KARYA
EIJI YOSHIKAWA
(Suatu Pendekatan Psikologi Sastra)
Oleh
Achmad Hasia Musaddad
(F91110266)
BAB I: Pendahuluan
Sastra : Kegiatan kreatif pengarang menci[takan suatu karya bernilai seni.
Memiliki jenis yang memberikan bentuk, warna dan isi, salah satunya yaitu
Novel.
Novel : Karya Sastra hasil pikiran pengarang dengan wujud gambaran manusia
melalui cerita yang panjang.
Salah satu novel adalah novel Taira no Masakado karya Eiji Yoshikawa.
Menggambarkan seorang tokoh yang kecilnya telah menjadi yatim piatu dan
memiliki cita-cita tinggi mewujudkan impian.
Kebutuhan Aktualisasi Diri tokoh utama dalam mewujudkan impian dan cita-
citanya.
Adanya konflik yang menghambat impian tokoh utama. Konflik ini
menggambarkan sisi dirinya sebagai tokoh yang lemah jika menyengsarakan
rakyat. Di sisi lain ia dianggap sebagai kesatria di daerahnya.
Gambaran ini menampilkan aspek-aspek kejiwaan tokoh utama.
Maslow menyusun teori kebutuhan bertingkat, tersusun atas
kebutuhan fisiologis, rasa aman, cinta dan memiliki, harga
diri, dan aktualisasi diri.
Kebutuhan Aktualisasi diri: kebutuhan manusia/individu yang
sesuai dengan keinginan dan potensi yang dimilikinya.
Dengan menggunakan psikologi humanisme sebagai teori
untuk meneliti gambaran tokoh utama sebagai makhluk yang
bebas dan bermartabat serta bergerak ke arah pengungkapan
potensi yang di miliki.
Ruang Lingkup Masalah
Tokoh utama mengalami wujud aktualisasi diri setelah
kematian orang tuanya.
Tokoh utama berusaha mencapai kebutuhan aktualisasi diri.
Tokoh utama difitnah sebagai pemberontak karena perang.
Tokoh utama dipaksa menjadi Kaisar di Dataran Bando.
Tokoh utama menghadapi masalah dengan keluarga dekat.
Rumusan Masalah
Bagaimana cara tokoh utama mewujudkan aktualisasi diri
dalam novel Taira no Masakado?
Hambatan apa saja yang dialami tokoh utama dalam novel
Taira no Masakado?
Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan Penelitian
Menjelaskan cara tokoh utama dalam mewujudkan aktualisasi diri dalam
novel Taira no Masakado.
Menjelaskan hambatan-hambatan yang dialami oleh tokoh utama dalam
novel Taira no Masakado.
Manfaat Penelitian
Dapat mengetahui wujud dan hambatan aktualisasi diri pada tokoh utama dalam
novel.
Menambah wawasan bagi peneliti di bidang ilmu sastra dengan pendekatan
psikologi.
Meningkatkan apresiasi sastra masyarakat dan penikmat sastra dalam mengetahui
dan memahami karya sastra.
Menjadi rujukan bagi peneliti sastra selanjutnya dalam mengkaji dan menganalisis
novel melalui pendekatan psikologi sastra.
Memberikan sumbangan pemikiran dalam ilmu pengetahuan di bidang
kesusastraan.
BAB II: TINJAUAN PUSTAKA
Landasan Teori
Psikologi Sastra
Psikologi berasal dari kataYunani, psyche yang berarti jiwa dan
logos berarti ilmu. Psikologi diartikan sebagai ilmu tentang jiwa
(Sarwono; 2014: 1). Menurut Kartono, (1996 : 1) psikologi
adalah ilmu pengetahuan tentang tingkah laku dan kehidupan
jiwa manusia. Secara luas menurut Walgito, (dalam Wiyatmi;
2011: 7) psikologi merupakan suatu ilmu yang meneliti serta
mempelajari tentang perilaku atau aktifitas-aktivitas yang
dipandang sebagai manifestasi dari kehidupan psikis (jiwa)
manusia.
Sastra dan Studi Satra adalah hal yang berbeda.
Sastra adalah kegiatan kreatif.
