Anda di halaman 1dari 14

PSIKOLOGI TOKOH UTAMA DALAM NOVEL “KAMI (BUKAN)

SARJANA KERTAS” KARYA J.S. KHAIREN BERDASARKAN


PENDEKATAN PSIKOLOGI SASTRA

Dosen Pengampu :
Rahmah Purwahidah, S.Pd., M.Hum.
Hestiyani Parai, M.Pd.

Disusun Oleh:
Nama : Akhmad Wahyudin
Nim : 1201620007
Kelas : 2PB1

Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Fakultas Bahasa dan Seni

Universitas Negeri Jakarta

Jl. R.Mangun Muka Raya, RT.11/RW.14, Rawamangun, Kec. Pulo Gadung, Kota
Jakarta Timur, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 13220

2021
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI------------------------------------------------------------------------------1
BAB I PENDAHULUAN---------------------------------------------------------------2
A. Latar Belakang--------------------------------------------------------------------2
B. Perumusan Masalah--------------------------------------------------------------3
C. Manfaat Penulisan----------------------------------------------------------------3
BAB II KAJIAN TEORI---------------------------------------------------------------4
BAB III METODOLOGI PENELITIAN-------------------------------------------6
A. Tujuan Penulisan-----------------------------------------------------------------6
B. Metode Penulisan-----------------------------------------------------------------6
C. Teknik Pengumpulan Data------------------------------------------------------6
D. Teknik Analisis Data-------------------------------------------------------------6
BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL KAJIAN---------------------------------7
A. Analisis Struktur Novel Kami (Bukan) Sarjana Kertas---------------------7
B. Psikologi Tokoh Utama Novel Kami (Bukan) Sarjana Kertas-------------9
BAB V SIMPULAN DAN SARAN---------------------------------------------------15
A. Simpulan---------------------------------------------------------------------------15
B. Saran-------------------------------------------------------------------------------16
DAFTAR PUSTAKA--------------------------------------------------------------------17

1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Karya sastra khusunya novel berisi tentang kejadian atau peristiwa yang
disusun oleh pengarang dan dihidupkan oleh tokoh-tokoh yang memegang
peranan penting dalam cerita. Setiap tokoh dalam cerita memiliki karakteristik
yang berbeda-beda. Perbedaan karakter tokoh-tokoh tersebut sangat
mempengaruhi terjadinya peristiwa-peristiwa yang ada dalam novel dan
membuat jalan cerita menjadi semakin menarik. Pengarang selalu memunculkan
tokoh yang memiliki karakter sehingga cerita dalam novel menggambarkan
kejiwaan atau psikologi.
Siswantoro dalam I Wayan Gede Pradnyana, (2019: 340) mengemukakan
psikologi sastra mempelajari fenomena kejiwaan tertentu yang dialami oleh
tokoh utama dalam karya sastra ketika merespon atau bereaksi terhadap diri dan
lingkunganya dengan demikian gejala kejiwaan dapat diungkap melalui prilaku
tokoh dalam sebuah karya sastra.
Dipilihnya novel “Kami (Bukan) Sarjana Kertas” Karya J.S khairen
sebagai objek penelitian karena novel ini pertama, mampu mengungkapkan
cerita realita sosial yang sering terjadi saat ini khusunya kehidupan para
mahasiswa yang berkuliah di Ibu Kota. Kedua, jumlah tokoh utama yang banyak
dengan tingkah laku, karakter, serta kepribadian berbeda dan permasalahan yang
muncul baik dari internal maupun eksternal yang dihadapi tokoh utama sangat
beragam. Ketiga, novel “Kami (Bukan) Sarjana Kertas” menarik untuk dianalisis
dengan pendekatan psikologi sastra dengan mengacu pada teori psikologi
analisis Sigmund Freud. Oleh karena itu, fokus pada penelitian ini mencoba
untuk menganalisis secara psikologi enam tokoh utama yang terdapat dalam
novel “Kami (Bukan) Sarjana Kertas” Karya J.S. Khairen berdasarkan teori
pendekatan psikologi sastra.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat disusun rumusan
masalah yaitu sebagai berikut:
1. Bagaimanakah struktur yang meliputi; tema, alur, tokoh, dan latar?
2. Bagaimanakah psikologi enam tokoh utama dalam novel “Kami
(Bukan) Sarjana Kertas” Karya J.S. Khairen?
C. Manfaat Penulisan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan
pengetahuan khusunya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca untuk lebih
mengetahui cara mengkaji atau menganalisis novel. Diharapkan juga pembaca
dapat mengetahui psikologi pada enam tokoh utama pada novel “Kami (Bukan)
Sarjana Kertas” Karya J.S. Khairen.

