Anda di halaman 1dari 6

Makalah Semotika Pada Cerpen Aku dan Hidupku

Karya Aprilia B. Suardi

TRI ANGGI HUTAMI

207009012

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU LINGUISTIK


FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2020
A. Pendahuluan

Karya sastra merupakan cerminan, gambaran atau refleksi kehidupan masyarakat dan merupakan
karya imajinatif yang dipandang lebih luas pengertiannya daripada karya fiksi. Karya sastra ditulis
atau diciptakan oleh pengarang bukan hanya untuk dirinya sendiri, melainkan disampaikan oleh
pembaca. Karya sastra merupakan struktur dunia rekaan, artinya realitas dalam karya sastra adalah
realitas rekaan yang tidak sama dengan realitas dunia nyata. Sebagai cerminan kehidupan tidak berarti
karya sastra itu sendiri meskipun bersifat rekaan, tetapi tetap mengacu pada realitas dunia nyata
(Noor, 2009:13). Karya sastra berkembang seiring berjalannya waktu. Dibandingkan zaman dahulu,
karya sastra di zaman modern ini terlihat lebih banyak perkembangannya karena manusia di zaman
sekarang lebih kreatif dalam menciptakan kreasi-kreasi karya sastra itu sendiri.

Ada berbagai macam jenis karya sastra yang dapat dinikmati, seperti puisi, prosa dan drama.
Prosa sendiri terbagi menjadi berbagai macam bentuk penyajian antara lain novel, cerita rakyat, dan
cerpen (cerita pendek). 15 15 Cerpen adalah cerita atau parasi (bukan analisis argumentatif) yang
fiktif (tidak benar-benar terjadi tetapi dapat terjadi dimana saja dan kapan saja, serta relatif pendek)
(Sumardjo dan Saini, 1997: 37). Cerita pendek adalah cerita yang pada hakikatnya merupakan salah
satu wujud pernyataan seni yang menggunakan bahasa sebagai media komunikasi (Sutawijaya dan
Rumini, 1996: 1). Cerpen adalah fiksi pendek yang selesai dibaca dalam “sekali duduk” (Sumarjo,
2007: 202). Cerita pendek pada dasarnya adalah cerita yang menceritakan : hal (benda atau manusia,
juga keadaan), dan peristiwa (Sutawijaya dan Rumini, 1996: 3). Kelebihan cerpen yang khas adalah
kemampuan mengemukakan masalah yang kompleks dalam bentuk (dan waktu) yang sedikit
(Nurgiyantoro, 2012: 10). Berdasarkan uraian para ahli di atas, penulis menyimpulkan bahwa cerpen
adalah sebuah karangan berbentuk prosa fiksi tidak membutuhkan waktu yang berlama-lama untuk
menyelesaikan pembacaan ceritanya. Cerita pendek relatif singkat dan menceritakan peristiwa
kehidupan yang kompleks dan juga memiliki pemendekan unsur-unsur pembentuknya. Karya sastra
itu sendiri merupakan struktur tanda-tanda yang bermakna, Sebab dalam menuangkan gagasannya,
seorang pengarang mengemas bahasa lebih artistik. Ia menggunakan kata-kata yang emotif tanpa
melupakan segi estetis. Ia membubuhkan kode, lambang, serta simbol kebahasaan yang berbeda dari
bahasa keseharian. Dengan adanya pengemasan bahasa yang artistik initidak menutup kemungkinan
seorang pembaca mengalami kesulitan dalam memahami sebuah karya sastra, dalam konteks ini
adalah cerpen. Oleh sebab itu, analisis semiotik mutlak diperlukan.

Semiotik adalah suatu disiplin ilmu yang menyelidiki semua bentuk komunikasi yang terjadi
dengan saranasigns'tanda-tanda' dan berdasarkan pada signs system (code)'sistem tanda' (Segers,
2000: 4). Sejalan dengan hal itu, Fananie (2000:139) mengungkapkan bahwa pendekatan semiotik
adalah pemahaman makna karya sastra melalui tanda. Hal tersebut didasarkan kenyataan bahwa
bahasa adalah sistem tanda. Semiotik adalah ilmu yang pempelajari tentang tanda yang mempunyai
makna. Tokoh dalam semiotik terdiri atas Ferdinan de Saussure, dan Charles Sander Pierce. Menurut
Sariban, (2009:44-45) konsep Semiotik menurut Ferdinan de Saussure menjelaskan bahwa tanda
mempunyai dua aspek, yakni penanda (signifier), dan petanda (signified). Penanda adalah bentuk
formal yang menandai suatu petanda. Penanda adalah bentuk formal bahasa, sedangkan petanda
adalah arti yang ditimbulkan oleh bentuk formal. Konsep Semiotik menurut Charles Sander Pierce
merupakan hubungan antara petanda dan penanda, yang terdiri dari ikon, indeks, dan simbol. Ikon
adalah tanda yang menunjukan adanya hubungan yang bersifat alamiah antara petanda dan penanda.
Indeks adalah tanda yang menunjukan hubungan kausualitas (sebab-akibat). Simbol adalah tanda
yang menunjukan tidak adanya hubungan alamiyah antara penanda dan petanda (bersifat arbiter)
(Sariban, 2009:45-46).
B. Pembahasan

Cerpen Aku dan Hidupku

Karya Aprilia B. Suardi

Aku dan Hidupku.

