Anda di halaman 1dari 10

ANALISIS SEMIOTIKA DALAM CERPEN AIR MATA IBUKU DALAM

SEMANGKUK SUP AYAM

PENDAHULUAN

Semi (2008:76) mengatakan bahwa fiksi merupakan jenis narasi literer dan berupa cerita
rekaan. Fiksi merupakan cerita rekaan karena yang diceritakan adalah peristiwa kehidupan
yang pada dasarnya merupakan peristiwa kehidupan hasil rekaan pengarang yang realitasnya
tidak terlalu dipersoalkan.

Prosa merupakan karangan bebas yang mengekspresikan pengalaman batin pengarang


mengenai masalah kehidupan dalam bentuk dan isi yang harmonis dan menimbulkan kesan
estetik. Atau dengan kata lain prosa fiksi merupakan bentuk alat yang dipakai pengarang
untuk mengekspresikan pikiran dan perasaanya, seperti bahasa dan gaya bahasa yang
menimbulkan kesan estetik atau keindahan di dalamnya.

Bentuk-bentuk prosa fiksi dapat dibedakan menjadi empat bentuk, yaitu Cerpen, Roman,
Novel, Novelet. Cerpen adalah suatu cerita yang melukiskan suatu kejadian atau peristiwa
yang menyangkut persoalan kehidupan manusia yang dikemas secara singkat atau tidak lebih
Panjang dari novel. Cerpen ditulis agar pembaca dapat mengambil hikmah dari cerita yang
disajikan pengarang. Tokoh yang mengalami peristiwa dan cara tokoh menyelesaikan
permasalahan dalam cerita dapat dijadikan pelajaran bagi pembaca dalam menjalankan
kehidupanya.

KAJIAN PUSTAKA
Pendekatan Semiotik
Kata semiotik berasal dari bahasa Yunani yang berarti tanda. Maka semiotika itu ilmu
tanda. Semiotik adalah cabang ilmu yang berusan dengan pengkajian tanda dan segala
sesuatu yang berhubungan dengan tanda, seperti sistem tanda dan proses yang berlaku bagi
pengguna tanda. (Zoest, 1993:1).

Dua tokoh yang terkenal dalam pendekatan semiotik, yakni Ferdinand de Saussure (1857-
1913) dan Charles Sander Peirce (1839-1914). Kedua tokoh tersebut mengembangkan ilmu
semiotika secara terpisah dan tidak mengenal satu sama lain. Saussure berada di eropa dan
Peirce berada di Amerika Serikat. Dan latar belakang keilmuanya juga berbeda Saussure latar
belakangnya adalah linguistik, sedangkan Pierce adalah filsafat.
Semiotika adalah ilmu sastra yang sungguh-sungguh mencoba menemukan konvensi-
konvensi yang memungkinkan adanya makna. Makna yang telah ditemukan tersebut akan
membuat pembaca memahami lebih mendalam nilai yang terkandung dalam karya sastra
(Ratna, 2004:2). Oleh sebab itu, pemaknaan terhadap karya sastra membutuhkan suatu
pendekatan yang memudahkan proses analisis. Salah satu pendekatan yang dapat digunakan
adalah semiotika. Jadi dapat dipahami, bahwa semiotika adalah ilmu yang mempelajari
sistem-sistem, aturan-aturan, dan konvensi-konvensi yang memungkinkan tanda untuk
dianalisis karena memiliki makna. Tanda yang dimaksud adalah berupa kata-kata (bahasa).
Semiotik dapat digunakan dalam menganalisis karya sastra yang merupakan refleksi dari
kehidupan. Jenis karya sastra yang dapat dianalisis menggunakan teori semiotika salah
satunya adalah prosa fiksi.

PEMBAHASAN

 Kode aksi yang terdapat dalam cerpen Air Mata Ibuku dalam Semangkuk Sup
Ayam

Kode aksi berhubungan dengan aksi naratif yang terdapat dalam berbagai paragraf di
cerpen tersebut. Kode aksi yang terdapat dalam cerpen Air Mata Ibuku dalam Semangkuk
Sup Ayam adalah sebagai berikut:

“Miranti pergi sendiri dan duduk termenung di sebuah meja restoran. Tidak seperti
biasanya ia pergi sendirian…”

“Setelah membaca daftar menu bolak-balik, tidak ada satu pun yang bisa membuatnya
tertarik. Sup ayam? Sepertinya aku butuh itu untuk menghangatkanku. Begitu batinnya
meminta.”