2
BAB II
KAJIAN TEORI
Novel berasal dari bahasa Italia, yaitu Novella yang kemudian masuk ke
dalam bahasa Indonesia menjadi Novel. Novel merupakan karya fiksi yang
memunculkan aspek-aspek kemanusiaan yang lebih mendalam dan disajikan
secara halus. Novel menurut KBBI adalah karangan prosa yang panjang
mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang di sekelilingnya.
Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku dari
manusia, baik sebagai individu maupun dalam hubungan dengan lingkunganya.
Tingkah laku tersebut dapat berupa tingkah laku yang tampak maupun yang tidak
tampak, dapat berupa tingkah laku yang disadari ataupun yang tidak disadari.
Sedangkan psikologi sastra menurut Endaswara dalam (Albertine,
2016:59) adalah sebuah interdisiplin antara psikologi dan sastra. Sebuah karya
sastra dalam hal ini novel dapat ditelaah melalui pendekatan psikologi karena
dalam novel menampilkan para tokoh dengan beragam watak, dan menampilkan
berbagai problem psikologis walaupun berupa imajinatif.
Psikoanalisis merupakan disiplin ilmu yang dimulai sekitar tahun 1900-an
oleh Sigmund Freud. Teori ini berhubungan dengan fungsi dan perkembangan
mental dari manusia. Teori ini membahas pembagian psikisme manusia
berdasarkan: id (terletak dibagian tak sadar), ego (terletak di antara alam sadar dan
tak sadar), dan superego (terletak sebagian di bagian sadar dan Sebagian lagi di
bagian tak sadar).
Id merupakan sistem kepribadian paling dasar dan asli, dimana sistem ini
terdapat energi psikis dan naluri yang menekankan manusia agar memenuhi
kebutuhan dasar. Aspek ini berada di alam bawah sadar, dan tidak ada kontak
dengan realitas. Prinsip ini di proses dengan dua cara, yaitu tindak refleks atau
action, dan proses primer. Tindak refleks adalah refleksi otomatis yang dibawa
sejak lahir, yakni suatu bentuk tingkah laku atau tindakan yang mekanisme
kerjanya otomatis dan segera, seperti: bersin, batuk, menolak rasa sakit dan tidak
nyaman. Sedangkan proses primer adalah reaksi membayang atau menghayalkan
sesuatu yang dapat mengurangi atau menghilangkan tegangan yang dipakai untuk
menangani stimulus kompleks, seperti bayi yang lapar membayangkan ASI
ibunya.
Selanjutnya ada ego, ego menurut Koswara adalah sistem kepribadian
yang bertindak sebagai pengarah individu kepada dunia objek dari kenyataan, dan
menjalankan fungsinya berdasarkan. Ego merupakan pelaksana yang berusaha
memenuhi kebutuhan id sekaligus untuk memenuhi kebutuhan moral dan
kebutuhan berkembang mencapai kesempurnaan dari superego. Ego berperan
sebagai pengambil keputusan atau cabang ekutif kepribadian. Adapun proses yang
dijalankan ego sehubungan dengan upaya memuaskan kebutuhan atau mengurangi
rasa ketegangan individu disebut sekunder. Dengan proses sekunder ego
memformulasikan rencana bagi pemuasan kebutuhan dan menguji apakah rencana

3
tersebut bisa dilaksanakan atau tidak. Dengan kata lain melalui proses sekunder,
ego pada individu akan berpikir bagaimana cara memenuhi kebutuhan dasar, atau
cara memperolehnya, dan lain sebagainya. Jadi dengan kata lain ego berperan
sebagai penguji kenyataan.
Dan yang terakhir adalah superego, superego adalah sistem kepribadian
yang merincikan nilai-nilai atau aturan-aturan yang bersifat evaluatif, atau
menyangkut baik dan buruk. Superego mengacu pada moralitas dalam
kepribadian atau sama halnya dengan hati nurani yang mengenali nilai baik dan
buruk. Sebagai mana id, superego tidak mempertimbangkan realitas.