Studi Sastra adalah cabang ilmu pengetahuan yang menyelidiki
karya sastra sebagai objek.
Melalui Studi Sastra, peneliti mampu mengkaji sastra dengan
pendekatan-pendekatan yang ada. Di sini letak hubungan antara
sastra dan psikologi
Tokoh Utama
Psikologi Sastra
Hasil
Simpulan
BAB III METODE PENELITIAN
Metode Pengumpulan Data
Data Primer : data diperoleh melalui kajian langsung teks novel yaitu,
Novel Taira no Masakado karya Eiji Yoshikawa.
Data Sekunder : berasal dari sejumlah referensi berupa makalah, jurnal,
arikel, skripsi, buku yang berkaitan dengan objek kajian khususnya teori
psikologi.
Metode Analisis Data
- Penelitian Deskriptif
- Bersifat memberi gambaran yang jelas
- Untuk mengukur fenomena sosial yang terjadi di masyarakat
- Berusaha mendeskripsikan dan menginterpretasikan sesuatu
- Misalnya kondisi atau hubungan yang ada, pendapat yang berkembang,
proses yang sedang berlangsung.
Prosedur Penelitian
Menentukan objek penelitian.
Membaca objek dengan teliti.
Mencatat masalah yang muncul melalui pemahaman terhadap objek yang
diteliti.
Membatasi dan merumuskan masalah yang akan dibahas.
Merumuskan tujuan penelitian.
Menetapkan teori yang dijadikan landasan dalam menganalisis objek.
Melakukan studi kepustakaan untuk mendukung penelitian.
Melakukan analisis dengan memfokuskan pada pokok permasalahan.
Menyimpulkan hasil analisis.
BAB IV: PEMBAHASAN
Pencapaian Kebutuhan Fisiologis
()()()
()()()
Dia pun sejak sejak tadi lapar, namun dia menahan diri karena merasa sungkan makan di depan
biksuni itu. Kalau biksuni itu juga mau makan, maka dia tidak perlu malu.
(EijiYoshikawa; 2012: 36)
()()()()()
()
()()()()()()
Rumah tanpa sentuhan perempuan terasa sepi. Mengapa kau belum menikah? tanyanya sambil menatap tajam wajah temannya
yang tidak mabuk itu.
Mungkin tidak lama lagi aku akan menikah. Masakado tertawa ringan. Terbayang Kikyo di hatinya.
(EijiYoshikawa; 2012: 263)
Berdasarkan data di atas, Masakado mengungkapkan perasaan yang
menyiratkan kalau ia menginginkan rasa cinta dan rasa memiliki dengan
menikah. Melalui kutipan percakapan Masakado dengan temannya tersebut,
terlihat bahwa Masakado telah memenuhi kebutuhan fisiologis dan rasa
aman sebelumnya. Namun, dalam diri Masakado terlihat bahwa dirinya
berkeinginan untuk memenuhi kebutuhan selanjutnya yaitu rasa cinta dan
memiliki. Ungkapan Masakado untuk menikah dengan Kikyo merupakan
cerminan diri dan harapan Masakado yang mengalami kekurangan cinta dan
kasih sayang dalam hidupnya.
Pencapaian Kebutuhan Cinta dan
Memiliki
()()()()()
()()()(
)()()()
()()()
Rahasia di hatinya yang kadang kala membuatnya tersenyum-senyum sendiri selama tiga tahun yang
membisu itu akhirnya diumumkan kepada sanak saudaranya pada tahun baru, tahun ke-5 Johei (935
M).
Tahun ini aku akan mamiliki istri. Tahu siapa? Coba tebak.
(EijiYoshikawa; 2012: 280)
()()()()()
()()()()()
()()()()()()()
Kojiro bekerja keras dan belajar dengan rajin. Apa pun yang dilakukannya, dia selalu berusaha mengungguli prajurit lain.
Terutama dalam berkuda. Konon, di kalangan prajurit di Bagian Pemeliharaan Kuda Sayap Kiri dan Kanan, tak seorang pun
yang bisa menyaingi Kojiro jika menyangkut soal kuda.
Empat tahun kemudian, pangkatnya naik sampai Tingkat Ketujuh, jabatan inspektur.
