BAB I
PENDAHULUAN
1
2
5. Evaluasi
1.4 Manfaat
1.4.1 Agar mahasiswa dapat mengetahui Anatomi dari Luka bakar .
1.4.2 Agar mahasiswa dapat mengetahui fisiologi dari Luka bakar
1.4.3 Agar mahasiswa dapat mengetahui Definisi dari Luka bakar.
1.4.4 Agar mahasiswa dapat mengetahui penyebab dari Luka bakar.
1.4.5 Agar mahasiswa dapat mengetahui patofisiologi dari Luka bakar.
1.4.6 Agar mahasiswa dapat mengetahui tanda dan gejala dari Luka bakar.
1.4.7 Bagaimana Asuhan keperawatan pada pasien Luka bakar ?
1.4.8 Bagaimana pendidikan kesehatan yang diberikan pada pasien Luka
bakar?
1.4.9 Bagaimana Trend dan issue dari Luka bakar ?
1.4.10 Bagaimana Peran dan Fungsi perawat pada pasien Luka bakar ?
BAB II
4
PEMBAHASAN
2.1 Anatomi fisiologi sistem integumen
Anatomi fisilogi sistem integumen terdiri dari kulit, stuktur
tambahannya, seperti folikel rambut dan kelenjar keringat, dan jaringan
subkutan dibawah kulit. Kulit terbentuk dari berbagai macam jaringan
yang berbeda dan dianggap sebagai suatu organ. Karena kulit menutupi
seluruh permukaan tubuh, salah satu fungsinya sudah jelas terlihat:
memisahkan tubuh dari lingkungan luar dan mencegah masuk berbagai
macam zat berbahaya. Jaringan subkutan yang secara langsung berada
dibawah kulit dan menghubungkan kulit dengan otot serta mempunyai
fungsi lain.
ANATOMI KULIT TUBUH MANUSIA
Lapisan kulit
1. Lapisan Epidermis
Lapisan epidermis trdiri dari antara lain sbagai brikut :
a. Stratum korneum.
Lapisan ini terdiri dari banyak lapisan tanduk (keratinasi), gepeng,
kering, tidak berinti, inti selnya sudah mati, dan megandung zat
keratin.
b. Stratum lusidum.
4
5
2.3 Etiologi
Etiologi dari luka bakar adalah antara lain sbagai brikut :
a. Luka bakar thermal
Agen pencedera dapat berupa api, air panas, atau kontak dengan
objek panas, luka bakar api berhubungan dengan asap/cedera
inhalasi (cedera terbakar, kontak dan kobaran api) (Andra &
Yessie, 2013).
b. Luka bakar listrik
Cedera listrik yang disebabkan oleh aliran listrik dirumah
merupakan inside tertinggi pada anak-anak yang masih kecil, yang
sering memasukkan benda konduktif kedalam colokan listrik dan
digigit atau menghisap kabel listrik yang tersambung (Andra &
Yessie, 2013).
c. Luka bakar kimia
Terjadi dari tite/kandungan agen pencedera, serta konsentrasi dan
suhu agen.(Andra & Yessie, 2013).
d. Luka bakar radiasi
Luka bakar bila terpapar pada bahan radioaktif dosis tinggi (Andra
& Yessie, 2013).
2.4 Patofisiologi
Luka bakar (Combustio) disebabkan oleh pengalihan energi dari
suatu sumber panas kepada tubuh. Panas dapat dipindahkan lewat hantaran
atau radiasi elektromagnetik. Destruksi jaringan terjadi akibat koagulasi,
denaturasi protein atau ionisasi isi sel. Kulit dan mukosa saluran nafas atas
merupakan lokasi destruksi jaringan. Jaringan yang dalam termasuk organ
visceral dapat mengalami kerusakan karena luka bakar elektrik atau kontak
yang lama dengan burning agent. Nekrosis dan keganasan organ dapat
terjadi. Kedalaman luka bakar bergantung pada suhu agen penyebab luka
9
bakar dan lamanya kontak dengan agen tersebut. Pajanan selama 15 menit
dengan air panas dengan suhu sebesar 55°C mengakibatkan cidera full
thickness yang serupa. Perubahan patofisiologik yang disebabkan oleh
luka bakar yang berat selama awal periode syok luka bakar mencakup
hipoperfusi jaringan dan hipofungsi organ yang terjadi sekunder akibat
penurunan curah jantung dengan diikuti oleh fase hiperdinamik serta
hipermetabolik. Kejadian sistemik awal sesudah luka bakar yang berat
adalah ketidakstabilan hemodinamika akibat hilangnya integritas kapiler
dan kemudian terjadi perpindahan cairan, natrium serta protein dari ruang
intravaskuler ke dalam ruanga interstisial.