“….Dikeluarkan ponsel itu dari tasnya dan sudah tercantum 5 panggilan tidak terjawab
dari Yudi. Yudi juga mengirimkan pesan….”

“Sembari menunggu pesanan datang, ia melanjutkan keheningan itu lagi. Ponsel dalam
tasnya bergetar. Ada panggilan dari Yudi suaminya, namun diacuhkannya begitu saja…”

”Melihat air matanya sendiri jatuh berhamburan di atas sup,….”

“Tangisannya semakin kejar meskipun ia sudah berusaha sekuat tenaga menahannya.


Mama, aku kangen sama Mama….”
Dalam kutipan di atas terdapat kode aksi aktif yakni, Miranti pergi sendirian dan duduk
termenung, membaca daftar menu, dikeluarkan ponsel dari tasnya, menunggu pesanan
datang, melihat air matanya, dan tangisanya semakin kejar. Hal tersebut termasuk kode aksi
aktif karena merupakan Tindakan-tindakan yang dilakukan oleh tokoh dalam cerpen tersebut.
Selain kode aksi aktif terdapat juga kode aksi pasif seperti tampak dalam kutipan berikut:

”Dikembalikannya lagi letak sendok itu. Bukan karena faktor perut kenyang, melainkan
hatinya sendiri yang sedang gundah”

“Penculik sialan! Gara-gara dia aku nggak bisa melihat Melisa. Melisa yang seharusnya
berada di sisiku sekarang. Melisa yang seharusnya sudah mulai bertumbuh menjadi anak
yang pintar dan cantik. Kamu di mana, Nak? Hatinya semakin teriris dan peluh. Kejadian
beberapa tahun lalu yang silam itu masih terus dikenang olehnya sampai sekarang.”

“Melihat air matanya sendiri jatuh berhamburan di atas sup, mendadak ia teringat akan
sang bunda yang telah meninggalkannya selamanya 7 tahun silam. Otak kecilnya
membawanya kembali ke masa kecilnya”

“Mama, aku kangen sama Mama. Aku nggak kuat menghadapi ini tanpa Mama.
Dadanya terasa sesak karena batinnya terus menjerit.”

Dalam kutipan di atas terdapat kode aksi pasif yakni Miranti merasakan hatinya yang
sedang gundah, Miranti yang membayangkan pertumbuhan anaknya yang hilang, Miranti
teringat bundanya yang sudah meninggal dunia, dan Miranti yang merasa kangen dengan
ibunya.

 Kode teka-teki yang terdapat dalam cerpen Air Mata Ibuku Semangkuk Sup
Ayam

Kode teka teki ini berkisar pada tujuan atau harapan pembaca untuk mendapatkan nilai
kebenaran atas pertanyaan-pertanyaan yang muncul dalam karya sastra. Kode teka teki ini
membuat pembaca penasaran dan ingin menyelesaikan membacanya agar bisa menemukan
jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang terkandung dalam karya sastra.

Kode teka-teki yang muncul dalam cerpen “Air Mata Ibuku dalam Semangkuk Sup
Ayam” adalah menceritakan bagaimanakah keadaan sebenarnya anak ibu Miranti yaitu
Melisa yang hilang di mall beberapa tahun yang lalu, yang sangat membuat ibu Miranti terus
bersedih, Seperti tampak kutipan berikut.
“Penculik sialan! Gara-gara dia aku nggak bisa melihat Melisa. Melisa yang seharusnya
berada di sisiku sekarang. Melisa yang seharusnya sudah mulai bertumbuh menjadi anak
yang pintar dan cantik. Kamu di mana, Nak? Hatinya semakin teriris dan peluh. Kejadian
beberapa tahun lalu yang silam itu masih terus dikenang olehnya sampai sekarang.”

“Bagaimana tidak, penculik yang hingga kini masih misterius itu telah menculik anak
perempuannya yang dulu masih berusia 2 tahun di sebuah mall. Polisi tidak mampu melacak
jejak sang biadab itu. Ia kecewa. Sungguh kecewa pada semua orang, termasuk dirinya
sendiri yang ia anggap tidak mampu menjaga anak dengan baik. Nuraninya mengatakan
darah dagingnya itu masih hidup.”

