Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH STRATEGI BELAJAR MENGAJAR

Beragam Keterampilan Dasar Mengajar Guru

dalam Pembelajaran Luring dan Daring

Dosen Pengampu:

Dr. Nurita Bayu Kusmayati, M.Pd.

Disusun Oleh:

Kelompok 4

Tsamratul Aisyah 1201620001

Akhmad Wahyudin 1201620007

Irma Nabila 1201620011

Jihan Kamila Sala 1201620016

PRODI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2023
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kepada Allah SWT Yang Maha Esa. Karena, atas rahmat
dan Hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan tugas makalah strategi belajar mengajar
yang berjudul Beragam Keterampilan Dasar Mengajar Guru dalam Pembelajaran Luring dan
Daring. Pertama-tama kami ucapkan terima kasih kepada Dr. Nurita Bayu Kusmayati, M.Pd.,
selaku dosen pengampu mata kuliah Strategi Belajar Mengajar yang telah membimbing dan
memberikan arahan untuk tugas makalah ini. Semoga melalui penulisan makalah ini dapat
menambah pengetahuan dan wawasan.

Kami berharap makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca, penulis,
maupun kepada peneliti di bidang ini. Kami menyadari bahwa pembuatan makalah ini masih
sangat terbatas dari kemampuan dan jauh dari kata sempurna. Baik dari segi isi, maupun
referensi untuk literatur penulisan. Maka dengan itu, kami juga mengharapkan saran dan
kritik yang membangun untuk penyempurnaan makalah ini dan juga untuk penulisan makalah
berikutnya di kemudian hari. Terima kasih.

Jakarta, 08 Maret 2023

Kelompok 4

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................2

DAFTAR ISI.............................................................................................................................3

BAB I.........................................................................................................................................3

PENDAHULUAN.....................................................................................................................3

A. Latar Belakang.............................................................................................................3

B. Rumusan Masalah........................................................................................................5

C. Tujuan Penulisan..........................................................................................................5

BAB II.......................................................................................................................................6

PEMBAHASAN.......................................................................................................................6

A. Membuka dan Menutup dalam Pengajaran..................................................................6

B. Keterampilan Menjelaskan dalam Pengejaran.............................................................8

C. Keterampilan Bertanya Dasar dan Lanjut dalam Pengajaran....................................10

D. Keterampilan Memberikan Penguatan dalam Pengajaran.........................................11

E. Keterampilan Mengadakan Variasi dalam Mengajar.................................................15

F. Keterampilan Mengelola Kelas..................................................................................18

G. Keterampilan Membimbing Kelompok Kecil dalam Kelas.......................................25

BAB III....................................................................................................................................29

PENUTUP...............................................................................................................................29

A. Kesimpulan................................................................................................................29

B. Saran..........................................................................................................................29

Daftar Pustaka………………………………………………………………………………30

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan oleh individu dengan tujuan
mengembangkan kemampuan atau bakat yang ada pada diri individu tersebut melalui
kegiatan belajar atau cara lainnya yang dikenal oleh masyarakat (Wina, 2007:2-3).
Tujuan pendidikan menurut Mulyasa (2013:17) adalah terbentuknya masyarakat yang
mandiri dan memiliki kemampuan untuk menyelesaikan permasalahan dengan
mengambil cara atau solusi yang tepat (masyarakat madani) melalui proses
pendidikan, yang hidup dengan tatanan sesuai dengan pesan yang terkandung dalam
Proklamasi kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Tujuan tersebut dapat
dicapai melalui sekolah dalam proses pembelajaran yang bertujuan untuk
mewujudkan manusia dengan kemampuan sesuai dengan harapan
Pembelajaran menurut Mulyasa (2008:8) merupakan aktivitas memberikan
pengajaran atau pengetahuan kepada peserta didik dengan berpedoman pada asas
pendidikan atau teori belajar yang ada. Sebagai pendidik dan pemberi pengetahuan,
guru berperan penting dalam mengelola kegiatan belajar yang akan dilaksanakan.
Peran guru dalam mengatur kegiatan pembelajaran sangat menentukan keberhasilan
dari peserta didiknya. Hal ini dikarenakan, guru yang mengetahui dan mengontrol
perkembangan dari peserta didik setiap harinya sehingga dapat mengambil solusi atau
langkah terbaik untuk dilakukan. Oleh karena itu, guru hendaknya memiliki
keterampilan atau kemampuan dalam mengelola pembelajaran yang meliputi
merencanakan dan melaksanakan pembelajaran serta melakukan evaluasi agar
pembelajaran tetap berjalan efektif dan sesuai dalam berbagai macam kondisi yang
dihadapi.
Kyriacou (2007) menyatakan bahwa ada beberapa keterampilan yang
hendaknya dimiliki oleh guru, diantaranya adalah 1) Planning (perencanaan); 2)
Lesson presentation (pemberian pelajaran/materi); 3) Lesson management (mengatur
jalannya pembelajaran); 4) Classroom climate (mengatur suasana kelas); 5)
Discipline (kedisiplinan); 6) Assessing pupil’s progress (menilai/mengontrol
kemajuan peserta didik); 7) Reflection and evaluation (refleksi dan evaluasi).
Selanjutnya lebih dirincikan mengenai pembelajaran daring dalam Surat Edaran
Mendikbud Nomor 4 Tahun 2020 bahwa dalam merancang dan melaksanakan

3
pembelajaran jarak jauh harus memperhatikan aspekaspek, yaitu 1) Apa (materi atau
konten yang akan diberikan); (2) Siapa (merujuk kepada kondisi belajar dan profil
dari individu yang akan terkait dalam kegiatan belajar mengajar); dan (3) Bagaimana
(rancangan dan pelaksanaan pembelajaran).
Pertama, merupakan isi atau konten dari suatu pembelajaran. Guru
merencanakan suatu pembelajaran mengikuti atau disesuaikan dengan perubahan
program studi atau panduan yang ditentukan dengan tetap berkoordinasi dengan
kepala sekolah dan bekerja sama dengan guru lain untuk berdiskusi mengenai kendala
yang dihadapi serta mencari solusi bersama. Selain itu, prioritas utama dari
perencanaan pembelajaran ini mencakup aspek kognitif (pengetahuan) dan
psikomotorik (keterampilan) inti yang terfokus pada kemudahan siswa sehingga dapat
membantu siswa dalam menghadapi masa krisis saat ini.
Kedua, merupakan profil belajar, kondisi dan kebutuhan saat ini. Sebelum
membuat perencanaan pembelajaran, guru hendaknya mempunyai pemahaman yang
mendalam mengenai keadaan siswa agar dapat menentukan tujuan pembelajaran yang
sesuai dan berkaitan dengan keadaan sekitar untuk sumber belajar mereka. Guru juga
harus melakukan pengumpulan informasi mengenai kesiapan orang tua karena orang
tua memiliki tugas penting untuk membantu siswa mencapai tujuan pembelajaran
dalam pembelajaran daring.
Ketiga, merupakan rancangan dan pelaksanaan pembelajaran jarak jauh.
Pembelajaran jarak jauh memanfaatkan sumber daya sebagai media atau perantara,
oleh karena itu dibutuhkan keterampilan penggunaan teknologi yang dapat diakses
oleh sebagian besar siswa dan mudah digunakan untuk kontak dengan siswa,
pemberian tugas, bertukar pikiran serta penilaian. Materi pengajaran juga dipastikan
dapat disesuaikan dengan kondisi yaitu pembelajaran secara jarak jauh. Jadi, guru
mendesain perencanaan pembelajaran jarak jauh disesuaikan dengan apa (materi yang
akan disampaikan), siapa (merujuk kepada siswa atau peserta didik), kemampuan
individu dan sumber daya yang dapat dimanfaatkan.
Terakhir mengenai kegiatan penilaian atau evaluasi. Penilaian yang dilakukan
didasarkan pada keefektifan dan kelayakan untuk dilakukan dari jarak jauh, serta
harus berpatokan pada tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan atau ditentukan
oleh guru. Penilaian harus dipersiapkan dan dimasukkan dalam pembelajaran,
sehingga guru dapat mengontrol dan memberikan pelayanan untuk mengembangkan

