Anda di halaman 1dari 13

Novel Kerumunan Terakhir Karya Okky Madasari

NOVEL KERUMUNAN TERAKHIR KARYA OKKY MADASARI:


KAJIAN PSIKOLOGI CARL ROGERS

Hanif Rizqiyah
S1 Sastra Indonesia, Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni
hanif17020144031@mhs.unesa.ac.id

Dr. Anas Ahmadi, M.Pd.


Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Surabaya
anasahmadi@unesa.ac.id

Abstrak
Kepribadian menjadi sebuah identitas dari setiap individu untuk mencapai tujuan hidup
dan dalam karya sastra dapat ditemukan melalui karakteristik tokoh yang dimunculkan.
Penelitian ini membahas tokoh Kara dalam novel Kerumunan Terakhir karya Okky
Madasari menggunakan kajian psikologi kepribadian Carl Rogers yang dikenal dengan
istilah person-centered theory (berpusat pada pribadi). Teori kepribadian Rogers
menggunakan dua istilah, pertama, fully functioning yang terdiri dari tiga karakteristik
yaitu terbuka akan pengalaman, kehidupan eksistensial, dan keyakinan organismik,
serta tiga implikasinya yaitu kebebasan eksistensial, kreativitas, dan nilai kepercayaan.
Kedua, self concept (konsep diri) meliputi keseluruhan aspek dalam pengalaman yang
disadari dan keberadaan individu yang dapat menyangkal beberapa aspek yang tidak
sesuai dengan konsep diri individu tersebut. Tujuan penelitian ini untuk
mendeskripsikan, (1) gambaran fully functioning tokoh Kara, dan (2) konsep diri tokoh
Kara. Penelitian ini menggunakan kajian psikologi sastra dengan pendekatan tektual,
metode deskriptif analisis serta studi dokumen sebagai teknik pengumpulan data. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa (1) gambaran fully functioning tokoh Kara tidak
berfungsi sepenuhnya yang disebabkan karena implikasi nilai kepercayaan tidak
terpenuhi seutuhnya. Hal tersebut dibuktikan dengan sikap tokoh Kara yang sensitif
terhadap ketidaksesuaian keadaan sekitar dengan harapannya. (2) Kara memiliki
gangguan kepribadian paranoid yang membuatnya memiliki kecendurungan akan balas
dendam terhadap orang-orang dibalik kasus ayahnya serta atas ketidakadilan yang
dialami.
Kata Kunci: Kepribadian, Carl Rogers, Kerumunan Terakhir

Abstract
Personality becomes an identity for each individual to achieve life goals and in literary works can
be found through the characteristics of the characters that appear. This research discusses the
character Kara in the novel Kerumunan Terakhir by Okky Madasari using the study of Carl
Rogers' personality psychology known as person-centered theory. Rogers' personality theory uses
two terms, first, fully functioning which consists of three characteristics, namely openness to
experience, existential life, and organismic beliefs, and three implications, namely existential
freedom, creativity, and belief values. Second, self-concept includes all aspects of conscious
experience and the existence of individuals who can deny some aspects that are not in accordance
with the individual's self-concept. The purpose of this study is to describe, (1) a fully functioning
description of Kara's character, and (2) Kara's self-concept. This research uses a psychological
literature study with a textual approach, descriptive analysis method and document study as data
collection techniques. The results of this research indicate that (1) the fully functioning description
of the Kara character is not fully functioning due to the implications of the trust value not being
fully fulfilled. This is evidenced by the attitude of Kara's character who is sensitive to the
inappropriateness of the surrounding environment with her expectations. (2) Kara has a paranoid
personality disorder that makes her have a tendency to take revenge against the people behind her
father's case and for the injustices experienced.

Keywords: Personality, Carl Rogers, Kerumunan Terakhir

141
Sapala, Volume 8 Nomor 02 Tahun 2021 hlm 141—153

PENDAHULUAN kesepakatan dalam kehidupan (Minderop, 2018:


Psikologi sastra merupakan sebuah ilmu 4).
interdisiplin dari ilmu sastra dan psikologi yang Kepribadian juga ditemukan dalam dunia
digunakan untuk menganalisis karya sastra dari sastra melalui karya sastra. Karya Sastra dapat
segi ilmu psikologi, salah satunya permasalahan disebut dengan karya imajinatif yang
kejiwaan tokoh. Ilmu psikologi memiliki penyampaiannya melalui media bahasa dengan
keunikan dari ilmu lainnya karena objek yang unsur estetika dalam bentuk prosa, salah
dianalisis adalah tingkah laku manusia, satunya novel (Suhita dan Purwahida, 2018: 32).
sedangkan ilmu sastra dapat dijadikan salah Novel sebagai cerminan kehidupan yang
satu objek dalam penelitian psikologi. Untuk sengaja diciptakan oleh pengarang melalui
memahami ilmu psikologi sastra terdapat tiga karakter tokoh. Hudhana dan Mulasih (2019: 43)
cara yaitu pertama, memahami ilmu psikologi menyatakan bahwa novel merupakan karya
yang akan digunakan untuk menganalisis karya sastra fiksi bentuk prosa yang menceritakan
sastra, kedua, memahami isi karya sastra peristiwa panjang dari berbagai karakter tokoh
kemudian menentukan ilmu psikologi yang dan mengandung konflik kehidupan yang
cocok untuk digunakan, ketiga, secara kompleks. Kepribadian masing-masing tokoh
bersamaan teori ilmu psikologi dan karya sastra terbentuk dari pengalaman-pengalaman yang
ditemukan (Minderop, 2018: 59). dialami dalam alur cerita.
Sastra sebagai representasi kepribadian Penelitian ini menggunakan salah satu novel
manusia dalam bentuk lain untuk mencapai karya Okky Madasari. Okky Madasari
suatu tujuan yang diharapkan (Ahmadi, 2015: merupakan salah satu sastrawan yang berasal
1). Sastra juga disebut sebagai potret kejiwaan dari Magetan yang memiliki segudang prestasi.
manusia yang ditampilkan dalam bentuk tokoh Pada tahun 2012 Okky meraih penghargaan
dan disampaikan melalui media bahasa dalam Khatulistiwa Literary Award, selain itu Okky
bentuk teks sehingga perubahan tingkah laku juga mendapat penghargaan sebagai Wanita
tokoh yang muncul dalam isi cerita menjadi Masa Depan Asia Tenggara atas kontribusi
fenomena psikologi yang menonjolkan aspek- dalam memajukan budaya. Okky dikenal
aspek kejiwaan yang membentuk kepribadian dengan karya-karya yang menyuarakan kritik
tokoh, (Endraswara, 2013: 96). sosial terhadap masalah-masalah sosial, selain
Kepribadian (personality) merupakan sebuah itu karya-karyanya konsisten dalam
identitas dari diri setiap manusia untuk menjadi mempertanyakan hal-hal yang menjadi
dirinya sendiri dan mencapai tujuan dalam kegelisahan generasi sekarang (Madasari 2019).
hidupnya. Kepribadian juga dapat diartikan Permasalahan sosial dan kegelisahan dalam
‘topeng’ yang kenakan untuk memperlihatkan karya-karyanya menyimpan banyak
karakteristik kepada masyarakat (Wilcox, 2018: pengalaman tokoh yang menjadi perjalanan
264-265). Allport menyatakan bahwa kepribadian tokoh. Oleh sebab itu penelitian ini
kepribadian merupakan sebuah strategi yang menggunakan novel Okky Madasari keluaran
dinamik dalam diri manusia untuk dapat tahun 2016 dengan judul Kerumunan Terakhir.
menyesuaikan diri dengan lingkungannya Penelitian ini akan membahas mengenai
(Prawira, 2013: 34-35). Santrock menambahkan kepribadian tokoh dalam novel Kerumunan
bahwa kepribadian merupakan sebuah Terakhir karya Okky Madasari menggunakan
pembawaan yang meliputi pikiran, perasaan, teori psikologi kepribadian Rogers. Novel ini
dan tingkah laku yang menampilkan karakter bercerita mengenai kehidupan tokoh dalam
bagaimana cara untuk beradaptasi dan menghadapi perkembangan teknologi. Adanya
perkembangan teknologi membuat tokoh dalam
novel tersebut terus berkembang dan memiliki diteliti. Penelitian terdahulu dengan sumber