(EijiYoshikawa; 2012: 160)
Dusun Toyoda, tempat tinggal Masakado, juga didatangi begitu banyak orang pelarian seperti itu.
Masakado tak mengusir mereka. Malah dia menganggapnya sebagai keberuntungan.
Siapa pun yang tidak bisa makan, bekerjalah padaku. Kalau bekerja, takkan ada paceklik.
(EijiYoshikawa; 2012: 278)
Dia tidak menolak siapa pun yang mendatanginya, minum sake dengan siapa pun sebagai tanda persahabatan. Rupanya dia memiliki sifat
pemimpin yang dicintai orang. Sampai generasi mendatang, kebiasaan membuat janji kesetiaan dengan minum sake bersama tetap ada.
Mungkin kebiasaan itu dapat dikatakan sebagai peninggalan zaman kekuasaan Dataran Bando pada Zaman Heian, yang merupakan tanda
persekutuan berbagai klan dan keluarga yang dikembangkan secara alamiah, untuk hidup mantap dalam sisitem sederhana di daerah
sekitar itu.
(EijiYoshikawa; 2012: 279)
Data di atas menunjukkan Masakado yang mudah bergaul dengan siapa pun. Masakado
mampu menarik minat dengan pemimpin di daerah kekuasaannya sebagai tanda
persahabatan. Persahabatan yang lahir dari rasa cinta menumbuhkan minat untuk
saling berhubungan antara satu dengan yang lain. Dengan mengadakan pesta
perjamuan kepada orang-orang di sekitarnya, membuat Masakado mendapatkan
kepercayaan sebagai pemimpin. Begitu pula sebaliknya. Masakado menghargai mereka
untuk menumbuhkan rasa kesetiaan demi kepentingan bersama.
Pencapaian Kebutuhan Aktualisasi Diri
Pengalaman-pengalaman mistik atau puncak
()()()()()()()
()()()()(
)()
()()()()()
()()()()()
()
Bersikap sesuka hati, berjiwa jernih, suka bermain, gila-gilaan, namun tidak pernah memaksakan diri. Itulah air. Tidak
ada apa pun selain air yang menguasai bumi dengan sempurna dan hidup secara bebas.
Aku kagum dengan keberadaan seperti itu. Jiwa air. Rasanya malu juga kalau gampang marah.
Sambil berjalan dengan langkah besar-besar dan sekujur tubuh berkeringat, Masakado tahu-tahu berpikir begitu.
(EijiYoshikawa; 2012: 197)
Data di atas menunjukkan Masakado mampu memaknai hal-hal kecil dalam
hidupnya termasuk sifat air yang berjiwa jernih. Masakado yang marah terhadap
perilaku paman-pamannya merasa malu tidak bersikap seperti air. Memaknai
hal-hal kecil dalam hidup dirinya, membuat Masakado mengetahui makna dari
setiap pertanda dari alam yang didapatkannya. Dengan mengetahui kejernihan
air yang tenang, Masakado berusaha untuk menjadikan dirinya bersikap lebih
tenang dalam menghadapi masalahnya. Dengan sikap tenang seperti air,
Masakado dapat merasakan dirinya menjadi orang yang lebih baik.
Pencapaian Kebutuhan Aktualisasi Diri
Mengamati realitas secara efisien
()()()()()
()()()()()()
()()()()()
()()()()()()
()()()()()()()
()()()()()(
)()()()()
()()()()
Aku sudah tahu sekarang. Di Ibukota pun sifat manusianya tidak berbeda. Kalau terlalu memikirkan tentang manusia, aku akan sering
marah dan mulai berpikir seperti Sumitomo dan Fujito. Di kampungku juga sama. Percuma saja marah atas hal-hal yang telah berlalu.
Aku hanya perlu memulai tanpa bicara, hanya akan memikirkan tanah. Aku akan mengikuti jejak Ayah. Kalau mau menyebutku bodoh,
silahkan saja. Kalau mau menertawai keluguanku, silahkan saja. Aku punya tugas sebagai kepala keluarga. Asal ada tanah, aku pasti bisa
membuat keluargaku kembali makmur seperti saat Ayah masih ada. Tidak hanya itu, aku akan membuatnya jauh lebih makmur dan
memperlihatkannya kepada para paman.
