Anda di halaman 1dari 7

Hegemoni Maskulinitas dalam Novel A Wild Sheep Chase, Almira Intan Nurrahma,

1606913590

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Hegemoni laki-laki dalam masyarakat tampaknya merupakan fenomena universal

dalam sejarah manusia di masyarakat manapun di dunia. Dalam hal ini laki-laki diposisikan

superior terhadap perempuan diberbagai sektor kehidupan, baik publik ataupun domestik.

Hegemoni laki-laki atas perempuan memperoleh legitimasi dari nilai-nilai sosial, hukum

negara, dan sebagainya, dan tersosialisasi secara turun-temurun, dari generasi ke generasi.

Penelitian mengenai maskulinitas merupakan bidang yang dikritisi dan berkembang

secara signifikan dalam studi Jepang. Dipengaruhi oleh teori hegemonic masculinity dari

Connells (1995), konsep maskulinitas yang dibangun secara kultural dalam masyarakat, dapat

berubah-ubah di tengah latar belakang sosioal ekonomi yang berbeda, maupun orientasi

seksual. Dengan begitu, di era modern ini kita dapat melihat adanya perubahan dalam konsep

maskulinitas menanggapi konteks yang berbeda.

Novel sendiri adalah produk dari masyarakat di mana mereka menciptakan cerminan

atas isu-isu tertentu yang terjadi di masyarakat, seperti halnya yang terjadi dalam masyarakat

Jepang menentukan maskulinitasnya. Novel karya Haruki Murakami dalam beberapa tahun

terakhir pula telah menjadi topik penelitian akademis yang sangat populer dengan berbagai

topik dan pendekatan yang berbeda.


A Wild Sheep Chase karya Haruki Murakami adalah novel surealis.1 Novel tersebut

berlatar pada akhir tahun 1970an di Jepang yang menceritakan identitas kebudayaan Jepang

setelah Perang Dunia II. Novel ini menceritakan perjalanan seorang protagonis yang tidak

disebutkan namanya dan pencariannya untuk menemukan seekor domba misterius dan

berbahaya yang bertekad menguasai dunia. Tanda pertama novel tersebut surealis adalah

pacar barunya sang protagonis, seorang wanita muda dengan 'magis' dan telinga yang sangat

menarik. Selanjutnya Black-suits Secretary, sayap kanan dari konglomerat menuntut agar

protagonis melacak seekor domba.

Meskipun novel Murakami ini ditulis dan berlatarbelakang saat laki-laki dalam

masyarakat seolah-olah memiliki klaim hegemoni akan identitas maskulin, tidak ada satu pun

karakter dalam novel tersebut yang disebut dengan nama mereka sebenarnya. Karakterrnya

antara lain, narator protagonis tanpa nama,2 aibō nya (相 棒 atau 'Business Partner'), dan

kurofuku no hisho (黒 服 の 秘書 atau 'Black-suited Secretary'). Dengan demikian, analisis

ini mengacu pada narator novel sebagai protagonis, dan karakter lainnya dengan frase apa

pun mereka diidentifikasi dalam novel tersebut.

Setelah membaca novel ini, penulis menemukan sesuatu yang menarik untuk

dianalisis yaitu, hegemoni maskulinitas pada karakter yang berperan dalam novel tersebut.

Apalagi ditambah bahwa di Jepang sendiri, salaryman dianggap sebagai model maskulinitas

ketika ekonomi Jepang pasca perang.3

1Strecher, MC 2002, Dances with sheep: the quest for identity in the fiction of Murakami Harukii Centre for Japanese
Studies, University of Michigan, Ann Arbor
2 Protagonist mengidentifikasikan dirinya sebagai I atau boku (僕), kata ganti maskulin yang umum dalam bahasa Jepang.
3 Dasgupta, R 2000, ‘Performing masculinities? The "salaryman" at Work and Play’, Japanese Studies, vol. 20, no. 2.
2. Masalah Penelitian

Masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah analisis hegemoni maskulinitas

dalam novel karya Haruki Murakami, yaitu A Wild Sheep Chase. Variabel yang akan

dijadikan dasar penelitian adalah hegemoni maskulinitas, dengan lingkup unit analisa novel A