banyak pengalaman. Pengalaman-pengalaman data yang sama berupa novel Kerumunan
yang dialami tokoh dapat membentuk Terakhir karya Okky Madasari yakni satu,
kepribadian tokoh. Perkembangan kepribadian penelitian dengan judul Kecenderungan Neurotik
tokoh dalam novel Kerumunan Terakhir karya Tokoh dalam Novel Kerumunan Terakhir karya Okky
Okky Madasari sangat menarik untuk diteliti Madasari (Kajian Psikoanalisis Sosial Karen Horney)
dengan menggunakan teori kepribadian Rogers. oleh Ike Dwi Jayanti dengan teori psikoanalisis
Hal ini dikarenakan kepribadian menurut sosial Karen Horney. Dua, penelitian dengan
Rogers terbentuk dari pengalaman-pengalaman, judul Mekanisme Pembentukan Subjek pada Tokoh
sehingga penelitian ini menjadi menarik untuk Jayanegara dalam Novel Kerumunan Terakhir Karya
diteliti. Okky Madasari (Kajian Psikoanalisis Jacques Lacan)
Penelitian ini terdapat dua rumusan masalah oleh Reyna Chitta Sahtyaswari dengan
yaitu (1) bagaimana gambaran fully functioning menggunakan teori psikoanalisis Jacques Lacan.
(kepribadian yang berfungsi baik) tokoh Kara Tiga, penelitian dengan judul Kehidupan “Ideal”
dalam novel Kerumunan Terakhir karya Okky di Ruang Siber dalam Novel Kerumunan Terakhir
Madasari?. (2) bagaimana self concept tokoh Kara oleh Chinintya Suma Ningtyas dengan
dalam novel Kerumunan Terakhir karya Okky menggunakan teori konsep komunikasi
Madasari. Tujuan dari penelitian ini untuk teknologi digital. Penelitian terdahulu yang
mendeskripsikan (1) fully functioning tokoh Kara menggunakan teori psikologi kepribadian
dalam novel Kerumunan Terakhir karya Okky Rogers yaitu satu, penelitian dengan judul
Madasari, dan (2) self concept tokoh Kara dalam Konsep Diri Yamada Tsuyoshi dalam Film “Densha
novel Kerumunan Terakhir karya Okky Madasari. Otoko” Karya Nakano Hitori oleh Raditya Titis
Dari kedua tujuan penelitian tersebut, penelitian Indriya yang mendeskripsikan konsep diri
ini akan mendeskripsikan kepribadian tokoh tokoh dalam film Densha Otoko. Dua, penelitian
dalam novel Kerumunan Terakhir karya Okky dengan judul Kepribadian Tokoh Johan dalam
Madasari menggunakan psikologi humanistik Novel Teror Karya Lexie Xu: Pendekatan Psikologi
dengan teori kepribadian Rogers. Humanistik Carl Rogers oleh Rini Widiastuti yang
Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi mendeskripsikan kepribadian tokoh Johan
aspek teoritis sebagai sumbangan ilmu dan dalam novel karya Lexie Xu yang berjudul Teror.
bahan tinjauan untuk penelitian yang Tiga, penelitian dengan judul Kepribadian
berhubungan dengan konsep diri dalam novel Humanistik Rogers Pada Novel Mama Karya Wulan
Kerumunan Terakhir dengan menggunakan teori Mulya Pratiwi dan Erby S (Kajian Psikologi Sastra)
psikologi humanistik Carl Rogers. Selain itu oleh Aryani dan Fachri Ridwan Rafsanjani yang
penelitian ini diharapkan juga dapat bermanfaat mendeskripsikan kepribadian tokoh dalam
bagi aspek praktis dengan memberikan novel Mama karya Wulan Mulya Pratiwi dan
pengetahunan tentang konsep diri tokoh dalam Erby S.
novel sehingga dapat diimplementasikan dalam
kehidupan sehari-hari. Teori Kepribadian Rogers
Teori psikologi kepribadian Roger dikenal
KAJIAN PUSTAKA dengan Person-Centered Theory yang berbeda
Penelitian ini juga menampilkan penelitian- dari paradigma positif dan optimis manusia
penelitian terdahulu yang relevan untuk sebagai organisme (Rogers, 1970). Teori Person-
menunjukkan bahwa penelitian dengan judul Centered Theory berpusat pada pribadi yang
Novel Kerumunan Terakhir Karya Okky Madasari: mengacu dari istilah terapi Rogers Client-
Kajian Psikologi Carl Rogers ini belum pernah Centered (berpusat pada klien). Kasus yang