Dalam kutipan tersebut jelas tergambarkan bahwa sosok Ibu Miranti sebagai ibu yang
selalu ingat, sedih, penyesalan dan marah atas kehilangan anaknya yaitu Melisa. Dalam
cerpen tersebut juga tidak mengatakan bagaimana keadaan sebenarnya dari Melisa. Lalu
dalam cerpen tersebut juga terdapat kode teka-teki yang menimbulkan pertanyaan bagi
pembaca yaitu, siapakah anak yang meminta sisa makanan kepada pelayanan restoran setelah
Ibu Miranti meninggalkan restoran, apakah anak itu anak dari Ibu Miranti yang hilang
beberapa tahun yang lalu. Seperti tampak dalam kutipan berikut:

“Seorang gadis kecil yang kira-kira berusia 10 tahun datang menghampiri pelayan itu,
“Kak, aku boleh minta supnya?” gadis itu menadahkan tangan kanannya sebagai ungkapan
permintaan.”

“Pelayan itu iba melihat gadis kecil yang sepertinya begitu kelaparan. Badannya kurus,
mukanya kusam dan baju yang dikenakan pun sepertinya tidak layak pakai. Sudah ada
robekan di mana-mana. Ia pun tersenyum, “Tunggu sebentar, ya. Kakak pindahin ke plastik
dulu. Jadi, kamu bisa bawa pulang.”

“….Nampaknya sup ayam itu berjodoh dengan gadis kecil yang malang itu. Setidaknya
hari ini ia wajib bersyukur karena bisa mendapatkan makanan untuk mengganjal perutnya.
Dan mungkin merasakan hangatnya masakan seorang bunda yang sudah tidak pernah
didapatkannya lagi sejak tinggal bersama 'keluarga baru'-nya di salah satu wilayah kumuh
kota….”

Sampai akhir cerita dari cerpen tersebut tidak diungkapkan siapakah identitas dari anak
yang masuk ke restoran itu, dan apakah dia anak dari Ibu Miranti yang hilang beberapa tahun
yang lalu.
 Kode Budaya dalam Cerpen “Air Mata Ibuku dalam Semangkuk Sup Ayam”

Kode budaya merupakan keseluruhan sistem, gagasan, Tindakan, dan hasil karya
manusia untuk memenuhi kebutuhanya. Kode budaya merupakan acuan teks kepada benda-
benda yang sudah diketahui dan dikodifikasi oleh budaya. Kode ini memiliki hubungan
dengan masyarakat. Kode budaya dalam cerpen “Air Mata Ibuku dalam Semangkuk Sup
Ayam” dapat dilihat pada kutipan berikut:

“Dikeluarkan ponsel itu dari tasnya dan sudah tercantum 5 panggilan tidak terjawab
dari Yudi.”

“Penculik sialan! Gara-gara dia aku nggak bisa melihat Melisa. Melisa yang
seharusnya berada di sisiku sekarang. Melisa yang seharusnya sudah mulai bertumbuh
menjadi anak yang pintar dan cantik. Kamu di mana, Nak? Hatinya semakin teriris dan
peluh. Kejadian beberapa tahun lalu yang silam itu masih terus dikenang olehnya sampai
sekarang.”

“Melihat air matanya sendiri jatuh berhamburan di atas sup, mendadak ia teringat
akan sang bunda yang telah meninggalkannya selamanya 7 tahun silam. Otak kecilnya
membawanya kembali ke masa kecilnya.”

“Tangisannya semakin kejar meskipun ia sudah berusaha sekuat tenaga


menahannya. Mama, aku kangen sama Mama. Aku nggak kuat menghadapi ini tanpa Mama.
Dadanya terasa sesak karena batinnya terus menjerit”

“Pelayan itu iba melihat gadis kecil yang sepertinya begitu kelaparan. Badannya
kurus, mukanya kusam dan baju yang dikenakan pun sepertinya tidak layak pakai. Sudah
ada robekan di mana-mana. Ia pun tersenyum, “Tunggu sebentar, ya. Kakak pindahin ke
plastik dulu. Jadi, kamu bisa bawa pulang.”

“Ampun Pak, ampun! Saya belom makan dari kemarin. Saya cuma minta makanan
bekas aja.” ujar anak itu sambil menangis dan bersembunyi di balik tubuh pelayan itu.”

Dalam kutipan tersebut terdapat kata ponsel. Kata tersebut termasuk kode budaya,
karena ponsel merupakan salah satu unsur budaya adalah teknologi yang diciptakan oleh
manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia dalam berkomunikasi.
Dalam kutipan di atas juga terdapat ungkapan yang mengatakan ibu Miranti yang
kesal terhadap pelaku yang menculik anaknya, ungkapan tersebut masuk dalam kode budaya
yang berkaitan dengan kasih sayang yang tidak hentin-hentinya seorang ibu kepada anaknya.