Curah jantung akan menurun sebelum perubahan yang signifikan
pada volume darah terlihat dengan jelas. Karena berkelanjutnya
kehilangan cairan dan berkurangnya volume vaskuler, maka curah jantung
akan terus turun dan terjadi penurunan tekanan darah. Sebagai respon,
system saraf simpatik akan melepaskan ketokelamin yang meningkatkan
vasokontriksi dan frekuensi denyut nadi. Selanjutnya vasokontriksi
pembuluh darah perifer menurunkan curah jantung. Umumnya jumlah
kebocoran cairan yang tersebar terjadi dalam 24 hingga 36 jam pertama
sesudah luka bakar dan mencapai puncaknya dalam tempo 6-8 jam.
Dengan terjadinya pemulihan integritas kapiler, syok luka bakar akan
menghilang dan cairan mengalir kembali ke dalam kompartemen vaskuler,
volume darah akan meningkat. Karena edema akan bertambah berat pada
luka bakar yang melingkar. Tekanan terhadap pembuluh darah kecil dan
saraf pada ekstremitas distal menyebabkan obstruksi aliran darah sehingga
terjadi iskemia. Komplikasi ini dinamakan sindrom kompartemen. Volume
darah yang beredar akan menurun secara dramatis pada saat terjadi syok
luka bakar. Kehilangan cairan dapat mencapai 3-5 liter per 24 jam sebelum
luka bakar ditutup. Selama syok luka bakar, respon luka bakar respon
kadar natrium serum terhadap resusitasi cairan bervariasi. Biasanya
hipnatremia terjadi segera setelah terjadinya luka bakar, hiperkalemia akan
dijumpai sebagai akibat destruksi sel massif.
10
Persendia
Inhalasi Asap
Luka bakar
Kerusakan
Risiko infeksi Peningkatan
integritas Gangguan
Ileus paralitik Pembeluh
(distensi darah kapiler termoregulasi
abdomen )
Nyeri
Tekanan onkotik
Hypertermi
Nutrisi
Gangguan
kurang dari
mobilitas Fisik Cairan
kebuuhan
intravaskuler
tubuh
menurun
Hipovolemi
e. Elektrolit Serum
Kalium dapat meningkat pada awal sehubungan dengan cedera
jaringan dan penurunan fungsi ginjal: hipokalemi dapat terjadi
apabila mulai terjadi diuresis. Magnesium mungkin menurun, Natrium
pada awal juga menurun.
f. Natrium Urine Random
Lebih besar dari 20 mEq/L, mengindikasikan kelebihan resusitasi
cairan, kurang dari 10 mEq/L, menduga ketidakadekuatan resusitasi
cairan.
g. BUN
Untuk mengetahui apakah ada penurunan fungsi ginjal/tidak.
2.9 Penatalaksaan
Penatalaksaan luka bakar dapat dibagi menjadi dua antara lain :
a. Penatalaksanaan medis
Debridemen
a) Debridemen alami, yaitu jaringan mati yang akan
memisahkan diri secara spontan dari jaringan di bawahnya.
16
b. Penatalaksaan keperawatan
Penatalaksaan keperawatan luka bakar dibagi menjadi sebagai berikut
:
a) Perawatan luka umum
1) Pembersihan luka
2) Terapi antibiotik lokal
3) Ganti balutan
4) Perawatan luka tertutup/tidak tertutup
2.10 Komplikasi
Menurut (Effendi, 1999), Komplikasi yang timbul akibat luka bakar
yaitu, adalah :
a. Septikemia ( infeksi )
b. Pneumonia =tidur terus -> statis pneumoni
c. Gagal Ginjal Akut= tdk ada plasma dalam darah -> anuri
d. Deformitas ( perubahan bentuk tubuh)
e. Sindrom Kompartemen
f. Kekurangan Kalori, Protein
g. Kontraktur (lengketnya)
Merupakan gangguan fungsi pergerakan
h. Ileus Paralitik (distensi abdomen, mual).
18
b. Riwayat kesehatan
1). Keluhan utama
Biasanya pasien dengan luka bakar mengeluh adanya nyeri,
tergantung dari derajat luka bakar dan luasnya luka bakar juga
menentukan beratnya nyeri. Misalnya daerah wajah akan lebih
mengalami nyeri yang lebih berat bila dibandingkan dengan
daerah ekstrimitas. Selain itu luka bisa disertai dengan tanda-
tanda syok seperti penurunan kesadaran, tanda-tanda vital yang
tidak stabil.
2). Riwayat Kesehatan Sekarang
Saat dikaji pasien mengeluh Nyeri pada daerah yang terkena luka
bakar, napas sesak, sering merasa haus dan tidak napsu makan
3). Riwayat Kesehatan Dahulu
Perlu dikaji apakah pernah mengalami luka bakar sebelumnya,
riwayat pengobatan luka bakar terdahulu.Kaji riwayat penyakit
jantung, ginjal, paru-paru dan DM.
4). Riwayat Kesehatan Keluarga
Kaji adakah riwayat penyakit yang sama pada keluarga klien
seperti yang dialaminya sekarang. Apakah dalam keluarga klien
ada yang punya penyakit keturunan seperti asma, jantung dan
DM.
19
4) EKG
Tanda ischemia, disritmia dapat terjadi pada luka bakar listrik.
