Anda di halaman 1dari 31

0

PROPOSAL PENELITIAN

ANALISIS TOKOH DALAM NOVEL MARYAM


KARYA OKKY MADASARI
(PENDEKATAN PSIKOLOGI SASTRA SIGMUND FREUD)

ASPA
1351141010

PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS BAHASA DAN SASTRA
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
MAKASSAR
2017
1

JUDUL :Analisis Tokoh dalam Novel Maryam Karya Okky Madasari


(Pendekatan Psikologi Sastra Sigmund Freud)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Membaca suatu karya sastra, baik berupa novel, drama, puisi ataupun

cerita pendek, pada hakikatnya mereka bertujuan menikmati, mengapresiasi, atau

bahkan mengevaluasi karya-karya tersebut.Hal ini berarti mereka bergumul

dengan para tokoh dan penokohan yang terdapat di dalam karya-karya

tersebut.Para tokoh rekaan ini menampilkan berbagai watak dan perilaku yang

terkait dengan kejiwaan dan pengalaman psikologis atau konflik-konflik

sebagaimana dialami oleh manusia di dalam kehidupan nyata.

Penelitian Psikologi sastra memiliki peranan penting dalam pemahaman

sastra karena adanya beberapa kelebihan seperti: Pertama, pentingnya psikologi

sastra untuk mengkaji lebih mendalam aspek perwatakan; kedua, dengan

pendekatan ini dapat memberi umpan-balik kepada peneliti tentang masalah

perwatakan yang dikembangkan; dan terakhir, penelitian semacam ini sangat

membantu untuk menganalisis karya sastra yang kental dengan masalah-masalah

psikologis (Endraswara, 2008:12).

Salah satu teori kepribadian atau psikologi ialah Teori psikodinamika yang

ditemukan oleh Sigmund Freud (1856-1939). Dia memberi nama aliran psikologi

yang dia kembangkan sebagai psikoanalisis. Banyak pakar yang kemudian ikut

memakai paradigma psikoanalisis untuk mengembangkan teori kepribadiannya,

1
2

seperti : Carl Gustav Jung, Alfred Adler , serta tokoh-tokoh lain seperti Anna

Freud, Karen Horney, Eric Fromm, dan Harry Stack Sullivan . Teori

psikodinamika berkembang cepat dan luas karena masyarakat luas terbiasa

memandang gangguan tingkah laku sebagai penyakit (Alwisol, 2005 : 3-4).

Terkait dengan psikologi, terutama dengan psikologi kepribadian, sastra

menjadi suatu bahan telaah yang menarik karena sastra bukan sekadar telaah teks

yang menjemukan tetapi menjadi bahan kajian yang melibatkan perwatakan atau

kepribadian para tokoh rekaan, pengarang karya sastra, dan pembaca.Kurang

lengkap dan menyeluruh ketika mereka mencoba ingin menggali lebih dalam

mengapa para tokoh di dalam karya tersebut berperilaku demikian, apakah mereka

mengalami konflik-konflik psikologis?Problem-problem kejiwaan ini dapat

berupa konflik, kelainan perilaku, dan bahkan kondisi psikologis yang lebih

parah, sehingga mengakibatkan kesulitan dan tragedi. Apa yang menyebabkan

kondisi semacam ini dan apa pula akibatnya? Oleh karena itu perlua adanya

penelitian untuk memahami lebih jauh latar belakang kejiwaan serta akibat yang

menimpa para tokoh tersebut.

Tercantum dalam undang-undang kesusastraan tentang mendukung

perlindungan, misalnya pasal 39, pasal 40, dan pasal 16.Pasal 39 dan 40, berisi

kewenangan Dewan Hak Cipta untuk menentukan dapat tidaknya sebuah kaya

sastra itu beredar di masyarakat. Pasal 16 berisi tentang pelarangan dan

pengamputasian karya sastra yang sudah maupun yang akan diterbitkan.

Demikian juga, pasal 30 tidak searah dengan pasal 2. Jadi, UU Hak Cipta selain

berisi pasal-pasal pendukung perlindungan karya sastra, juga berisi tentang


3

pencabutan hak, pelanggaran hak, dan pengamputasian hak seseorang,

(Purwantini, 1999: 61- 70).

Oleh Karena itu, Novel Maryam karya Okky Madasari adalah sebuah

karya sastra yang telah lulus berdasarkan undang-undang kesusastraandan telah

beredar dimasyarakat. Novel ini merupakan cerminan dari peristiwa konflik

agama yang ada di daerah Lombok.Okky melahirkan novel ketiganya ini dengan

judul “Maryam” merupakan novel yang telah memenangkan penghargaan

Khatulistiwa Literary Award (KLA) 2012 ini menuturkan kisah tentang seorang

wanita bernama Maryam dan keluarganya yang menganut keyakinan Ahmadiyah.

Novel yang telah sampai pada cetakan kedua ini memberi daya tarik pembaca-

pembaca karya sastra dengan tebal 280 halaman, Maryam mengangkat tema akan

keresahan yang terjadi karena tekanan-tekanan kehidupan manusia, menjadi karya

sastra perlawanan yang mampu mempengaruhi pembaca lewat gaya penceritaan

Okky Madasari. Karya-karya Okky Madasari, selain menjadi salah satu sastra

perlawanan dapat pula dikatakan sastra kritik.