143
Sapala, Volume 8 Nomor 02 Tahun 2021 hlm 141—153

dihadapi oleh klien Rogers, Rogers Kebutuhan ini terbagi menjadi dua kebutuhan
menyebutkan bahwa salah satu aspek dalam yaitu conditional positive regard (penghargaan
semua kasus itu adalah kesadaran akan positif bersyarat), dan unconditional positive
pengalaman atau “pengalaman dari regard (penghargaan positif tak bersyarat)
pengalaman”, dari sini Rogers menyebutnya (Amalia, 2013: 92). Unconditional positive regard
sebagai self experience (pengalaman diri) (Rogers, (penghargaan positif tanpa syarat) dalam
1970 : 76). Adanya kesadaran akan pengalaman pemahaman empatik terhadap internal frame of
membuat individu melangkah menuju konsep refence (kerangka acuan internal) klien-kliennya
diri yang ada tanpa adanya penyimpangan, untuk menyadarkan mereka terhadap perasaan
sehingga hal itu menjadi bagian dirinya sendiri dan pengalaman yang sebenarnya sehingga
terhadap pengalaman tersebut. Hal ini Rogers terjadi keselarasan konsep diri (Supratiknya,
menyimpulkan bahwa salah satu aspek yang 2004: 126-128).
mendasar adalah pengalaman bebas dari reaksi Kesadaran akan memiliki konsep diri terus
sensorik dan rasa pedih yang berasal dari mengembangkan positive regard yang
organisme tanpa usaha untuk menghubungkan dibutuhkan oleh manusia dari orang terdekat
diri sendiri dengan pengalaman yang dialami akan kebutuhan diri untuk diterima dengan
(Rogers, 1970: 80). baik, dicintai, hingga diakui lingkungan. Akan
Rogers yang mengembangkan teorinya berbeda jika tanpa positive regard itu manusia
melalui pengalaman-pengalaman terapeutik. akan menjadi menarik diri dari orang dan
Rogers menggunakan tiga kontruksi sebagai frustasi. Oleh karena itu yang dibutuhkan
fondasi perubahan dan perkembangan manusia bukanlah conditional positive regard
kepribadian, yaitu organisme, medan (penghargaan bersyarat) dari orang lain tetapi
fenomenologi, dan diri (Efendi dan Sulistiani, unconditional positive regard (penghargaan positif
2020). Rogers menyatakan bahwa setiap tak bersyarat) seperti cinta tanpa syarat dan
manusia itu pada dasarnya sehat. Dengan arti menerima manusia sebagai pribadi secara utuh,
lain bahwa kesehatan mental yang dilihat sehingga perkembangan pengalaman
manusia sebagai progresif kehidupan normal, memposisikan need for positive regard sebagai
sedangkan sakit mental atau masalah-masalah timbal balik, yang artinya jika manusia puas
manusia lainnya disebut sebagai penyimpangan menerima positive regard, maka manusia itu pun
alam. Rogers juga membangun teorinya dengan memberikan positive regard kepada orang lain,
dasar “daya hidup” yang disebut dengan hal ini menyebabkan manusia dapat
aktualisasi diri, artinya sebagai motivasi diri memperoleh kepuasan dari menerima diri
untuk mengembangkan potensi-potensi yang sendiri (positive self regard) (Rosyidi, 2015: 127-
dimiliki untuk bertahan hidup (Boeree, 2013: 128).
286). Rogers juga menyebutkan adanya istilah fully
Rogers menggunakan istilah positive regard functiong (kepribadian yang berfungsi baik) dan
(penghargaan positif) yang menjelaskan bahwa self concept (konsep diri).
manusia membutuhkan cinta, perhatian, kasih- 1. Fully Functioning
sayang, dan lainnya. Selain istilah itu, menurut Roger menggunakan istilah fully functioning
Rogers istilah positive self-regard (penilaian (kepribadian yang berfungsi baik) merupakan
positif terhadap diri) juga perlu dicapai untuk sebuah istilah untuk mendeskripsikan kualitas
perkembangan manusia melalui sikap positif kepribadian manusia menggunakan
yang ditunjukkan oleh orang lain (Boeree, 2016: kemampuan bakat, realisasi potensi, dan
446). Hal ini juga dibutuhkan saat manusia langkah menuju pemahaman untuk diri sendiri
mendapatkan penolakan dari orang lain. dan seluruh pengalamannya (Rosyidi, 2015 :
134). Rogers mendeskripsikan individu penuh makna (Feist dkk., 2017: 332).
memiliki kepribadian yang berfungsi baik (fully Manusia yang telah melewati dua
fumctioning) meliputi 3 karakteristik (1970: 187- karakteristik sebelumnya akan merasa lebih
191) yaitu; mempercayai diri sendiri untuk
a. Terbuka Terhadap Pengalaman mengungkapkan perasaan dan keinginan
Karakteristik pertama adalah terbuka serta dapat menemukan solusi yang
terhadap pengalaman yang memiliki sikap memuaskan dari hubungan manusia yang
defensif sebagai respons organisme akan kompleks dan bermasalah (Rogers, 1970:
ketidaksesuaian pengalaman dengan 191).
gambaran diri dalam hubungannya (Rogers, Rogers mendeskripsikan tiga
1970: 187). Manusia yang terbuka terhadap karakteristik individu yang berfungsi penuh
pengalaman akan menyimbolisasikan ini memiliki banyak implikasi tetapi Rogers
pengalaman secara akurat dalam kesadaran membatasi diri untuk menunjukkan tiga
daripada mendistorinya sehingga diri yang dirasanya memiliki kepentingan
dalam organisme lebih diterima secara khusus (Combs, 1962: 29-31).
bebas (Feist dkk., 2017: 324). a. Kebebasan Ekstensial
b. Kehidupan Eksistensial Implikasi yang pertama dikemukakan
Karakteristik kedua menurut Rogers oleh Rogers adalah kebebasan ekstensial,
adalah kehidupan eksistensial. Bagi dimana manusia dapat menjadi dirinya
manusia yang sepenuhnya terbuka terhadap sendiri untuk bebas bergerak menentukan
pengalaman tanpa sikap defensif pilihan hidup (Rogers, 1970: 192). Manusia
menjadikan setiap momen akan dapat memilih kebebasannya untuk
terkonfigurasi secara kompleks. Salah menjalani kehidupan yang keinginannya.
satunya dengan cara mengekspresikan Oleh sebab itu Rogers menganggap bahwa
perubahan yang hadir dalam kehidupan kebebasan ekstensial itu tidak
eksistensial untuk menunjukkan bahwa diri menyelesaikan masalah antara subjektif dan
dan kepribadian itu muncul dari objektif maupun antara kebebasan dan
pengalaman, bukan dari distorsi kebutuhan, tetapi memberikan kebebasan
pengalaman agar menyesuaikan struktur memilih dari banyaknya pilihan yang efektif
diri yang sudah terbentuk (Rogers, 1970: (Rogers, 1970: 193).
188-189). Rogers juga menegaskan bahwa b. Kreativitas
manusia tidak hidup di masa lalu atau masa Impilikasi yang kedua adalah
yang akan mendatang sehingga manusia kreativitas. Kreativitas yang dimaksud oleh
akan menemukan arti dari pengalaman Rogers mengenai kondisi manusia dalam
untuk menjalani pengalaman tersebut tanpa menyesuaikan diri dengan lingkungan yang
adanya ekspetasi yang telah dibentuk (Feist berubah-ubah, sehingga memunculkan gaya
dkk., 2017: 325) hidup kreatif untuk menjadi dirinya sendiri
c. Keyakinan Organismik dengan tetap mempertimbangkan kepuasan
Karakteristik selanjutnya adalah kebutuhannya (Rogers, 1970: 193-194).
keyakinan organismik. Manusia harus c. Nilai Kepercayaan
membiasakan diri untuk dituntut oleh Implikasi yang terakhir adalah nilai
proses penilaian organismik. Penilaian kepercayaan. Saat manusia mampu
organismik ini yang dimaksud ialah insting membebaskan diri sendiri dari sikap
alami yang mengarahkan manusia untuk defensif terhadap kebutuhan diri serta
mendapatkan pencapaian-pencapaian tuntutan lingkungan dan sosial sehingga