4
kegiatan belajar siswa dan membantu siswa mengelola pembelajaran secara individu
(Surat Edaran Mendikbud Nomor 4 Tahun 2020).
Kegiatan pembelajaran yang dilakukan secara daring ataupun luring guru
harus memperhatikan secara detail bagaimana desain atau rancangan, implementasi
dan penilaian serta evaluasi pembelajaran yang akan dilaksanakan. Oleh karena itu,
guru memerlukan keterampilan untuk menciptakan suatu kegiatan belajar mengajar
berbasis daring yang berjalan efektif, menyenangkan dan tetap memperhatikan
kesejahteraan siswa ditengah krisis yang sedang melanda negara Indonesia. RPP ini
digunakan sebagai pedoman dalam melaksanakan pembelajaran daring dan juga
luring dengan bantuan teknologi untuk menunjang pembelajaran, sehingga guru
diharapkan dapat menguasai teknologi dengan baik. Guru juga hendaknya dapat
mencari inovasi lain apabila dalam pelaksanaan pembelajaran terdapat kendala yang
dialami siswa mengenai penggunaan teknologi, sehingga materi yang disampaikan
sama-sama terserap secara rata untuk seluruh siswa. Dan yang terakhir dalam
pelaksanaan evaluasi, guru diharapkan memiliki harapan yang rasional mengenai apa
yang dapat dicapai atau tujuan dalam pembelajaran jarak jauh sehingga dibutuhkan
alat penilaian yang tepat.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana keterampilan membuka dan menutup dalam pengajaran?6
2. Bagaimana keterampilan menjelaskan dalam pengajaran ?8
3. Bagaimana keterampilan bertanya dasar dan lanjut dalam pengajaran? 10
4. Bagaimana keterampilan memberikan penguatan dalam pengajaran? 11
5. Bagaimana mengadakan variasi dalam mengajar?15
6. Bagaimana keterampilan mengelola kelas? 18
7. Bagaimana keterampilan membimbing kelompok kecil dalam kelas? 25
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui membuka dan menutup dalam pengajaran.
2. Untuk mengetahui keterampilan menjelaskan dalam pengajaran.
3. Untuk mengetahui keterampilan bertanya dasar dan lanjut dalam pengajaran.
4. Untuk mengetahui memberikan penguatan dalam pengajaran.
5. Untuk mengetahui variasi dalam mengajar.
6. Untuk mengetahui keterampilan mengelola kelas.
7. Untuk mengetahui keterampilan membimbing kelompok kecil dalam kelas.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran


Keterampilan membuka dan menutup pelajaran merupakan keterampilan dasar yang
sangat penting dimiliki oleh seorang guru untuk mencapai pembelajaran yang efektif,
efisien, menarik dan menyenangkan.
a. Tujuan Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran
Berikut ini adalah tujuan guru membuka pelajaran dengan baik di kelas:
1. Membangkitkan rasa ingin tahu siswa.
2. Menumbuhkan perhatian, minat, dan semangat siswa untuk belajar.
3. Membantu siswa mengetahui batasan tugas yang akan dikerjakan selama
proses pembelajaran.
4. Mengingatkan kembali materi pelajaran yang telah disampaikan sebelumnya,
sehingga memudahkan bagi siswa menerima pelajaran yang masih berkaitan.

Beberapa tujuan menutup pelajaran dengan baik antara lain:

1. Mengetahui apakah siswa sudah memahami dan mempelajari materi yang


telah diajarkan.
2. Menanamkan kesan yang mendalam akan pelajaran yang telah dipelajari.
3. Mengukur tingkat keberhasilan dalam menyampaikan materi pelajaran.

Membuka pelajaran yang menarik tentu saja membutuhkan trik-trik khusus. Prinsip-
prinsip yang harus dipegang dalam membuka pembelajaran yang baik antara lain
bermakna, berkesinambungan, antusiasme, fleksibel, menggunakan komunikasi yang
hangat, memakai prinsip teknis membuka pelajaran, tidak berbelit-belit, singkat, padat
dan jelas serta dapat meningkatkan perhatian siswa.

b. Komponen Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran


Komponen keterampilan yang perlu dikuasai guru dalam membuka pelajaran adalah
sebagai berikut:
1. Menarik perhatian siswa dengan gaya belajar yang bervariasi
Contohnya pada saat pembelajaran agar lebih menarik dapat mengatur pola
interaksi siswa untuk berkomunikasi dengan menciptakan kegiatan individu
maupun kelompok pada saat yang tepat.

6
2. Menumbuhkan motivasi belajar siswa
Contohnya dengan membangun suasana akrab sehingga siswa merasa dekat,
misalnya menyapa, berkomunikasi secara kekeluargaan. dan juga
menimbulkan rasa ingin tahu, misalnya mengajak siswa untuk mempelajari
suatu kasus yang sedang hangat dibicarakan.
3. Memberi acuan
Memberi acuan atau rambu-rambu tentang pembelajaran yang akan dilakukan
Contohnya mengemukakan tujuan yang akan dicapai serta tugas-tugas yang
harus dilakukan dalam hubungannya dengan pencapaian tujuan dan
menjelaskan langkah-langkah atau tahapan pembelajaran, sehingga siswa
memahami apa yang harus dilakukan.
4. Membuat kaitan
Untuk membuat kaitan dalam membuka pembelajaran guru dapat
melakukannya dengan menghubungkan antara materi yang akan disampaikan
dengan materi yang telah dikuasai siswa siswi (pengetahuan siap) disamping
itu perlu dikaitan dengan pengalaman, minat, dan kebutuhan siswa siswi. Cara
yang dapat dilakukan guru menurut Mulyasa (2005:88) antara lain dapat
berupa: Mengajukan pertanyaan apersepsi, Mengulas sepintas garis besar isi
pelajaran yang telah lalu, Mengaitkan materi yang diajarkan dengan
lingkungan siswa siswi, Menghubungkan hubungkan bahan pelajran yang
sejenis dan berurutan.
Mengakhiri pelajaran atau menutup pelajaran sama pentingnya dengan membuka
pelajaran, walau tentu saja berbeda tujuan dan fungsinya. Seperti juga dalam membuka
pelajaran, dalam rangka menutup pelajaran seyogyanya dilakukan bersama-sama dimana
murid semua kelas yang dirangkap hadir dalam suatu ruangan atau satu tempat. Hal ini
dimaksudkan agar dapat mengontrol pembelajaran untuk setiap kelas secara utuh.
Komponen keterampilan yang perlu dikuasai guru dalam menutup pelajaran adalah
sebagai berikut:
1. Melakukan peninjauan kembali tentang pemahaman siswa
Hal ini dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu merangkum dan membuat inti
pelajaran.
2. Menilai (mengevaluasi)
Dapat dilakukan dengan cara: Tanya jawab secara lisan yang dilakukan guru
kepada siswa secara perorangan atau kelompok, Mendemontrasikan ide baru

7
pada situasi lain, Menyatakan pendapat tentang masalah yang dibahas. Dalam
hal ini guru meminta siswa memberikan pendapatnya tentang masalah yang
baru saja dibahas, baik pendapat itu berupa pendapat perorangan maupun
pendapat kelompok.
3. Tindak lanjut
Yang dimaksud dengan tindak lanjut yaitu upaya menindak lanjuti terhadap
kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan, dengan maksud untuk lebih
memantapkan pemahaman siswa baik berkenaan dengan konsep-konsep yang
dipelajari maupun dalam rangka mengaplikasikan pemahaman konsep
terhadap pemecahan-pemecahan masalah praktis. Hal ini dapat dilakukan
dengan memberikan pekerjaan rumah (pr), mengerjakan tugas-tugas tertentu
(proyek), melakukan observasi atau pengamatan, wawancara sederhana atau
kegiatan lain yang sejenis.
B. Keterampilan Menjelaskan
a. Pengertian Keterampilan Menjelaskan

Keterampilan menjelaskan merupakan keterampilan dasar yang perlu dimiliki oleh


seorang guru. Selain dapat menguasai materi, guru harus bisa mengolah materi dalam
menyampaikannya pada peserta didik. Keterampilan menjelaskan dalam pembelajaran
ialah penyajian informasi secara lisan yang diorganisasi secara sistematik untuk
menunjukkan adanya hubungan yang satu dengan yang lainnya, misalnya antara sebab
akibat, definisi dengan contoh atau dengan sesuatu yang belum diketahui. Penyampaian
informasi yang terencana dengan baik dan disajikan dengan urutan yang cocok
merupakan ciri utama kegiatan menjelaskan. Dari pernyataan diatas, tentuya secara jelas
dikatakan bahwa keterampilan menjelaskan harus memiliki korelasi antar materi dan
sistematik.

b. Tujuan Keterampilan Menjelaskan

Tujuan dari keterampilan menjelaskan ini, yaitu:

1. Membimbing siswa untuk mendapat dan memahami hukum, dalil, fakta,


definisi dan prinsip secara objektif dan bernalar.
2. Melibatkan siswa untuk berfikir dengan memecahkan masalah atau
pertanyaan.

8
3. Untuk mendapatkan umpan balik dari siswa mengenai tingkat pemahamannya
untuk mengatasi kesalahpahaman mereka.
4. Membimbing siswa untuk menghayati dan mendapat proses penalaran dan
menggunakan bukti-bukti dalam pemecahan masalah.

