkan,
dengan upaya menyatu tanpa mengorbankan kebebasan serta melukiskan fakta antarfenomena secara sistematis,
pribadi maupun ataupun meraih keamanan dengan faktual dan akurat. Whitney (1960 dalam Nazir 2017:64)
meninggalkan kebebasan. Cara memeroleh rasa aman juga menambahkan bahwa metode deskriptif ini
merupakan proses penggalian fakta dengan cara
dengan berlindung di bawah kekuatan lain disebut
menafsirkan dan menginterpretasikan data secara tepat.
Fromm sebagai mekanisme pelarian. Mekanisme pelarian Sehingga dapat dikatakan bahwa penelitian deskriptif
akan menjadi desakan yang sesekali dilakukan seseorang kualitatif merupakan penelitian yang memanfaatkan data
baik secara individu maupun kolektif (Alwisol, kemudian ditafsirkan melalui kata-kata dan bahasa guna
2014:125—126). untuk menginterpretasikan sebuah fenomena yang sedang
Mekanisme melarikan diri dari kebebasan terdiri aktual.
Peneliti menggunakan jenis penelitian deskriptif
dari tiga jenis yang memiliki peranan terpenting sebagai
kualitatif guna untuk membangun pengetahuan melalui
berikut:
pemahaman dan penemuan terkait kejadian, fenomena,
1) Otoritarianisme (Authoritarianism)
dan masalah manusia. Dengan jenis penelitian ini,
Otoritarianisme merupakan mekanisme pelarian
peneliti berusaha menyuguhkan hasil apa adanya tanpa
yang dilakukan manusia untuk melepaskan diri dan
memanipulasi data
mengintegrasikannya dengan kekuatan luar yang
Pendekatan dalam penelitian ini adalah
tidak ditemukan dalam dirinya (Fromm, 1942:121—
pendekatan psikologi. Dalam pandangan Wellek dan
122). Terdapat dua jenis otoritarianisme yakni
Warren (1990) dan Hardjana (1985:60—61 dalam
masokisme berupa hasil dari perasaan dasar lemah
Endraswara, 2013:97—99), psikologi sastra memiliki
tak berdaya; dan sadisme berupa kecenderungan
empat kemungkinan penelitian yakni penelitian terhadap
melihat orang lain tersiksa.
psikologi pengarang sebagai tipe atau sebagai pribadi,
2) Perusakan (Destructiveness)
penelitian proses kreatif dalam kaitannya dengan
Perusakan merupakan mekanisme pelarian yang
kejiwaan, penelitian psikologi yang diterapkan pada
berpotensi untuk menjadikan manusia sebagai
karya sastra, serta penelitian dampak psikologis teks
makhluk yang destruktif, yakni upaya untuk
sastra kepada pembaca. Pandangan Wellek & Warren
menghancurkan kekuatan orang lain yang dirasa
tersebut masih banyak digunakan oleh para peneliti
dapat membuatnya terancam (Fromm, 1942:154).
psikologi sebab pandangan tersebut dianggap yang paling
Seseorang yang hendak menjalin sebuah relasi
representatif dalam kajian psikologi sastra (Ahmadi,
bersama orang lain akan tetapi tidak diterima
2015:23).
dengan baik akan memicu timbulnya tindakan
Penelitian psikologi sastra berdasar pada tiga
perusakan dalam dirinya.
pendekatan yakni pendekatan yang mengkaji psikologi
3) Penyesuaian (Comformity)
tokoh yang terdapat dalam karya (tekstual), psikologis
Penyesuaian merupakan mekanisme pelarian yang
pembaca dalam menikmati sebuah karya (reseptif-
dilakukan dengan menyerahkan diri kepada
pragmatik), serta psikologis penulis dalam menghasilkan
kekuatan luar dan menerima segala instruksi yang
karyanya (pendekatan ekspresif).
diberikan orang lain untuk dirinya.
Sastra merepresentasikan manusia dalam
berbagai tindakan untuk mencapai hasrat yang
diinginkan. Sastra adalah dunia jiwa dalam bentuk lain.
Melalui sastra, pembaca dapat memahami seseorang juga
Kepribadian Marxian Tokoh Utama dalam Novel Mata dan Manusia Laut

dapat memahami psikologinya. Karena itu, sastra tidak membedah dan menafsirkan data yang telah diperoleh.
lepas dari konteks psikologi dan sebaliknya, psikologi Tahapan analisis data ditempuh peneliti sebagai berikut:
juga tidak lepas dari sastra (Ahmadi, 2019:49). 1) Menandai dan menentukan unit-unit teks yang
Pendekatan psikologi sasatra selalu melibatkan menunjukkan kepribadian marxian tokoh utama
dunia dalam diri manusia. Sehingga penelitian psikologi dalam novel Mata dan Manusia Laut;
sastra lebih banyak mengandalkan kemampuan dalam 2) Mengklasifikasikan data terkait kepribadian
menginterpretasi dan merekonstruksi seseorang dalam hal marxian tokoh utama dalam novel Mata dan
psikologis (Ahmadi, 2015:24). Psikologi sastra memiliki Manusia Laut;
dasar yang cukup kuat untuk mempelajari sifat manusia 3) Menyajikan hasil analisis data berdasarkan rumusan
dari perspekstif psikologi maupun sastra, sehingga masalah dan tujuan penelitian;
pendekatan tersebut tepat dilakukan pada penelitian kali 4) Menyimpulkan hasil analisis kepribadian Marxian
ini guna untuk menggali aspek psikologis tokoh utama tokoh utama dalam novel Mata dan Manusia Laut.
terkait kepribadian marxian.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Data dan Sumber Data Penelitian
Sumber data dalam penelitian ini adalah seri Hasil dan pembahasan yang dipaparkan dalam
ketiga novel anak karya Okky Madasari berjudul Mata penelitian ini mencakup tiga konsep kepribadian marxian
pada tokoh utama yang sesuai dengan tujuan penelitian
dan Manusia Laut yang diterbitkan pada tahun 2019 oleh yakni dilema eksistensi tokoh utama, kebutuhan manusia,
PT Gramedia Pustaka Utama, Gedung Kompas Gramedia serta mekanisme pelarian tokoh utama dalam novel Mata
Blok I, lantai 5, Jl. Palmerah Barat 29—33 Jakarta. Novel dan Manusia Laut.
Mata dan Manusia Laut memiliki tebal 20 cm dan
berjumlah 232 halaman. 1. Dilema Eksistensi Tokoh Utama dalam Novel
Data dalam penelitian ini berupa unit-unit teks Mata dan Manusia Laut
yang menunjukkan sebuah aktivitas, dialog, perbuatan Dalam menganalisis data, peneliti menemukan lima
maupun perilaku tokoh utama terkait kepribadian belas data yang menunjukkan dilema eksistensi tokoh
utama yang terkandung dalam novel. Dilema eksistensi
Marxian. Data tersebut kemudian dianalisis sesuai
tersebut ditunjukkan melalui tokoh Matara, seorang anak
dengan rumusan masalah yakni dilema eksistensi, berusia dua belas tahun yang sedang berlibur ke pulau
kebutuhan manusia, serta mekanisme pelarian tokoh Bajo. Dilema eksistensi tokoh Mata yang ditemukan
utama dalam menghadapi segala rintangan dan adalah sebagai berikut:
permasalahan yang terjadi.
1.1 Manusia sebagai binatang dan sebagai manusia
Teknik Pengumpulan Data Manusia memiliki kebutuhan fisik yang harus
Teknik pengumpulan data yang digunakan dipuaskan seperti halnya binatang meliputi kebutuhan
dalam penelitian ini adalah teknik baca catat. Teknik seksual, makan dan minum. Sedangkan sebagai manusia,
pengumpulan data tersebut menerapkan proses membaca seseorang memiliki kesadaran diri dan kemampuan
untuk berpikir. Peneliti menemukan adanya dilema
dengan saksama dan secara repetitif lalu peneliti
eksistensi manusia sebagai binatang dan sebagai
membuat catatan terkait hal penting yang berkaitan manusia. Dilema eksistensi manusia sebagai binatang
dengan kepribadian Marxian tokoh utama. Tahapan ditunjukkan melalui tokoh utama yang memiliki
pengumpulan data ditempuh peneliti sebagai berikut: kepuasan makan dan minum yang harus terpenuhi. Hal
1) Membaca keseluruhan isi novel Mata dan Manusia tersebut dapat dibuktikan pada data berikut:
Laut dengan saksama dan berulang;
2) Menemukan data berupa unit-unit teks terkait Matara segera melahap makanan yang dipesan.
Sup ikan dengan rasa segar dan sedikit asam.
kepribadian marxian tokoh utama yang terdapat Tulisan di dinding warung menyebut sup itu
dalam novel Mata dan Manusia Laut; dengan nama parende (Madasari, 2019:56).
3) Mencatat hal-hal penting yang menunjukkan
kepribadian marxian tokoh utama yang terdapat Berdasarkan data tersebut, dapat dibuktikan bahwa
dalam novel Mata dan Manusia Laut. tokoh Matara memiliki kebutuhan makan dan minum
yang harus dipuaskan. Matara yang saat itu baru saja
sampai di pulau kecil di ujung Sulawesi bagian tenggara
Teknik Analisis Data
langsung menuju ke sebuah warung untuk mengatasi rasa
Teknik analisis data yang digunakan dalam lapar dan hausnya. Matara makan dengan begitu lahap
penelitian ini adalah analisis objektif. Pendekatan analisis sehingga makanan dan minumannya langsung tandas
objektif pada penelitian ini berpusat pada karya sastra ketika baru saja disajikan. Dilema eksistensi sebagai
secara keseluruhan guna mempermudah peneliti dalam