Novel Maryam mengangkat persoalan gejala-gejala kejiwaan

manusiamelalui gambaran karakter tokoh-tokoh dan peristiwa yang ditampilkan,

digunakan sebagai sarana kritik terhadap penyimpangan-penyimpangan dalam

kehidupan manusia. Selain menyoal permasalahan kejiwaan pada tokoh utama

maupun tokoh-tokoh lain yang mendukung, novel Maryam juga banyak

mengangkat persoalan kekerasan yang terjadi karena adanya golongan tertentu

yang merasa memiliki kebenaran dan berkuasa atas diri orang lain.
4

Salah satu sifat yang dapat dilihat dari kaca mata psikologi ialah sifat

fanatik.Dalam struktur kepribadian yang dikemukakan Freud, fanatisme termasuk

ke dalam lapis id karena id berhubungan dengan insting agresif manusia yang

memerlukan pemenuhan dengan segera, tanpa memperhatikan lingkungan dan

realitas yang ada. Fanatisme adalah sebuah keadaan dimana seseorang atau sebuah

kelompok yang menganut sebuah paham, agama, kebudayaan, atau apapun itu

dengan cara yang berlebihan sehingga berakibat kurang baik, bahkan cenderung

menimbulkan perseteruan konflik serius. Secara garis besar fanatisme mengambil

bentuk: fanatik warna kulit, fanatik etnik/kesukuan, dan fanatik kelas sosial.

fanatik agama sebenarnya bukan bersumber dari agama itu sendiri, tetapi biasanya

merupakan kepanjangan dari fanatik etnik atau kelas sosial (Mubarok, 2006: 3)

Novel Maryam karya Okky Madasari merupakan novel yang berdasarkan

kisah nyata dengan latar penceritaannya Okky meniru kejadian yang pernah

dialami oleh aliran Ahmadiyah di Lombok. Perbedaan pendapat yang

mengatasnamakan agama yang dianggap semua sumber utama pemicu konflik

yang terjadi pada novel Maryam karya Okky Madasari ini rupanya membayangi

Maryam dan masing–masing tokoh yang terdapat dalam novel tersebut. Terdapat

penggalan kalimat “ Rohma dan Rifki awalnya sudah diperingatkan keluarga.

Dihalangi dan dilarang dengan segala cara. mereka terus melawan. Sampai

orangtua merasa tak punya pilihan . Keinginan mereka akhirnya dipenuhi dengan

satu syarat dari orang tua: tetap mempertahankan apa yang sejak kecil telah

diajarkan. Keduanya menerima. Berjanji akan memenuhi. Tapi kemudian...lihat

apa yang terjadi”.


5

Oleh karena itu untuk menjawab penggalan kalimat di atas yang terdapat

dalam novel, apakah itu termasuk representasidari sifat fanatisme pada diri tokoh

rohma dan Rifki? maka perlu suatu penelitian yang lebih untuk menjawab

pertanyaan tersebut. Sehingga Menarik untuk meneliti mengenai

strukturkepribadian berdasarkan representasi fanatisme dan dampaknya pada

tokoh dalam novel Maryam karya Okky Madasari menggunakan pendekatan

psikologi sastra Sigmund Freud.

Hal-hal yang diutarakan di atas itulah yang menjadi latar belakang

subtansial untuk menganalis tokoh dalam novel Maryam karya Okky Madasari

menggunakan pendekatan psikologi sastra Sigmund Freud.Sehingga penelitian ini

juga bertujuan untuk memberi gambaran kepada pembaca mengenai struktur

kepribadian berdasarkan representasi fanatisme dan dampaknya pada tokoh dalam

novel Maryam karya Okky Madasari menggunakan pendekatan psikologi sastra

Sigmund Freud. Di dalam penelitian ini novel Maryam karya Okky Madasari

dijadikan sebagai objek kajian.

Penelitian tentang novel Maryam ini sudah dilakukan oleh tiga orang

peneliti skripsi yaitu dilakukan oleh Ika Novi Solekah Wardani (2014), skripsi

dengan judul Representasi Ideologi Pengarang dalam Novel Maryam Karya Okky

Madasari:Pendekatan Sejarah Intelektual. Penelitian ini menjelaskan

permasalahan mengenai Bagaimana fakta-fakta sosial yang terdapat dalam novel

Maryam karya Okky Madasaridan Bagaimana ideologi pengarang yang terdapat

dalam novel Maryam karya Okky Madasari. Selanjtutnya Novianty Melda.

(2014), skripsi dengan judul Dominasi Laki-Laki Terhadap Ideology Gender


6

Perempuan dalam Novel Maryam Karya Okky Madasari (Suatu Kajian Perspektif

Kritik Feminis). Penelitian ini menjelaskan tentang permasalahan dominasi laki-

laki terhadap ideologi gender tokoh perempuan dalam novel Maryamkarya Okky

Madasari dan Susi Lailatul Musarrofah (2013) skripsi dengan judulKonflik Sosial

dalam Novel Maryam Karya Okky Madasari penelitian ini menjelaskan perbedaan

keyakinan beragama dalam masyarakat dapat menyebabkan pemicu terjadinya

sebuah konflik.

Penelitian ini masih perlu dilakukan karena penelitian sebelumnya hanya

melakukan penelitian pada lingkungan sosial pengarang, kritik feminisme serta

hanya berfokus pada unsur istrinsik. Sedangkan penelitian ini lebih jauh lagi akan

menganalisis kepribadian tokoh lebih spesifik. Mempertimbangkan struktural teks

tanpa mengenyampingkan unsur subjektivitas dari peneliti.

Persamaan dan perbedaan dalam penelitian ini dengan peneliti terdahulu

adalah adanya persamaan objek material dan perbedaannya terletak pada

pendekatan dan hasil akhir analisis.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan masalah

dalam penelitian ini yaitu:

1. Bagaimana struktur kepribadian berdasarkan representasi fanatisme tokoh

dalam novel Maryam karya Okky Madasari menggunakan pendekatan

psikologi sastra Sigmund Freud?


7

2. Bagaimana dampak yang ditimbulkan oleh sifat fanatisme pada tokoh

dalam novel Maryam karya Okky Madasari menggunakan pendekatan

psikologi sastra Sigmund Freud?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian yaitu

1. Mendeskripsikan struktur kepribadian berdasarkan representasi fanatisme

tokoh dalam novel Maryam karya Okky Madasari dengan menggunakan

pendekatan psikologi sastra Sigmund Freud

2. Mendeskripsikan dampak yang ditimbulkan dari sifat fanatisme pada

tokoh dalam novel Maryam karya Okky Madasari menggunakan

pendekatan psikologi sastra Sigmund Freud.