(EijiYoshikawa; 2012: 182)
Data di atas menunjukkan karakteristik Masakado yang mengamati realitas secara efisien. Masakado
mampu mengambil pelajaran dari pengalamannya selama bekerja di Ibukota sebagai seorang Inspektur.
Selama berada di Ibukota, Masakado mengamati berbagai kesengsaraan rakyat yang mengalami kelaparan
akibat bencana. Dan hal itu juga diamati oleh Masakado selama kepulangannya ke kampung halaman.
Realitas bahwa orang-orang terlalu mementingkan diri sendiri membuatnya marah dan tidak dapat
bekerja menghidupkan kembali keluarganya. Sebagai kepala keluarga, Masakado harus memulai bekerja
untuk memakmurkan kembali keluarganya setelah kematian ayahnya. Mengamati realitas seperti itu
membuat Masakado tetap waspada terhadap lingkungan disekitarnya.
Pencapaian Kebutuhan Aktualisasi Diri
Fokus pada masalah di luar diri mereka
()()()()()()()()()(
)()()()
()()()()()()()(
)()()()()()()(
)()
Dia menutupi telinga terhadap dunia luar. Kalau pun pelayan atau abdinya mendengar desas-desus dan
mengadukannya, dia hanya tertawa.
Semakin banyak menggarap, semakin banyak lahan baru yang didapatkannya. Dengan menebang pohon di gunung,
menutup rawa-rawa, berusaha mencegah banjir, hanya dalam setahun itu, lahannya bertambah luas dan hasil taninya
bertambah drastis.
(EijiYoshikawa; 2012: 275)
Data di atas menunjukkan Masakado fokus terhadap masalah yang berada di luar dirinya
bukan terhadap masalah dari dalam dirinya. Orang-orang yang mengaktualisasikan diri adalah
orang yang menyadari bahwa dirinya memiliki tugas atau misi untuk dilaksanakan. Hal itu
terlihat dari diri Masakado yang berusaha fokus pada mimpinya untuk berkembang
memakmurkan keluarga. Masakado mengetahui bahwa orang-orang selalu menyinggung
pekerjaannya, namun dia yakin bahwa dirinya mampu mencapai mimpi yang sudah menjadi
tekadnya. Dengan kreatifitas yang dimiliki, lahan Masakado lebih luas dan hasil taninya
bertambah banyak. Apa yang dilakukan Masakado merupakan bentuk mencintai
pekerjaannnya dan tahu bahwa pekerjaan yang dilakukannya untuk memuaskan kebutuhan-
kebutuhan dirinya.
Pencapaian Kebutuhan Aktualisasi Diri
Resistensi terhadap inkulturasi
Tidak, aku jauh berbeda dari Ayahku, Tuan Yoshimochi. Aku tidak layak menjadi anaknya. Aku tahu benar betapa
bodohnya diriku. Tapi kalau orang jujur disiksa dan orang licik bersikap angkuh, menimbun kekayaan, dan hidup
bermewah-mewah, itu tidak bisa dibiarkan. Aku akan melawan kekuasaan semacam itu. Mari kita melawan habis-
habisan dan membuat tanah Bando menjadi tempat yang benar-benar damai untuk ditinggali. Hanya itu prinsipku.
(EijiYoshikawa; 2012: 377-378)
Pada data di atas menunjukkan bahwa Masakado yang melawan tradisi masyarakat di
zaman tersebut. Masakado yang hidup di zaman Heian (794-1192 M) melihat tradisi
bangsawan Ibukota yang hidupnya bermewah-mewah. Bangsawan Ibukota sering
mengadakan pesta setiap tahun tanpa mementingkan masyarakat kelas bawah yang
hidupnya tertindas. Hal itu membuat diri Masakado melawan tradisi bangsawan
Ibukota tersebut. Perlawanan terhadap tradisi tersebut ditunjukkannya dengan
membuat daerah Bando kampungnya sebagai tempat yang damai ditinggali oleh
masyarakat kelas bawah. Perlawanan Masakado terhadap tradisi merupakan bagian dari
karakteristik aktualisasi dirinya.