47
Bapala Volume 8 Nomor 06 Tahun 2021 hlm. 43—56

binatang tokoh Mata juga dapat dibuktkan pada data


berikut: Berdasarkan data tersebut, dapat dibuktikan adanya
dilema eksistensi tokoh Matara sebagai manusia sebab
Matara menyesap es kelapa hingga habis, lalu Matara memiliki kebutuhan kesadaran diri, berpikir, dan
berpidah dari satu penjual ke penjual lainnya. berimajinasi yang harus dipenuhi. Matara bisa merasakan
Kadang Matara melahap semua makanan, kadang perasaannya yang sedang kalang kabut seperti halnya
hanya mencicip sedikit saja dan merasa tak pemandangan yang ada di hadapannya. Matara yang
sanggup untuk memakan sisanya karena rasa hanyut berhari-hari di lautan lepas tidak mengetahui
masakan itu asing untuknya (Madasari, 2019:62). tentang tsunami yang terjadi di daratan sehingga dirinya
terkejut sekaligus sedih sebab tempat yang terakhir
Berdasarkan data tersebut, terlihat adanya dilema kalinya ia datangi telah berubah berantakan. Matara juga
eksistensi manusia sebagai binatang sebab tokoh Matara merasa khawatir sekaligus ketakutan jika mamanya ikut
yang sedang kelaparan harus berusaha melahap semua terbawa ombak tsunami. Hal tersebut dapat dibuktikan
makanan dan minuman sampai dirinya merasa puas. pada data berikut:
Matara yang saat itu datang ke Karia, sebuah acara besar
di lapangan yang menjajakan segala macam dagangan Bayangan buruk mulai muncul dalam pikiran
termasuk makanan dan minuman. Matara yang baru saja Matara. Apakah mamanya baik-baik saja?
sampai di acara tersebut langsung kalap dengan membeli Bagaimana jika mamanya hanyut dan hilang.
berbagai kuliner. Dirinya belum merasa puas sebelum Bagaimana jika ia tak lagi punya mama?
mencicipi dan bahkan menghabiskan segala macam (Madasari, 2019:228).
jajanan yang dijual. Selalu ada ruang di perut Matara
untuk menampung semua jenis makanan dan es kelapa Berdasarkan data tersebut, terlihat bahwa Matara
tersebut. Dilema eksistensi tokoh utama dalam kepuasan sedih atas peristiwa yang menimpa kampung Kaledupa.
makan dan minum juga ditunjukkan ketika tokoh utama Matara merasa sangat khawatir jika sesuatu juga terjadi
baru saja ditemukan setelah hanyut dilautan selama pada mamanya. Matara dipenuhi segala pikiran buruk
berhari-hari. Hal tersebut dapat dibuktikan pada data yang menimpa mamanya. Ia takut jika mamanya tak bisa
berikut: selamat karena terseret ombak. Perasaan sedih, cinta,
khawatir, sekaligus ketakutan tersebut menunjukkan
Kini di hadapannya sudah tersaji baronang bakar. adanya dilema eksistensi tokoh Matara sebagai manusia.
Matara tak menunggu dipersilakan makan. Ia
langsung melahap ikan di hadapannya. Laki-laki 1.2 Hidup dan mati
itu juga membuatkan minuman hangat dari rumput Manusia percaya adanya kehidupan dan kematian.
laut, “Minum ini. Ini bagus untuk orang yang baru Manusia telah mengetahui dan menyadari bahwa suatu
hanyut” (Madasari, 2019-138). saat ia akan mati, akan tetapi manusia juga berupaya
untuk menafikannya dengan memercayai bahwa setelah
Berdasarkan data tersebut, dapat dibuktikan adanya kematian masih ada kehidupan yang akan berlanjut.
dilema eksistensi yang ditunjukkan oleh tokoh Matara Peneliti menemukan dilema eksistensi hidup dan mati
ketika dirinya hanyut dan ditemukan oleh seorang laki- yang ditunjukkan oleh tokoh Matara dalam menghadapi
laki. Matara yang terombang-ambing dilautan lepas segala rintangan yang selalu dikaitkan dengan kehidupan
selama berhari-hari tentu saja merasa sangat kelaparan dan kematian. Hal tersebut dapat dibuktikan pada data
sebab belum ada satupun makanan yang masuk dalam berikut:
tubuhnya ketika berada di dalam lautan. Matara tak segan
langsung melahap makanan yang dihidangkan untuknya Ombak yang lebih besar menghantam,
untuk mengatasi rasa laparnya. Begitu pula dengan menggulung, membawanya ke dalam lipatan air,
racikan minuman yang dapat dirasakan kehangatan memutar, emmelintir, melumat tubuhnya. Ia tak
mengalir di kerongkongan dan perutnya. Dengan tahu lagi apakah dirinya masih sadar atau pingsan
melahap makanan dan minuman yang ada di hadapannya, atau sudah mati (Madasari, 2019:107).
membuat badan Matara menjadi bertenaga kembali. Hal
tersebut menunjukkan adanya dilema eksistensi manusia Berdasarkan data tersebut, terlihat adanya dilema
sebagai binatang yang harus memiliki kepuasan dalam eksistensi hidup dan mati tokoh Matara ketika dirinya
makan dan minum. terseret ombak. Matara yang saat itu berusaha bangkit
Dalam novel Mata dan Manusia Laut juga terdapat dikejutkan dengan datangnya ombak yang jauh lebih
dilema eksistensi manusia sebagai manusia ditunjukkan besar dan menggulung dirinya hingga tak bisa melawan.
oleh tokoh Matara yang juga memiliki pengalaman khas Derasnya arus ombak yang membawa Matara membuat
manusia. Hal tersebut dapat dibuktikan pada data berikut: dirinya kesulitan berpikir apakah dirinya selamat atau
sudah mati. Matara tak bisa membedakan apakah yang
Matara turun dari kapal dengan mata berkaca- dialaminya nyata atau mimpi atau halusinasi akibat
kaca. Matara terkejut, takut, sedih, sekaligus tak gigitan ubur-ubur yang dirasakan sebelumnya. Dilema
percaya atas apa yang mereka lihat. Hamparan eksistensi hidup dan mati juga dapat dibuktikan pada data
yang rata dengan tanah, reruntuhan, segalanya berikut:
rusak dan porak poranda (Matara, 2019:228).
Kepribadian Marxian Tokoh Utama dalam Novel Mata dan Manusia Laut