Ketika keterampilan menjelaskan telah disesuaikan dan disukai oleh seorang guru,
tentunya akan berpengaruh pada pemahaman peserta didik. Pembelajaran efektif akan
timbul didalam kelas. Oleh karena itu, keterampilan mengajar oleh seorang guru sangat
penting sekali.

c. Komponen Keterampilan Menjelaskan

Komponen keterampilan yang perlu dikuasai guru dalam keterampilan menjelaskan


adalah sebagai berikut:

1. Merencanakan
Penjelasan yang diberikan oleh guru perlu direncanakan dengan baik, terutama
yang berkenan dengan isi pesan dan penerimaan pesan. Yang berkenan dengan
isi pesan ( materi ) meliputi penganalisisan masalah secara keseluruhan,
penentuan jenis hubungan yang ada di antara unsur-unsur yang dikaitkan dan
penggunaan hukum, rumus atau generalisasi yang sesuai dengan hubungan
yang telah ditentukan.  
Mengenai yang berhubungan dengan penerimaan pesan ( siswa ) hendaknya
diperhatikan hal-hal atau perbedaan-perbedaan pada setiap anak yang akan
menerima pesan seperti usia, jenis kelamin, kemampuan, latar belakang sosial,
bakat, minat serta lingkungan belajar anak.
2. Penyajian suatu penjelasan
Penyajian suatu penjelasan dapat ditingkatkan hasilnya dengan
memperhatikan sebagai berikut:
 Kejelasan
Penjelasan hendaknya diberikan dengan menggunakan bahasa yang
mudah dimgerti oleh siswa, menghindari penggunaan ucapan-ucapan
seperti “ e”, “aa”, “ mm”,, umumnya, biasanya, kira-kira, seringkali,
mungkin dan istilah-istilah yang tidak dapat dimengerti oleh anak.
 Penggunaan contoh dan ilustrasi

9
Dalam memberikan penjelasan sebaiknya digunakan contoh-contoh
yang ada hubungannya dengan sesuatu yang dapat ditemui oleh siswa
dalam kehidupan sehari-hari.
 Pemberian tekanan
Dalam memberikan penjelasan, guru harus memusatkan perhatian
siswa kepada masalah pokok dan mengurangi informasi yang tidak
begitu penting. Dalam hal ini guru dapat menggunakan tanda atau
isyarat lisan seperti “ yang terpenting adalah “, “ perhatikan baik-baik
konsep seperti ini”.
C. Keterampilan Bertanya Dasar dan Lanjut

Setiap kegiatan belajar-mengajar hampir tidak pernah lepas dari pertanyaan guru,
dalam arti seseorang guru yang sedang mengajar pasti akan memberikan pertanyaan-
pertanyaan berapapun frekuensinya. Oleh karena itu guru perlu memahami teknik-teknik
(keterampilan bertanya) agar pertanyaan mencapai sasaran yang tepat. Pertanyaan yang
diajukan oleh guru mempunyai beberapa maksud, antara lain untuk memberikan
dorongan kepada siswa agar mereka mengemukakan pendapat, sekedar apersepsi, atau
untuk mendapatkan umpan balik dan sebagainya. Guru dapat melontarkan pertanyaan
tersebut kepada siswa secara individual maupun kelompok. Adapun jenis pertanyaan
yang diajukan bervariasi dari pertanyaan tingkat rendah sampai pertanyaan dengan taraf
kesulitan yang tinggi. Pertanyaan digunakan oleh guru untuk melihat pikiran dan
tanggapan siswa secara benar terhadap penjelasan guru. Disamping itu pertanyaan dapat
mendorong siswa agar mengajukan pendapat, mengajak siswa berpikir, untuk
mendapatkan umpan balik, jalan untuk meningkatkan pemahaman siswa dan sebagainya.
Dalam mengajukan pertanyaan ada beberapa hal yang perlu dihindari, ialah: mengulangi
pertanyaan sendiri, mengulangi jawaban siswa, menjawab pertanyaan sendiri, pertanyaan
yang menjawab jawaban serentak, pertanyaan ganda, menunjuk siswa tertentu sebelum
memberikan pertanyaan.

Pertanyaan guru ada yang hanya meminta siswa untuk mengingat kembali fakta atau
informasi yang telah diterima, tetapi ada pula pertanyaan yang menuntut tingkat berpikir
yang lebih tinggi dari siswa. Oleh karena itu dalam mempelajari keterampilan bertanya
dapat dibedakan menjadi dua yaitu:

1. Keterampilan bertanya dasar

10
Untuk dapat mencapai tujuan penggunaan pertanyaan di dalam kelas, guru
perlu memahami komponen-komponen keterampilan bertanya dasar.
Keterampilan bertanya dasar mempunyai komponen-komponen sebagai
berikut:
 pengajuan pertanyaan secara jelas dan singkat
 pemberian acuan
 pemusatan
 pemindahan giliran
 penyebaran
 pemberian waktu berpikir
 sambutan yang hangat dan antusias
 pemberian tuntunan
2. Keterampilan bertanya lanjut
Dalam menerapkan keterampilan bertanya lanjut, ada kebutuhan yang lebih
tinggi sifatnya yang belum dapat dijangkau oleh keterampilan bertanya dasar
ialah usaha siswa untuk mengembangkan kemampuan mengatasi masalah
serta berpikir dalam tingkatan yang lebih tinggi. Oleh karena itu
penggunaannya meliputi:
 Mengembangkan kemampuan menemukan, mengorganisasi dan
melalui informasi yang diperoleh
 Meningkatkan kemampuan membentuk dan mengungkapkan
pertanyaan berdasarkan informasi yang lengkap dan relevan
 Mendorong siswa mengembangkan ide-ide serta mengemukakannya
kepada kelompok secara timbal balik
 Memberi kesempatan-kesempatan siswa memperoleh keberhasilan
yang lebih daripada biasanya
D. Keterampilan Memberikan Penguatan
a. Pengertian Keterampilan Memberikan Penguatan
Keterampilan memberi penguatan adalah respon terhadap suatu tingkah laku
positif yang dapat meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali tingkah laku
tersebut. Penguatan tidak boleh dianggap sepele atau sembarangan, tetapi harus
mendapatkan perhatian serius.

11
Keterampilan dasar mengajar merupakan jenis keterampilan yang harus dikuasai
oleh guru. Dengan memiliki keterampilan mengajar, guru dapat mengelola proses
pembelajaran dengan baik yang berimplikasi pada peningkatan kualitas kelulusan.
Keterampilan memberi penguatan merupakan keterampilan yang arahnya untuk
memberikan dorongan, tanggapan atau hadiah bagi siswa agar dalam mengikuti
pelajaran merasa dihormati dan diperhatikan. Penghargaan mempunyai pengaruh
positif dalam kehidupan manusia sehari-hari, yaitu mendorong seseorang
memperbaiki tingkah laku serta meningkatkan kegiatan atau usahanya. Kegiatan
memberikan penghargaan atau penguatan dalam proses belajar mengajar dalam kelas
jarang sekali dilaksanakan oleh guru.
Penguatan (Reinforcement) adalah segala bentuk respon, apakah bersifat verbal
ataupun nonverbal yang merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku guru terhadap
tingkah laku siswa yang bertujuan memberikan informasi atau umpan balik bagi si
penerima atas perbuatannya sebagai suatu dorongan atau koreksi.
Pemberian respon dalam proses interaksi edukatif disebut “pemberian penguatan”
karna hal tersebut dapat membantu meningkatkan hasil belajar. Penguatan yang
dilakukan oleh guru dalam pembelajaran dapat ditujukan kepada pribadi tertentu dan
kepada kelompok, juga pada kelas secara keseluruhan. Dalam pelaksanaannya
pengutaan ini juga dapat dilakukan dengan berbagai macam bentuk yang bervariasi
sesuai dengan kemampuan guru.
Penguatan merupakan respon terhadap suatu perilaku yang dapat meningkatkan
kemungkinan terulangnya kembali perilaku tersebut. Penguatan yang dilakukan oleh
guru dalam pembelajaran dapat ditujukan kepada pribadi tertentu dan kepada
kelompok, juga pada kelas secara keseluruhan. Dalam pelaksanaannya penguatan ini
juga dapat dilakukan dengan berbagai macam bentuk yang bervariasi sesuai dengan
kemampuan guru.
Guru adalah figur seorang pemimpin. Guru adalah sosok arsitektur yang dapat
membentuk jiwa dan watak anak didik. Tugas guru tidak hanya sebagai profesi, tetapi
sebagai suatu tugas kemanusiaan dan kemasyarakatan. Tugas guru sebagai pendidik
meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup kepada anak didik. Guru harus
menempatkan diri sebagai orang tua kedua, dengan mengemban tugas yang
dipercayakan. Guru tidak hanya sebatas dinding sekolah, tetapi juga sebagai
penghubung antara sekolah dan masyarakat.” Oleh sebab itu profesi guru harus
berdasarkan panggilan jiwa, sehingga dapat menunaikan tugas dengan baik dan

