Anda di halaman 1dari 6

Kajian Psikologi dari Puisi Hai, Ma !

Karya W.S. Rendra

DISUSUN OLEH :

Arifson Pardede

190705094

ENGLISH LITERATURE

FACULTY OF CULTURE AND SCIENCE

UNIVERSITY NORTH SUMATERA

MEDAN

2022
Bab I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Manusia dijadikan objek sastrawan sebab manusia merupakan gambaran
tingkah laku yang dapat dilihat dari segi kehidupannya. Tingkah laku merupakan bagian dari
gejolak jiwa sebab dari tingkah laku manusia dapat dilihat gejalagejala kejiwaan yang
pastinya berbeda satu dengan yang lain. Pada diri manusia dapat dikaji dengan ilmu
pengetahuan yakni psikologi yang membahas tentang kejiwaan. Oleh karena itu, karya sastra
disebut sebagai salah satu gejala kejiwaan (Ratna, 2004: 62). Karya sastra yang merupakan
hasil dari aktivitas penulis sering dikaitkan dengan gejala-gejala kejiwaan sebab karya sastra
merupakan hasil dari penciptaan seorang pengarang yang secara sadar atau tidak sadar
menggunakan teori psikologi.

Dasar penelitian psikologi sastra antara lain dipengaruhi oleh beberapa hal. Pertama, adanya
anggapan bahwa karya sastra merupakan produk dari suatu kejiwaan dan pemikiran
pengarang yang berada pada situasi setengah sadar atau subconcious setelah jelas baru
dituangkan ke dalam bentuk secara sadar (conscious). Antara sadar dan tak sadar selalau
mewarnai dalam proses imajinasi pengarang. Kekuatan karya sastra dapat dilihat seberapa
jauh pengarang mampu mengungkapkan ekspresi kejiwaan yang tak sadar itu ke dalam
sebuah cipta sastra. Kedua, kajian psikologi sastra disamping meneliti perwatakan tokoh
secara psikologi juga aspek-aspek pemikiran dan perasaan ketika menciptakan karya tersebut
(Endraswara, 2003: 26).

Psikologi sastra adalah sebuah interdisiplin antara psikologi dan sastra. Mempelajari
psikologi sastra sebenarnya sama halnya dengan mempelajari manusia dari sisi dalam. Daya
tarik psikologi sastra adalah pada masalah manusia yang melukiskan potret jiwa. Tidak hanya
jiwa sendiri yang muncul dalam sastra, tetapi juga bisa mewakili jiwa orang lain
(Endraswara, dalam Minderop 2010, hal.14).

Dua hal dasar penelitian psikologi sastra tersebut merupakan aspek psikologi pengarang,
sehingga kejwaan dan pemikiran pengarang sangat mempengaruhi hasil dari karya sastra
tersebut. Pengarang dalam menuangkan ide-idenya ke dalam karyanya terkadang terjebak
dalam situasi tak sadar atau halusinasi yang dapat membelokan rencana pengarang semula.

Sastra sebagai gejala kejiwaan didalamnya terkandung fenomena-fenomena yang terkait


dengan psikis atau kejiwaan. Dengan demikian, karya sastra dapat didekati dengan
menggunakan pendekatan psikologi. Hal ini dapat diterima, karena antara sastra dan
psikologi memiliki hubungan yang bersifat tak langsung dan fungsional (Jatman dalam
Aminuddin, 1990: 101). Penelitian psikologi sastra merupakan sebuah penelitian yang
menitikberatkan pada suatu karya sastra yang menggunakan tinjauan tentang psikologi.
Psikologi sastra dapat mengungkapkan tentang suatu kejiwaan baik pengarang, tokoh karya
sastra, maupun pembaca karya sastra. Penelitian psikologi sastra membutuhkan kecermatan
dan ketelitiaan dalam membaca supaya dapat menemukan unsur-unsur yang mempengaruhi
kejiwaan.