145
Sapala, Volume 8 Nomor 02 Tahun 2021 hlm 141—153

meningkatkan rasa dapat dipercaya dan menggunakan kajian psikologi sastra dengan
partisipasi dalam rasionalitas organisme pendekatan tektual yang mengkaji aspek
(Rogers, 1970: 194-195). psikologi tokoh melalui teks dalam karya sastra
2. Self Concept (Endraswara, 2013: 97). Jenis penelitian ini
Teori kepribadian Rogers terdapat konsep menggunakan studi kepustakaan dengan
diri. Diri ini sendiri melingkupi ide gagasan, mengumpulkan data dari berbagai dokumen
pandangan orang lain, dan pengalaman diri dan menggunakan teknik analisis data deskriptif
sehingga self concept dapat diartikan sebagai kualitatif yakni dengan mendeskripsikan data
pandangan diri sendiri terhadap diri sebagai dalam bentuk teks untuk mendapatkan
orang yang berharga atau tidak berharga simpulan yang valid (Tsalist, 2017). Hal ini
(Sriyanti, 2011: 88-89). Konsep diri meliputi sesuai dengan Wuradji, (2003 : 5-6) bahwa
keseluruhan aspek dalam pengalaman yang penelitian dokumen (content anlysis) dilakukan
disadari dan keberadaan individu yang dapat untuk mengetahui makna dari dokumen yang
menyangkal beberapa aspek yang tidak sesuai digunakan. Metode deskriptif analisis dalam
dengan konsep dirinya sehingga individu penelitian ini digunakan untuk mengumpulkan
tersebut tidak konsisten dengan konsep diri data dengan cara membaca teks,
(Feist dkk., 2017: 310-311). Psikologi humanistik mendeskripsikannya kemudian menganalisis
kepribadian Rogers terdapat dinamika tokoh Kara menggunakan teori kepribadian
kepribadian dalam teori konsep diri Rogers Rogers. Tujuan penelitian deskriptif ini untuk
untuk mendeskripsikan kepribadian tokoh mendeskripsikan secara sistematis, aktual, dan
dalam novel. akurat mengenai fenomena psikologi yang
Konsep diri mencakup keseluruhan dialami tokoh dalam novel.
persepsi individu dari karakter, citra tubuh, Novel karya Okky Madasari yang berjudul
kemampuan, emosi hingga hubungan diri Kerumusnan Terkahir digunakan sebagai sumber
dengan orang lain. Umumnya konsep diri yang data primer. Novel Kerumunan Terakhir
dipandang memiliki dua dimensi yaitu self image diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama pada
(citra diri) dan self esteem (evaluasi diri) (Venus tahun 2016 dengan tebal 360 halaman. Novel
& Helmi, 2010: 75). Self menurut Rogers Kerumunan Terakhir merupakan karya Okky
merupakan salah satu aspek fenomenologis yang bercerita tentang perkembangan teknologi
yang artinya pengalaman diri sendiri (Harahap, yang mempengaruhi kehidupan. Data penelitian
2020). Individu yang konsep dirinya stabil akan ini berupa kutipan-kutipan karakter tokoh
melihat dirinya secara konstan dari waktu ke dalam novel Kerumunan Terakhir.
waktu, sebaliknya individu yang memiliki Teknik pengumpulan data dalam penelitian
konsep diri tidak stabil akan memandang ini menggunakan teknik studi dokumentasi
dirinya secara positif pada waktu tertentu dan dalam novel Kerumunan Terakhir. Studi
pada waktu yang lain memandang dirinya dokumentasi dilakukan dengan cara
secara negatif (Sofia, 2012: 83-84). pemahaman arti secara langsung dari sumber
data. Pemahaman arti dapat dilakukan dengan
METODE membaca dan memahami kembali isi cerita
Penelitian ini berjenis kualitatif-deksriptif dalam novel, membaca ulang sumber data, dan
sebab peneliti memaparkan data secara memberi tanda pada teks novel untuk menjadi
deskriptif untuk mengumpulkan gejala data dan dianalisis lebih lanjut.
kepribadian berdasarkan fully functioning dan self Penelitian ini menggunakan teknik analisis
concept tokoh dalam karya sastra. Dalam data dengan cara pengelompokan data sesuai
kaitannya dengan pendekatan, penelitian ini dengan teori kepribadian Rogers. Pengumpulan
data dapat dilakukan dengan cara (1) memahami dibuktikan dalam percakapan
data dalam novel dengan membaca, (2) berikut,
membaca ulang novel, (3) memberi tanda pada “Sejak umur sepuluh aku
teks novel untuk menjadi data penelitian, (4) sudah hidup dengan internet.
mendeskripsikan dan menganalisis teks, (5) Segala hal sudah kubaca dan
kuketahui. Tak akan ada yang
menganalisis kembali sumber data untuk
bisa menemukan kita selama
mendapatkan hasil deskripsi kepribadian tokoh kita hati-hati,” Katanya.
Kara. Teknik analisis data diharapkan dapat (Madasari, 2016: 263)
mendapatkan hasil analisis. Kara yang sudah menelan banyak
pengetahuan dalam menggunakan
HASIL DAN PEMBAHASAN internet agar apa pun yang
1. Fully Functioning dilakukan dalam dunia nyata tidak
Karakteristik terekam dan jejak akan perbuatan
a. Terbuka akan Pengalaman yang dilakukan tidak dapat
• Pengalamannya akan melancarkan ditemukan oleh orang lain. Hal ini
aksinya untuk membalas dendam juga dibuktikan dari kalimat yang
dengan membuat kesal orang yang Kara berikut ini,
sudah menjatuhkan ayahnya sudah “Jangan pernah tinggalkan
terlihat seperti seorang profesional jejak. Jangan memakai HP dan
seperti dalam kalimat berikut, alat komunikasi apa pun.
Tempat parkiran sedang sepi. Jangan pernah transfer uang
Kara memintaku untuk lewat bank.” (Madasari, 2016:
berjaga, sementara ia 263)
berjongkok di samping badan Inilah kecanggihan terknologi yang
mobil, tersembunyi di antara dapat merekam dan mencari jejak
dua mobil. Ia goreskan batu orang-orang yang sedang
dalam genggamannya. Bunyi bermasalah dengan orangnya. Oleh
gesekan batu mulai terdengar. karena itu agar tidak terekam dan
Setiap kali ada yang terlihat
meninggalkan jejak saat
mendekat aku berdeham. Kara
menghentikan gerakannya, melaksanakan aksi, Kara selalu
berusaha menyembunyikan menghindari untuk tidak
tubuhnya. Pada detik-detik memakainya.
seperti itu, lagi-lagi aku b. Kehidupan Eksistensial
menahan napas, mendengar • Kara merupakan seorang gadis yang
detak jantungku yang begitu
pemalas dan gadis yang ingin hidup
keras. (Madasari, 2016: 257)
bebas tanpa terikat dengan jadwal-
Kara dalam kalimat ini sangat jelas
jadwal yang sudah dibuat
sebelumnya sudah mengenal orang
sebelumnya. Kara dengan jadwal
yang menggunakan mobil tersebut
padatnya di sekolah membuatnya
ikut dalam kasus mencaci ayahnya
sudah malas akan adanya sekolah.
yang sedang tersadung kasus besar.
Hal ini dibuktikan dengan kalimat
• Kara yang sudah mengenal internet
berikut,
sejak umur 10 tahun memiliki
“Kamu tahu, selain karena
banyak wawasan mengenai seluk
persoalan ayahku, aku
beluk internet, seperti yang memang sudah malas