12
ikhlas. Guru harus mendapatkan haknya secara profesional sehingga keinginan
peningkatan kompetensi guru dari kualitas belajar anak didik bukan hanya sebuah
slogan diatas kertas.
Tujuan utama yang hendak dicapai dalam proses pembelajaran adalah terjadinya
tingkah laku yang baik. Sehubungan dengan itu penguatan dapat dijadikan sebagai
salah satu cara untuk mencapai tingkah laku yang baik dalam pembelajaran.
Proses pembelajaran di sekolah, pemberian penghargaan sabagai salah satu bentuk
penguatan yang dilakukan oleh guru bagi siswa yang berprestasi maka akan
menimbulkan motivasi kuat bagi siswa untuk meningkatkan prestasinya.
Penguatan dapat ditujukan kepada pribadi tertentu, kepada kelompok tertentu dan
kepada kelas secara keseluruhan. Dalam pelaksanaannya penguatan harus dilakukan
dengan segera dan bervariasi. Sehubungan dengan itu, terdapat beberapa hal yang
harus diperhatikan guru dalam memberi penguatan, yaitu:
1. Penguatan harus diberikan dengan sungguh-sungguh .
2. Penguatan yang diberikan harus memiliki makna yang sesuai dengan
kompetensi yang diberi penguatan .
3. Hindarkan respon negatif terhadap jawaban peserta didik .
4. Penguatan harus dilakukan segera setelah suatu kompetensi ditampilkan .
5. Penguatan yang diberikan hendaknya bervariasi

Jadi penguatan adalah respon yang diberikan oleh guru terhadap suatu tingkah
laku siswa yang bertujuan memberikan dorongan untuk dapat meningkatkan
partisipasinya dalam proses pembelajaran.

b. Tujuan Pemberian Penguatan


Pemberian penguatan hendaknya selalu mengacu pada prestasi yang ditunjukkan
anak didik, baik sewaktu proses pembelajaran berlangsung maupun atas hasil belajar
yang dicapai oleh anak didik. Pemberian pengutan tentunya memiliki tujuan tertentu
yang mengacu pada peningkatan kemampuan belajar anak didik saat mengikuti
pelajaran.
Tujuan memberikan penguatan kepada anak didik dalam kegiatan pembelajaran
yaitu:
a. Meningkatkan perhatian siswa terhadap pembelajaran
b. Merangsang dan meningkatkan motivasi belajar siswa
c. Mengontrol dan mengubah tingkah laku siswa

13
d. Mengarahkan terhadap pengembangan berfikir dan pengambilan inisiatif
e. Mengembangkan dan mengatur diri siswa sendiri dalam belajar

Tujuan akhir dari pemberian penguatan adalah agar anak didik dapat lebih
meningkatkan perhatiannya terhadap pelajaran sekaligus membina tingkah laku yang
produktif dalam melakukan aktifitas belajar. Dengan pemberian penguatan yang
diberikan oleh guru, baik secara simbolik, materi maupun dalam bentuk penguatan
akan dapat merangsang anak didik untuk lebih meningkatkan keaktifannya dalam
belajar sekaligus berupaya membina tingkah lakunya kearah yang lebih positif.

c. Komponen Keterampilan Memberikan Penguatan


Penggunaan komponen keterampilan dalam kelas harus bersifat selektif dan hati-
hati, disesuaikan dengan usia siswa, tingkat kemampuan, kebutuhan, serta latar
belakang, tujuan dan sifat tugas. Pemberian penguatan harus bermakna bagi siswa.
Beberapa komponen keterampilan memberi penguatan ialah sebagai berikut:
1. Penguatan Verbal
Penguatan ini adalah yang paling mudah digunakan dalam kegiatan
pembelajaran yaitu dalam bentuk komentar, pujian, dukungan, pengakuan atau
dorongan yang diharapkan dapat meningkatkan tingkah laku dan kinerja
murid. Misalnya ketika di ajukan sebuah pertanyaan kemudian siswa
menjawab dengan tepat, maka guru memuji siswa tersebut dengan
mengatakan: “bagus!”, “tepat sekali” dan lain sebaginya. Begitu juga ketika
jawaban siswa kurang sempurna, guru mengatakan “hampir tepat” dan lain
sebagainya yang menunjukkan jawaban siswa tersebut masih perlu
penyempurnaan.
2. Penguatan Gestural
Penguatan ini diberikan dalam bentuk mimik, gerakan wajah atau anggota
badan yang dapat memberikan kesan kepada siswa. Misalnya ketika
mengucapkan “bagus”, guru tersenyum sambil mengacungkan jari.
3. Penguatan dengan cara Mendekati anak
Gerak mendekati dapat ditunjukkan gru dengan cara melangkah mendekati
murid, berdiri disamping murid atau kelompok murid, bahkan dalam situasi
tertentu duduk bersama murid atau kelompok murid, dengan tujuan untuk
memberikan perhatian, rasa senang, rasa aman kepda murid. Keadaan ini

14
dapat menghangatkan suasana belajar anak, yang gilirannya dapat
meningkatkan motivasi.
4. Penguatan dengan Sentuhan
Sentuhan seperti menepuk pundak atau bahu murid, menjabat tangan murid,
atau mengangkat tangan murid yang menang atau mendapatkan nilai yang
bagus.
5. Penguatan dengan Memberikan Kegiatan yang Menyenangkan
Murid yang mendapatkan nilai bagus diberi kesempatan untuk melakukan
kegiatan yang mereka senangi, mislanya membantu teman-temannya dalam
menyelesaikan latihan, paduan suara, masuk tim olahraga atau sebagainya.
6. Penguatan Berupa Simbol atau Benda
Penguatan ini dilakukan dengan cara menggunakan berbagai simbol/benda
atau komentar tertulis pada buku siswa. Hal ini jangan terlalu sering
digunakan agar tidak sampai terjadi kebiasaan siswa mengharap sesuatu
sebagai imbalan.
d. Cara Penggunaan Penguatan
Ada beberapa cara penggunaan penguatan yang perlu diperhatikan, yaitu:
1. Penguatan pada pribadi tertentu
Penguatan akan lebih tepat sasaran dan bermakna jika mempertimbangkan
siapa audiensnya. Jika tujuan memberikan penguatan untuk peserta didik
secara perseorangan tentu berbeda dengan jika kita memberikan penguatan
untuk kelompok. Dalam hal ini penguatan harus jelas ditujukan kepada siswa
tertentu. Oleh karna itu pandangan guru harus tegas diarahkan kepada anak
yang memperoleh penguatan. Penguatan juga harus jelas ditujukan kepada
siapa dan usahakan menyebut namanya seta memandang kepadanya.
2. Penguatan kepada kelompok
Penguatan dapat juga diberikan kepada sekelompok siswa, misalnya jika satu
tugas telah dilaksanakan dengan baik oleh satu kelas, guru dapat mengijinkan
kelas tersebut untuk bermain basket yang memang menjadi kegemaran
mereka.
E. Keterampilan Mengadakan Variasi dalam Mengajar
a. Pengertian Variasi dalam Mengajar
Menurut agung & wibawa,2014 salah satu hal yang mempengaruhi efektifitas
kegiatan belajar di kelas adalah rasa bosan yang timbul pada diri siswa., guru dituntut
15
untuk kreatif di dalam kelas untuk mengatasi atau mencegah datangnya rasa bosan pada
siawa. Kreativitas guru tersebut dapat di tuangkan dalam keterampilan guru untuk
melakukan variasi dalam mengajar.
Variasi dalam kegiatan belajar mengajar adalah perubahan kegiatan yang bertujuan
untuk meningkatkan motivasi para siswa serta mengurangi kejenuhan dan kebosanan.
Keterampilan mengadakan variasi ini dapat juga dipakai untuk pengunaan keterampilan
mengajar yang lain, seperti dalam mengunakan ketrampilan bertanya memberi
pengutan, menjelaskan dan sebagainya(saud,2010:70).
Dari pengertian diatas dapat di simpulkan bahwa Keterampilan mengadakan variasi
adalah suatu proses perubahan dalam pembelajaran yang bertujuan untuk
menghilangkan kejenuhan dan kebosanan serta berubahnya mood siswa dalam proses
pembelajaran untuk menerima bahan pengajaran yang di berikan guru dan memusatkan
perhatian siswa sehingga siswa agar dapat selalu aktif dan terfokus dalam proses
pembelajaran. Keterampilan mengadakan variasi ini juga dapat digunakan untuk
penggunaan lketerampilan mengajar yang lain, seperti dalam menggunakan
keterampilan bertanya, memberi penguatan, menjelaskan dan sebagainya.
b. Tujuan Mengadakan Variasi Pengajaran
Dalam mengadakan variasi dalam sebuah pembelajaran guru perlu mengerti dan
memahami terlebih dahulu apa sebenarnya tujuan dari mengadakan variasi tersebut.
Setelah guru mengetahui hal tersebut maka guru akan lebih mudah menerapkan
pembelajaran di dalam kelas. Adapun  tujuan pokok dari pengadaan variasi dalam
kelas  antara lain:
1. Menimbulkan dan meningkatkan perhatian siswa kepada aspek-aspek pembelajaran
2. Memupuk tingkah laku yang positif terhadap guru dan sekolah dengan berbagai cara
mengajar yang lebih hidup dan lingkungan belajar yang lebih baik.
3. Meningkatkan kadar CBSA dalam proses belajar mengajar dengan melibatkan siswa
dengan berbagai tingkat kognitif.
c. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Keterampilan Variasi
Dalam mengadakan variasi di dalam proses belajar mengajar seorang guru harus
memperhatiakan hal-hal sebagai berikut :
1. Keterampilan mengajar variasi serta hubungannya dengan keterampilan-keterampilan
guru profesionnal lainnya, seperti penguasaan berbagai metode mengajar dan
keterampilan mengajukan pertanyaan.