D. Manfaat Penulisan

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Manfaat Teoretis

a. Memberikan sumbangan keilmuan mengenai teori psikologi sastra

pada umumnya, dan teori struktur kepribadian pada khususnya.

b. Hasil penelitian ini bisa dijadikan referensi dan bisa dilanjutkan oleh

peneliti lain dengan topik penelitian yang serupa.

c. Menambah khasanah ilmu pengetahuan di bidang kajian psikologi

fanatisme.
8

2. Manfaat Praktis

a. Bagi bidang akademik, yaitu:

1) Memberikan data atau informasi yang lebih terperinci secara ilmiah.

2) Dijadikan sumber data dalam mendeskripsikan struktur kepribadian

tokoh pada novel Maryam karya Okky Madasari.

3) Bagi mahasiswa, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan

sebagai literature penambah wawasan dalam bersastra.

b. Bagi khalayak umum

Bagi masyarakat memberi pandangan mengenai kepribadian, representasi

fanatisme, dan dampaknyapada tokoh dalam novel Maryam karya Okky Madasari.

E. Sistematika Penulisan

Bab I pendahuluan memuat latar belakang, rumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.Bab II tinjauan pustaka

dan kerangka pikir memuat tinjauan pustaka dan kerangka pikir.Bab III

metodologi penelitian memuat desain penelitian, definisi operasional istilah, data

dan sumber data, tehnik pengumpulan data, dan tehnik analisis data.Bagian akhir

berisi daftar pustaka. Bab IV berisi pembahasan dari penelitian ini yang berisi

struktur kepribadian dan representasi fanatisme dan dampaknya pada tokoh dalam

novel Maryam karya Okky Madasari .Bab V berupa penutup dengan simpulan

dan saran.
9

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. Tinjauan Pustaka

Ilmu sastra terbagi dalam tiga kajian ilmu yang berbeda, yaitu sejarah

sastra, teori sastra, dan kritik sastra. Selanjutnya dalam penelitian ini akan

digunakan sebuah teori sebagai sebuah pisau bedah dalam melakukan sebuah

kegiatan pendeskripsian. Objek material penelitian fokus membahas prosa dalam

hal ini adalah novel.

1. Sastra

Kata sastra dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Sansekerta. Akar

katanya Cas yang berarti memberi petunjuk, mengarahkan, mengajar. Akhiran –

tra biasanya menunjukkan alat, sarana.Oleh karena itu, sastra dapat diartikan

sebagai alat untuk mengajar, buku petunjuk, buku instruksi atau pengajaran.Kata

susastra adalah kata ciptaan Jawa dan Melayu.Kata itu mengandung arti pustaka,

buku atau naskah.Dalam bahasa-bahasa Barat, kata sastra itu diperikan sebagai

literature (Inggris), literatur (Jerman), literature (Prancis).Semua kata itu berasal

dari bahasa Yunani litteratura.Artinya huruf, tulisan.Kata itu pertama sekali

digunakan untuk tata bahasa dan puisi (Purba, 2010: 2).

Setiap definisi sastra terikat pada waktu dan budaya, karena sastra adalah

hasil kebudayaan. Menurut Luxemburg (1991: 21-22) suatu teks disebut sastra

oleh pembaca dipengaruhi enam faktor, yaitu (1) kemampuan pengamatan atas

penggunaan bahasa yang khusus bergantung pada pengetahuan bahasa serta

pengalaman sastra si pembaca, (2) fiksionalitas atau rekaan, (3) memberi

wawasan yang lebih umum tentang masalah manusiawi, sosial, ataupun

9
10

intelektual, (4) dapat dibaca pada berbagai tataran, (5) ada ketegangan antara

kreativitas dan tradisi, dan (6) disusun khusus untuk tujuan komunikasi langsung

atau praktis.

2. Prosa Fiksi

Prosa dalam pengertian kesastraan juga disebut fiksi, teks naratif atau

wacana naratif.Istilah fiksi dalam pengertian ini berarti cerita rekaan atau cerita

khayalan.Hal itu disebabkan fiksi merupakan karya naratif yang isinya tidak

menyaran pada kebenaran factual, sesuatu yang benar-benar terjadi.Sebagai

sebuah karya imajinatif, fiksi menawarkan manusia dan kemanusiaan, hidup dan

kehidupan.Pengarang menghayati berbagai permasalahan tersebut dengan penuh

kesungguhan yang kemudian diungkapkannya kembali melalui sarana fiksi sesuai

dengan pandangannya.Oleh karena itu, menurut Nurgiyantoro, (2015: 2-4).Karya

fiksi merupakan sebuah cerita, dan karenanya terkandung juga di dalamnya tujuan

memberikan hiburan kepada pembaca di samping adanya tujuan estetik.Membaca

sebuah karya fiksi berarti menikmati cerita, menghibur diri untuk memperoleh

pengalaman kehidupan.

Sebagai salah satu genre sastra, karya fiksi mengandung unsur-unsur

meliputi (1) pengarang atau narator, (2) isi penciptaan, (3) media penyampai isi

berupa bahasa, dan (4) elemen-elemen fiksional atau unsur-unsur intrinsic yang

membangun karya fiksi itu sendiri sehingga menjadi suatu wacana. Pada sisi lain,

dalam rangka memaparkan isi tersebut, pengarang akan memaparkannya lewat (1)
11

penjelasan atau komentar, (2) dialog maupun monolog, dan (3) lewat lakuan atau

action ( Aminuddin, 2013 : 66).