“siapa kamu?” tanyaku terkejut dan marah.

“aku tahu kamu bisa melihatku,” suaranya lembut terdengar, “ apa maksudmu? Aku kan tidak
buta!” suaraku meninggi. “aku tahu, hanya orang-orang tertentu yang bisa melihat hantu.”

Hantu? Aku tidak percaya mendengar ucapannya. Aku bisa melihat hantu? Ketika melihat
pakaiannya, aku mulai berfikir. Modelnya agak kuno.”. tidak percaya, ya? Katanya sambil
tersenyum manis. “namaku karinKarina Rahardi. Dulu ini adalah kamarku.” Rahardi? Itu kan
nama keluarga ayah. Tiba-tiba aku ingat cerita ayah.” Ayah pernah cerita sedikit tentang
Karina Rahardi. Kau…. Adik Ayah”

Gadis itu mengangguk. “kau benar, farid”

“hei, kau tahu namaku?!”

“tentu saja, aku tahu hampir semua tentang dirimu.” Pandangan Karina tertuju pada buku
yang ku bawa sebuah buku karya Hemingway.

“kamu juga suka karynya?” tanyaku. “iya, waktu masih hidup, aku suka membacanya, itu
buku favoritku.” Aku tersenyum, ternyata kami punya selera yang sama.” Kenapa kamu
meninggal? Karina tampak sedih, tapi kemudian Ia tersenyum.

“aku menderita leukemia. Sama denganmu. Ia koma kan?” aku mengangguk. “kurasa
sebentar lagi aku menyusulmu. Semua dokter bilang begitu kecuali Ayahku…”

“apa kamu piker dokter yang menentukan hidup dan matimu?” Karina tampak marah.

“kamu masih punya kemungkinan untuk hidup selama Tuhan mengisinkan. Mungkin seratus
atau seribu tahun lagi.”

Sudah lima bulan kami sekeluarga pindah kesini. Sebuah desa di pedalaman Sumatera
Selatan. Ayahku seorang dokter, Ia dilahirkan dan dibesarkan di Desa ini karena itulah Ayah
bersedia dipindahkan. Katanya ingin mengabdi pada tanah kelahiran. Kami menempati rumah
kakek yang sudah meninggal dua tahun lalu.

Aku agak susah menyesuaikan diri. Aku bahkan belum mengenal semua teman
sekelasku saat ini. Aku lebih suka menyendiri. Aku menderita leukemia sejak kecil. Banyak
dokter yang berusaha menyembuhkanku, termasuk Ayahku sendiri. Namun, hasilnya nihil.
Aku tahu hidupku takkan lama lagi.
Sudah tiga hari aku tak masuk sekolah enyakitku kambu lagi. Aku merasa kesepian,
Ayah sedang bekerja dan Ibu sedang berbelanja. Sudah sejak dua hari yang lalu Ibu tak ke
pasar karena harus menunggui aku yang sedang sakit. Namun, hari ini aku merasa lebih baik.
Kukatakan pada Ibu, tak perlu khawatir dengan keadaanku.

Tiba-tiba aku punya ide. Bosan terus menerus berada di tempat tidur. Mengapa tidak
mencoba kelantai atas? Rumah ini terdiri atas dua lantai. Sebenarnya Ayah melarangku naik
ke sana. Katanya tempat itu berbahaya. Ah, mungkinayah berlebihan. Aku kan anak laki-laki
berusia sepuluh tahun.

Wah aku terkejut saat berada di atas! Di satu sudutnya terdapat tempat tidur jug rak
penuh berisi buku. Buku adalah satu-satunya teman dekatku sejak kecil. Aku mulai membuka
buku-buku itu. Tiba-tiba seorang anak perempuan menghampiriku. Tampaknya ia sebaya
denganku.

“kau anak yang pintar, Farid. Tapi buat apa pintar, bila tidak kau gunakan. Hidupmu tak akan
berarti.” Tiba-tiba saja aku merasa begitu bodoh. Karina telah menyadarkanku kini, kurasa
ada kekuatan baru masuk kedalam tubuhku.

“Farid…” terdengar ayah dan ibu memanggilku. Kulihat Karina. Dari matanya aku tahu, ia
menyuruhku turun. “apa kita bisa bertemu lagi?” Karian menggeleng. Aku merasa sedih.
“kau pasti akan mendapat teman yang lebih baik Rid! Bukan hantu seperti aku.”