16
2. Penggunaan berbagai ketrampilan mengajar dengan variasi perlu direncanakan
sebelumnya dan sebaliknya dicantumkan dalam satuan pelajaran yang harus disusun
sebagai persiapan mengajar.
3. Penggunaan variasi sangat dianjurkan, tetapi harus luwes dan wajar serta sesuai
dengan tujuan yang ditetapkan. Pemakaian variasi yang berlebihan justru akan
menimbulkan kebingungan dan mengganggu proses belajar mengajar. oleh karena itu
guru perlu memperhatikan reaksi siswa, baik reaksi tingkah laku ataupun reaksi
perhatian siswa.
d. Komponen Keterampilan Mengadakan Variasi Mengajar
Variasi dalam mengajar dapat dilakukan dengan penggunaan suara maupun dengan
isyarat-isyarat non verbal, seperti pandangan mata, ekspresi roman muka, gerak-gerik
tangan atau kepala dan gerak badan. Selain itu masi ada isyarat ekstra verbal yaitu
intonasi dan warna serta bunyian. Komponen utama dalam mengadakan variasi adalah :
 Variasi dalam gaya mengajar
1. Penggunaan variasi suara. Variasi suara adalah perubahan suara dari keras menjadi
lemah, dari tinggi menjadi rendah, dari cepat menjadi lambat, dari gembira menjadi
sedih, atau pada suatu saat memberikan tekanan pada kata-kata tertentu.
2. Pemusatan perhatian siswa. Guru dapat memusatkan perhatian siswa pada hal-hal
yang dianggap penting dapat dengan gaya bahasa menurut kebutuhan anak.
3. Kesenyapan guru. Adanya kesenyapan, atau “selingan diam” yang tiba-tiba dan
disengaja selagi guru menerangkan sesuatu, merupakan alat yang baik untuk menarik
perhatian siswa.
4. Mengadakan kontak pandang dan gerak. Apabila guru sedang berbicara atau
berinteraksi dengan siswanya, sebaiknya pandangan menjelajahi seluruh kelas dan
melihat ke mata murid-murid untuk menujukkan adanya hubungan yang akrab dengan
mereka.
5. Gerakan badan dan mimik. Variasi dalam ekspresi wajah guru, gerakan kepala, dan
gerakan badan adalah aspek yang sangat pentingdalam berkomunikasi. Gunanya
untuk menarik perhatian dan untuk menyampaikan arti dari pesan lisan yang di
maksudkan.
6. Pergantian posisi guru di dalam kelas. Pergantian guru di dalam kelas dapat di
gunakan untuk mempertahankan perhatian siswa. Terutama sekali dalam

17
menyampaikan pelajaran di dalam kelas, gerakan hendaknya bebas,tidak kikuk atau
kaku, dan hindari tingkah laku negatif.
 Variasi dalam penggunaan media pembelajaran
Media pembelajaran, apabila di tinjau dari indera yang di gunakan, dapat di
golongkan ke dalam tiga bagian,yakni dapat di dengar, dilihat, dan diraba. Pergantian
penggunaan jenis yang lain mengharuskan anak menyesuaikan inderanya, sehingga
dapat mempertinggi perhatisnya. Hal itu karena setiap mempunyai perbedaan
kemampuan dalam menggunakan alat inderanya. Ada anak yang termasuk tipe visual,
auditif, atau motorik.
1. Variasi yang dapat dilihat. Media yang termasuk ke dalam jenis ini ialah:grafik,
bagan, poster, gambar, film, dan slide.
2. Variasi media yang dapat didengar. Suara guru termasuk di dalam media
komunikasi yang utama didalam kelas. Rekaman suara, suara radio, musik,
deklamasi, puisi, sosiodrama, telepon, dapat di pakai sebagai penggunaan indera
dengan di variasikan dengan indera lainya.
3. Variasi media yang dapat diraba, di manipulasi dan di gerakan, Yang termasuk
di dalam hal ini, misalnya peragaan yang di lakukan oleh guru atau siswa, model,
patung, topeng, dan boneka yang dapat di gunakan anak untuk di raba, di pergerakan
dan di manipulasi.
4. Variasi media yang dapat di dengar. Media yang termasuk ini, misalnya film,
televisi,slide projektor yang di iringi penjelasan guru. Tentu saja penggunanyaa sesuai
dengan tujuan yang hendak di capai.
 Variasi pola interaksi dan kegiatan siswa
Pola interaksi guru dan siswa dalam kegiatan belajar mengajar nemiliki corak
yang sangat beraneka ragam. Mulai dari kegiatan yang di dominasi oleh guru sampai
kegiatan mandiri yang di lakukan oleh siswa. Hal ini bergantung pada ketrampilan
guru dalam mengelola kegiatan belajar mengajar. Penggunaan variasi pola interaksi
guru-siswa dan siswa-siswa agar kegiatan pembelajaran tidak menimbulkan
kebosanan, kejenuhan. Suasana kelas pun menjadi hidup.
e. Prinsip-prinsip Penggunaan Keterampilan Variasi Mengajar
1. Variasi hendaknya digunakan dengan suatu maksud tertentu yang relevan
dengan tujuan yang hendak dicapai. Penggunaan variasi yang wajar dan
beragam dianjurkan dalam prinsip ini. Sedangkan pemakaian yang berlebihan

18
akan menimbulkan kebingungan dan dapat mengganggu proses belajar
mengajar.
2. Variasi harus digunakan dengan lancar dan berkesinambungan sehingga tidak
akan merusak perhatian siswa dan tidak mengganggu proses pembelajaran.
3. Variasi harus direncanakan secara baik, dan secara eksplisit dicantumkan
dalam rencana pelajaran atau satuan pelajaran.
F. Keterampilan Mengelola kelas
a. Pengertian Keterampilan Mengelola Kelas
Keterampilan mengelola kelas merupakan tindakan yang diambil guru dalam
rangka menciptakan suasana dan lingkungan belajar yang dapat memfasilitasi peserta
didik dalam belajar, baik secara akademik maupun sosial-emosional. Keterampilan
mengelola kelas ini merupakan salah satu keterampilan mengajar yang harus dikuasai
oleh guru, karena kelas itu sendiri merupakan media pertemuan segala komponen
pendidikan.
Menurut Usman (2011, hlm.97) “Pengelolaan kelas adalah keterampilan guru
untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan
mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses belajar mengajar”. Dengan kata
lain pengelolaan kelas ini merupakan kegiatan untuk menciptakan dan mempertahankan
kondisi yang optimal bagi berlangsungnya proses pembelajaran. Keberhasilan
mengelola kelas terjadi apabila guru mampu mengatur dan mengendalikan peserta didik
dengan sarana pembelajaran ke dalam suasana yang menyenangkan dan menjaga
hubungan interpersonal yang baik antara guru dengan peserta didik guna mencapai
tujuan pembelajaran.
b. Tujuan Mengelola Kelas
Pengelolaan kelas bertujuan sebagai penyedia fasilitas bagi kegiatan belajar siswa
dalam lingkungan sosial, emosional dan intelektual dan kelas. Tujuan keterampilan
mengelola kelas menurut Tim Dosen MKPK (2017, hlm.10) “ialah tidak hanya penting
bagi guru sebagai manajer di kelas, tetapi penting pula untuk siswa”. Tujuan
keterampilan mengelola kelas secara rinci sebagai berikut
1) Tujuan pengelolaan kelas untuk siswa
Tujuan pengelolaan kelas untuk siswa sebagai berikut:
a) Mendorong peserta didik untuk mengembangkan tanggung jawab individu
terhadap tingkah lakunya, serta sadar untuk mengendalikan dirinya,