4
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tujuan Penulisan
Secara khusus tujuan penulisan makalah penelitian ini untuk memenuhi
tugas akhir semester Mata Kuliah Kajian Prosa Fiksi, dan secara umum untuk
mengetahui struktur dan psikologi tokoh utama dalam Novel “Kami (Bukan)
Sarjana Kertas” Karya J.S. Khairen
B. Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan makalah penilitian ini adalah
metode deskriptif kualitatif dan metode deskriptif kuantitatif dan pendekatan
yang digunakan adalah pendekatan psikologi sastra dari Sigmund Freud.
C. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam makalah penelitian ini
yaitu dengan metode kepustakaan. Sesuai dengan metode yang digunakan,
dalam makalah penelitian ini untuk menemukan masalah yang diteliti dengan
memanfaatkan Pustaka.
D. Teknik Analisis Data
Langkah-langkah dalam menganalisis data pada makalah penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Membaca secara keseluruhan novel “Kami (Bukan) Sarjana Kertas”
Karya J.S. Khairen yang digunakan sebagai data dalam makalah
penelitian ini.
2. Mengumpulkan teori yang berhubungan pendekatan stilistika dalam
karya sastra.
3. Mengidentifikasi data, mengklasifikasi data, menganalisis data, dan
menyimpulkan analisis data secara keseluruhan.

5
BAB IV
PEMBAHASAN DAN HASIL KAJIAN
A. Analisis Struktur Novel Kami (Bukan) Sarjana Kertas
1. Tema
Novel Kami (Bukan) Sarjana Kertas bertemakan sosial pendidikan, yang
meliputi permasalah sistem pendidikan, kesenjangan dan kemiskinan yang ada
di Ibu Kota. Serta tema sosial yang meliputi permasalahan dan cobaan hidup
khususnya mahasiswa, yang dialami oleh para tokoh utama di novel ini. Dalam
novel Kami (Bukan) Sarjana Kertas jelas tergambarkan bagaimana
permasalahan pendidikan yang ada di Indonesia, perjuangan pemuda dari
keluarga ekonomi yang kurang beruntung untuk bisa menjadi mahasiswa, dan
tanggung jawab ketika lulus manjadi seorang sarjana. Tanggung jawab itu
bukan hanya untuk diri sendiri tetapi juga untuk orang lain. Dalam novel ini
juga memberikan pesan bahwa memperoleh gelar sarjana bukan jaminan kita
akan mudah diterima di dunia pekerjaan profesional. Di zaman sekarang ini,
gelar dan ijazah bukan lagi menjadi tolak ukur dalam persaingan mendapatkan
pekerjaan. Justru banyak orang yang tak bergelar dan tak berijasah bisa sukses
dalam persaingan pekerjaan, bahkan membuka lapangan pekerjaan.
2. Alur
Secara keseluruhan alur dalam alam Novel “kami (Bukan) Sarjana
Kertas” menggunakan alur maju, hanya pada tahap tertentu dalam cerita
peristiwa ditarik kebelakang (Flashback). Tetapi, flashback itu tidak
mempengaruhi jalanya cerita, hanya sebagai penguat jalanya alur cerita.
3. Tokoh dan Penokohan
Dalam Novel “Kami (Bukan) Sarjana Kertas” terdiri dari enam tokoh
utama yang digambarkan secara jelas dan utuh bagaimana perjuangan,
masalah-masalah yang dihadapi dan juga sisi lain dari kehidupan mereka.
Adapun enam tokoh tersebut yaitu, Ogi Mandraguna, Ranjau (Randi Jauhari),
Arko, Gala, Juwisa dan Sania. Dimana penokohan masing-masing tokoh utama
itu sebagai berikut:
(1) Ogi adalah karakter utama yang digambarkan sebagai sosok yang
malas, labil, tidak memiliki pendirian dalam menjalani kehidupan
sehingga berjalan apa adanya, mudah terbawa arus oleh pergaulan,
namun akhirnya bisa bersemangat dalam meraih mimpinya.
(2) Ranjau (Randi Jauhari) digambarkan sebagai sosok yang kuat, gigih
dalam mencapai cita-cita, percaya diri untuk memperbaiki drajat
keluarganya dan memiliki kesemangatan kuliah yang sangat besar.
(3) Arko digambar sebagai sosok yang pekerja keras, gigih, pandai dalam
memanfaatkan keahlianya dan tidak mau menerima belas kasih dari
orang lain meski secara ekonomi dia yang paling rendah.
(4) Gala digambarkan sebagai sosok yang pendiam, kesulitan dalam
bergaul dan mencari teman karena anak orang kaya, baik hati, suka
menolong temanya yang kesulitan dan memiliki semangat yang gigih
demi membuktikan impianya kepada ayahnya yang selalu mengekang
semua keinginanya.