2. Analisa Data
Data yang sudah ada dikumpulkan kemudian dikelompokkan
berdasarkan masalahnya kemudian dianalisa sehingga menghasilkan
masalah keperawatan yang nantinya akan terjadi diagnosa keperawatan.
2.Diagnosa Keperawatan
3. Perencanaan
berikan ke
pasien
Intoleransi aktifitas Setelah dilakukan 1.bantu klien 1.untuk
3. berhubungan dengan tindakan untuk mengetahui
kelemahan umum keperawatan selama mengidentifikasi aktivitas apa
….x 24 jam aktivitas yang yang mampu
diharapkan mampu dilakukan dilakukan
mendapatkan 2.bantu 2.untuk
kriteria hasil : mengidentifikasi mengetahui
1.mampu melakukan aktivitas yang di aktivitas
aktivitas sehari-hari sukai yang disukai
secara mandiri 3.bantu klien 3.agar
2.mampu berpindah untuk melakukan pasien dapat
dengan bantuan atau dan membuat melakukan
tanpa bantuan jadwal latihan latihan
aktivitas di waktu anggota
luang gerak di
waktu luang.
Gangguan integritas Tissue integritiskin 1.monitor kulit 1.adanya
kulit b/d turgor kulit dan muccos adanya kemerahan
4. menurun. membran tujuan . kemerahan dan gatal
Setelah dilakukan 2.jaga kebersihan pada kulit.
tindakan kulit agar tetap 2.kulit yang
keperawatan selama kering dan basah dapat
….x 24 jam sehat. menyebabka
diharapkan keruskan 3.kolaborasi n gatal pada
integritas kulit dalam menjaga kulit dan
pasien berkurang kebersihan dan kulit
dengan kriteria menggunakan menjadi
hasil: krim lembab
1. integritas kulit 3.menghilan
bisa gkan ketidak
dipertahankan nyamanan
24
normal mengetahui
2. Tidak ada keadaan
tanda-tanda umum klien
dehidrasi,
elastisitas
turgor kulit
baik,
membrane
mukosa
lembab,
tidak ada
rasa haus
yang
berlebihan
4. Implementasi keperawatan
Dalam tahap implementasi maka akan dilaksanakan tindakan keperawatan
yang sesuai dengan rencana keperawatan
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan. Evaluasi
menunjukkan masalah mana yang telah dipecahkan yang mana perlu dikaji ulang
dalam perencanaan keperawatan
b.Wawancara (Interview)
A.Kelompok besar
a.Ceramah: metode yang cocok untuk sasaran yang berpendidikan tinggi maupun
rendah.
b.Seminar: hanya cocok untuk sasaran yang berpendidikan menengah keatas.
Seminar adalah suatu penyajian
(presentasi) dari satu ahli atau beberapa dan biasanya dianggap hangat di
masyarakat.
B.Kelompok kecil
Metode pendidikan massa Pada umumnya bentuk pendekatan (cara) ini adalah
tidak langsung. Biasanya menggunakan atau melalui media massa
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
30
Mengingat kasus luka bakar merupakan suatu cidera berat yang memerlukan
penanganan dan penatalaksanaan yang sangat komplek dengan biaya yang cukup
tinggi serta angka morbiditas dan mortalitas karena beberapa faktor penderita,
factor pelayanan petugas, factor fasilitas pelayanan dan faktor cideranya. Untuk
penanganan luka bakar perlu perlu diketahui fase luka bakar, penyebab luka
bakar, derajat kedalaman luka bakar, luas luka bakar. Pada penanganan luka
bakar seperti penanganan trauma yang lain ditangani secara teliti dan sistematik.
Penatalaksanaan sejak awal harus sebaik – baiknya karena pertolongan pertama
kali sangat menentukan perjalanan penyakit ini.
3.2 Saran
Adapun saran penulis kepada para pembaca, diharapkan dapat memahaminya
dan mengetahui tentang luka bakar khususnya pada luka bakar dengan traumra
inhalasi dan dapat memahami tindakan, khususnya dalam tindakan sebagai
seorang perawat profesinal.
DAFTAR PUSTAKA
30
31
Scanlon, Valerie C, Buku ajar anatomi dan fisiologi, Edisi 3, Jakarta, EGC,
2006.
Hinchliff, Sue, Kamus Keperawatan, Edisi 17, Jakarta, EGC,1999.
Marilynn E Doengoes, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Jakarta, EGC,
1999.
Brunner & Suddarth, Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, Vol 3, Jakarta,
EGC, 2001
NANDA, NICNOC, Asuhan Keperawatan, jilid 2, Jakarta, Mediaction
publishing, 2013
patricia.yulistianty.wordpress.com/2016/02/25/sistem anatomi fisiologi
sistem integumen dan higiene/
Mutaqin, Arif. 2000. Asuhan Keperawatan Luka Bakar. Jakarta : EGC
Corwin. 2001. Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC
Andra & Yessie. 2013. Kamus Asuhan Keperawatan. Bandung : Sailemba
Smeltzer, suzanna. 2002. Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC
Effendi. 1999. Kamus Asuhan Keperawatan Sistem Integumen. Jakarta : EGC