19
b) Membantu peserta didik agar mengerti akan arah tingkah laku yang sesuai
dengan tata tertib kelas dan melihat atau merasakan teguran guru sebagai suatu
peringatan bukan kemarahan.
c) Menimbulkan rasa berkewajiban melibatkan diri dalam tugas serta bertingkah
laku yang wajar sesuai aktivitas-aktivitas di kelas.
2) Tujuan pengelolaan kelas untuk guru
Tujuan pengelolaan kelas untuk guru sebagai berikut:
a) Mengembangkan pengertian dan keterampilan dalam memelihara kelancaran
penyajian dan langkah-langkah proses belajar mengajar secara efektif.
b) Memiliki kesadaran terhadap kebutuhan siswa dan mengembangkan
kompetensinya dalam memberikan pengarahan yang jelas kepada siswa.
c) Memberi respon secara efektif terhadap tingkah laku siswa yang
menimbulkan gangguan kecil atau ringan, serta memahami dan menguasai
seperangkat kemungkinan strategi yang dapat digunakan dalam mengatasi
masalah penyimpangan perilaku siswa yang berlebihan atau terus mennerus
melawan di kelas.
Lebih lanjut menurut Darmadi (2009, hlm.6) “Tujuan guru mengelola kelas adalah
agar semua peserta didik yang ada di dalam kelas dapat belajar dengan optimal dan
mengatur sarana pembelajaran serta mengendalikan suasana belajar yang
menyenangkan”. Terkait dari penjelasan tersebut seorang guru harus mampu mengatur
segala kondisi yang terlaksana pada saat proses  pembelajaran berlangsung guna
tercapainya tujuan pembelajaran.
c. Pendekatan dalam Keterampilan Mengelola Kelas
Sebagai pekerja profesional, seorang guru harus mendalami kerangka acuan
pendekatan-pendekatan kelas, sebab di dalam penggunaannya ia harus terlebih dahulu
meyakinkan bahwa pendekatan yang dipilihnya untuk menangani suatu kasus
pengelolaan kelas merupakan alternatif yang terbaik sesuai dengan hakikat masalahnya
Artinya seorang guru terlebih dahulu harus menetapkan bahwa penggunaan suatu
pendekatan memang cocok dengan hakikat masalah yang ingin ditanggulangi. Ini tentu
tidak dimaksudkan untuk mengatakan bahwa seorang guru akan berhasil baik setiap kali
ia menangani kasus pengelolaan kelas. Sebaliknya, keprofesionalan cara kerja seorang
guru adalah demikian sehingga apabila alternatif tindakannya yang pertama tidak
memberikan hasil sebagaimana yang diharapkan, maka ia masih mampu melakukan

20
analisis ulang terhadap situasi untuk kemudian tiba pada alternatif pendekatan yang
kedua, dan seterusnya.
Lahirnya interaksi yang optimal tentu saja bergantung dari pendekatan yang guru
lakukan dalam rangka pengelolaan kelas. Berbagai pendekatan tersebut adalah seperti
dalam uraian berikut:
1. Pendekatan kekuasaan
Pengelolaan kelas diartikan sebagai suatu proses untuk mengontrol tingkah laku
anak didik. Peranan guru di sini adalah menciptakan dan mempertahankan situasi
disiplin dalam kelas. Kedisiplinan adalah kekuatan yang menuntut kepada anak
didik untuk menaatinya. Di dalamnya ada kekuasaan dalam norma yang mengikat
untuk ditaati anggota kelas, Melalui kekuasaan dalam bentuk norma itulah guru
mendekatinya.
2. Pendekatan Ancaman
Dari pendekatan ancaman atau intimidasi ini, pengelolaan kelas adalah juga sebagai
suatu proses untuk mengontrol tingkah laku anak didik. Tetapi dalam mengontrol
tingkah laku anak didik dilakukan dengan cara memberikan ancaman misalnya
melarang. ejekan, sindiran, dan memaksa.
3. Pendekatan kebebasan 
Pengelolaan diartikan sebagai suatu proses untuk membantu anak didik agar merasa
bebas untuk mengerjakan sesuatu kapan saja dan di mana saja. Peranan guru adalah
mengusahakan semaksimal mungkin kebebasan anak didik.
4. Pendekatan Resep 
Pendekatan resep (cook book) ini dilakukan dengan memberi satu daftar yang dapat
menggambarkan apa yang harus dan apa yang tidak boleh dikerjakan oleh guru
dalam mereaksi semua masalah atau situasi yang terjadi di kelas. Dalam daftar itu
digambarkan tahap demi tahap apa yang harus dikerjakan oleh guru. Perasan guru
hanyalah mengikuti petunjuk seperti yang tertulis dalam resep.
5. Pendekatan Pengajaran 
Pendekatan ini didasarkan atas suatu anggapan bahwa dalam suatu perencanaan dan
pelaksanaan akan mencegah munculnya masalah tingkah laku anak didik, dan
memecahkan masalah itu bila tidak bisa dicegah Pendekatan ini mengajarkan
tingkah laku guru dalam mengajar untuk mencegah dan menghentikan tingkah laku
anak didik yang kurang baik. Peranan guru adalah merencanakan dan
mengimplementasikan pelajaran yang baik.

21
6. Pendekatan perubahan tingkah laku (behavior modification approach)
Sesuai dengan namanya, pengelolaan kelas diartikan sebagai suatu proses untuk
mengubah tingkah laku anak didik. Peranan guru adalah mengembangkan tingkah
laku anak didik yang baik, dan mencegah tingkah laku yang kurang baik.
Pendekatan ini bertolak dari psikologi behavioral yang mengemukakan asumsi
bahwa (1) semua tingkah laku, yang "baik" maupun "yang kurang baik" merupakan
hasil proses belajar, dan (2) ada sejumlah kecil proses psikologi yang fundamental
yang dapat digunakan untuk menjelaskan terjadinya proses belajar yang dimaksud.
Ada pun proses psikologi yang dimaksud adalah penguatan positif (positive
reinforcement), hukuman, penghapusan (extinction), dan penguatan negatif(negative
reinforcement).
7. Pendekatan Suasana Emosi dan Hubungan Sosial (Socio emotional climate
approach)
Pendekatan pengelolaan kelas berdasarkan suasana perasaan dan suasana sosial
(socio-emotional climate approach) di dalam kelas sebagai sekelompok individu
cenderung pada pandangan Psikologi Klinis dan Konseling (penyuluhan). Menurut
pendekatan ini pengelolaan kelas merupakan suatu proses menciptakan iklim atau
suasana emosional dan hubungan sosial yang positif dalam kelas. Suasana emosional
dan hubungan sosial yang positif, artinya, ada hubungan yang baik yang positif
antara guru dengan anak didik, atau antara anak didik dengan anak didik.
8. Pendekatan proses kelompok (group processes approach)
Pengelolaan kelas diartikan sebagai suatu proses untuk menciptakan kelas sebagai
suatu sistem sosial, di mana proses kelompok merupakan yang paling utama.
Peranan guru adalah mengusahakan agar perkembangan dan pelaksanaan proses
kelompok itu efektif. Proses kelompok adalah usaha guru mengelompokkan anak
didik ke dalam beberapa kelompok dengan berbagai pertimbangan individual
sehingga tercipta kelas yang bergairah dalam belajar. Dasar dari Grup-process
Approuch ini adalah psikologi sosial dan dinamis kelompok yang mengetengahkan
dua asumsi sebagai berikut 
a) Pengalaman belajar di sekolah bagi siswa berlangsung dalam konteks kelompok
sosial. Asumsi ini mengharuskan wali/guru kelas dalam pengelolaan kelas selalu
mengutamakan kegiatan yang dapat mengikutsertakan seluruh personal di kelas.
Dengan kata lain, kegiatan kelas harus diarahkan pada kepentingan bersama dan
sedikit mungkin kegiatan yang bersifat individual.