6
(5) Juwisa digambarkan sebagai sosok yang rajin, kerja keras, sederhana,
dan semangat yang tinggi dalam meraih impianya untuk merubah
nasib keluarganya.
(6) Sania merupakan sosok anak yang pintar namun malas dalam
berkuliah dan mudah terjerumus dalam pergaulan negatif yang
membuat ia masuk ke jeruji besi.
Selain enam tokoh utama tersebut, dalam novel Kami (Bukan) Sarjana
Kertas juga terdapat tokoh-tokoh pembantu dan tambahan yang turut
menghidupkan cerita dalam novel tersebut, diantaranya yaitu; Bu Lira,
Catherine, Miral, Babe Affandi, Emak Zaenab, Mpok Titis, Pak Jaharizal, Pak
Sugiono, Areng Sukoco, Gentara Sujatmiko, Ayah Juwisa, dan Nenek Anjali.
4. Latar
Dalam novel Kami (Bukan) Sarjana Kertas disuguhkan beberapa latar
tempat yang berkaitan dengan judulnya yaitu tempat-tempat yang dekat
kehidupan mahasiswa. Secara umum latar tempat dalam novel ini berada di
kisaran Universitas yang ada di Ibu Kota. Sedangkan latar waktu dalam novel
ini selayaknya realita kehidupan, yaitu menggunakan siklus waktu pagi, siang,
sore dan malam. Dan dalam novel ini disuguhkan latar suasana yang cukup
beragam, yaitu suasana panik, ketakutan, menggemparkan, canggung, histeris,
kalang kabut tangis, emosional, dan galau.
B. Psikologi Tokoh Utama Novel “Kami (Bukan) Sarjana Kertas”
1. Psikologi Tokoh Ogi
Aspek id
Tokoh Ogi merupakan seorang pemuda yang tidak memiliki pendirian,
bahkan dia berkuliah pun karena dipaksa oleh teman dekatnya, yaitu Randi. Ia
kuliah hanya ikut-ikutan Randi saja, seperti dalam kutipan berikut:
“Bagi Ogi, kuliah adalah keterpaksaan, suatu kemunduran mental.
Siapa lagi yang memaksa untuk ikut tes dan mendaftar kuliah, kalua
bukan sahabatnya si Randi Jauhari alias Ranjau ini.” (Khairen.
2019:2)
Aspek Ego
“Ogi bosan hingga lalai, ia mulai cabut-cabutan dan malas datang.
Kuliah terlalu berat bagi otaknya yang dangkal.” (Khairen, 2019:42).
Pada kutipan tersebut menggambarkan aspek ego dari tokoh Ogi terlihat
ia mulai malas untuk mengikuti peruliahan, karena ia merasa masuk di jurusan
yang tidak tepat dan tidak sesuai dengan minat bakatnya.
Aspek Super Ego
“Kini Ogi lebih senang menjelajah hal-hal yang ia ingin tahu tentang
dunia computer, software, coding, pembuatan aplikasi ini itu, deep
web, dan sebagainya. Ia memilih belajar sendiri, mengarungi apa yang
ia ingin, apa yang membuat dirinya terus penasaran.” (Khairen,
2019:44).
Kutipan di atas menggambarkan aspek Super Ego terlihat dari tokoh Ogi
yang mulai sadar dengan apa yang ia inginkan dan ia sukai. Ogi sempat malas-
malasan berkuliah karena ia merasa salah memilih jurusan, kini ia mulai sadar

7
jika ia memang salah jurusan apa salahnya untuk belajar sendiri tentang hal-hal
yang ia sukai.