Wild Sheep Chase karya Haruki Murakami maupun yang diterjemahkan dalam bahasa Inggris

oleh Alfred Birnbaum

3. Studi Terdahulu

Studi mengenai masalah maskulinitas sebelumnya telah dilakukan oleh beberapa

peneliti. Dalam artikel jurnal berjudul Masculinity in Haruki Murakami's early Novels, tahun

2010, karya Piotr Szarota yang dimuat dalam buku Culture & Gender. An intimate relation,

dituliskan bahwa Szarota meneliti perubahan terbaru dalam peran gender di Jepang, terutama

konsep maskulinitas budaya. Szarota memfokuskan bahsannya pada novel-novel awal karya

Haruki Murakami sebagai sumber data psikologisnya, yaitu Hear the Wind Sing (1979),

Pinball, 1973 (1980), A Wild Sheep Chase (1982), Hard-Boiled Wonderland and the End of

the World (1985), dan terakhir Norwegian Wood (1987).

Dalam artikel jurnal tersebut, Szarota meneliti maskulinitas dalam kelompok kehidupan

sehari-hari sang protagonis, dimulai dari ikatan keluarga, karir, pakaian, hubungan seksual,

dan kebiasaan minum dari protagonis tersebut. Szarota juga meneiliti dalam budaya Jepang,

kemandirian secara tradisional dikaitkan dengan maskulinitas. Kemandirian protagonis dalam

novel karya Murakami bersifat asosial, mereka cenderung bertindak berlawanan dari standar

masyarakat.

Sedangkan dalam artikel jurnal yang ditulis Laura Emily Clark dengan judul
Heteroglossic Masculinity in Haruki Murakami’s A Wild Sheep Chase, ditulis tahun 2017,

Clark meneliti percakapan antara tiga karakter yaitu protagonis, Business Partner, dan Black-

suited Secretary di A Wild Sheep Chase, agar bisa melihat serangkaian suara maskulin yang

sedang terlibat. Dalam artikel jurnal ini, Clark menafsirkan ulang konsep heteroglossic

gender dari Francis (2012). Clark membahas bagaimana maskulinitas heteroglossia

ditampilkan oleh karakter dalam A Wild Sheep Chase.

4. Kerangka Teoritis

Penulis menerapkan teori hegemoni maskulinitas yang dikemukakan oleh R. W. Connel

(1995) sebagai dasar dalam penelitian ini. Hegemoni maskulinitas dapat didefinisikan sebagai

praktik gender yang mengakui posisi dominan laki-laki di masyarakat dan membenarkan

subordinasi perempuan.4 Maskulinitas ada di struktur sosial secara historis (Connell, 2005).

Ada pun teori hegemoni maskulinitas yang definisikan oleh Howson, hegemoni maskulinitas

adalah cita-cita yang sulit diraih namun diam-diam mendominasi karena pasti muncul secara

alami dari budaya. (Howson 2006, p. 3).

Hegemoni maskulinitas menurut teori Connell hanya bisa diterapkan oleh sejumlah pria

dalam skala kecil (Connell & Messerschmidt, 2005), sedangkan maskulinitas yang terlibat

dalam kelompok besar pria di masyarakat tidak dapat sepenuhnya diartikan sebagai hegemoni

maskulinitas. Para peneliti maskulinitas memiliki kecenderungan untuk menganggap bahwa

penelitian mereka terpisah untuk wanita, seperti yang ditegaskan Connell dan Messerschmidt

(2005:3) ‘pada proses seolah-olah perempuan bukan bagian yang relevan dari analisis’.

Adanya posisi salaryman di Jepang sebagai figur maskulin yang ideal diantara

masyarakat lain, telah membangun perspektif akan gender bagi masyrakat Jepang sendiri

(Dasgupta, 2013). Citra dari salaryman telah menjadi identik dengan dunia bisnis di Jepang.