3. Novel

Novel berasal dari bahasa Italia novella (yang dalam bahasa Jerman:

novella). Secara harfiah novella berarti ‘sebuah barang baru yang kecil’ dan

kemudian diartikan sebagai ‘cerita pendek dalam bentuk prosa (Abrams dalam

Nurgiyantoro, 2013: 11).Novel adalah sebuah karya prosa fiksi yang panjang

cakupan, tidak terlalu panjang, namun juga tidak terlalu pendek.novel merupakan

karya fiksi yang dibangun oleh unsur-unsur pembangun yaitu unsur instrinsik dan

ekstrinsik (Nurgiyantoro, 2013:12).

Novel merupakan sebuah karya fiksi menawarkan sebuah dunia yang

berisi unsur instrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh (dan penokohan), latar,

sudut pandang, dan lain-lain yang kesemuanya tentu saja juga bersifat imajinatif

(Nurgiyantoro, 2013:5).

Novel adalah sebuah karya fiksi prosa yang ditulis secara naratif, biasanya

dalam bentuk cerita.Penulis novel disebut novelis.Kata novel berasal dari kata

novella yang berarti “sebuah kisah atau sepotong berita”.Penelitian ini merujuk

pada novel Maryam karya Okky Madasari dengan karakteristik distansiasi yang

memungkinkan untuk dikaji dengan menggunakan teori psikologi sastra Sigmund

Freud.
12

4. Unsur Instrinsik Pembangun Novel

a. Tema

Tema merupakan makna cerita.Tema pada dasarnya merupakan sejenis

komentar terhadap subjek atau pokok masalah, baik secara eksplisit mapun

implisit.Dalam tema terkandung sikap pengarang terhadap subjek atau pokok

cerita.Tema memiliki fungsi untuk menyatakan unsur-unsur lainnya.Di samping

itu, tema juga berfungsi untuk melayani visi atau response pengarang terhadap

pengalaman dan hubungan totalnya dengan jagad raya.Tema dapat dibedakan

menjadi beberapa macam, yaitu tema jasmaniah, yang berkaitan dengan moral

manusia.Tema sosial yang berhubungan dengan masalah politik, dan

propaganda.Tema egoik, berhubungan dengan reaksi-reaksi pribadi yang pada

umunya menetang pengaruh sosial.Tema ketuhanan yang berhubungan dengan

kondisi dan situasi manusia sebagai makhluk sosial.Sayuti (dalam Wiyatmi, 2009:

42-43).

Stanton dan Kenny (dalam Nurgiyantoro, 2013:114) mengemukakan

bahwa tema adalah makna yang dikandung oleh sebuah cerita. Namun, ada

banyak makna yang dikandung dan ditawarkan oleh cerita fiksi itu, maka

masalahnya adalah: makna khusus yang mana yang dapat dinyatakan sebagai

tema itu.

Tema merupakan aspek cerita yang sejajar dengan ‘makna’ dalam

pengalaman manusia; sesuatu yang menjadikan suatu pengalaman begitu diingat

(Stanton, 2012: 36).


13

b. Alur (Plot)

Secara umum, alur merupakan rangkaian peristiwa-peristiwa dala sebuah

cerita.Istilah alur biasanya terbatas pada peristiwa-peristiwa yang terhubung

secara kausal saja. Peristiwa kausal merupakan peristiwa yang menyebabkan atau

menjadi dampak dari berbagai peristiwa lain dan tidak dapat diabaikan karena

akan berpengaruh pada keseluruhan karya. Peristiwa kausal tidak terbatas pada

hal-hal yang fisik saja seperti ujaran atau tindakan, tetapi juga mencakup

perubahan sikap karakter, kilasan-kilasan pandangannya, keputusan-

keputusannya, dan segala yang menjadi variable pengubah dalam dirinya

(Stanton, 2012:26).

Untuk menyebut plot, secara tradisional, orang juga sering

mempergunakan istilah alur atau jalan cerita, sedangkan dalam teori-teori yang

berkembang lebih kemudian dikenal adanya istilah struktur naratif, susunan, dan

juga subject (Nurgiyantoro, 2013: 165

M. Saleh Saad (dalam Dola, 2007: 18) menamakan alur itu sebagai

sambung-sinambung peristiwa berdasarkan hukum sebab akibat.

c. Latar (setting)

Latar adalah lingkungan yang melingkupi sebuah peristiwa dalam cerita,

semesta yang berinteraksi dengan peristiwa-peristiwa yang sedang berlangsung.

Biasanya, latar diketengahkan lewat baris-baris kalimat deskriptif (Stanton, 2012:

35).
14

Dola (2007: 20) mengemukakan bahwa latar biasa juga diistilahkan

“setting”.Latar berhubungan erat dengan tokoh dan peristiwa.Oleh sebab itu,

tugas latar yang utama ialah menyokong “alur”, dan “penokohan”.

Selain itu, Abrams (dalam Nurgiyantoro, 2013: 302) mengemukakan

bahwa latar atau settingyang disebut juga sebagai landas tumpu, menunjuk pada

pengertian tempat, hubungan waktu sejarah, dan lingkungan social tempat

terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan.

d. Gaya Bahasa

Martin & Ohnmann (dalam Sukada, 1993:83) menyatakan bahwa, gaya

bahasa memiliki lapisan materi. Lapis pertama memancarkan kesadaran penulis

dalam hubungan bahasanya, dan yang lainnya, memancarkan suatu kebiasaan dari

setengah sadar tentang itu. Kenikmtan adalah penting dalam kedua lapisan itu,

yang dihubungkan dengan gaya bahasa. Sebab, gaya bahasa mengatakan, bahwa

di bawah lapisan bawah, ia mengharuskan penulis menyatakan dirinya sekuat

tenaga, dan menempatkan penulis pada siapa ia menyatakan dirinya. Dengan

demikian, gaya bahasa ialah perwujudan keluar tentang diri penulis itu sendiri

pada lapisan atas sebagai penyebaran, gaya bahasa menyediakan kenikmatan,

sebab ia merupakan latihan dari kecakapan, suatu demonstrasi dari penguasaan

diri dan penguasaan materi.