Hambatan Tokoh Utama dalam
Mewujudkan Aktualisasi Diri
Hambatan yang Berasal dari Diri Sendiri
()()()()()()()
()()()()()()()
()()()()()
()
Cinta kepada Ibukota biasanya timbul dalam hati orang-orang yang datang ke sana dengan penuh cita-
cita, namun belum menegnal Ibukota. Namun, semua orang-orang yang seeprti itu kelak akan
mengalami kekecewaan. Kojiro juga hanya mengikuti jejak kebanyakan orang yang memiliki cita-cita.
Namun, dia berpikir bahwa nasib buruk hanya menimpa dirinya.
(EijiYoshikawa; 2012: 111)
Data di atas menunjukkan hambatan yang berasal dari diri Masakado berupa ketidaktahuannya dengan
kondisi Ibukota. Kondisi Ibukota berupa sikap sombong bangsawan terhadap orang-orang dengan
pangkat rendah membuat mereka selalu mengejeknya. Hal tersebut juga dirasakan oleh Masakado saat
ia bekerja di rumah Menteri Sayap Kanan Tadahira. Menteri Sayap Kanan Tadahira mengaggap
Masakado sebagai orang bodoh sehingga ia hanya bekerja sebagai pelayan. Ketidaktahuannya terhadap
sikap Tadahira membuat Masakado merasakan kekecewaan. Kekecewaan yang timbul tersebut
mengakibatkan potensi yang dimiliki Masakado terhambat. Sehingga, Masakado berpikir bahwa dirinya
tidak mampu mencapai kebutuhan dan cita-citanya.
Hambatan yang Berasal dari Diri Sendiri
()()()()
()()()()()()
()
()()()()(
)()()()()()
()()()()()
()()()()(
)()()()()()
Kalau begitu, tunggu apa lagi? Agar dapat diterima oleh Tasuku dan Takashi, Kakak tinggal melaksanakan rencana yang disusun Pak Tua saja.
Yang kutakutkan adalah apa yang akan terjadi setelah itu. Bagaimana pun, keluarga Minamoto no Mamoru merupakan aliran utama dalam klan
Hitachi Genji yang menguasai tiga daerah: Niibari, Makabe, dan Tsukuba. Klan sebesar itu jarang ada di Bando. Klan-klan cabang lain Saga Genji
seperti mereka juga punya kekuasaan di setiap daerah.
Tapi, Kak, ini masalah cinta, kan? Walaupun anak sulung Saga Genji, dia tak mungkin menggunakan kekuasaan dengan sewenang-wenang hanya
demi seorang perempuan.
(EijiYoshikawa; 2012: 289-290)
Data di atas menunjukkan hambatan Masakado dalam memenuhi kebutuhan cinta dan memiliki terhadap
Kikyo. Masakado yang ingin menikahi Kikyo kesulitan disebabkan oleh anak Minamoto no Mamoru juga
mencintai Kikyo, Sehingga Masakado menjalankan rencana yang disusun oleh ayah Kikyo untuk membawa
Kikyo ke rumahnya. Namun, Masakado merasakan ketakutan di hatinya terhadap kejadian setelah
menikahi Kikyo yang datang dari penguasa Saga Genji. Ketakutan akan kehilangan Kikyo dan diambil oleh
anak sulung penguasa tersebut. Tapi, adik-adik Masakado meyakinkannya untuk tetap menikahi Kikyo dan
membantu Masakado menghadapi anak Minamoto no Mamoru.
Hambatan yang Berasal dari Luar Masyarakat
()()()()()()()
()()()()(
)()()()()()()()()()
()()()()()()()()()
()()()()()
()()
()()()()()(
)()()()()
()
()()()()
()()()()()
()
Tidak apa-apa, Saburo. Harta benda, keakayaan, padi di lumbung, senjata di gudang, boleh saja hilang, tapi aku sudah pulang. Sawah dan
tanah lapang luas yang digarap oleh Ayah, tanah yang diwariskan turun-temurun dan dipertahankan berkat perjuangan Ayah, sudah lebih
dari cukup untuk dibagikan kepada adik-adik kita yang masih kecil. Kita harus bersemangat dan bekerja keras. Kitalah yang harus
menggantikan Ayah dan mengulang upaya beliau. Tidak mengapa, asal ada tanah, tanpa apa-apa pun, kita takkan mendapat masalah.