4 Connell, R. W. 2005. Masculinities.Second Edition. Berkeley, CA: University of California Press.


Salaryman sendiri ditandai oleh pria sebagai pencari nafkah, dengan komitmen mutlak

terhadap perusahaan mereka ditunjukkan melalui hari kerjanya yang sangat panjang dan

tuntutan bisnis mereka yang tidak biasa (Dasgupta, 2013)

Salah satu peneliti maskulinitas dalam budaya Jepang modern adalah Romit Dasgupta.

Dasgupta (2013) mengeksplorasi bagaimana maskulinitas yang diciptakan dan dikondisikan

pada anak laki-laki sejak usia dini, kemudian dipertahankan melalui indoktrinasi oleh

perusahaan sampai mereka menjadi businessmen, dan terus mangalami pengulangan tanpa

akhir. Disampaikan pula gagasan bahwa hegemoni maskulinitas sebagai kompetisi dan

hirarki di kalangan pria yang hampir mengesampingkan wanita (Connell, 2005).

5. Metodologi

Dalam mengumpulkan data, metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode kepustakaan. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui studi kepustakaan, dengan

sumber utama yakni dokumen berbentuk tulisan. Data yang dikumpulkan berasal dari jurnal,

buku, dan teks-teks yang didapatkan dari internet. Situs-situs yang menjadi sumber adalah

situs penyedia jurnal-jurnal seperti ProQuest dan JSTOR.

6. Susunan Skripsi

Susunan skripsi dalam penelitian ini terdiri atas lima bab. Bab I adalah bab

pendahuluan. Pembahasan yang merupakan bagian isi terbagi dalam tiga bab yaitu Bab II,

dan Bab III. Bab terakhir adalah Bab IV yang merupakan penutup dan berisi kesimpulan. Di

bagian paling akhir dari susunan skripsi ini terdapat daftar pustaka. Adapun outline dari

skripsi sebagai berikut:

BAB I adalah pendahuluan

1.1. Latar Belakang


1.2. Masalah Penelitian

1.3. Studi Terdahulu

1.5. Kerangka Teoritis

1.6. Metodologi Penelitian

1.7. Sistematika Penulisan

BAB II adalah isi yang menjelaskan definisi secara umum

2.1. Novel A Wild Sheep Chase

2.2. Pengertian Hegemoni Maskulinitas

BAB III adalah isi yang menjelaskan analisis kaitan antara hegemoni maskulinitas dan

novel A Wild Sheep Chase dengan merinci karakter yang terdapat dalam novel tersebut.

3.1. Tokoh wanita ‘Ex-wife’ dan ‘Gilrfriend’

3.2. Protagonis dan ‘Business Partner’

3.3. 'Black-suited Secretary'

BAB IV adalah penutup yang terdiri atas kesimpulan penulis

4.1. Kesimpulan

Daftar Pustaka
Daftar Pustaka

Clark, L 2017, ‘Heteroglossic Masculinity in Haruki Murakami’s A Wild Sheep Chase’. New

Voices in Japanese Studies, vol. 9, 2017, pp. 93-114, University of Queensland.

Connell, RW 2005, Masculinities 2nd Edition, Berkeley, CA: University of California Press.

Connell, RW & Messerschmidt, JW. 2005. ‘Hegemonic masculinity: rethinking the

concept’,Gender and Society, vol. 19, no. 6, pp. 829-859.

Dasgupta, R 2013, Re-reading the Salaryman in Japan: Crafting Masculinities, Routledge,

Oxon.

Howson, R 2006, Challenging hegemonic masculinity, Routledge, New York.

Murakami, H 2003, A Wild Sheep Chase, Alfred Birnbaum, Vintage, London.

Murakami, H 1982, Hitsuji O Meguru Bōken, Kodansha Publishers Ltd.

Strecher, MC 2002, Dances with sheep: the quest for identity in the fiction of Murakami

Harukii Centre for Japanese Studies, University of Michigan, Ann Arbor

Szarota, P 2010. ‘In Search of a New Man: Masuculinity in Haruki Murakami’s Early

Novels’, Culture & Gender, pp.268-279, Warsaw School of Social Sciences and Humanities,

Gdańskie Wydawnictwo Psychologiczne. Poland.

Anda mungkin juga menyukai