Gaya Bahasa adalah alat tertentu yang menggunakan bahasa untuk

mengekspresikan pikiran dan perasaan pengarang sehingga pembaca atau

penikmat dapat tertarik atau terpukau atasnya. Secara garis besar, gaya bahasa
15

dapat dibedakan atas empat kelompok, yaitu (1) gaya bahasa perbandingan, (2)

gaya bahasa sindiran, (3) gaya bahasa penegas, dan (4) gaya bahasa pertentangan

(Dola, 2007:8).

Dalam rumusan yang tidak jauh berbeda, Baldic (dalam Nurgiyantoro,

2013:369) mengemukakan bahwa Stile atau gaya bahasa adalah penggunaan

bahasa secara khusus yang ditandai oleh penulis, aliran, periode, dan genre.

Secara lebih khusus lagi wujud bahasa itu ditandai oleh diksi, sintaksis, citraan,

irama, dan bahasa figuratif, atau tanda-tanda lingusitik yang lain.

e. Sudut Pandang

Sudut pandang, point of view, menyaran pada cara sebuah cerita

dikisahkan. Ia merupakan cara atau pandangan yang dipergunakan sebagai sarana

untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar, dan berbabagai peristiwa yang

membentuk cerita dalam sebuah karya fiksi kepada pembaca (Abrams dalam

Nurgiyantoro, 2013: 336).

Dalam rumusan yang tidak jauh berbeda Stanton, (2012: 53)

mengemukakan bahwa pendeknya, ‘kita’ memiliki posisi yang berbeda, memiliki

hubungan yang berbeda dengan tiap peristiwa dalam tiap cerita: di dalam atau di

luar satu karakter, menyatu atau terpisah secara emosional. ‘posisi’ ini, pusat

kesadaran tempat kita dapat memahami setiap peristiwa dalam cerita, dinamakan

sudut pandang.

Hal yang tidak berbeda pengertiannya dikemukakan oleh Baldic (dalam

Nurgiyantoro, 2013:338), yaitu bahwa sudut pandang adalah posisi atau sudut
16

mana yang menguntungkan untuk menyampaikan kepada pembaca terhadap

peristiwa dan cerita yang diamati dan dikisahkan.

f. Tokoh, Watak dan penokohan

1. Tokoh

Menurut Nurgiyantoro (2013:247) Tokoh adalah orang yang ditampilkan

dalam suatu karya naratif, atau drama yang ditafsirkan oleh pembaca ditafsirkan

memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan

dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan.

Tokoh cerita (character) menurut (Abrams dalam Nurgiyantoro, 2013:

247) ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama, yang oleh pembaca

ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang

diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan. Sedangkan

tokoh adalah individu rekaan yang beraksi atau mengalami berbagai bentuk

peristiwa dalam cerita, baik peristiwa fisik maupun bersifat batiniah. Tokoh-tokoh

cerita dalam sebuah fiksi dapat dibedakan dalam beberapa jenis penamaan

berdasarkan dari sudut nama penamaan itu dilakukan, yaitu: (1) berdasarkan

tingkat pentingnya, tokoh dibedakan atas tokoh utama dan tokoh tambahan; (2)

berdasarkan fungsi penampilan, tokoh dapat dibedakan atas tokoh protagonis dan

tokoh antagonis( Rapi,2008: 66)

Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam novel

yang bersangkutan.Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan. baik

sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian. Di pihak lain,


17

pemunculan tokoh-tokoh tambahan biasanya diabaikan, atau paling tidak, kurang

mendapat perhatian. Tokoh utama adalah yang dibuat sinopsisnya, yaitu dalam

kegiatan pembuatan sinopsis, sedang tokoh tambahan biasanya diabaikan karena

sinopsis hanya berisi intisari cerita (Nurgiyantoro, 2013:259)

Sedangkan berdasarkan fungsi penampilan dikenal dengan tokoh

protagonist dan tokoh antagonis.Tokoh protagonis adalah tokoh yang kita kagumi

yang salah satu jenisnya secara popular disebut hero-tokoh yang merupakan

pengejawantahan norma-norma nilai-nilai yang ideal bagi kita (Altenbernd &

Lewis dalam Nurgiyantoro, 2013: 261).lain halnya dengan tokoh antagonis, tokoh

ini beroposisi dengan tokoh protagonist, secara langsung ataupun tidak langsung,

bersifat fisik ataupun batin (Nurgiyantoro, 2013:261).

Selain tokoh utama, tokoh tambahan, tokoh antagonis, dan tokoh

protagonis, ada juga yang disebut dengan tokoh sederhana dan tokoh

bulat.menurut Nurgiyantoro, (2013: 265-266) tokoh sederhana, dalam bentuknya

yang asli, adalah tokoh yang hanya memiliki satu kualitas pribadi tertentu, satu

sifat watak tertentu saja. sedangkan tokoh bulat atau biasa disebut tokoh

kompleks, adalah tokoh yang memiliki dan diungkap berbagai kemungkinan sisi

kehidupannya, sisi kepribadian dan jati dirinya.

2. Watak

Tokoh dalam karya rekaan selalu mempunyai sifat, sikap, tingkah laku dan

watak-watak tertentu.Pemberian watak pada tokoh suatu karya oleh sastrawan

disebut perwatakan.Berdasarkan perwatakannya, tokoh cerita dapat dibedakan ke


18

dalam tokoh sederhana dan tokoh kompleks atau tokoh bulat. (Nurgiyantoro,

2013: 264-265).

3. Penokohan

Penokohan adalah jumlah tokoh yang terlibat dalam novel dan cerpen

terbatas, apalagi yang berstatus tokoh utama.Dibanding dengan novel, tokoh-

tokoh cerita cerpen lebih lagi terbatas, baik yang menyagkut jumlah maupun data-

data jati diri tokoh, khususnya yang berkaitan dengan perwatakan, sehingga

pembaca harus merekonstruksikan sendiri gambar yang lebih lengkap.