22
b) Tugas guru terutama adalah memelihara kelompok belajar agar menjadi
kelompok yang efektif dan produktif Berdasarkan asumsi ini berarti seorang
wali/guru kelas harus mampu membentuk dan mengaktifkan siswa dan bahkan
juga guru untuk bekerja sama dalam kelompok(group studies) harus
dilaksanakan secara efektif agar hasilnya lebih baik daripada bila mana siswa
belajar sehari-hari (produktif). Kegiatan guru sebagai kelompok antara lain
dapat diwujudkan berupa regu mengajar (team teaching) yang bertugas
membantu kelompok belajar.
Menurut Richard A Schmuck dan Patricia A. Schmuck unsur-unsur pengelolaan
kelas dalam rangka pendekatan group process adalah (1) harapan timbal balik
(mutual expectation) tingkah laku guru-peserta didik dan antar peserta didik sendiri.
Kelas yang baik ditandai oleh dimilikinya harapan (expectation) yang realistik dan
jelas bagi semua pihak; (2) kepemimpinan baik dari guru maupun dari peserta didik
yang mengarahkan kegiatan kelompok ke arah pencapaian tujuan-tujuan yang telah
ditetapkan; (3) pola persahabatan (attraction) antara anggota kelas, semakin baik
ikatan persahabatan yang dimaksud semakin besar peluang kelompok menjadi
produktif, (4) norma, dalam arti dimiliki serta dipertahankan norma kelompok yang
produktif serta diubah dan digantinya norma yang kurang produktif, (5) terjadinya
komunikasi yang efektif dalam arti si penerima pesan menginterpretasikan secara
benar pesan yang ingin disampaikan oleh si pengirim pesan dengan dipakainya
keterampilan komunikasi interpersonal seperti paraphrasing, perception checking,
dan feedback, (6) cohesiveness, yakni perasaan keterikatan masing-masing anggota
terhadap kelompok, secara keseluruhan semakin tinggi derajat perasaan keterikatan
maka anggota semakin memperoleh kepuasan sebagai hasil dari keanggotaannya
dalam kelompok yang bersangkutan.
9. Pendekatan electis atau pluralistic
Pendekatan electis (Electic Approach) ini menekankan pada potensialitas, kreativitas
dan inisiatif wali/guru kelas dalam memilih berbagai pendekatan tersebut di atas
berdasarkan situasi yang dihadapinya. Penggunaan pendekatan itu dalam suatu
situasi mungkin dipergunakan salah satu dan dalam situasi lain mungkin harus
mengombinasikan dua atau ketiga pendekatan tersebut di atas. Pendekatan electis
disebut juga pendekatan pluralistik, yaitu pengelolaan kelas yang berusaha
menggunakan berbagai macam pendekatan yang memiliki potensi untuk dapat
menciptakan dan mempertahankan suatu kondisi yang memungkinkan proses belajar

23
mengajar berjalan efektif dan efisien. Guru memilih dan menggabungkan secara
bebas pendekatan tersebut sesuai dengan kemampuan dan selama maksud dari
penggunaannya untuk pengelolaan kelas di sini adalah suatu set (rumpun) kegiatan
guru untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas yang memberi
kemungkinan proses belajar mengajar berjalan secara efektif dan efisien.
maka seorang guru seyogianya (1) menguasai pendekatan-pendekatan pengelolaan
kelas yang potensial, dalam hal ini pendekatan perubahan tingkah laku. Penciptaan
iklim sosio emosional dan proses kelompok; dan (2) dapat memilih pendekatan yang
tepat dan melaksanakan prosedur yang sesuai dengan baik dalam masalah
pengelolaan kelas. Pada gilirannya, kemampuan guru memilih strategi pengelolaan
kelas yang tepat sangat tergantung pada kemampuannya menganalisis masalah
pengelolaan kelas yang dihadapinya.
d. Prinsip-prinsip Keterampilan Mengelola Kelas
Sebagai upaya memperkecil masalah gangguan dalam pengelolaan kelas, beberapa
prinsip-prinsip pengelolaan kelas dapat dipergunakan sebagai berikut.
1) Hangat dan Antusias 
Suasana hangat dan antusiasme guru diperlukan dalam proses belajar
mengajar. Guru yang hangat dan penuh keakraban dengan anak didik selalu
menunjukkan semangat tanggung jawab dan keinginannya untuk melaksanakan
tugasnya depan guru dengan sebaik-baiknya, hal ini akan berhasil dalam
mengimplementasikan pengelolaan kelas.
2) Tantangan
Tantangan dapat diberikan kepada siswa dengan menggunakan kata-kata,
tindakan, cara kerja atau bahan-bahan dalam rangka meningkatkan gairah anak
didik untuk belajar sehingga mengurangi kemungkinan muncul-nya tingkah laku
yang menyimpang. Tantangan juga, akan dapat menarik perhatian anak didik
untuk dapat menambah dan mengendalikan gairah belajar mereka.
3) Bervariasi
variasi dalam penggunaan alat atau media, atau alat bantu, gaya mengajar
guru, pola interaksi antara guru dan siswa akan dapat mengurangi munculnya
gangguan dalam proses pembelajaran, serta dapat meningkatkan perhatian siswa.
Apalagi bila penggunaannya bervariasi disesuaikan serta situasi dan kondisi yang
dibutuhkan. Dengan variasi seperti yang telah disebutkan di atas merupakan

24
kunci untuk tercapainya pengelolaan kelas yang efektif dan menghindari
kejenuhan belajar di kalangan siswa.
4) Keluwesan
keluwesan tingkah laku guru untuk mengubah strategi mengajarnya dapat
mencegah kemungkinan munculnya gangguan dari siswa serta menciptakan iklim
belajar mengajar yang efektif. Keluwesan pengajaran dapat mencegah munculnya
gangguan seperti keributan siswa,tidak ada perhatian, tidak mengerjakan tugas,
dan sebagainya
5) Penekanan pada Hal-hal yang positif 
Dalam mengajar dan mendidik, guru harus menekankan serta mengarahkan
siswa berpikir dan berbuat kepada hal-hal yang positif dan menghindari
pemusatan perhatian anak didik pada hal-hal yang negatif Penekanan tersebut
dapat dilakukan dengan pemberian penguatan yang positif, serta kesadaran guru
dalam menghindari kesalahan yang dapat mengganggu jalannya proses belajar
mengajar.
6) Penanaman Disiplin Diri 
Disiplin belajar siswa dan disiplin kelas menjadi tujuan akhir dari pengelolaan
kelas. Dan guru mengupayakan agar siswa dapat mengembangkan disiplin diri
sendiri. Karena itu, guru sebaiknya selalu mendorong anak didik untuk
melaksanakan disiplin diri sendiri dan guru sendiri hendaknya menjadi teladan
mengenai pengendalian diri dan pelaksanaan tanggung jawab. Dan menjadi
tuntutan kepada guru untuk selalu berdisiplin dalam segala hal bila ingin anak
didiknya ikut berdisiplin dalam berbagai hal.
G. Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil
a. Pengertian Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil
Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil adalah keterampilan
melaksanakan kegiatan membimbing siswa agar dapat melaksanakan diskusi kelompok
kecil dengan efektif. Dan menurut Helmiati, membimbing diskusi kelompok kecil
adalah suatu proses yang teratur yang melibatkan sekelompok orang dalam interaksi
tatap muka yang informal dengan berbagai pengalaman atau informasi, pengambilan
kesimpulan, atau pemecahan masalah.
Menurut Rusman, keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil adalah salah
satu cara yang dapat dilakukan untuk memfasilitasi sistem pembelajaran yang
dibutuhkan oleh siswa secara kelompok. Untuk itu keterampilan guru harus dilatih dan

25
dikembangkan, sehingga para guru memiliki kemampuan untuk melayani siswa dalam
melakukan kegiatan pembelajaran kelompok kecil.
Menurut Dadang Sukirman keterampilan melaksanakan kegiatan membimbing
diskusi kelompok kecil ialah keterampilan melaksanakan diskusi kelompok kecil
dengan efektif dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Jadi dari beberapa
pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa keterampilan membimbing diskusi
kelompok kecil merupakan keterampilan seorang guru dalam mengarahkan atau
memberikan petunjuk kepada siswa agar dapat melakukan proses diskusi secara efektif
agar dapat mencapai tujuan yang diharapkan.
b. Tujuan Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil
Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil memiliki tujuan sebagai
berikut:
1) Siswa dapat saling memberi informasi atau pengalaman dalam menjelajahi
gagasan baru atau masalah yang harus dipecahkan mereka.
2) Siswa mengembangkan pengetahuan dan kemampuan untuk berpikir dan
berkomunikasi.
3) Siswa terlibat dalam perencanaan dan pengambilan keputusan.
Menurut Udin Syaefudin Sa’ud, ada beberapa tujuan dari keterampilan
membimbing diskusi kelompok kecil, sebagai berikut:
1. Siswa dapat memberi informasi atau pengalaman dalam menjelajahi gagasan
baru atau masalah yang harus dipecahkan oleh mereka.
2. Siswa dapat mengembangkan pengetahuan dan kemampuan untuk berfikir dan
berkomunikasi.
3. Siswa terlibat dalam perencanaan dan pengambilan keputusan.
Menurut Syaiful Bahri Djamarah, keterampilan membimbing diskusi kelompok
kecil memiliki tujuan yaitu membagi informasi, membuat keputusan, dan memecahkan
masalah. Menurut beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil memiliki tujuan yang sangat
berguna untuk meningkatkan kemampuan siswa baik secara kognitif, afektif maupun
psikomotorik dan juga dapat meningkatkan kesadaran sosial diantara para siswa.
c. Komponen-komponen Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil
Menurut Syaiful Bahri Djamarah, ada beberapa komponen keterampilan
membimbing diskusi kelompok kecil, yaitu:
1) Pemusatkan perhatian.