bisa diselamatkan. Matara pun berusaha menceritakan


“Jadi aku sudah mati?”, “Bagaimana mungkin kronologi tentang apa yang menimpa dirinya termasuk
kau mati! Kita sedang sama-sama di sini, makan, tentang Masalemo. Hal tersebut dapat dibuktikan pada
minum, bicara,” jawab seorang perempuan data berikut:
(Madasari, 2019:143).
“Kami tenggelam di Masalembo”, “Kena hantu
Berdasarkan data tersebut, dapat dibuktikan bahwa laut kau rupanya. Memang selalu begitu orang
terdapat dilema eksistensi hidup dan mati yang dialami yang tenggelam” kata salah satu awak kapal.
tokoh Matara ketika dirinya terhanyut dalam lautan lepas. “Masalembo itu benar-benar ada. Ada kampung
Ketika terhanyut, Matara sempat ditemukan oleh manusia. Manusia-manusia yang hidup di dalam
rombongan di dalam laut yang entah masih hidup atau lautan” (Madasari, 2019:204).
mereka sudah mati. Matara terbawa arus sampai ke
Masalembo yang terkenal dengan pusaran mematikan, Berdasarkan data tersebut, terbukti adanya dilema
pusaran yang banyak kapal tenggelam, hilang begitu saja. eksistensi tokoh Matara ketika sedang menceritakan
Di sana Matara bertemu dengan para korban kapal tentang kehidupan di Masalembo yang ditemuinya. Cerita
tenggelam, mereka meyakini bahwa Dewa Laut tentang Masalembo memang sudah menjadi rumor yang
menjemput dan menyelematkan manusia-manusia yang tidak dipercayai masyarakat sekitar, mereka tak percaya
dicintainya untuk menjaga dan membuat kehidupan di dengan kehidupan manusia yang diceritakan Matara.
lautan. Matara semakin ragu dengan keberadaan Mereka menganggap Matara halusinasi dan bahkan
rombongan tersebut, sehingga Matara kembali sebagian awak kapal menakut-nakuti bahwa Matara telah
memastikan apakah dirinya masih hidup atau sudah mati bertemu hantu laut. Hal tersebut menunjukkan adanya
sama seperti rombongan yang ditemuinya. Hal tersebut dilema eksistensi antara hidup dan mati.
dapat dibuktikan pada data berikut:
1.3 Ketidaksempurnaan dan kesempurnaan
“Keluargamu tak tahu kamu masih ada?”tanya Manusia berusaha membuat konsep realisasi diri
Matara. “Entahlah. Itu karena aku tak pernah yang sempurna, namun kadangkala kesempurnaan
pulang dalam wujudku ini. Aku selalu pulang tersebut sulit dicapai karena pendeknya sebuah
dalam bentuk angin. Mereka tahu, setiap kali kehidupan. Peneliti menemukan ketidaksempurnaan dan
angin datang membawakan mereka banyak ikan, kesempurnaan yang ditunjukkan melalui tokoh Matara.
itu adalah aku” kata Aldio. “Aku tidak mau seperti Matara meyakini bahwa ia akan sempurna di kehidupan
itu” kata Matara (Madasari, 2019:195). setelah ia mati. Hal tersebut dapat dibuktikan pada
berikut:
Berdasarkan data tersebut, terbukti bahwa tokoh
Matara semakin yakin bahwa rombongan yang Dewa Laut mengundang, menjemput, dan
ditemuinya adalah para korban yang tenggelam akibat menyelamatkan manusia-manusia yang
kecelakaan kapal yang dulu ditumpangi. Matara terkejut disukainya. Dewa Laut ingin menciptakan dunia
ketika mereka menyatakan bahwa mereka tetap bisa baru yang menyatukan kehidupan manusia dan
pulang mengunjungi keluarganya namun dalam wujud rahasia lautan. Anak-anak Masalembo adalah
angin. Matara langsung menyadari bahwa dirinya tak makhluk generasi baru yang akan menjadi awal
mau mati dan melanjutkan kehidupannya di bawah laut mula kehidupan di bawah samudra (Madasari,
seperti rombongan korban tersebut. Matara berusaha 2019:160).
keluar dari lautan dan kembali hidup bahagia bersama
mamanya. Hal tersebut dapat dibuktikan pada data Berdasarkan data tersebut, dapat dibuktikan adanya
berikut: ketidaksempurnaan dan kesempurnaan yang dirasakan
oleh tokoh Matara. Matara merasa bahwa dirinya
Salah satu kru kapal berteriak di haluan. “Ada memiliki banyak kesempurnaan yang belum sempat
mayat!”, dada Matara ditekan berulang kali. tercapai di dunia nyata, sehingga Matara percaya jika
Napas buatan pun diberikan oleh salah satu kru memang ia harus mati di lautan ia tak perlu khawatir,
kapal. Lalu ada yang menggosok-gosokkan minyak sebab ada kehidupan baru di Masalembo yang bisa
di sekitar hidung dan tengkuk sambil menekan- melanjutkan ketidaksempurnaanya. Matara juga telah
nekan pelipis (Madasari, 2019:199-200). berkenalan dengan manusia-manusia korban kapal
tenggelam di Masalembo. Matara merasa mereka semua
Berdasarkan data tersebut, dapat dibuktikan bahwa baik dan bahagia melanjutkan kehidupannya meski di
tokoh Matara sedang berjuang antara hidup dan matinya. bawah laut. Hal tersebut menunjukkan adanya dilema
Matara yang hanyut bersama Bambulo berusaha keluar eksistensi ketidaksempurnaan dan kesempurnaan.
dari Masalembo dengan terus berenang melewati pusaran
air mematikan. Matara kembali hanyut mengikuti arus 1.4 Kesendirian dan kebersamaan
hingga berhasil ditemukan oleh salah satu awak kapal Manusia memiliki kesadaran penuh sebagai
yang sedang berlayar. Matara merasa dirinya sudah individu yang mandiri, namun manusia juga
menjadi mayat dan kehilangan nyawa, namun berkat membutuhkan orang lain untuk menggantungkan
pertolongan awak kapal Matara ternyata masih hidup dan

49
Bapala Volume 8 Nomor 06 Tahun 2021 hlm. 43—56

kebahagiaannya. Peneliti menemukan dilema eksistensi kecil di ujung Sulawesi tenggara, harus berdesak-
berupa kesendirian dan kebersamaan yang ditunjukkan desakkan di kapal bersama penumpang lain. Belum lagi
melalui tokoh Matara. Hal tersebut dapat dibuktikan ketika kapal membentur ombak yang keras hingga air laut
pada data berikut: masuk dan membasahi baju penumpang termasuk baju
Matara. Ombak yang keras membuat Matara dan
Mama Matara terus memotret dan serius beberapa penumpang lainnya mabuk lalu mintah di dalam
menyimak peristiwa adat di hadapannya. kapal. Kondisi Matara membuat mamanya berusaha
Sementara Matara mulai gelisah kepanasan, untuk membuat tubuhnya menjadi lebih baik, dengan
berlari mencari penjual minuman dingin, tapi memberikan segala macam obat untuk memulihkan tubuh
malah dibuat kesal oleh anak laki-laki yang Matara. Hal tersebut menunjukkan adanya kebutuhan
menyerobot antreannya. Dan kini dua anak itu, keterhubungan Matara dengan mamanya. Kebutuhan
malah berjalan bersama (Madasari, 2019:61). keterhubungan juga terdapat pada data berikut:

Berdasarkan data tersebut, dapat dibuktikan adanya Orang-orang kapal itu merawat Bambulo dan
kesendirian dan kebersamaan tokoh Matara. Matara saat Matara. Mereka membuatkan makanan hangat,
itu sedang menghadiri acara pesta adat bersama sup ikan, dan nasi. Mereka menyiapkan teko berisi
mamanya. Mama Matara mengikuti segala rangkaian teh manis yang bisa dituangkan kapan saja.
acara dengan serius sehingga membuat Matara bosan. Mereka juga membasuh muka Matara dengan
Matara dasarnya memang anak mandiri. Ia tidak pernah handuk dan menyuapkan makanan ke mulut
takut bepergian sendirian sekalipun di tempat baru yang Matara (Madasari, 2019:201).
belum pernah ia kunjungi. Tanpa sepengetahuan
mamanya, Matara berpencar sendiri untuk membeli Berdasarkan data tersebut, dapat dibuktikan bahwa
jajanan. Namun ternyata Matara bertemu dengan tokoh Matara juga memiliki kebutuhan keterhubungan
Bambulo, penduduk asli kampung Sama. Matara yang dipenuhi oleh awak kapal yang menyelamatkannya
memang pribadi yang suka kesendirian, namun ia juga ketika hanyut. Matara yang berhari-hari berada di lautan
perlu kehadiran seorang teman untuk menemaninya. Hal lepas berhasil ditemukan oleh beberapa awak kapal yang
tersebut menunjukkan adanya dilema eksistensi sedang berlayar. Matara tak lagi merasa sendirian dan
kesendirian dan kebersamaan. sangat senang karena awak kapal tersebut begitu baik
kepada dirinya. Mereka merawat Matara dengan penuh
2. Kebutuhan Manusia pada Tokoh Utama dalam perhatian. Hal tersebut menunjukkan adanya kebutuhan
Novel Mata dan Manusia Laut keterhubungan Matara dengan awak kapal.
Dalam menganalisis data, peneliti menemukan dua
puluh enam data yang menunjukkan adanya kebutuhan 2.1.2 Keberakaran (Rootedness)
manusia yang terkandung dalam novel. Kebutuhan tokoh Manusia memiliki kebutuhan dalam menjalin
Matara berupa kebutuhan kebebasan dan keterikatan hubungan dengan dunia luar agar bisa merasa nyaman
serta kebutuhan manusia untuk memahami dan dan menganggap seakan-akan seperti beraada dalam
beraktivitas. Kebutuhan manusia yang ditemukan dunianya sendiri. Kebutuhaan keberakaran merupakan
tersebut adalah sebagai berikut: kebutuhan manusia dalam membentuk ikatan dengan
kehidupannya. Peneliti menemukan adanya kebutuhan
2.1 Kebutuhan kebebasan dan keterikatan keberakaran dalam novel yang ditunjukkan melalui
2.1.1 Keterhubungan (Relatedness) tokoh Matara dengan Bambulo, bocah Bajo yang
Dalam mengatasi rasa terisolasi dari alam dan diri mengajak Matara berpetualang di lautan lepas. Hal
sendiri, manusia memiliki kebutuhan untuk terbebas dari tersebut dapat dibuktikan pada data berikut:
kesendiriannya tersebut. Untuk menjadi bagian dari
sesuatu, manusia membutuhkan makhluk lain yang Mereka berangkat dengan kegembiraan. Matara
mencintainya dan memberikan perhatian. Peneliti menggoyang-goyangkan kepala mengikuti irama
menemukan kebutuhan keterhubungan yang ditunjukkan lagu itu sambil menikmati pemandangan sore yang
melalui tokoh Matara dengan mamanya, layaknya indah. Sesekali ia ikut berseru (Madasari,
keterhubungan antara seorang anak dengan ibunya. Hal 2019:89).
tersebut dapat dibuktikan pada data berikut:
Berdasarkan data tersebut, dapat dibuktikan bahwa
Matara berkeringat dingin. Mamanya segera kebutuhan keberakaran tokoh Matara dipenuhi oleh
menggosokkan minyak kayu putih di tengkuk dan Bambulo. Matara baru saja bertemu Bambulo di penjual
pelipisnya. Matara tak lagi muntah, tapi tubuhnya es kelapa dan belum kenal sepenuhnya, namun Matara
lemas, kepalanya pening (Madasari, 2019:54). begitu menikmati petualangannya ketika Bambulo
mengajak Matara untuk keliling dengan menaiki sampan.
Berdasarkan data tersebut, dapat dibuktikan bahwa Matara yang belum pernah berlayar justru merasa
tokoh Matara memiliki kebutuhan keterhubungan yang kegirangan dengan tawaran tersebut. Matara merasa jauh
dipenuhi oleh mamanya. Matara yang saat itu sedang dari ancaman, bahkan dirinya gembira dan bernyanyi
melakukan perjalanan dari pulau Jawa menuju ke pulau sepanjang perjalanan, sekalipun ia sedang bersama
Kepribadian Marxian Tokoh Utama dalam Novel Mata dan Manusia Laut

seseorang asing yang belum jelas asal usulnya. Matara Setiap manusia akan melakukan berbagai upaya agar
merasa krasan dengan dunianya, ia percaya Bambulo dirinya bisa menjadi manusia sepenuhnya. Kesatuan
anak yang baik sehingga dirinya merasa aman karena ada merupakan kebutuhan dalam mengatasi eksistensi
yang menjaga dirinya. Hal tersebut menunjukkan adanya keterpisahan melalui kerjasama. Peneliti menemukan
kebutuhan keberakaran tokoh Matara. adanya kebutuhan kesatuan yang ditunjukkan melalui
tokoh Matara yang kerap kali berbagi cinta dan
2.1.3 Menjadi pencipta (Transcendency) kerjasama dengan Bambulo ketika menghadapi segala
Manusia menyadari akan keberadaan dirinya rintangan di lautan. Hal tersebut dapat dibuktikan pada
sendiri dan lingkungan sekitarnya, mereka akan data berikut:
mengenali kekuatan alam semesta dan semenakutkan apa
isi dari alam semesta tesebut sehingga membuatnya Matara dan Bambulo terlempar ke lautan, kepala
merasa tak berdaya. Peneliti menemukan adanya mereka terbenam, lenyap ditelan kilauan cahaya
kebutuhan manusia menjadi pencipta yang ditunjukkan di permukaan laut. Matara yang belum juga tahu
melalui tokoh Matara yang berada di bawah lautan lepas cara mengapung kembali tenggelam, ia memegang
dan harus menghadapi segala rintangan dari alam kaki Bambulo di dalam air. Bambulo mengulurkan
semesta. Hal tersebut dapat dibuktikan pada data berikut: tangan, kembali menarik Matara ke permukaan
(Madasari, 2019:93—94).
Matara terayun-ayun tak berdaya dalam
cengkeraman lengan seekor gurita. Matara mulai Berdasarkan data tersebut, dapat dibuktikan bahwa
lelah memberontak, seperti kehabisan napas, dan terdapat kebutuhan kesatuan tokoh Matara dengan
hanya diam penuh ketakutan dalam belitan lengan Bambulo. Matara yang saat itu sedang hanyut bersama
si Gurita (Madasari, 2019:112). Bambulo berusaha untuk naik ke permukaan laut. Matara
yang belum lihai berenang di lautan lepas sangat panik
Berdasarkan data tersebut, dapat dibuktikan bahwa dan berulang kali tenggelam. Bambulo yang memang
terdapat kebutuhan menjadi pencipta pada tokoh Matara kesehariannya hidup di laut berusaha membantu Matara.
ketika dirinya sedang berhadapan dengan seekor gurita Mereka bekerjasama agar tidak hilang keseimbangan satu
besar. Matara berusaha melawan gurita tersebut yang sama lain. Matara juga berusaha agar badannya tetap bisa
melilit tubuh mungilnya dengan cengkeraman yang mengapung, sehingga memudahkan Bambulo untuk
cukup kuat. Namun apa daya, Matara tak bisa menarik dirinya. Hal tersebut menunjukkan adanya
menandingi kekuatan gurita yang justru membuat Matara kerjasama yang baik antara Matara dan Bambulo.
semakin sesak kehabisan napas. Matara mengakui begitu Kebutuhan kesatuan juga dapat dibuktikan pada data
besarnya kekuatan alam semesta yang sedang berikut:
dihadapinya sehingga membuat dirinya menjadi lemah
tak berdaya. Kebutuhan menjadi pencipta juga Kini terlihat jelas kaki Matara penuh gurat
ditunjukkan melalui tokoh Matara yang harus berhadapan kemerahan. Rasanya panas dan perih. Sementara
dengan makhluk laut bernama Roro. Hal tersebut dapat Matara terus mengerang, Bambulo mendorong
dibuktikan pada data berikut: tubuh Matara ke arah tepi, mendekati gubuk
mereka (Madasari, 2019:106).
Roro. Penghuni lautan kesayangan Dewa Laut. Ia
tidur di dasar lautan paling dalam, melintang Berdasarkan data tersebut, terbukti adanya kebutuhan
sepanjang hampir seperempat lingkar bumi. Di kesatuan tokoh Matara yang dipenuhi oleh Bambulo.
seluruh jagat raya, hanya ada tujuh Roro. Hanya Matara yang sedang kesakitan akibat sengatan ubur-ubur
sesekali saja kepala mereka bertemu, ekor mereka hanya bisa merintih dan menangis. Sementara Bambulo
beradu, atau tubuh mereka bergesekkan. Jika itu yang sangat paham apa yang dirasakan Matara, sehingga
terjadi, timbullah guncangan besar, gelombang ia berusaha untuk membantu Matara kembali ke tepian
mahabesar (Madasari, 2019:174—175). dan mengobati luka di kaki Matara. Hal tersebut
menunjukkan adanya kebutuhan kesatuan tokoh Matara
Berdasarkan data tersebut, dapat dibuktikan bahwa dengan Bambulo.
terdapat kebutuhan menjadi pencipta pada tokoh Matara
ketika dirinya bertemu dengan Roro, makhluk penghuni 2.1.5 Identitas (Identity)
lautan. Matara begitu kagum ketika tahu ada makhluk Manusia menyadari dirinya sebagai sesuatu yang
laut semenakutkan Roro yang jika terganggu sedikit saja terpisah sehingga harus bisa menetukan sebuah
bisa menimbulkan malapetaka dengan guncangan dahsyat keputusan dalam menghadapi segala macam. Kebutuhan
yang akan terjadi di dasar lautan. Matara semakin identitas menjadi landasan manusia dalam mengontrol
mengenal kekuatan alam semesta yang berada di bawah nasibnya sendiri. Peneliti menemukan adanya kebutuhan
lautan. Hal tersebut menunjukkan adanya kebutuhan identitas dari tokoh Matara dalam novel. Hal tersebut
menjadi pencipta. dapat dibuktikan pada data berikut:

2.1.4 Kesatuan (Unity) Matara mulai kesal. “Saya dari Jakarta”, “Kamu
dari Jakarta?” polwan bertanya tak percaya.
Matara mengangguk (Madasari, 2019:220—221).

51
Bapala Volume 8 Nomor 06 Tahun 2021 hlm. 43—56

Mereka beradaptasi, berevolusi, hingga memiliki


Berdasarkan data tersebut, dapat dibuktikan adanya kemampuan bertahan sangat lama di dalam air, jauh lebih
kebutuhan identitas pada tokoh Matara. Matara yang lama dari manusia pada umumnya. Mereka seperti bisa
ditangkap oleh polwan karena dicurigai sebagai bernapas di dalam air. Hal tersebut juga semakin
komplotan awak kapal penjual bom ikan, berusaha diperkuat dengan data berikut:
menjelaskan tentang identitasnya. Matara menceritakan
asal usulnya berikut dengan awal kedatangannya bersama Bertemu orang Sama adalah tujuan utamanya
mamanya ke Kaledupa. Matara juga bercerita bagaimana datang ke pulau ini. Ia akan mencari tahu
ia bisa bertemu Bambulo hingga akhirnya tenggelam dan semuanya sendiri, saat bertemu orang-orang itu.
hanyut bersama. Namun penjelasan Matara tak cukup Begitu yang ada dalam benaknya (Madasari,
meyakinkan polwan tersebut, hingga akhirnya Matara 2019:58).
membuat keputusan untuk kabur. Hal tersebut dapat
dibuktikan pada data berikut: Berdasarkan data tersebut, dapat dibuktikan bahwa
terdapat kerangka orientasi yang cukup kuat pada tokoh
Matara menaikkan kaki, menurunkan kepala, lalu Matara dalam mewujudkan keinginannya untuk bertemu
meloloskan seluruh badannya. Matara berlari manusia laut. Matara sudah menyiapkan segala hal yang
meninggalkan kantor polisi dengan mudah menuju harus dilakukannya agar mendapatkan banyak informasi
pelabuhan (Madasari, 2019:222—223). tentang tujuan utamanya. Matara seakan sudah memiliki
peta dunia sosial dan dunia alam yang akan dihadapi di
Berdasarkan data tersebut, dapat dibuktikan adanya pulau itu. Hal tersebut menunjukkan adanya kerangka
kebutuhan identitas yang dimiliki tokoh Matara tidak orientasi tokoh Matara.
terpenuhi sehingga Matara harus membuat sebuah
keputusan untuk membuktikan bahwa ia tidak terlibat 2.2.2 Kerangka kesetiaan (frame of devotion)
dalam penjualan bom ikan ilegal tersebut. Matara Manusia harus memiliki tujuan yang dasar yang
berusaha mengontrol nasibnya dengan memilih untuk kuat dalam hidupnya. Dalam hal ini, Tuhan adalah
meloloskan diri dari kantor polisi. Matara berlari hingga sesuatu yang mutlak dan menjadi tujuan mendasar setiap
berhasil selamat dari kejaran polisi. Dengan begitu, manusia. Manusia perlu mengabdikan hidupnya agar
Matara akan melanjutkan perjalanan ke Kaledupa dan lebih bernilai dan bermakna. Peneliti juga menemukan
kembali menemui mamanya. Sebab jika Matara terus adanya kerangka kesetiaan yang ditunjukkan oleh tokoh
ditahan, maka ia khawatir tidak akan bisa bertemu Matara ketika berpetualang di lautan lepas. Hal tersebut
dengan mamanya lagi. Hal tersebut menunjukkan adanya dapat dibuktikan pada data berikut:
kebutuhan identitas tokoh Matara.
Pada malam purnama, ikan-ikan bertelur dalam
2.2 Kebutuhan untuk memahami dan beraktivitas dekapan hangat cahaya bulan. Pada malam
2.2.1 Kerangka orientasi (frame of orientation) purnama, dewa-dewa turun ke lautan dan tak ada
Manusia membutuhkan peta dunia sosial dan manusia yang boleh mengganggu mereka
dunia alamnya guna mengetahui sasaran yang akan (Madasari, 2019:91).
dicapainya. Kerangka orientasi merupakan kebutuhan
yang menentukan bagaimana tingkahlaku dan arah yang Berdasarkan data tersebut, dapat dibuktikan bahwa
akan dilakukan seseorang. Peneliti menemukan adanya adanya kerangka kesetiaan tokoh Matara terhadap
kerangka orientasi tokoh Matara yang memiliki alasan pengabdian masyarakat sekitar. Matara mengenali
kuat untuk datang ke pulau Bajo bersama mamanya. Hal kerangka kesetiaan terhadap Dewa Laut yang membuat
tersebut dapat dibuktikan pada data berikut: aturan turun temurun terkait larangan berlayar saat bulan
purnama. Larangan tersebut diyakini sebagai pengabdian
Angin darat tentang berita di surat kabar Amerika kepada Dewa Laut untuk hasil ikan yang melimpah
yang mengatakan ada manusia-manusia ikan yang selama ini, dan menghindari gangguan makhluk laut
hidup di wilayah kepulauan. Matara datang lainnya yang sedang bertelur saat bulan purnama.
bersama mamanya yang hendak menulis cerita Kerangka kesetiaan lainnya juga dapat dibuktikan pada
tentang kisah manusia-manusia ikan itu (Madasari, data berikut:
2019:52—53).
Matara melihat sendiri bagaimana keajaiban
Berdasarkan data tersebut, dapat dibuktikan bahwa rombongan lumba-lumba itu. Mereka menggiring
terdapat kerangka orientasi pada tokoh Matara bersama sampan, membuatnya meliuk ke kiri dan ke kanan
mamanya. Matara menyadari bahwa alasan terbesarnya agar tak berbenturan. Kawanan lumba-lumba itu
bisa sampai di Pulau Bajo adalah untuk meneliti dan seolah benar-benar titisan Dewa Laut (Madasari,
membuktikan sendiri tentang keberadaan manusia- 2019:101—102).
manusia ikan yang ada di surat kabar. Matara siap dengan
segala rintangan yang akan dihadapi selama Berdasarkan data tersebut, dapat dibuktikan bahwa
perjalanannya untuk bertemu manusia-manusia yang tak terdapat kerangka kesetiaan pada tokoh Matara terhadap
memerlukan tabung oksigen untuk sampai ke dasar laut. rombongan lumba-lumba yang mengantarkan sekaligus
melindungi Matara dari terjangan arus. Lummu tersebut
Kepribadian Marxian Tokoh Utama dalam Novel Mata dan Manusia Laut