(Nurgiyantoro, 2013:254).

g. Karakter Tokoh

Sugihastuti (2002:50) mengemukakan bahwa watak adalah kualitas tokoh

yang meliputi kualitas nalar dan jiwa yang membedakannya dengan tokoh cerita

yang lain dan watak itulah yang menggerakkan tokoh untuk melakukan perbuatan

tertentu sehingga cerita menjadi hidup. sejalan dengan pendapat itu, Penggunaan

istilah karakter sendiri dalam berbagai literature bahasa Inggris menyaran pada

dua pengertian yang berbeda, yaitu sebagai tokoh cerita yang dtampilkan dan

sebagai sikap ketertarikan, keinginan, emosi, dan prinsip moral yang dimiliki

tokoh-tokoh tersebut (Stanton, dalam Nurgiyantoro, 2013:247).

Karakter atau watak pelaku merupakan hal yang sangat mendasar karena

karakter menjiwai karya sastra yang disajikan pengarang.Melalui karakter tokoh

pengarang dapat mengangkat sebuah permasalahan dengan pemecahannya.

Melalui perwatakan pembaca karya sastra dapat menarik kesimpulan bahwa watak
19

dan tokohnya dapat digambarkan dengan berbagai cara oleh pengarang. Dapat

secara langsung maupun tidak langsung.

5.Psikologi sastra Sigmund Freud

a. Struktur Kepribadian

Tingkah laku menurut Freud, merupakan hasil konflik dan rekonsiliasi

ketiga sistem kepribadian tersebut.Faktor-faktor yang memengaruhi kepribadian

adalah faktor historis masa lampau dan faktor kontemporer, analoginya faktor

bawaan dan faktor lingkungan dalam pembentukan kepribadian individu.

(Miderop, 2010: 20).

Menurut Freud mengembangkan konsep id.ego, dan superego sebagai

struktur kepribadian. Id berkaitan dengan ketidaksadaran yang merupakan bagian

yang primitif dari kepribadian. kekuatan yang berkaitan dengan id mencakup

insting seksual dan insting agresif. Id membutuhkan pemenuhan dengan segera

tanpa memperhatikan lingkungan realitas secara objektif.Freud menyebutnya

sebagai prinsip kenikmatan.Ego sadar akan realitas. oleh karena itu, Freud

menyebutnya sebagai prinsip realitas. Ego menyesuaikan diri dengan

realitas.Superego mengontrol mana perilaku yang boleh dilakukan, mana yang

tidak.oleh karena itu Freud menyebutnya sebagai prinsip moral. Superego

berkembang pada permulaan masa anak sewaktu peraturan-peraturan diberikan

oleh orang tua dengan menggunakan hadiah dan hukuman (Wiyatmi, 2011:11).
20

b. Mekanisme Pertahanan Diri

Dalam teori kepribadian, mekanisme pertahanan merupakan karakteristik

yang cenderung kuat dalam diri setiap orang. Mekanisme pertahanan ini tidak

mencerminkan kepribadian secara umum,tetapi juga dalam pengertian penting

dapat memengaruhi perkembangan kepribadian (Minderop, 2010:30) mekanisme

pertahanan diri ini peneliti fokuskan pada sifat agresi dan apatis sebagai bentuk

fanatisme.

1). Agresi dan Apatis

Perasaan marah terkait erat dengan ketegangan dan kegelisahan yang dapat

menjurus pada pengrusakan dan penyerangan.Agresi dapat berbentuk langsung

dan pengalihan.Agresilangsung adalah agresi yang diungkapkan secara langsung

kepada seseorang atau objek yang merupakan sumber frustrasi. Bagi orang

Dewasa, agresi semacam ini biasanya dalam bentuk verbal ketimbang fisikal si

korban yang tersinggung biasanya akan merespon. Agresi yang dialihkan adalah

bila seseorang mengalami frustasi namun tidak dapat mengungkapkan secara puas

kepada sumber frustasi tersebut karena tidak jelas atau tak tersentuh. Si pelaku

tidak tahu ke mana ia harus menyerang; sedangkan ia sangat marah dan

membutuhkan sesuatu untuk pelampiasan. Penyerangan kadang-kadang tertuju

kepada orang yang tidak bersalah atau mencari ‘kambing hitam’ Hilgard et al.,

(dalam Minderop, 2010: 38). Apatis dalah bentuk lain dari reaksi terhadap

frustasi, yaitu sikap apatis dengan cara menarik diridan bersikap seakan-akan

pasrah.
21

6. Fanatisme

Menurut Ismail (2008: 28) Sering kali terdengar kata fanatik atau

fanatisme pada berita atau hal yang berhubungan dengan agama dan olahraga

tetapi jarang yang mengetahui deskripsi secara jelas mengenai fanatik atau

fanatisme. Jika ditelusuri lebih dalam, sebenarnya kata fanatisme berasal dari kata

fanatik, yang dalam kamus bahasa Indonesia artinya adalah teramat kuat

kepercayaan atau keyakinan terhadap ajaran (politik agama, dsb).

Ismail (2008: 30) fanatisme terdiri atas beberapa bentuk, yaitu :

1.Fanatisme konsumen agama.

2. Fanatisme ideologi dan politik.

3. Fanatisme kesenangan, olahraga,etnik dan kesatuan.

Ismail (2008: 31) menyatakan suatu perilaku tidak terlepas dari ciri yang

menjadikan perilaku tersebut dapat disebut sebagai prilaku fanatik, yaitu:

1. Adanya antusiasme atau semangat berlebihan yang tidak berdasarkan

pada akal sehat melainkan pada emosi tidak terkendali.Ketiadaan akal sehat itu

mudah membuat orang yang fanatik melakukan hal-halyang tidak proporsional,

sehingga akhirnya melakukan hal-hal yang kurang waras.

2.Pendidikan yang berwawasan luas dapat menimbulkan benih-benih sikap

soldier, sebaliknya indoktrinasi yang kecil dapat mengakibatkan benih-benih

fanatisme.