26
Pemusatan perhatian anak didik pada tujuan dan topik diskusi dapat dilakukan
dengan: 1) Perumusan tujuan pada saat diskusi akan dimulai. 2) Merumuskan
masalah khusus dan merumuskannya kembali bila terjadi penyimpangan. 3)
Membuat rangkuman sementara pada setiap akhir tatap diskusi terhadap hal-hal
yang telah disetujui, sebelum melanjutkan tahap berikutnya.
2) Mengklasifikasi Masalah.
1) Menyusun kembali atau merangkum sumbangan pikiran anak didik yang agak
membingungkan atau agak panjang sehingga jelas untuk guru ataupun kelompok.
2) Meminta komentar siswa dengan mengajukan pertanyaan untuk memperjelas
ide. 3) Menguraikan sumbangan pikiran anak didik dengan jalan memberi
informasi atau contoh yang sesuai sehingga memperjelas pemahaman.
3) Menganalisis pandangan anak didik
1) Guru melokasikan pendapat yang disetujui maupun yang tidak disetujui. 2)
Mencari alasan mengapa peserta sampai pada pandangan seperti ini.
4) Meningkatkan kontribusi
1) Mengajukan pertanyaan kunci yang dapat meningkatkan diskusi. 2) Menunggu
dengan tenang, tetapi juga mengharapkan sumbangan pikiran anak daripada
hanya mengisi dengan pembicaraan yang asal bicara. 3) Memberikan dukungan
terhadap sumbangan pikiran anak didik dengan mendengarkan penuh perhatian,
pemberian komentar positif, dengan gerakan tubuh dan secara akrab.
5) Membagi Partisipasi.
Semua anggota kelompok seharuanya memiliki kesempatan untuk berpartisipasi
memberi sumbangan pikiran. Dalam usaha membagi partisipasi kepada anak
didik, guru dapat: 1) Mencegah anak didik cenderung memonopoli diskusi. 2)
Secara berhati-hati meminta pandangan anak didik yang kurang berpartisipasi
tanpa harus melakukan atau tanpa mengejek. 3) Mencegah kegaduhan sehingga
pembicaraan seseorang dapat didengarkan oleh semua anggota.
6) Menutup diskusi.
Proses diskusi harus berjalan sampai penutup. Dan untuk itu perhatian guru
menyangkut: 1) Merangkum hasil diskusi secara jelas dan singkat pada hal-hal
yang penting. 2) Memberikan topik diskusi berikutnya atau menyebutkan kerja
tindak lanjut untuk kelompok. 3) Guru melibatkan diri dalam mengevaluasi hasil
atau proses diskusi kelompok kecil.

27
d. Prinsip-Prinsip Pelaksanaan Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok
Kecil
Menurut Mardia Hayati, ada beberapa prinsip keterampilan membimbing diskusi
kelompok kecil, yaitu:
1) Diskusi berlangsung secara terbuka.
2) Perlu perencanaan dan persiapan yang baik.
3) Pemilihan topik diskusi yang relevan dengan tujuan pembelajaran.
Menurut Udin Syaefudin Sa’ud, ada beberapa prinsip keterampilan membimbing
diskusi kelompok kecil, yaitu:
a) Diskusi hendaknya berlangsung dalam “iklim terbuka”.
b) Perlu persiapan dan perencanaan yang matang.
Menurut Barnawi dan Mohammad Arifin, dalam menerapkan keterampilan
membimbing diskusi kelompok kecil guru harus dapat memegang prinsip-prinsipnya,
sebagai berikut:
a. Anggota kelompok diskusi memiliki kadar pengetahuan yang memadai dan
merata terkait dengan masalah yang ada.
b. Dilaksanakan pada jenjang kelas yang sudah memiliki kemampuan dalam
mengungkapkan pendapat secara lisan.
c. Topik yang diangkat memang memerlukan pendapat dari orang banyak.
d. Dilangsungkan dalam suasana yang saling menghormati.
e. Direncanakan dengan matang.
f. Dipertimbangkan kelemahan dan kekurangannya.
g. Guru selalu mengawasi jalannya diskusi.
Menurut beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa keterampilan
membimbing diskusi kelompok kecil memiliki prinsip-prinsip yang harus diikuti oleh
seorang guru seperti harus ada kesamaan latar belakang dari setiap anggota kelompok,
setiap anggota kelompok harus mengungkapkan pendapat secara lisan, topik diskusi
harus relevan dengan tujuan yang ingin dicapai, diskusi dilakukan secara terbuka, harus
ada perencanaan dan persiapan yang matang.

28
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan
1. Keterampilan membuka dan menutup pelajaran merupakan keterampilan dasar yang
sangat penting dimiliki oleh seorang guru untuk mencapai pembelajaran yang
efektif, efisien, menarik dan menyenangkan.
2. Keterampilan menjelaskan merupakan keterampilan dasar yang perlu dimiliki oleh
seorang guru. Selain dapat menguasai materi, guru harus bisa mengolah materi
dalam menyampaikannya pada peserta didik.
3. Setiap kegiatan belajar-mengajar hampir tidak pernah lepas dari pertanyaan guru,
dalam arti seseorang guru yang sedang mengajar pasti akan memberikan pertanyaan-
pertanyaan berapapun frekuensinya.
4. Keterampilan memberi penguatan adalah respon terhadap suatu tingkah laku positif
yang dapat meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali tingkah laku tersebut.
Penguatan tidak boleh dianggap sepele atau sembarangan, tetapi harus mendapatkan
perhatian serius.
5. Keterampilan mengadakan variasi adalah suatu proses perubahan dalam pembelajaran
yang bertujuan untuk menghilangkan kejenuhan dan kebosanan serta berubahnya
mood siswa dalam proses pembelajaran untuk menerima bahan pengajaran yang di
berikan guru dan memusatkan perhatian siswa sehingga siswa agar dapat selalu aktif
dan terfokus dalam proses pembelajaran.
6. Keterampilan mengelola kelas merupakan tindakan yang diambil guru dalam rangka
menciptakan suasana dan lingkungan belajar yang dapat memfasilitasi peserta didik
dalam belajar, baik secara akademik maupun sosial-emosional.
7. Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil merupakan keterampilan seorang
guru dalam mengarahkan atau memberikan petunjuk kepada siswa agar dapat
melakukan proses diskusi secara efektif agar dapat mencapai tujuan yang diharapkan.
B. Saran
Kami sebagai penyusun mohon maaf apabila dalam pembuatan makalah ini
masih belum mencapai kesempurnaan. Meskipun demikian, kami berharap makalah
ini dapat memberikan gambaran atau tambahan ilmu bagi para pembaca. Oleh karena
itu, untuk menyempurnakan makalah ini kami tunggu kritik dan sarannya dari para
pembaca.

29
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Majid. 2014. Strategi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Agung b.k dan saptanto hari wibawa. 2014. Pelatihan pengajaran micro teaching. Surakarta.
Oase Pustaka.

Bilfaqih, Yusuf dan Qomarudin, M. Nur. 2015. Esensi Pengembangan Pembelajaran Daring.
Yogyakarta: Deepublish.

Helmiati. 2013. Micro Teaching. Yogyakarta: Aswaja Pressindo.

Kyriacou, Chris. 2007. Essential Teaching Skills. United Kingdom: Nelson Thomas Ltd.

Mulyasa, E. 2008. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya offset.

Nasrul HS. 2014. Profesi dan Etika Keguruan. Yogyakarta: Aswaja Pressindo

Rusman. 2013. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesi Guru. Bandung: Raja


Wali Pers.

Shoffan. 2016. Keterampilan Dasar Mengajar (Microteaching). Surabaya: Mavendra Pers

Suyono dan Hariyanto. 2014. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Offset.

30

Anda mungkin juga menyukai