diyakini sebagai pelindung orang Sama sehingga lumba- kebutuhan keterangsangan—stimulasi tokoh Matara
lumba tersebut juga harus dilindungi dan tidak boleh dengan Bambulo.
ditangkap. Matara kembali mengenali kerangka kesetiaan
terhadap rombongan binatang ajaib titisan Dewa Laut 2.2.4 Keefektifan (effectivity)
tersebut. Kerangka kesetiaan juga dapat dibuktikan pada Manusia memiliki kesadaran akan terbatasnya
data berikut: keterampilan yang dimilikinya. Namun manusia memiliki
kebutuhan untuk melawan hal tersebut sehingga akan
Matara memohon maaf pada Dewa Laut, pada melakukan segala hal guna memaksimalkan kinerjanya
penguasa semesta alam, pada Roro, pada seluruh hingga melampaui kemampuannya. Peneliti menemukan
penghuni lautan, karena telah membuat darah adanya kebutuhan keefektifan yang ditunjukkan oleh
tumpah di lautam, karena telah menganggu tokoh Matara ketika dirinya berusaha untuk mampu
keseimbangan dan ketenangan kehidupan laut melewati segala rintangan di lautan bersama Bambulo.
(Madasari, 2019:182). Hal tersebut dapat dibuktikan pada data berikut:

Berdasarkan data tersebut, dapat dibuktikan bahwa Sampan sejenak oleng dan nyaris terbalik karena
terdapat kerangka kesetiaan tokoh Matara terhadap empasan yang diakibatkan kegagalan Bambulo
seluruh makhluk ciptaan Tuhan yang ditemuinya. menarik Matara. Matara menjerit ketakutan.
Sebagai bentuk titik pengabdian, Matara melakukan Dengan susah payah, terutama bagi Matara—
permohonan maaf kepada kepada seluruh penghuni mereka berhasil mendekat ke sampan (Madasari,
lautan. Matara melakukan hal tersebut agar Dewa Laut 2019:95).
menghentikan segala malapetaka dan guncangan yang
terjadi di dasar laut. Hal tersebut menunjukkan adanya Berdasarkan data tersebut, dapat dibuktikan bahwa
kerangka kesetiaan tokoh Matara. terdapat kebutuhan keefektifan tokoh Matara ketika
dirinya jatuh dari sampan. Bambulo berusaha membantu
2.2.3 Keterangsangan—Stimulasi Matara untuk kembali naik ke sampan. Matara yang
(excitation—stimulation) awalnya sangat ketakutan akhirnya juga berusaha untuk
Dalam mengaktifkan sistem syaraf dan jiwa, mengikuti segala arahan Bambulo dan menerima uluran
manusia membutuhkan adanya sebuah rangsangan guna tangan Bambulo. Matara berhasil kembali ke sampan
melatih dan memanfaatkan kemampuan otak. Manusia karena ia melawan perasaan tidak mampunya dan
yang mendapatkan stimulus akan meresponnya melalu mengganti dengan usaha kerasnya. Hal tersebut semakin
hasil pekerjaannya yang jauh lebih optimal. Peneliti diperjelas dengan data berikut:
menemukan adanya kebutuhan keterangsangan-stimulasi.
Kebutuhan tersebut ditunjukkan melalui tokoh Matara Setelah berulang kali gagal, Matara tak mau lagi
yang mendapatkan stimulus dari Bambulo ketika dirinya ditarik Bambulo. Ia mencoba mengikuti apa yang
ragu untuk berenang di lautan lepas. Hal tersebut dapat dilakukan Bambulo; naik ke sampan dengan
dibuktikan pada data berikut: mengangkat tubuhnya sendiri tanpa bantuan
Bambulo (Madasari, 2019:95).
“Tapi aku tidak bisa berenang” kata Matara,
“Bisa! Kamu bisa berenang” seru Bambulo. Berdasarkan data tersebut, dapat dibuktikan bahwa
Matara memandang Bambulo tak percaya. terdapat kebutuhan keefektifan pada tokoh Matara.
Bambulo mengangguk-angguk antusias, seakan Matara yang awalnya merasa tak mampu menghadapi
memberi tanda. Matara pun mengangguk sambil situasi saat itu hanya bisa bergantung pada Bambulo,
meyakinkan diri. Ia bisa berenang, begitu yang namun akhirnya ia mulai menyadari bahwa ia juga harus
dikatakannya dalam hati berulang kali (Madasari, melatih kemampuannya dalam menghadapi segala
2019:196). rintangan yang menimpa dirinya. Matara mengamati
segala hal yang dilakukan Bambulo. Matara berusaha
Berdasarkan data tersebut, dapat dibuktikan bahwa menirukan cara yang diajarkan Bambulo sampai akhirnya
tokoh Matara mendapatkan stimulus dari Bambulo. ia berhasil melakukannya tanpa bantuan Bambulo lagi.
Matara sangat ingin kembali ke daratan dan keluar dari Hal tersebut menunjukkan adanya kebutuhan keefektifan
lautan, namun dirinya ragu bisa berenang terus sampai ke tokoh Matara.
tepian. Akan tetapi Bambulo terus meyakinkan Matara
bahwa dirinya mampu melewati rintangan ini bersama 3. Mekanisme Melarikan Diri dari Kebebasan
Bambulo. Bambulo juga membantu Matara untuk pada Tokoh Utama dalam Novel Mata dan
berenang melewati pusaran air yang deras. Berkat Manusia Laut
stimulus yang diberikan Bambulo, Matara menjadi Dalam menganalisis data, peneliti menemukan dua
percaya diri dan yakin bahwa dirinya yang hanya biasa belas data yang menunjukkan mekanisme melarikan diri
berenang di kolam ternyata juga bisa berenang di lautan dari kebebasan yang terkandung dalam novel.
lepas. Matara berhasil merespons rangsangan Bambulo Mekanisme melarikan diri dari kebebasan tersebut
dengan baik. Hal tersebut menunjukkan adanya ditunjukkan melalui tokoh Matara ketika menghadapi
segala macam rintangan dan tantangan selama dirinya