147
Sapala, Volume 8 Nomor 02 Tahun 2021 hlm 141—153

sekolah,” Kata Kara kepribadiannya dari aksi-aksi balas


(Madasari, 2016: 264) dendam yang tidak terencana atau
Kalimat di atas merupakan ucapan bersusun sebelum-belumnya.
Kara kepada Matajaya yang Kepribadian Kara yang tidak teratur
mengakui bahwa Kara sudah bosen atau terstruktuk terbentuk dari
dengan adanya kehidupan di pengalaman yang pernah dialami.
sekolah, selain itu Kara juga c. Keyakinan Organismik
menjelaskan mengenai • Kara menyakinkan diri bahwa ia
ketidaksukaannya terhadap sekolah tidak sedang menghukum Tuhan
dapat dibuktikan dari kalimat dengan cara membuat mencoret-
berikut, coret tempat ibadah, namun ia
Ia tertawa. “Setiap pagi aku menyakinkan dirinya bahwa ia
bangun jam lima, berangkat
hanya ingin menghukum orang-
sekolah jam enam. Pulang jam
empat sore. Semua itu kujalani orang yang sok punya kuasa, seperti
bahkan sejak aku masih belum yang dibuktikan dalam kalimat
lima tahun. Bisa berikut,
kaubayangkan seperti apa “Tuhan adanya di hati kita,
hidupku?” (Madasari, 2016: kan? Ini Cuma bangunan.”
264) Kara seakan sedang mencari
Karena ketidaksukaan terhadap hal persetujuan padahal ia hanya
yang teratur membuat Kara sedang menyakinkan dirinya
membentuk kepribadiannya dengan sendiri. (Madasari, 2016: 269)
ketidakaturan dari pengalaman Ini merupakan cara Kara
yang telah dialami sejak kecil. mendapatkan keyakinan
organismiknya sebagai upaya untuk
• Kara termasuk gadis dengan
kelanjutannya dalam melancarkan
kepribadian yang tidak teratur atau
aksinya membuat orang-orang yang
terstruktur, semua rencana aksi
sok berkuasa itu merasa kesal. Kara
balas dendamnya tidak terjadwal
juga menyakinkan diri sendiri
dan terstruktur. Hal ini dapat
dengan ucapannya yang seperti ini,
dibuktikan dari kalimat berikut,
“Lagi pula sudah terlalu
“Kara tak pernah suka segala
banyak masjid! Ngapain
yang berpola. Keteraturan
masjid dibangun megah-
membuat segala sesuatu jadi
megah seperti ini, sementara
hambar, begitu yang pernah ia
banyak gelandangan tak
katakan. Tak pernah ada
punya tempat tinggal? Lihat
jadwal pasti kapan kami bisa
saja sekarang masjid ini.
bertemu. Tak juga bisa
Kosong!” katanya lagi.
dipastika apakah pada setiap
(Madasari, 2016: 269)
pertemuan akan berujung
Ini membuktikan bahwa Kara
kenakalan. Kara ingin
semuanya terjadi begitu saja. memiliki keyakinanan organismik
Bertemu jika kami mau yang terbentuk untuk membuat
bertemu, beraksi kalau tangan dirinya tidak ragu untuk melakukan
kami sudah tak terkendali” tindakan tersebut.
(Madasari, 2016: 268) Tiga karakteristik dari fully functioning tokoh
Kalimat ini membuktikan bahwa
Kara dalam novel ini terpenuhi dengan
Kara telah membangun
adanya pengalaman buruk yang dialami.
Hal ini membuat Kara memiliki kepribadian Aku kerap lupa. Kara ada
buruk karena terpengaruhi pengalaman karena dendam. Kara adalah
buruk untuk mencapai tujuan hidup yaitu kumpulan luka dan trauma.
Di balik senyum manis dan
balas dendam terhadap orang-orang yang
tawanya, ada amarah yang
sudah membuat ayahnya menderita. sewaktu-waktu bisa
Implikasi membakar musuh-musuhnya.
1. Kebebasan Eksistensial Di balik usianya yang masih
• Kara memiliki tujuan yang belasan, ada jiwa yang matang
membuatnya memilih untuk dalam penantian. (Madasari,
mengganggu orang-orang yang 2016: 285)
Inilah yang dimaksud kebebasan
pernah mencaci, menghujat,
eksistensial yang dipilih oleh Kara
menjatuhkan ayahnya, sehingga
untuk hidup bebas melakukan apa
ayahnya harus menjalani hukuman
saja dengan tujuannya sendiri.
atas perbuatan yang tidak ia
Tujuan hidupnya hanya ingin
lakukan, seperti pada kalimat
membebaskan ayahnya dan
berikut,
membalas dendam atas perbuatan
...”Susah sekali membuat dia
mengerti bahwa dengan orang-orang yang menjatuhkan,
internet kami bisa menghajar, dan mencaci ayah atas
menjalankan rencana kami perbuatan yang tidak dilakukan.
dengan lebih cepat” 2. Kreativitas
(Madasari, 2016: 285) • Kara memiliki kreativitas agar orang
Kara memutuskan untuk membalas
lain tidak mengetahui aksi balas
dendam kepada orang-orang yang
dendamnya meskipun di masa
sudah meyakiti keluarganya dengan
sekarang sudah ada kecanggihan
memanfaatkan teknologi. Tambahan
teknologi, seperti yang dibuktikan
yang membuktikan bahwa Kara
dalam kalimat berikut,
memang memiliki rencana untuk
... Lagi-lagi dia
mengganggu, membuat kesal, dan mengingatkanku untuk aku
balas dendam kepada orang-orang untuk tak bawa HP, kamera,
yang sudah membuat ayahnya dan segala alat perekam
menerima hukuman atas perbuatan lainnya. Aku tertawa. Tertu
yang tidak dilakukannya, saja aku tak membawa apa-
apa. Aku selalu ingat aturan
“Memangnya apa rencana
pertama kami ini. Lagi pula
kalian?”
aku semakin yakin, dengan
“Apa lagi kalau bukan
tidak membawa semua alat-
membebaskan ayahku dari
alat itu kami akan selalu aman
dalam penjara?” ia berbalik
dari pantauan orang.
bertanya dengan tatapan
(Madasari, 2016: 277)
tajam. Seketika aku
Ini merupakan salah satu ide dari
mengalihkan pandanganku.
Ada yang menakutkan dalam Kara untuk terhindar dari pantauan
sorot mata Kara. Sesuatu yang orang lain selama akan
berkobar dan menjilat-jilat melaksanakan aksi-aksi balas
siap menyambar dan dendam atau usilnya. Kara juga
membakar apa pun menjelaskan tentang teknologi yang
disekitarnya.