Perbedaan gejala-gejala kejiwaan yang ada dalam karya sastra adalah gejala kejiwaan dari
manusia-manusia imajiner, sedangkan dalam psikologi adalah gejala kejiwaan pada manusia
riil (Endraswara, 2003: 97). Antara psikologi dan sastra akan saling melengkapi dan saling
berhubungan sebab hal tersebut dapat digunakan untuk menemukan proses penciptaan sebuah
karya sastra. Psikologi digunakan untuk menghidupkan karakter para tokoh yang tidak secara
sadar diciptakan oleh pengarang.

Menurut Wellek dan Warren (1995: 91) psikologi sastra mempunyai empat kemungkinan,
yakni 1) studi psikologi pengarang sebagai tipe atau sebagai pribadi, 2) studi proses kreatif,
3) studi hukum psikologi dan sastra memiliki hubungan yang fungsional yakni sama-sama
mempelajari keadaan jiwa seseorang dan 4) mempelajari dampak sastra pada pembaca. Karya
sastra dipandang sebagai fenomena psikologis sebab menampilkan aspek kejiwaan yang
digambarkan melalui tokoh dan menjadikan manusia sebagai penggerak jiwa.

Tiga cara yang dapat dilakukan untuk memahami hubungan antara psikologi dengan sastra,
yaitu (1) memahami unsur-unsur kejiwaan pengarang sebagai penulis, (2) memahami unsur-
unsur kejiwaan tokoh-tokoh fiksional dalam karya sastra, (3) memahami unsur-unsur
kejiwaan pembaca (Ratna, 2004: 343). Berdasarkan penelitian ini cara yang digunakan untuk
menghubungkan psikologi dan sastra adalah memahami unsur-unsur kejiwaan tokoh-tokoh
fiksional dalam karya sastra. Menganalisis tokoh dalam karya sastra dan perwatakannya
seorang pengkaji sastra juga harus berdasarkan pada teori dan hukum-hukum psikologi yang
menjelaskan perilaku dan karakter manusia. Teori psikologi yang sering digunakan dalam
melakukan penelitian sebuah karya sastra adalah psikoanalisis yang dikemukakan oleh
Sigmun Freud.

Dala Puisi Hai, Ma! Karya W.S Rendra merupakan karya yang tepat sebagai kajian
perspektif psikologi karya sastra. Harapannya dengannya dengan kajian yang saya lakukan
ini , Dapat bermanfaat tidak hanya bagi saya namun juga mengenai bidang ilmu dalam ke
sastaran.

B. Rumusan Masalah

1. Konflik psikologis seperti apa yang terjadi di dalam puisi Hai, Ma karya W.S Rendra ?
2. Bagaimana keadaan atau psikologi sang penulis saat menciptakan karya ?
3. Bagaimana keadaan atau psikologi sang tokoh fiksional dalam karya ?

C. Tujuan
1. Untuk mengethui Konflik psikologis seperti apa yang terjadi di dalam puisi Hai, Ma karya
W.S Rendra
2. Untuk mengetahui bagaimana keadaan atau psikologi sang penulis saat menciptakan
karya ?
Hai, Ma!
(W.S. Rendra) Jakarta, Juli 1992