Indikator-indikator fanatisme sebagai berikut:

1. Fanatik organisasi, mengklaim yang paling benar dan yang lain salah.
22

2. Fanatik pada keyakinannya sendiri dengan tidak didukung rasa yang

toleran dan hati yang lapang.

3. Fanatisme terhadap suatu pendapat tanpa mengakui adanya pendapat

lain dan merasa benar sendiri atau tidak menghormati orang lain.

B. Kerangka Pikir

Pemahaman dan apresiasi adalah syarat yang harus dipenuhi sebelum kita

mengembangkan pengetahuan dan pemikiran terhadap karya sastra. Karya sastra

merupakan proses kreatif, memiliki sifat imajinatif, khayalan, bernilai estetik dan

pemakaian bahasa yang khas. karya sastra dalam hal ini terbagi atas empat genre

sastra yaitu puisi, cerpen, novel, dan drama.

Bentuk karya sastra yang penulis teliti adalah novel. Novel disini dipahami

sebagai gambaran dari psikologi pengarang terkait dengan proses penulisan teks

kesastraan yang kreatif. Secara spesifik penulis akan meneliti novel tersebut

melalui pendekatan para tokoh-tokoh yang terdapat dalam novel tersebut guna

menemukan gejala-gejala psikologi yang ada khususnya kepribadian para tokoh

terhadap gejalafanatisme dan dampaknya.

Peneliti memilih psikoanalisis dengan fokus kajian psikologi kepribadian

Freud sebagai landasan karena hal ini dapat dijadikan sebagai landasan teori

tentang sifat agresif yaitu fanatisme dan mengingat novel Maryam karya Okky

Madasari didalamnya terdapat aspek kejiwaan yang dihadirkan melalui tokoh.

Tokoh dan penokohan inilah yang menjadi tujuan utama penelitian untuk

mendapatkan hasil akhir sehingga dapat mendeskripsikan kepribadian dan


23

representasi fanatisme beserta dampaknya pada tokoh dalam novel Maryam karya

Okky Madasari.Alur kerangka pikir tergambarkan sebagai berikut.


24

Bagan Kerangka Pikir

Karya Sastra

Prosa Fiksi

Novel Maryam

Unsur Instrinsik Unsur Ekstrinsik

Tema Alur Latar Tokoh, Watak dan Gaya Sudut


dan (plot) Penokohan Bahasa Pandang
Amanat

Psikologi Sastra

( Psikologi Kepribadian Sigmund Freud )

Struktur Kepribadian dan Dampak Mekanisme Pertahanan


diri (Agresi dan Apatis)
sifat fanatisme

Analisis Temuan
25

III. METODE PENELITIAN

1. Fokus Penelitian dan Desain Penelitian

1. Fokus Penelitian

Menurut Moleong (2009: 369) fokus penelitian adalah sumber pokok

dalam masalah penelitian.Fokus penelitian adalah mendeskripsikan mengenai

struktur kepribadian berdasarkan representasi fanatisme dan dampaknya pada

tokoh dalam novel Maryam karya Okky Madasari pendekatan psikologi sastra

Sigmund Freud.

2. Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desaian deskriptif

kualitatif.Desain deskriptif-kualitatif adalah rancangan penelitian yang

menggambarkan variable penelitian tidak dalam bentuk angka-angka atau

statistik. Maksudnya, dalam penelitian ini peneliti akan menggambarkan

mengenai struktur kepribadian berdasarkan representasi fanatisme dan dampaknya

pada tokoh dalam novel Maryam karya Okky Madasari pendekatan psikologi

sastra Sigmund Freud..Dalam Penerapan desain penelitian ini, peneliti mula-mula

mengumpulkan data, mengolah, dan selanjutnya menganalisis data secara objektif.

2. Defenisi Operasional Istilah

Untuk menghindari salah penafsiran dalam penelitian ini, perlu dikemukakan

defenisi istilah. Adapun defenisi istilah yang diuraikan sebagai berikut:

1. Psikoanalisis adalah psikologi ketidak-sadaran, perhatian-perhatiannya

tertuju kearah bidang-bidang motivasi, emosi, konflik, simpton-simpton

neurotic, mimpi-mimpi, dan sifat-sifat karakter. Dalam psikoanalisis

25
26

terdiri atas tiga sistem kepribadian yang saling berkaitan, yakni id,ego, dan

superego.

2. Idmerupakan energy psikis dan naluri yang menekan manusia agar

memenuhi kebutuhan dasar.

3. Ego merupakan penengah yang mendamaikan tuntutan pulsi dan larangan

superego.

4. Superego merupkan pengawas dan penghalang pemuasan sempurna pulsi-

pulsi yang merupakan hasil pendidikan dan identifikasi orang tua.

5. Fanatisme merupakan sifat yang berakar dari tabiat agressi yaitu

kepercayaan atau keyakinan terhadap ajaran (politik, agama, dsb) yang

teramat kuat. Ciri yang menunjukkan perilaku fanatik pada suatu individu

dan kelompok yaitu adanya rasa antusiasme dan agresifitas yang tinggi

dalam menanggapi suatu hal, melakukan hal-hal yang kurang proporsional

untuk memuaskan rasa cintanya terhadap suatu hal atau pemikiran yang

diyakininya.

6. agresi adalah perasaan marah atau tindakan kasar akibat kekecewaan atau

kegagalan dalam mencapai pemuasan atau tujuan yang dapat diarahkan

kepada orang atau benda.

7. Apatis adalah sikap acuh tak acuh atau tidak perduli.

3. Data dan Sumber Data

1. Data

Data dalam penelitian ini adalah kalimat kutipan-kutipan teks yang

menjelaskan tentang mengenai kepribadian berdasarkan representasi fanatisme


27

dan dampaknya pada tokoh dalam novel Maryam karya Okky Madasari

pendekatan psikologi sastra Sigmund Freud.Sehingga dari hasil kutipan dapat

ditarik kesimpulan mengenai kepribadian para tokoh dalam novel Maryam karya

Okky Madasari.

2. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah novel Maryam karya Okky

Madasari, novel ini berukuran 20 x 13,5 cm, terdiri atas 280 halaman, terbitan

tahun 2013 cetakan kedua penerbit PT Gramedia Pustaka Utama.

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara yang dilakukan peneliti

mengumpulan data yang berhubungan dengan penelitian ini. Teknik pengumpulan

data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik baca dan teknik

pencatatan.

1. Teknik baca

a. Membaca novel Maryam karya Okky Madasari dengan cermat.

b. Membaca literature atau teori penunjang yang dianggap relevan

dengan data.

2. Teknik Pencatatan

Mencatat dan mengklasifikasikan data yang menunjukkan mengenai

struktur kepribadian berdasarkan representasi fanatisme dan dampaknya pada

tokoh dalam novel Maryam karya Okky Madasari menggunakan pendekatan

psikologi sastra Sigmund Freud.Kemudian mencatat hasil kalsifikasi data tersebut

dalam kartu yang telah disiapkan.


28

5. Teknik Analisis Data

Adapun teknik analisis data yang digunakan, yaitu:

1. Identifikasi data yaitu menemukan atau mengidentifikasi data yang

terdapat dalam novel Maryam karya Okky Madasari dengan cara membaca

novel tersebut dengan cermat sehingga dapat menemukan data yang sesuai

dengan rumusan masalah yang ingin dicapai yaitu: 1)bagaimana struktur

kepribadian berdasarkan representasi fanatisme menggunakan pendekatan

psikologi sastra Sigmud Freud. 2) Bagaimana dampak yang ditimbulkan

oleh sifat fanatisme pada tokoh dalam novel Maryam karya Okky

Madasari menggunakan pendekatan psikologi sastra Sigmund Freud.

Selanjutnya dilakukan klasifikasi atau mengelompokkan data dengan cara

membagi data yang sesuai dengan struktur kepribadian berdasarkan

representasi fanatismedan dampaknya pada tokoh dalam novel Maryam

karya Okky Madasari menggunakan pendekatan psikologi sastra Sigmund

Freud.

2. Data dianalisis berfokus pada bentuk struktur kepribadian berdasarkan

representasi fanatismedan dampaknya pada tokoh dalam novel Maryam

karya Okky Madasarimenggunakan pendekatan psikologi sastra Sigmund

Freud.

3. Mendeskripsikan hasil analisis data dengan cara menguraikan dan menarik

kesimpulan dalam bentuk laporan atau skripsi.


29

Daftar Pustaka

Alwisol. 2005. Psikologi Kepribadian .Malang : Penerbit Universitas


Muhammadyah Malang.

Dola, Abdullah. 2007. Apresiasi Prosa Fiksi dan Drama. Makassar: Badan
Penerbit UNM

Endraswara, Suwardi. 2008. Metode penelitian Psikologi Sastra (Teori, Langkah,


dan Penerapannya). Yogyakarta: Media Pressindo.

Ismail, Andar. 2008. Selamat Menabur. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Luxemburg. 1991. Tentang Sastra. Jakarta: Intemusa.

Madasari.Okky. 2013. Maryam (cetakan kedua). Jakarta: PT. Gramedia Pustaka


Utama.

Melda, Novianty. 2014. Dominasi Laki-laki Terhadap Ideologi Gender


Perempuan dalam Novel Maryam Karya Okky Madasari (Suatu Kajian
Perspektif Kritik Feminis).http://download.portalgaruda.org/article.
Diakses, 21 September 2016.

Moleong, Lexy L. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja


Rosdakarya.

Minderop, Albertine. 2010. Psikologi Sastra (Karya Sastra, Metode, Teori, dan
Contoh Kasus). Jakarta: Yayasan Putaka Obor.

Mubarok.Achmad, 2006.Psikologi Fanatik, (online) Http://www.Mubarok-


institute,blogspot.com/2006/08/psikologifanatic.html. diakses 20 Agustus
2016.

Nurgiyantoro, Burhan. 2013. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada


University Press.

29
30

Purba, Antilan.2010. Sastra Indonesia Kontemporer. Yogyakarta: Graha Ilmu

Stanton. Robert. 2007. Teori Fiksi Robert Stanton (Cetakan Pertama).


Diterjemahkan Oleh Sugihastuti dan Rossi Abi Al Irsyad. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.

Sugihastuti, Suharto. 2002. Kajian Satra Feminis Teori dan Aplikasinya.


Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sukada, Made. 1993. Pembinaan Kritik Sastra Indonesia masalah Sistematika


Analisis Struktur Fiksi. Bandung: Angkasa.

Musarofah, Susi Lailatul. 2013. Konflik Sosial dalam Novel Maryam.Karya Okky
Madasari. Surabaya: Universitas PGRI Adi Buana.
http://susinyainal.blogspot.co.id/2013/06/konflik-sosial-dalam-novel
maryam-karya-Okky-Madasari.html. Diakses, 21 September 2016.

Tang. Muhammad Rapi. 2008. Mozaik Dasar Teori Sastra dalam Penampang
Objektif. Makassar: Badan Penerbit UNM.

Wardani , Ika Novi Solekah. Representasi Ideologi Pengarang dalam Novel


Maryam Karya Okky Madasari: Pendekatan Sejarah Intelektual.
Semarang: UNS. http:// dglib.uns.ac.id/dokumen/detail/43427/
Representasi Ideologi Pengarang dalam Novel Maryam Karya Okky
Madasari: Pendekatan Sejarah Intelektual. Diakses, 21 September 2016.

Wiyatmi. 2009. Pengantar Kajian Sastra (Cetakan Ketiga ). Yogyakarta: Pustaka


Book Publisher.

-----------. 2011. Psikologi Sastra. Yogyakarta: Kanwa Publisher.

Anda mungkin juga menyukai