2. Psikologi Tokoh Ranjau (Randi Jauhari)


Aspek Id
“sementara bagi Ranjau, kuliah adalah prestasi membanggakan! Ini
adalah akhir dari pejuangan beratnya.” (Khairen, 2019:2)\
Kutipan di atas menggambarkan aspek id dari tokoh Ranjau (Randi
Jauhari) dari kesemangatan, dan keinginanya untuk berkuliah di UDEL
(Universitas Daulat Eka Laksana). Baginya sudah berkuliah di UDEL adalah
suatu prestasi yang membanggakan, karena ia sudah berkali-kali mendaftar dan
mengikuti tes di beberapa Universitas, namun tidak ada yang menerimanya.
dan Ranjau juga berharap setelah dirinya lulus dari UDEL ia bisa menjadi
pegawai dengan gaji tinggi agar bisa mengangkat derajat keluarganya.
Aspek Ego
"Ranjau lebih sering menghabiskan waktu di perpustakaan. Ia butuh
koneksi internet yang cepat, juga butuh akses ke jurnal-jurnal ilmiah
yang hanya tersedia di perpustakaan. Ranjau sudah tiga Langkah di
depan teman-temanya. Ia harus segera lulus.” (Khairen, 2019:305).
Kutipan tersebut menggambarkan aspek ego dari tokoh Randi Jauhari
dilihat dari dorongan ego yang kuat demi memuaskan hasrat aspek Id. Randi
memiliki keinginan besar untuk bisa segera bekerja setelah lulus dari UDEL
agar bisa mengangkat derajatnya keluarga.
Aspek Super ego
“Ranjau sudah mendaftarkan diri ke berbagai perusahaan. Tak kurang
dari lima belas perusahaan yang ia masukan lamaran.” (Khairen,
2019:320).
Kutipan di atas menunjukan bahwa aspek super ego terlihat pada
kegigihan Ranjau yang mencoba mendaftar di berbagai perusahaan demi
meraih sebuah pekerjaan.
3. Psikologi Tokoh Arko
Aspek Id
“’ah gue kuliah biar nanti punya masa depan cemerlang! Tentunya
sambil berkarya!’ Arko menyibakan rambutnya yang gondrong.”
(Khairen, 2019:15).
Dari kutipan di atas menggambarkan aspek Id dari tokoh Arko, terlihat
dari kesemangatan dan keoptimisanya untuk berkuliah di Ibu Kota. Arko yang
merupakan anak asli dari daerah yang ada di pulau Sumatra, dengan percaya
diri bahwa dirinya akan mudah berkuliah di Jakarta sambil bekerja sebagai
fotografer.
Aspek Ego
“Arko bisa saja, ia tak buru-buru untuk lulus. Lagi pula, kini proyek foto
makin banyak berdatangan. Tak mungkin kuliah penuh waktu.”
(Khairen, 2019:291).
Dari kutipan di atas menggambarkan aspek Ego dari Arko, terlihat dari
dorongan ego yang kuat untuk bisa berkuliah sambil berkarya atau bekerja

8
sebagai fotografer. Sesuai apa yang sudah ia rencanakan sebelum memutuskan
untuk berkuliah di Ibu Kota.
Aspek Super Ego
“lalu dimana Arko sekarang? Di Paris. Foto eksibisinya terpilih,
seorang anak Pesisir Selatan terbang ke Eropa sana berkat karyanya.
Setelah eksibisi selesai, ia langsung mendapat tawaran untuk
mengelilingi kampung-kampung kuno di Eropa, menjadi wartawan foto
untuk majalah terkenal dunia.” (Khairen, 2019:339)
Kutipan tersebut menunjukan aspek super ego dari Arko. Berkat
keseriusan dan kepercayaan dirinya dengan berkuliah sambil berkarya dengan
hobi yang disukainya, ia berhasil menjadi salah satu fotografer terbaik yang
mewakili Indonesia di eksibisi Eropa.
4. Psikologi Tokoh Gala
Aspek Id
“Namun, Gala ini sungguh dari hati kecilnya sudah tidak mau. Ia punya
penilaian bahwa berbisnis, mengelola perusahaan, itu adalah panggilan
jiwa ayahnya, bukan jiwanya. Ia juga tak mau seperti ayahnya yang tak
pernah punya waktu untuk keluarga.” (Khairen, 2019:131).
Kutipan di atas menggambarkan aspek Id dari tokoh Gala yang terlihat
dari keinginanya yang enggan untuk melanjutkan perusahaan besar yang
dimiliki olehnya. Keenggaanya Gala untuk melanjutkan bisnis dari ayahnya
karena dorongan Id merupakan kemarahanya pada ayahnya. Karena karena
orang tuanya sama-sama sibuk dengaan bisnisnya masing-masing, Gala merasa
tidak disayang oleh kedua orang tuanya. Bahkan hingga ibunya meninggalpun
Gala tidak pernah merasakan kasih sayang darinya.
Aspek Ego
“Jangan ditanya lagi semangatnya Gala soal kuliah. Sebelas dua belas
dengan Ranjau. Hanya saja, Gala tidak mengincar bisa lulus semester
ini.” (Khairen, 2019:306).
“Gala makin asik dengan kuliah arsitekturnya. Ia bisa melihat dirinya
satu tahun lagi lulus dan menjadi seorang arsitektur professional.”
(Khairen, 2019:292)
Kutipan tersebut menggambarkan aspek ego dari tokoh Gala dilihat dari
dorongan ego yang kuat demi memuaskan keinginan besarnya, yaitu
membuktikan kepada ayahnya bahwa ia akan sukses tanpa harus meneruskan
perusahaan yang dimiliki oleh ayahnya.
Aspek Super Ego
“Tidak susah mencari Gala karena ia duduk di barisan paling depan
sebagai lulusan terbaik dari Fakultas Teknik. Kali ini ayah Gala ikut
datang ke kampus menyaksikan momen membanggakan ini.” (Khairen,
2019:332).
Kutipan di atas menunjukan aspek super ego yang berhasil dibuktikan
oleh Gala, bahwa dirinya satu Langkah lagi menuju kesuksesan dan menjadi
lulusa terbia di jurusan yang memang ia inginkan meski di tentang oleh
ayahnya yang ingin anaknya berkuliah di jurusan bisnis, agar bisa melanjutkan
bisnis besar milik ayahnya.