Ma, bukan maut yang menggetarkan hatiku


tetapi hidup yang tidak hidup
karena kehilangan daya dan kehilangan fitrahnya
ada malam-malam aku menjalani lorong panjang
tanpa tujuan kemana-mana
hawa dingin masuk kebadanku yang hampa
padahal angin tidak ada
bintang-bintang menjadi kunang-kunang
yang lebih menekankan kehadiran kegelapan
tidak ada pikiran, tidak ada perasaan, tidak ada suatu apa
Hidup memang fana, Ma
tetapi keadaan tak berdaya membuat diriku tidak ada
kadang-kadang aku merasa terbuang ke belantara
dijauhi Ayah Bunda dan ditolak para tetangga
atau aku terlantar di pasar
aku bicara tetapi orang-orang tidak mendengar
mereka merobek-robek buku dan menertawakan cita-cita
aku marah, aku takut, aku gemetar
namun gagal menyusun bahasa
Hidup memang fana,Ma
itu gampang aku terima
tetapi duduk memeluk lutut sendirian di savana
membuat hidupku tak ada harganya
kadang-kadang aku merasa ditarik-tarik orang kesana kemari
mulut berbusa sekadar karena tertawa
hidup cemar oleh basa basi
dan orang-orang mengisi waktu dengan pertengkaran edan
yang tanpa persoalan
atau percintaan tanpa asmara
dan sanggama yang tidak selesai
Hidup memang fana tentu saja, Ma
tetapi akrobat pemikiran dan kepalsuan yang dikelola
mengacaukan isi perutku lalu
mendorong aku menjeri-jerit
sambil tak tahu kenapa
rasanya setelah mati berulang kali
Tak ada lagi yang mengagetkan dalam hidup ini
Tetapi Ma, setiap kali menyadari adanya kamu di dalam hidupku ini
aku merasa jalannya arus darah di sekujur tubuhku
Kelenjar-kelenjarku bekerja
sukmaku bernyanyi, dunia hadir
cicak di tembok berbunyi
tukang kebun kedengaran berbicara pada putranya
hidup menjadi nyata, fitrahku kembali
Mengingat kamu Ma, adalah mengingat kewajiban sehari-hari
kesederhanaan bahasa prosa, keindahan isi puisi
kita selalu asyik bertukar pikiran ya Ma?
masing-masing pihak punya cita-cita
masing-masing pihak punya kewajiban yang nyata
Hai Ma!
apakah kamu ingat
Bab II
Pembahasan
1. Konflik psikologis pada karya sastra
Dalam puisi hai, ma karya W.S. Rendra terlihat dengan jelas bahwa terdapat tokoh
fiksi di dalam cerita memiliki teknan mental dari dalam dan luar diri yang disebabkan oleh
keadaan rumah dan keluaraga yang begitu sulit dan menderita serta tidak diterima siapapun

2. Bagaimana keadaan atau psikologi sang penulis saat menciptakan karya ?

WS Rendra tak hanya sebagai sastrawan dan budayawan semata, tetapi seorang salik yang
telah bersungguh-sungguh menyelami samudra hikmah dan agama dengan begitu hebat. Di
sebuah hutan di Amerika Serikat, WS Rendra tersesat selama berhari-hari. Dia hanya makan
daun-daunan, jatuh sakit, diserang binatang buas, dengan pakai compang-camping melekat di
badan.

Akhirnya, suatu ketika saat kehilangan arah. Tak tahu arah mata angin. Putus asa dan
kehilangan harapan, tiba-tiba dia mendengar suara adzan. Suara inilah yang menuntunnya
keluar dari hutan. Ternyata, suara lantunan adzan ini berasal dari sebuah pom bensin di tepi
jalan raya yang jauh dari perumahan penduduk. Dari sinilah dia mulai memburu makna-
makna agama hingga dia bertemu dengan Malcom X.

Hingga kini, kita mengenal karya-karya sastra WS Rendra yang mengagumkan melalui sajak,
puisi atau skenario drama/theater.

Pada saat menulis puisi ini W.S Rendra sedang mengalami kegelisahan dan risau yang
mendalam pada hatinya sesuai dengan isi dari tiap bait puisinya

Bab III
Penutup
SARAN

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan referensi tambahan kepada peneliti lainnya
yang akan melakukan penelitian tentang psikologi karya sastra

REFERENSI
puisi-karya-ws-rendra-yang-melegenda.html,
Pradopo, R. D. (2014). Pengkajian Puisi,
Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
Priyatni, E. T. (2010). Membaca Sastra
dengan Ancangan Literasi Kritis.
Malang: Bumi Aksara.
https://www.tempusdei.id/2020/04/226/hai-ma.php
https://esmarttteacherid.com/b-indonesia/tugas530112659#otvet
https://staf.ulm.ac.id/sainulhermawan/wp-content/uploads/sites/146/2016/11/Puisi-Hai-Ma-
WS-Rendra.pdf

Anda mungkin juga menyukai