53
Bapala Volume 8 Nomor 06 Tahun 2021 hlm. 43—56

hanyut di lautan berhari-hari. Mekanisme pelarian tokoh Serangan Matara membuat si gurita mengamuk.
Mata yang ditemukan adalah sebagai berikut: Delapan lengannya terus bergerak,
menghancurkan apa pun di sekitarnya. Matara
3.1 Otoritarianisme (authoritarianism) terus berusaha melawan. Gurita semakin
Otoritarianisme merupakan mekanisme pelarian kehilangan kendali. Lengannya bergerak cepat,
yang dilakukan manusia untuk melepaskan diri dan membuat tubuh Matara terpelintir, berayun-ayun
mengintegrasikannya dengan kekuatan luar yang tidak keras, nyaris membentur karang (Madasari,
ditemukan dalam dirinya. Terdapat dua jenis 2019:112).
otoritarianisme yakni masokisme dan sadisme. Peneliti
menemukan otoritarianisme dalam novel yang Berdasarkan data tersebut, dapat dibuktikan adanya
ditunjukkan oleh tokoh Matara. Hal tersebut dapat mekanisme pelarian berupa perusakan yang dilakukan
dibuktikan pada data berikut: oleh tokoh Matara. Matara yang saat itu sedang berada
di lilitan gurita raksasa berusaha untuk melawan dan
Bambulo mengulurkan tangan pada Matara. Ia membalaskan rasa sakit yang dirasakannya kepada
meminta Matara memegang tangannya, lalu ia gurita raksasa tersebut. Matara dengan sisa sisa tenaga
akan menarik Matara ke atas. Matara berusaha membuat gurita raksasa kesakitan agar
menurutinya (Madasari, 2019:65). melonggarkan lilitan lengannya dan melepaskan Matara.
Hal tersebut menunjukkan adanya mekanisme perusakan
Berdasarkan data tersebut, dapat dibuktikan bahwa karena tokoh Matara berusaha merusak kekuatan gurita.
terdapat otoritarianisme pada tokoh Matara dan Perusakan tersebut juga semakin diperjelas dengan data
Bambulo. Matara yang saat itu berada di atas sampan berikut:
merasa tidak bisa meloncat dari sampan ke tepi dermaga.
Matara merasa takut tercebur dalam laut sehingga Darah mengalir dari tubuh furita. Dari kepala,
dirinya hanya berdiam diri dan tidak berani bergerak. lengan, bahkan dari mata. Darah semakin deras
Akhirnya Matara memanfaatkan kekuatan Bambulo mengalir dari tubuh si gurita hingga menggenangi
untuk membantunya berjalan ke tepi dermaga. Hal lautan wilayah itu berwarna merah. Tepat pada
tersebut menunjukkan adanya otoritarianisme berupa tarikan napas terakhirnya, si gurita mengerang
masokisme sebab Matara memiliki perasaan dasar tidak keras dan panjang (Madasari, 169—170).
mampu dan memeroleh kekuatan dari orang lain.
Otoritarianisme lainnya juga dapat dibuktikan pada data Berdasarkan data tersebut, dapat dibuktikan adanya
berikut: mekanisme perusakan tokoh Matara terhadap gurita
raksasa. Si gurita yang awalnya marah hingga berhasil
Matara tak berdaya tapi ia masih sadar. Saat membelit tubuh Matara harus kalah dengan perlawanan
melihat Bambulo, matanya terbuka lebar penuh Matara. Dengan penuh jerih payah, Matara berusaha
harapan. Ia lambaikan tangan pada Bambulo melarikan diri dengan cara merusak kekuatan gurita.
(Madasari, 2019:164). Akhirnya Matara berhasil keluar dari lilitan lengan
gurita sedangkan si gurita harus gugur di lautan dengan
Berdasarkan data tersebut, dapat dibuktikan bahwa terus mengerang kesakitan. Hal tersebut menunjukkan
terdapat otoritarianisme pada tokoh Matara. Matara yang adanya mekanisme pelarian berupa perusakan.
saat itu sedang berada di lengan gurita raksasa merasa
lemah dan tidak berdaya. Seluruh energinya telah habis 3.3 Penyesuaian (comformity)
untuk perlawanan yang sia-sia. Namun Matara berusaha Penyesuaian merupakan mekanisme pelarian yang
mencari kekuatan lain di luar dirinya. Matara kembali dilakukan dengan menyerahkan diri kepada kekuatan luar
berharap pada Bambulo yang berusaha menyelematkan dan menerima segala instruksi yang diberikan orang lain
dirinya dari lilitan lengan gurita. Hal tersebut untuk dirinya. Peneliti menemukan adanya mekanisme
menunjukkan adanya otoritarianisme berupa masokisme penyesuaian yang ditunjukkan melalui tokoh Matara. Hal
pada tokoh Matara yang lemah dan memeroleh kekuatan tersebut dapat dibuktikan pada data berikut:
dari Bambulo.
Dua anak itu berada di dalam sampan. Bambulo
3.2 Perusakan (destruktiveness) mendayung sementara Matara diam dengan
Perusakan merupakan mekanisme pelarian yang tegang. Ini pengalaman pertamanya naik sampan
berpotensi untuk menjadikan manusia sebagai makhluk di tengah lautan. Ia sedikit menyesal, tapi ini
yang destruktif, yakni upaya untuk menghancurkan harus dilakukan (Madasari, 2019:64).
kekuatan orang lain yang dirasa dapat membuatnya
terancam. Peneliti menemukan adanya mekanisme Berdasarkan data tersebut, dapat dibuktikan adanya
pelarian perusakan yang ditunjukkan melalui tokoh mekanisme penyesuaian yang dilakukan tokoh Matara.
Matara ketika sedang berusaha membebaskan diri dari Matara yang baru saja bertemu dengan Bambulo
lilitan gurita raksasa. Hal tersebut dapat dibuktikan pada langsung menerima ajakannya untuk melihat kampung
data berikut: yang berada di laut. Rasa penasaran Matara yang begitu
tinggi membuat dirinya lupa akan ketakutannya. Matara
Kepribadian Marxian Tokoh Utama dalam Novel Mata dan Manusia Laut