9
5. Psikologi Tokoh Juwisa
Aspek Id
Tokoh Juwisa sebagai mahasiswi dari kampung, justru memiliki Hasrat
yang paling semangat berkuliah. Meski dirinya dari keluarga yang pas-pasan
tapi tokoh juwisa sangat pandai dalam mengakali agar ia bisa bertahan di
kampus UDEL meski dari bapaknya sudah meminta ia untuk berhenti
berkuliah, karena bapaknya sudah tidak sanggup membiayai juwisa kuliah di
Ibu Kota. Bahkan ayah Juwisa pun memaksa dia untuk menikah dengan
seorang pria yang telah menjadi PNS di kampungnya.
Aspek Ego
“Juwisa tiba-tiba menyatakan tidak siap untuk menikah. “belum mau,
maaf sekali. Ayah, maaf juga harus bicaranya sekarang. Aku mau
kuliah dulu.” Juwisa keluar tangisnya deras Ketika mengucapkan ini.”
(Khairen, 2019:255).
Dari kutipan tersebut menggambarkan aspek ego dari tokoh Juwisa yang
ingin tetap untuk berkuliah, meski ayahnya tidak bisa membiayai dirinya untuk
berkuliah. Dia akan berusaha untuk bisa meraih beasiswa agar bisa
melanjutkan mimpinya menjadi seorang sarjana.
Aspek Super Ego
“Di kampung Juwisa. Si Ubin Masjid itu sedang menjalankan bisnis
restoran yang memang ia ingin eksekusi sebelum melanjutkan S2. Tiap
hari ia tunggui restoran itu, mengatur segala hal.” (Khairen,2019:344).
Kutipan di atas menggambarkan aspek super ego dari tokoh Juwisa,
terlihat dari tanggung jawab Juwisa yang telah menolak lamaran dari pria yang
disarankan oleh ayahnya. Juwisa berhasil membuktikan dirinya bisa lulus dari
UDEL tanpa biaya dari ayahnya, dan bahkan setelah lulus berhasil membuat
restoran yang telah diimpikanya sejak kuliah.
6. Psikologi Tokoh Sania
Aspek Id
“gue nggak mau ah ntar jadi budak korporat. Harus jadi penyanyi.
Jadi artis. Jadi diva! Ucap Sania di dalam hati.” (Khairen, 2019:262).
Kutipan tersebut menggambarkan aspek id dari tokoh Sania yang
berkeinginan menjadi seorang Diva yang terkenal. Namun keinginan itu hanya
terlintas dalam pikiranya. Karena nyatanya ia tak direstui oleh bapaknya untuk
menjadi seorang artis/penyanyi.
Aspek Ego
“Sania mendapat pekerjaan semi tetap di Tanina Coffe. Dua kali
sebulan, ia manggung menghibur semua pengunjung dengan
suaranya.” (Khairen, 2019: 261).
Kutipan di atas menggambarkan aspek ego dari tokoh Sania, terlihat dari
bagaimana Sania berusaha terus mengembangkan bakat suaranya, meski tidak
mendapat dukungan dari orang tuanya.
Aspek Super Ego
“ada kertas lainya, kertas impian saat kelas Bu Lira dengan anjing-
anjingnya. Menginspirasi dunia lewat lagu. Itulah impian sania
sebenarnya. Tapi, hari ini ia kubur impian itu. Ia baru saja