Ketika hampir tiba di tangga, aku berbalik. Kemudian Karina berkata, “dulu aku ingin
jadi pengacara. Tapi aku tidak merasa sia-sia walaupun aku tidak berhasil mencapainya.”
Kami sama-sama tersenyum. Perlahan-laha Karina menghilang, kulambaikan tanganku
padanya.

Aku bergegas menuruni tangga kulihat bersiap-siap untuk memarahiku. Namun,


berubah pikiran saat aku berkata. “ Ayah, ibu aku ingin jadi penulis terkenal seperti
Hemingway. Aku ingin menulis kisah hidupku sendiri.”

Ayah dan ibu terkejut mendengar perkataan ku. Kulihat mata ibu berkaca-kaca. Ayah
memelukku dan berkata,” Farid ayah akan selalu mendukungmu.” Kami bertiga tertawa
gembira. “ Apa yang membuatmu berubah?” Tanya ayah. Aku tersenyum nakal, “Rahasia,”
jawabku. Ayah mengacak-ngacak rambutku, kemudian kembali tertawa. Entah kapan,
kurasah ia sudah tahu jawabnnya.

Terima kasih Karin. Kau telah membuatku sadar tentang makna hidup yang
sebenarnya. Bukan berapa lama kau hidup. Tetapi apa yang kau lakukan dalam hidupmu.
Aku terdiam, dalam hati aku membenarkan kata-katanya. “apa cita-citamu?” tanyanya
kemudian. Aku menghela nafas dan menjawab, “Aku tidak punya cita0cita, karena tidak
punya waktu untuk mencapainya. Aku hanya bisa terbaring di tempat tidur sambil menanti
ajalku tiba.” Ada perasaan takut dalam diriku saat mengucapkan kalimat terakhirku tadi,
Karina tersenyum.
“Kau seperti aku dulu, Rid. Tidak punya teman juga cita-cita. Hanya saja, aku segera
menyadari kesalahanku.”

“kesalahan?”

“Ya, kesalahan terbesar dalam hidupku, juga hidupmu. Aku dulu juga juga takut memiliki
cita-cita, tapi ku beranikan diriku. Dengan memiliki cita-cita, kau akan merasa hidupmu lebih
berarti. Meski hidupmu tak akan lama lagi.” Sejenak ia terdiam.

Cerpen ini menceritakan kehidupan seorang anak yang bernama Farid. Anak ini
sedang sakit parah atau sedang menderita penyakit leukemia karena penyakitnya itu ia
berputus asa dan tidak memiliki cita-cita. Suatu ketika ia ke lantai atas rumahnya karena
bosan di situlah dia bertemu dengan Karina yang ternyata adik ayahnya sendiri yang juga
meninggal karena leukemia disitulah Farid mendapat motivasi dan sadar bahwa ia
melanjutkan hidupnya, Karina bercerita bahwa penyakit itu bukanlah sebuah halangan untuk
menggapai cita-cita kita.

C. ANALISIS SEMIOTIK CERPEN “Aku dan Hidupku”

Macam-macam tanda yang terdapat dalam cerpen “Aku dan Hidupku” melalui pendekatan
semiotik yaitu :

1. Lambang penglihatan terdapat dalam cerpen diatas contohnya :

 “siapa kamu?”
 Pandangan Karina tertuju pada buku yang kubawa sebuah buku karya Hemingway.
 Aku bisa melihat hantu? Ketika Aku melihat pakaianya, aku mulai berfikir, modelnya
kuno.

2. Lambang pendengaran terdapat dalam cerpen diatas contohnya :

 “Aku tahu kamu bisa melihatku,” suaranya lembut terdengar.


 Farid…..” terdengar Ayah dan ibu memanggilku.
 Ayah dan ibu terkejut mendengar ucapanku.

3. Lambang penciuman, lambang penciuman tidak terdapat dalam cerpen Aku dan
Hidupku

4. Lambang perabaan contohnya

 Buku yang kubawa, sebuah buku karya Hemingway.

5. Lambang gerak juga terdapat dalam cerpen “Aku dan Hidupku” misalnya :

 Ayah sedang bekerja dan ibu sedang belanja


 Kulambaikan tanganku kepadanya.
 Ayah mengacak-acak rambutku.
 Ayah memelukku.
 Gadis itu mengangguk.

6. Lambang pemikiran contohnya :

 “kurasa aku akan segera menyusulmu. Semua dokter bilang begitu kecuali
Ayahku”….
 “Apa kamu pikir dokter yang menentukan hidup dan matimu?” Karina tampak marah.
 “kamu masih punya kemungkinan untuk hidup selama Tuhan mengizinkan, mungkin
seratus atau seribu tahun lagi.”

Anda mungkin juga menyukai