Dalam kutipan yang ke tiga dan empat terdapat narasi yang mengatakan Ibu Miranti
yang sangat kangen akan kehadiran ibunya, ungkapan tersebut masuk dalam kode budaya
yang berkaitan dengan kasih sayang anak kepada orang tua dan pengaruh kehidupan anak
yang ditinggalkan oleh orang tuanya.

Dalam kutipan yang kelima terdapat kata iba, yang berarti berbelas kasih. Kata iba
tersebut termasuk kode budaya yaitu budaya berperasaan dan tolong menolong yakni
menolong kaum yang lemah atau kaum yang tertindas.

Dalam kutipan yang terakhir, terdapat kata ampun yang sering dilakukan oleh
masyarakat sebagai ungkapan mengaku bersalah dan memohon ampun atas kesalahan yang
dilakukanya.

 Kode Konotatif yang Terdapat dalam Cerpen “Air Mata Ibuku dalam
Semangkuk Sup Ayam”

Konotatif adalah perkataan yang memiliki makna pertautan, mengandung makna


konotasi. Konotasi adalah tautan pikiran yang menimbulkan nilai rasa pada seseorang Ketika
berhadapan pada sebuah kata, makna yang ditambahkan pada makna denotasi. Kode
konotatif juga merupakan kode yang menawarkan pembaca untuk Menyusun tema pada saat
pembacaan.

Pada cerpen Air Mata Ibuku dalam Semangkuk Sup Ayam terdapat kode konotatif yaitu
mengenai tokoh Ibu Miranti yang senantiasa menyesali perbuatanya karena tidak menjaga
anaknya dengan benar, namun ibu Miranti tetap yakin anaknya masih hidup. Seperti yang
tampak pada kutipan berikut:

“Penculik sialan! Gara-gara dia aku nggak bisa melihat Melisa. Melisa yang seharusnya
berada di sisiku sekarang. Melisa yang seharusnya sudah mulai bertumbuh menjadi anak
yang pintar dan cantik. Kamu di mana, Nak? Hatinya semakin teriris dan peluh. Kejadian
beberapa tahun lalu yang silam itu masih terus dikenang olehnya sampai sekarang.”

“Bagaimana tidak, penculik yang hingga kini masih misterius itu telah menculik anak
perempuannya yang dulu masih berusia 2 tahun di sebuah mall. Polisi tidak mampu melacak
jejak sang biadab itu. Ia kecewa. Sungguh kecewa pada semua orang, termasuk dirinya
sendiri yang ia anggap tidak mampu menjaga anak dengan baik. Nuraninya mengatakan
darah dagingnya itu masih hidup.”

Dalam kutipan pertama di atas terdapat kalimat hatinya semakin teriris, kata tersebut
merupakan kode konotatif karena pada makna denotatifnya keadaan hatinya yang teiris akibat
kehilangan anaknya, tetapi kalimat tersebut mengalami penambahan makna yang disebut
konotatif yakni kesedihan yang dirasakan Ibu Miranti.

Dan dalam kutipan kedua di atas terdapat frasa darah dagingnya, kata tersebut merupakan
kode konotatif, karena pada makna denotatifnya darah artinya cairan merah yang mengalir di
tubuh manusia dan daging yang artinya gumpal yang terdri atas urat-urat. Tetapi kalimat
tersebut mengalami penambahan makna yang disebut konotatif yakni anak atau keturunan
yang bersifat kandung.

 Kode Simbolis yang terdapat dalam cerpen “Air Mata Ibuku dalam Semangkuk
Sup Ayam”

Simbolis adalah lambang, dalam arti yang luas simbolis bersinonim dengan tanda.
Symbol dapat dianalisis melalui suku kata dan kalimat. Dikatakan juga bahwa simbolis
merupakan lambang atau dunia perumpamaan arti hidup dan kehidupan. Simbol merupakan
aspek pengodean fiksi yang paling khas bersifat struktural. Kode simbolis yang terdapat pada
cerpen Air Mata Ibuku dalam Semangkuk Sup Ayam terdapat dalam kutipan berikut:

“Melihat air matanya sendiri jatuh berhamburan di atas sup, mendadak ia teringat akan
sang bunda yang telah meninggalkannya selamanya 7 tahun silam. Otak kecilnya
membawanya kembali ke masa kecilnya. Masa kecil yang ia anggap biasa dan tidak ada
istimewanya sama sekali, namun hanya satu yang ia anggap berharga, yaitu sang bunda.
Persis sekali seperti saat ini ketika ia melihat air matanya jatuh ke atas permukaan sup,
begitu pula ibunya juga melakukan hal yang sama dengan sup ayam hangat yang dibuat oleh
tangannya sendiri.”