terlanjur meng-iya-kan tawaran Bambulo. Ia hanya bisa dimiliki tokoh Matara meliputi dilema eksistensi,
pasrah mengikuti arahan yang diberikan Bambulo. kebutuhan manusia, serta mekanisme melarikan diri dari
Mekanisme penyesuaian lainnya dapat dibuktikan pada kebebasan.
data berikut:
Sesuai dengan hakikat manusia yang bersifat
Pusaran itu menggulung tubuh mereka dengan dualistik, setiap manusia memiliki dinamika yang terus
cepat, tanpa ampun, tanpa memberi kesempatan bergerak sehingga menimbulkan pertentangan berupa
untuk bergerak melawan. Matara terus berteriak- dilema eksistensi. Wujud dilema eksistensi tokoh Matara
teriak memanggil Bambulo, tapi tak ada suara yang ditemukan dalam novel meliputi kebutuhan
yang bisa didengar selain deru pusaran itu sendiri kebinatangan berupa makan dan minum, pengalaman
(Madasari, 2019:197). khas sebagai manusia berupa perasaan sedih, takut, dan
khawatir, dilemanya Matara terkait hidup dan matinya
Berdasarkan data tersebut, dapat dibuktikan adanya
mekanisme pelarian berupa penyesuaian. Matara yang saat tenggelam di lautan lepas, keyakinan Matara tentang
saat itu bertekad untuk berenang melawan pusaran air kelanjutan kehidupan manusia di Masalembo, serta
harus hanyut terbawa derasnya arus. Matara yang sedari kemandirian Matara yang juga masih membutuhkan
awal memang tak yakin dirinya bisa berenang melewati orang lain dalam hidupnya.
pusaran semakin pasrah dengan keadaannya. Matara Kebutuhan manusia berarti kebutuhan yang
berusaha meminta bantuan Bambulo yang juga terbawa sesuai dengan eksistensi dan kodratnya sebagai manusia.
arus, namun Matara tak bisa mendengar suara lain selain
Wujud kebutuhan kebebasan dan keterikatan tokoh
suara derasnya air. Matara semakin merasa tak berdaya
dan mencoba menyesuaikan diri dengan keadaan Matara yang ditemukan dalam novel meliputi perasaan
sekitarnya. Mekanisme pelarian bentuk penyesuaian Matara saat terisolasi dari alam, ikatan Matara dengan
juga dapat dibuktikan pada data berikut: dunia barunya, kekuatan alam semesta di dasar laut,
upaya Matara menjadi manusia seutuhnya, serta
Matara tak punya keberanian untuk menjelaskan kemampuan Matara dalam mengontrol nasibnya dan
bahwa ia ke Kaledupa supaya bisa bertemu
membuat keputusan.
kembali dengan ibunya. Mereka tahu, jika pemilik
kapal itu jahat, mereka bisa saja langsung di Selain itu, tokoh Matara dalam novel Mata dan
lempar ke lautan (Madasari, 2019:225). Manusia Laut juga menunjukkan adanya kebutuhan
untuk memahami dan beraktivitas. Wujud data tersebut
Berdasarkan data tersebut, dapat dibuktikan adanya meliputi tujuan dasar tokoh Matara yang kuat untuk
mekanisme pelarian berupa penyesuaian yang dilakukan melakukan petualangan, segala bentuk pengabdian
oleh tokoh Matara bersama Bambulo. Matara saat itu Matara di lautan, respons Matara terhadap stimulus yang
hendak menumpang kapal yang menuju ke Kaledupa.
diberikan pada dirinya, serta upaya Matara dalam melatih
Namun karena ketakutan, Matara langsung menyusup
tanpa meminta izin kepada pemilik kapal, sehingga para dan melewati batas kemampuannya.
awak kapal mencurigai Matara dan Bambulo. Namun Adanya dilema eksistensi dan kebutuhan
Matara hanya menunduk dan tidak berani menjawab manusia yang ditemukan dalam novel tidak lepas dari
ketika ditanya. Matara berusaha melakukan penyesuaian mekanisme pelarian yang juga dilakukan tokoh utama
terhadap orang-orang yang sedang menginterogasinya. untuk memeroleh rasa aman dengan memanfaatkan
Ia takut jika ia bercerita tentang peristiwa yang kekuatan lain. Wujud data terkait mekanisme pelarian
menimpanya tidak ada orang yang memercayainya.
meliputi ketidakberdayaan tokoh Matara dan
Sehingga Matara hanya berdiam diri dan mengikuti
segala instruksi yang diberikan. Hal tersebut memanfaatkan kekuatan lain saat menghadapi rintangan,
menunjukkan adanya mekanisme pelarian diri berupa pembalasan dan perusakan kekuatan luar yang
penyesuaian. mengancam dirinya, serta penyerahan diri dalam
menerima segala instruksi yang ditujukan kepada dirinya.

PENUTUP
Simpulan Saran
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang Penelitian ini memiliki potensi untuk menambah
telah dipaparkan, dapat diketahui bahwa dalam novel wawasan keilmuan bagi pembaca dan penelitian lainnya
Mata dan Manusia Laut karya Okky Madasari terdapat khususnya pada penelitian sastra atau bacaan anak.
kepribadian Marxian yang ditunjukkan melalui peristiwa- Pengaplikasian teori kepribadian Marxian dalam
peristiwa yang dihadapi tokoh utama. Sikap tokoh utama penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi
novel dalam menyikapi segala rintangan dan berusaha penelitian yang akan datang, sehingga teori psikologi
memeroleh kebebasan menggambarkan kepribadian kepribadian Marxian Erich Fromm semakin menyebar
marxian dari tokoh Matara. Kepribadian marxian yang luas dan digunakan dalam meneliti karya sastra. Peneliti

55
Bapala Volume 8 Nomor 06 Tahun 2021 hlm. 43—56

juga menyarankan untuk penelitian yang akan datang Purnawanti, Felisia. 2016. Kepribadian Tokoh Utama
agar kiranya dapat meneliti seri keempat yang merupakan dalam Novel “For the Love of My Son” karya
serial terbaru dari novel anak Okky Madasari yang Margaret Davis: Kajian Kepribadian Marxian Erich
Fromm. BASASTRA Jurnal Penelitian Bahasa, Sastra
berjudul Mata dan Nyala Api Purba.
Indonesia dan Pengajarannya Volume 4 Nomor 2,
Oktober 2016, ISSN I2302-6405.
Ratna, Nyoman Kutha. 2015. Teori, Metode, dan Teknik
Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
DAFTAR PUSTAKA Sugiyono. 2019. Metode Penelitian Kuantitatif,
Ahmadi, Anas. 2014. Memahami Psikologi Manusia Kualitatif, dan R&D. Bandung: Penerbit Alfabeta
Indonesia dalam Sastra Psikoanalisis Erich Fromm. Suryabrata, Sumadi. 2013. Psikologi Kepribadian.
Prosiding Musyawarah dan Seminar Nasional III Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
AJBSI, 477-480. Wellek, Rene & Warren, Austin. 2016. Theory of
Ahmadi, Anas. 2015. Psikologi Sastra. Surabaya: Unesa Literature. Diterjemahkan oleh Budianta, Melani.
University Press. Teori Kesusastraan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Ahmadi, Anas. 2019. Metode Penelitian Sastra. Gresik: Utama.
Graniti. Wijaya, David Kurnia. 2019. Representasi Nilai
Alwisol. 2014. Psikologi Kepribadian: Edisi Revisi. Kebaharian dalam Novel Mata dan Manusia Laut
Malang: UMM Press. karya Okky Madasari (Perspektif Memori Kolektif).
Boeree, C. George. 2013. Personality Theories. Artikel. UNESA.
Diterjemahkan oleh Muzir, Inyiak Ridwan. Yusuf LN, Syamsu. 2013. Teori Kepribadian. Bandung:
Yogyakarta: Penerbit Prismasophie. PT. Remaja Rosadakarya.
Endraswara, Suwandi. 2013. Metodologi Penelitian
Sastra: Epistemologi, Model, Teori, dan Aplikasi.
Yogyakarta: Center of Academic Publishing Service.
Fromm, Erich. 1942. Escape from Freedom.
Diterjemahkan oleh Kamdani. 1997. Lari dari
Kebebasan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Fromm, Erich. 1961. Marx’s Concept of Man.
Diterjemahkan oleh Herwinarko, Stephanus Aswar.
2020. Gagasan Tentang Manusia. Yogyakarta:
Penerbit IRCiSoD.
Fromm, Erich. 1963. War Within Man: A Psychological
Enquiry Into The Roots of Destructiveness.
Diterjemahkan oleh Sari, Aquarina Kharisma. 2020.
Perang dalam Diri Manusia. Yogyakarta: Penerbit
IRCiSoD.
Hall, Calvin S & Lindzey, Gardner. 1993. Theories of
Personality. Diterjemahkan oleh Supratiknya. 2009.
Psikologi Kepribadian 1: Teori-Teori Psikodinamik
(Klinis). Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Jaenudin, Ujam. 2015. Teori-teori Kepribadian.
Bandung: CV Pustaka Setia.
Koswara, E. 1991. Teori-teori Kepribadian. Bandung: PT
Eresco.
Madasari, Okky. 2019. Mata dan Manusia Laut. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Minderop, Albertine. 2018. Psikologi Sastra:Karya
sastra, Metode, Teori, dan Contoh Kasus. Jakarta:
Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
Nazir, Moh. 2017. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia
Indonesia
Nurodin. 2019. Teori Psikologi Kepribadian. Bandung:
Refika Aditama.
Permana, Luvi Kurnia dkk. 2019. Kejiwaan Tokoh
Utama dalam Novel “Mata dan Manusia Laut” karya
Okky Madasari. Artikel. FKIP Universitas Sebelas
Maret.
Prawira, Purwa Atmaja. 2013. Psikologi Kepribadian
dengan Perspektif Baru. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Anda mungkin juga menyukai