149
Sapala, Volume 8 Nomor 02 Tahun 2021 hlm 141—153

membuat kita bebas, seperti dalam “Aku salah satu korban yang
kutipan kalimat berikut, sudah diperdayaprofesor ini,”
“Teknologi membuat kita Kara memulai terornya.
bebas dan bisa melakukan “Ia terus saja menggodaku.
banyak hal. Tapi teknologi Siapa yang berani menolak
juga membuat kita terikat dan ajakan dosennya sendiri? Dia
selalu bisa terlacak,” begitu juga yang bilang sudah cerai
kata Kara yang selalu kuingat dari istrinya dan mau
dan katakan lagi malam ini. menikahi aku. Ah, ternyata
(Madasari, 2016: 277) semuanya palsu.” (Madasari,
Kreativitas Kara untuk menghindar 2016: 287)
Kara mulai meneror profesor itu
dari pantauan orang dengan cara
dengan nama samaran yang
tidak membawa alat-alat teknologi
digunakan agar ia benar-benar
yang bisa melacak keberadaannya
terlihat sebagai korbannya.
dan kegiatan aksinya.
3. Nilai Kepercayaan
• Kreativitas yang dilakukan oleh
Kara tidak memiliki kepercayaan
Kara adalah dengan cara menyamar
banyak orang, dan bahkanKara dan
diri dalam dunia teknologi untuk
keluarga dijauhi oleh teman, teman
menghancurkan salah satu orang
orang tuanya, dan yang lainnya. Ini
yang ikut menjadi provokator atas
dapat dibuktikan dalam kalimat,
kasus yang telah dialami ayahnya,
“Tentu saja bisa. Siapa yan tak
Kara ingin meneror seorang
kenal internet sekarang ini?
profesor sekaligus pengamat politik, Semua temanku ada di sini.
Sukendar namanya, hal ini dapat Begitu juga teman-teman
dibuktikan dalam kalimat, orang tuaku. Sekarang smua
Kara memakai nama baru, menjauhi kami. Tak ada lagi
Bunga Buana. Sekuntum yang mau berteman dengan
mawar dipasang sebagai kami. Gara-gara orang seperti
pengenalnya. Ia bergerak Akardewaitu aku sudah malas
lincah menyusuri lorong- sekolah lagi.” (Madasari, 2016:
lorong kata. Aku langkahnya 212)
tanpa banyak bertanya. Kami Kara sudah tidak memiliki nilai
berhenti di depan rumah kepercayaan di lingkungannya sendiri,
Sukendar. Wajah Sukendar karena kasus yang menimpa ayahnya
belum kelihatan. Mungkin dia membuat seluruh nilai kepercayaan itu
sedang mengajar atau sedang
hilang. Kini keluarganya hanya bisa
sibuk dengan perempuan-
perempuannya. (Madasari, saling mempercayai satu sama lain.
2016: 287) Implikasi yang diterima oleh Kara atas
Kara meneror dan menyebarkan karakteristik yang telah terpenuhi berakibat
fitnah bahwa Sukendar bukanlah pada konsekuensi yang tidak sepenuhnya
seorang profesor yang bijak, namun terpenuhi. Implikasi yang tidak terpenuhi
Sukendar merupakan seorang ialah nilai kepercayaan Kara, di sini nilai
profesor yang suka bermain dan kepercayaan terhadap Kara telah hilang
menggoda perempuan-perempuan. yang disebabkan oleh kasus yang menimpa
Hal ini juga dapat dibuktikan dalam ayahnya, sehingga nilai kepercayaan
kalimat, tersebut hanya ada dalam keluarga bukan
lagi dalam lingkungan sosial.
2. Self Concept “Dia pengamat yang terus-
Berikut ini merupakan uraian mengenai terusan menyerang ayahku.”
tokoh Kara yang mengalami gangguan (Madasari, 2016: 256)
Kara tidak senang jika orang yang telah
kepribadian paranoid, beberapa ciri tentang
mencaci ayahnya bahagia, sehingga ia
gangguan paranoid:
langsung kepikiran untuk membuatnya
1. Memiliki cara licik untuk melakukan
balas dendam kesal. Melihat orang-orang tersebut
Kara selalu memiliki cara licik untuk membuat rencana liciknya muncul.
melakukan aksi-aksinya sebagai cara 3. Selalu ingin marah jika mendengar
untuk membalas perbuatan orang-orang nama orang yang telah menjatuhkan
Kara sudah tidak tahan saat mengetahui
yang telah membuat ayahnya menerima
bahwa Bapak dari Matajaya adalah salah
hukuman 7 tahun atas perbuatan yang
satu orang yang ikut menjelek-jelekan
tidak lakukan, terlihat seperti yang
ayahnya, ini dibuktikan dari percakapan
diungkapkannya,
dengan Matajaya,
“Aku sudah tahu apa yang
mau aku lakukan,” kata Kara “Siapa nama bapakmu, Jay?
saat orang itu sudah tek Aku kaget mendengar
terlihat. (Madasari, 2016: 257) pertanyaan itu. Setelah sekian
“Tapi aku sudah menyiapkan lama Kara masih ingat semua
rencana apa yang akan kita cerita yang kukatakan dan
lakukan hari ini,” katanya masih ingin tahu nama
sambil mengedip. (Madasari, bapakku.
2016: 265) “Memang masih perlu?”
Perkataan tersebut membuktikan bahwa “Tentu saja. Ia ada di sini?”
tanyanya sambil menunjuk
Kara langsung mendapatkan rencana
layar. “Sudah tak perlu
licik untuk membuat kesal orang-orang
menyimpan rahasia padaku.
yang telah menyakiti keluarganya. Ini Aku saja sudah bawa kamu ke
menjadi cara Kara untuk membalas rumahku.”
dendam apa yang dirasakannya kepada “Sukendar,” Jawabku
orang-orang tersebut. “Ooh... dia?”
2. Tidak suka melihat kebahagiaan orang “Kamu tahu?”
“Tentu saja. Dia juga salah
yang telah menjatuhkan
satu yang bicara macam-
Kara sudah tidak senang kalau melihat
macam tentang papaku di TV
orang yang pernah mencaci ayahnya itu dan koran waktu itu. Sejak dia
bahagia atau hanya sekedar lewat di muncul di sini, aku sudah
depannya, seperti yang dikatakannya enek setengah mati. Dan selalu
dalam kalimat berikut, saja orang seperti dia mudah
Kara menendang kakiku jadi populer dan dikagumi
pelan, saat seorang laki-laki banyak orang.....” (Madasari,
lewat di depan jendela. Laki- 2016: 286)
laki itu berhenti tak jauh dari Ayah Matajaya menjadi salah satu
jendela, mengobrol dengan sasaran kebencian Kara, setelah
dua perempuan yang terlihat mengetahui bahwa ayah Matajaya
seusia dengannya. Jelas adalah Sukendar, Kara langsung ingin
mereka bukan mahasiswa. balas dendam atas perkataan Sukendar
“Kamu tahu orang itu,” bisik
terhadap ayahnya yang membuatnya
Kara tepat di telingaku.
Aku menggeleng. sakit hati.