10
menandatangani kontrak di Bank dan kontrak itu kini ada di dalam
tasnya.” (Khairen, 2019:341).
Dari kutipan tersebut jelas tergambarkan aspek super ego dari tokoh
Sania yang merelakan impianya sejak kecil, hanya karena sudah mendapat
tawaran kontrak dengan gaji besar. Ia berusaha untuk melupakan impian yang
tak mungkin bisa ia dapatkan itu.

11
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan penulis, dapat
disimpulkan bahwa: Novel “Kami (Bukan) Sarjana Kertas” Karya J.S.
Khairen ini bertemakan sosial pendidikan, yang meliputi permasalah sistem
pendidikan, kesenjangan dan kemiskinan yang berlatar di Ibu Kota, dengan
menggunakan alur maju. Dalam novel ini terdiri dari enam tokoh utama yang
digambarkan secara jelas dan utuh bagaimana perjuangan, masalah-masalah
yang dihadapi dan juga sisi lain dari kehidupan mereka.
Dalam penelitian ini, ditemukan aspek psikologi dari teori Sigmund
Freud yaitu Id, Ego, dan Super Ego pada masing-masing tokoh utama.
Tokkoh utama yang pertama adalah Ogi, seorang mahasiswa yang malas,
labil, tidak memiliki pendirian dalam menjalani kehidupan sehingga berjalan
apa adanya, mudah terbawa arus oleh pergaulan, sampai akhirnya dia
dikeluarkan dari kampusnya. Namun akhirnya bisa bersemangat dalam
meraih mimpinya. Tokoh utama yang kedua adalah Randi jauhari, teman Ogi
yang gigih dalam memiliki kesemangatan kuliah yang sangat besar hingga
akhirnya ia berhasil lulus paling pertama di banding lima sahabatnya. Tokoh
utama yang ketiga adalah Arko, mahasiswa yang yang pekerja keras, gigih,
pandai dalam memanfaatkan keahlianya sampai akhirnya ia bisa menjadi
seorang fotografer yang berkeliling di Eropa. Tokoh utama ke empat adalah
Gala, mahasiswa yang berasal dari anak orang kaya. Namun tidak sombong,
dan suka menolong temanya yang kesulitan dan memiliki semangat yang
gigih demi membuktikan impianya kepada ayahnya yang selalu mengekang
semua keinginanya. Tokoh utama yang kelima adalah Juwisa, mahasiswi
yang bekerja keras dan bersemangat meraih impianya untuk merubah nasib
keluarganya. Dan tokoh utama terakhir dalam novel ini adalah Sania,
mahasiswi yang memiliki suara emas dan sangat berkeinginan menjadi
seorang Diva, namun tak direstui oleh bapaknya. Sampai akhirnya ia
mendapat tawaran pekerjaan dengan gaji yang besar.
B. Saran
Berdasarkan simpulan yang telah diuraikan di atas, penulis memberikan
saran agar penelitian ini dapat memberikan pengetahuan dan manfaat
terutama bagi penulis dan pembaca. Penulis juga berharap, para pembaca
mampu memanfaatkan makalah penelitian ini sebagai sumber belajar untuk
menambah pengetahuan dan wawasan. Dan tak lupa kami meminta kritik,
masukan dan saran dalam bentuk apapun dengan tujuan agar makalah
penelitian ini bisa lebih baik.

12
DAFTAR PUSTAKA
Albertine. 2010. Psikologi Sastra: Karya Sastra, Metode, Teori, dan Contoh
Kasus. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
Khairen, J.S. 2019. Kami (Bukan) Sarjana Kertas. Jakarta: PT. Bukune Kreatif
Cipta.
Suhita, Sri dan Rahmah Purwahida. 2018. Apresiasi Sastra Indonesia dan
Pembelajaranya. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Widayati, Sri. 2020. Buku Ajar Kajian Prosa Fiksi. Kota Baubau: LPPM
Universitas Muhammadiyah Buton Press

13

Anda mungkin juga menyukai