Tapi, semua tanah itu sudah dibagi-bagikan oleh ketiga paman kita, selama tiga belas tahun Kakak tidak berada disini.
Kepada siapa? Tanah-tanah itu menjadi milik siapa?
Menjadi milik paman dan anak-anak mereka.
Ti-tidak mungkin. Kojiro nyaris meledak tertawa, sekaligus mengernyitkan alis dengan gelisah.
(EijiYoshikawa; 2012: 178-179)
Data di atas menunjukkan hambatan Masakado yang berasal dari paman-pamannya. Paman-paman
Masakado mengambil kekayaan maupun tanah yang diwariskan oleh ayahnya sehingga Masakado tidak
memiliki apa pun. Tanah dan hartanya telah dibagi-bagikan kepada ketiga pamannya dengan anak-anak
mereka. Masakado yang berada di Ibukota selama tiga belas tahun tidak mengetahui warisan ayahnya telah
diambil oleh paman-pamannya membuat dirinya gelisah.
Hambatan yang Berasal dari Luar Masyarakat
()()()()()
()()()
()()()(
)()()()()()(
)()()()()
Sadamori belum puas dengan itu saja. Dia juga mengunjungi para pembesar dan pejabat tinggi yang dikenalnya, menyebarluaskan
ketidakbenaran tentang Masakado.
Dia pergi ke Kuil Ninna, tempat tinggal Pangeran Shikibukyo yang selalu membantunya sejak masa muda. Dia juga menemui Kujo
Morosuke, anakTadahira, majikan adiknya, Shigemori, dan membicarakan berbagai hal.
(EijiYoshikawa; 2012: 357)
Data di atas menunjukkan Masakado yang berperang melawan klan Genji yang berupaya menghambat
Masakado dalam memenuhi kebutuhan. Masakado telah mendapatkan kebahagiaan dengan memenuhi
kebutuhan rasa cinta dan memiliki bersama Kikyo. Namun, hal tersebut membuat anak Minamoto no
Mamoru dari Klan Genji cemburu dan memusuhinya. Mereka bertekad untuk memusnahkan Masakado
agar ia tidak mendapatkan kebahagiaannya. Masakado mengalami keraguan untuk melawan musuhnya
karena tidak memiliki kepercayaan diri dalam situasi tersebut. Keraguan yang muncul pada diri Masakado
membuatnya mengalami ketakuatan akan rasa amannya. Tetapi, adik-adiknya meyakinkan Masakado untuk
tidak ragu dalam mengambil tindakan untuk berperang melawan musuhnya. Hal ini dilakukan adik-
adiknya supaya Masakado dapat mengatasi hambatannya akan rasa aman dirinya.
BAB V: PENUTUP
Kesimpulan
Kondisi kepribadian tokoh Masakado ditunjukkan melalui
proses pencapaian kebutuhan dasar dalam hidupnya untuk
mencapai aktualisasi diri. Kebutuhan dasar tersebut berupa
kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan rasa
cinta dan memiliki, kebutuhan harga diri dan kebutuhan
aktualisasi diri. Kebutuhan aktualisasi diri tokoh utama
Masakado dapat diketahui melalui ciri-cirinya yaitu, minat
sosial, apresiasi yang senantiasa segar, hubungan antarpribadi,
pengalaman-pengalaman mistik atau puncak, mengamati realitas
secara efisien, fokus pada masalah di luar diri mereka, dan
resistensi terhadap inkulturasi
Kesimpulan
Dalam proses aktualisasi diri tokoh Masakado tidak lepas dari
hambatan-hambatan yang menyebabkan dirinya harus kembali
memulai memenuhi kebutuhan dasar.
SARAN
Hasil penelitian selanjutnya terkait novel Taira no Masakado
menjadi referensi untuk mengembangkan penelitian dibidang
kajian sastra. Sejumlah masalah yang berhasil diidentifikasikan
oleh penulis dapat menjadi bahan penelitian selanjutnya.
Penelitian ini juga terbuka untuk diteliti kembali dengan
berbagai pendekatan yang lain