151
Sapala, Volume 8 Nomor 02 Tahun 2021 hlm 141—153

Self concept yang dimiliki oleh tokoh Kara karena rasa sakit hati terhadap orang-orang
terbentuk dari pengalaman-pengalaman yang menyakiti keluarganya dan mencaci
buruk selama ia hidup, sehingga ayahnya atas kasus yang menimpa.
menyebabkan Kara memiliki self concept Saran
untuk menghancurkan orang-orang yang Berdasarkan simpulan dan pembahasan
telah menjatuhkan dan mencaci ayahnya yang telah diuraikan, terdapat saran yang
serta menyakiti keluarganya. Kara memiliki dianjurkan untuk penelitian lain.
kecenderungan merasa takut, curiga hingga Penelitian ini berfokus pada kepribadian
dendam. Oleh sebab itu kepribadian Kara tokoh Kara dalam novel Kerumunan Terakhir
memiliki gangguan paranoid yang dengan menggunakan kajian psikologi
menyebabkan ia memiliki niat untuk kepribadian Rogers. Bagi peneliti lain yang
menyakiti dan menganggap orang-orang menggunakan teori kepribadian Rogers dapat
tersebut berbahaya. menggunakan novel lainnya atau bagi peneliti
lain yang ingin meneliti novel Kerumunan
PENUTUP Terakhir dengan menggunakan kajian teori yang
Simpulan lainnya.
Berdasarkan hasil dan pembahasan
penelitian yang berjudul Novel Kerumunan DAFTAR PUSTAKA
Terakhir Karya Okky Madasari: Kajian Psikologi Carl Ahmadi, A. 2015. Psikologi Sastra. Surabaya :
Rogers yang membahas mengenai kepribadian University Press.
tokoh Kara dengan menggunakan teori Amalia, L. 2014. Menjelajahi Diri dengan Teori
kepribadian Rogers memiliki dua simpulan Konsep diri Carl R. Rogers. Muaddib, 3(1) :
yaitu; 87–99.
Aryani & Rafsanjani, F. R. 2020. Kperibadian
1. Rogers menggunakan istilah Fully
Humanistik Rogers Pada Novel Mama
functioning sebagai gambaran kepribadian
Karya Wulan Pratiwi dan Erby S. AKRAB
yang berfungsi baik untuk menggambarkan JUARA, 5(2) : 263-283.
kondisi kepribadian tokoh Kara yang Booree, G. C. 2013. Personality Theories: Melacak
ternyata tidak sepenuhnya berfungsi baik. Kepribadian Anda Bersama Psikolog Dunia.
Hal ini disebabkan salah satu implikasi tidak Terjemahan oleh Inyiak R. M. Yogyakarta:
terpenuhi dengan baik, implikasi tersebut Ar-Ruzz Media.
Boeree, G. 2016. General Psychology. : Psikologi
adalah Nilai Kepercayaan, karena hilangnya
Kepribadian, Persepsi, Kognisi, Emosi, &
rasa kepercayaan yang disebabkan oleh Perilku.Diterjemahkan oleh Helmi J. F.
kasus ayahnya, sehingga nilai kepercayaan Yogyakarta : PRIMASOPHIE.
tersebut hanya ada dalam keluarga bukan Combs, A. W. 1962. Perceiving Behaving
lagi dalam lingkungan sosial, dan Becoming: A New Focus For Education. In
2. Rogers juga menggunakan istilah self concept Association for Supervision and Curriculum
Development.
untuk menggambarkan konsep diri yang
Efendi, A., & Sulistiani, S. 2020. Lirwane Paraga
dimiliki tokoh Kara yaitu konsep diri
Utama Sajrone Novel Karoban Luhuring
negatif, hal ini disebabkan Kara memiliki Budi Anggitane Tiwiek Sa (Tintingan
gangguan kepribadian paranoid yang Psikohumanistik Carl Rogers) .
menyebabkan Kara selalu memiliki dendam BARADHA, 13(4): 1-12.
terhadap orang-orang yang telah mencaci, Endraswara, S. 2013. Metologi Penelitian Sastra :
menjatuhkan, menghujat ayahnya Epistemologi, Model, Teori. Dan Aplikasi.
Yogyakarta : CAPS.
menanggung perbuatan yang tidak
Feist, J., Feist, G. J., & Roberts. T. A,. 2017. Teori
lakukannya. Konsep diri ini terbentuk Kepribadian: Theories of Personality.
Terjemahan oleh R.A.Hadwitta dewi PT Remaja Rosdakarya
pertiwi. Jakarta: Salemba humanika. Supratiknya, A. Teori-Teori Holistik (Organismik-
Harahap, D. 2020. Teori Carl Rogers dalam Fenomenologis). Yogyakarta : Kanisius.
Membentuk Pribadi dan Sosial yang Sehat. Tsalist, A. M. 2017. Studi Kepustakaan
Al-Irsyad: Jurnal Bimbingan Konseling Islam, Mengenai Landasan Teori Dan Praktik
2(2). Konseling Expressive Writing Library.
Hudhana, W. D., & Mulasih. 2019. Metode Jurnal BK UNESA, 1 : 1–8.
Penelitian Sastra: Teori dan Aplikasi. Venus, A., & Helmi, L. 2010. Budaya Populer
Temanggung: Desa Pustaka Indonesia Jepang di Indonesia : Catatan Studi
Indriya, T. R. 2014. Konsep Diri Yamada Fenomenologis Tentang Konsep Diri
Tsuyoshi Dalam Film "Densha Otoko" Anggota Cosplay Party Bandung. Jurnal
Karya Nakano Hitori. SEMANTIC ASPIKOM, 1(1) : 71–90.
SHOLAR: 1-20. Widiastuti, R. 2013. Kepribadian Tokoh Johan
Jayanti, I. D. 2017. Kecenderungan Neurotik dalam Novel Teror Karya Lexie Xu :
Tokoh Utama Dalam Novel Kerumunan Pendekatan Psikologi Humanistik Carl
Terakhir Karya Okky Madasari (Kajian Rogers. Sawerigading, 19(3) : 409-419.
Psikoanalisis Sosial Karen Horney). Wilcox, L. 2018. Psikologi Kepribadian.
BAPALA, 4(1): 1-13. Terjemahan oleh Kumalahadi P.
Madasari, O. 2016. Kerumunan Terakhir. Jakarta : Yogyakarta: IRCiSoD
PT. Gramedia Pustaka Utama. Wuradji. 2003. Pengantar Penelitian. In Metode
Madasari, Okky. BIOGRAFI. 2019. Penelitian Sastra (hal. 1–6). Yogyakarta :
https://okkymadasari.net/read/biograph Hanindita Graha Widya.
y (diakses Mei 12, 2021).
Minderop, A. 2018. Psikologi Sastra. Jakarta
:Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
Nigtyas, C. S. 2018. Kehidupan Ideal di Rung
Siber Dalam Novel Kerumunan Terakhir.
KANDAI, 14(1) : 131-148.
Prawira, P. A. 2013. Psikologi Kepribadian dengan
Perspektif Baru. Sleman: Ar-Ruzz Media
Rogers, C. R. 1970. On Becoming A Person: A
Therapist’s Vew of Psyhcotherapy. Boston :
Houghton Mifflin Company.
Rosyidi, H. 2015. Psikologi Kepribadian (Paradigma
traits, Kognitif, Behavioristik dan Humanistik).
Surabaya : Jaudar Press.
Sahtyaswari, R. C. Mekanisme Pembentukan
Subjek Pada Tokoh Jayanegara Dalam
Novel Kerumunan Terkahir Karya Okky
Madasari (Kajian Psikoanalisis Jacques
Lacan). BAPALA, 5(2) : 1-14.
Sili, F. 2021. Merdeka Belajar dalam Perspektif
Humanisme Carl R. Roger. Jurnal
Pendidikan Dasar Perkhasa, 7(1) : 47-67.
Sofia, L. 2012. Hubungan Konsep Diri Dan
Kematangan Emosi Dengan Motivasi
Berprestasi. Psikostudia : Jurnal Psikologi,
1(2) : 81–90.
Sriyanti, L. 2011. Psikologi Belajar. Salatiga :
STAIN Salatiga Press.
Suhita, S., & Purwahida, R. 2018. Apresiasi Sastra
Indonesia dan Pembelajarannya. Bandung :

153

Anda mungkin juga menyukai