Dalam kutipan tersebut terdapat kode simbolis antara tokoh Miranti dan semangkuk sup.
Semangkuk sup inilah yang membuat tokoh Miranti mengingat masa lalu dengan ibunya
yang telah meninggalkanya.
SIMPULAN

Ada beberapa kode aksi yang terdapat pada cerpen “Air Mata Ibuku dalam
Semangkuk Sup Ayam” karya Mariska Tracy. Pertama terdapat kode aksi aktif yakni,
Miranti pergi sendirian dan duduk termenung, membaca daftar menu, dikeluarkan ponsel dari
tasnya, menunggu pesanan datang, melihat air matanya, dan tangisanya semakin kejar. Kedua
terdapat terdapat kode aksi pasif yakni Miranti merasakan hatinya yang sedang gundah,
Miranti yang membayangkan pertumbuhan anaknya yang hilang, Miranti teringat bundanya
yang sudah meninggal dunia, dan Miranti yang merasa kangen dengan ibunya.

Kode teka-teki yang muncul dalam cerpen “Air Mata Ibuku dalam Semangkuk Sup
Ayam” adalah menceritakan bagaimanakah keadaan sebenarnya anak ibu Miranti yaitu
Melisa yang hilang di mall beberapa tahun yang lalu, yang sangat membuat ibu Miranti terus
bersedih. Dalam cerpen tersebut juga terdapat kode teka-teki yang menimbulkan pertanyaan
bagi pembaca yaitu, siapakah anak yang meminta sisa makanan kepada pelayanan restoran
setelah Ibu Miranti meninggalkan restoran, apakah anak itu anak dari Ibu Miranti yang hilang
beberapa tahun yang lalu.

Kode budaya dalam cerpen “Air Mata Ibuku dalam Semangkuk Sup Ayam” terdapat
kata ponsel. Karena ponsel merupakan salah satu unsur budaya adalah teknologi yang
diciptakan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia dalam berkomunikasi.
Lalu terdapat kode budaya kasih sayang yang tidak henti-hentinya seorang ibu kepada
anaknya dibuktikan dengan sedihnya Ibu Miranti ketika mengingat anaknya. Lalu terdapat
kode budaya kasih sayang anak kepada orang tua dan pengaruh kehidupan anak yang
ditinggalkan oleh orang tuanya. Lalu terdapat kata iba yang termasuk kode budaya yaitu
budaya berperasaan dan tolong menolong yakni menolong kaum yang lemah atau kaum yang
tertindas. Dan yang terakhir terdapat kata ampun yang sering dilakukan oleh masyarakat
sebagai ungkapan mengaku bersalah dan memohon ampun atas kesalahan yang dilakukanya.

Pada cerpen Air Mata Ibuku dalam Semangkuk Sup Ayam terdapat kode konotatif
yaitu terdapat kalimat hatinya semakin teriris, kata tersebut merupakan kode konotatif karena
pada makna denotatifnya keadaan hatinya yang teiris akibat kehilangan anaknya, tetapi
kalimat tersebut mengalami penambahan makna yang disebut konotatif yakni kesedihan yang
dirasakan Ibu Miranti. Dan yang kedua terdapat frasa darah dagingnya, kata tersebut
merupakan kode konotatif, karena pada makna denotatifnya darah artinya cairan merah yang
mengalir di tubuh manusia dan daging yang artinya gumpal yang terdri atas urat-urat. Tetapi
kalimat tersebut mengalami penambahan makna yang disebut konotatif yakni anak atau
keturunan yang bersifat kandung.

Dan yang terakhir terdapat kode simbolis yang terdapat pada cerpen Air Mata Ibuku
dalam Semangkuk Sup Ayam yaitu antara tokoh Miranti dan semangkuk sup. Semangkuk
sup inilah yang membuat tokoh Miranti mengingat masa lalu dengan ibunya yang telah
meninggalkanya.
DAFTAR PUSTAKA

Lantowa, Jafar. Dkk. 2017. Semiotika Teori, Metode, dan Penerapanya dalam Penelitian
Sastra. Sleman: Penerbit Deppublish.

Ramadhanti, Dina. 2018. Buku Ajar Apresiasi Prosa Indonesia. Yogyakarta: Penerbit
Deepublih.

Setiawan, Eko Putra. 2019. Strategi Ampuh Memahami Makna Puisi. Cirebon: Eduvision.

Anda mungkin juga menyukai