Anda di halaman 1dari 8

TUGAS

ILMU ALAMIAH DASAR

DOSEN PEMBIMBING

Wiwi Noviati,M.Pd

Di susun oleh :

Zuama Widyaiswara

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SAMAWA

2020
1.Bioteknologi dalam Bidang pertanian

Bioteknologi pertanian merupakan salah satu cabang ilmu yang penting dalam pengembangan
bioteknologi yang diarahkan untuk pemenuhan kebutuhan manusia akan pangan. Sebagai negara tropis
dan agraris yang sebagian besar penduduknyamemiliki mata pencaharian dalam bidang pertanian,
Indonesia memiliki keragaman flora dan fauna yang sangat tinggi, serta ketergantungan terhadap sektor
pertanian yang amat besar, sehingga upaya pengembangan bioteknologi merupakan hal yang mutlak.

Adanya perbaikan sifat tanaman dapat dilakukan dengan teknik modifikasi genetik dengan
bioteknologi untuk memperoleh varietas unggul , produksi tinggi , tahan hama , patogen , dan herbisida.
Perkembangan Biologi Molekuler memberikan sumbangan yang besar terhadap kemajuan ilmu
pemuliaan ilmu tanaman (plant breeding). Suatu hal yang tidak dapat dipungkiri bahwa perbaikan genetis
melalui pemuliaan tanaman konvensional telah memberikan konstribusi yang sangat besar dalam
penyediaan pangan dunia.

Padi merupakan komoditi penting karena merupakan makanan pokok hampir setengah penduduk
dunia di mana sebagian besar berasal dari negara berkembang termasuk Indonesia. Penyediaan beras bagi
penduduk dunia yang tumbuh pesat merupakan tantangan berat. Ketersediaan pangan harus dipenuhi
dalam kondisi di mana lahan subur berkurang setiap tahun, ketersediaan air terbatas, dan ada serangan
hama penyakit. 

Salah satu hama yang menyerang tanaman padi adalah hama penggerek batang padi kuning
(Scirpophaga incertulas) merupakan hama perusak tanaman padi peringkat satu di Indonesia. Pada
tanaman padi, secara garis besar ada dua teknik transfer gen yang telah berhasil diterapkan, yaitu transfer
gen secara langsung (misalnya dengan senyawa kimia polyethylene glycol (PEG), alat elektroporator,
atau penembak DNA), atau secara tidak langsung dengan menggunakan bantuan bakteri tanah
Agrobacterium tumefaciens (Slamet-Loedin, 1994).. 

Program pemuliaan padi yang mengarah pada pembentukan varietas tahan hama untuk
peningkatan hasil sampai saat ini terus dilakukan. Hal ini merupakan cara yang paling efektif dan efisien
dalam menanggulangi hama penyakit untuk peningkatan produktivitas. Dengan demikian, pemuliaan
varietas padi tahan hama tersebut dapat dilakukan perbanyakan padi dengan teknik kultur anther atau
kultur pollen.

Kultur anther merupakan salah satu metode perbanyakan tanaman dengan teknik in-vitro dengan
tujuan untuk mendapatkan tanaman haploid yang unggul yang dapat dipergunakan untuk menghasilkan
kultivar-kultivar baru. 

Tanaman haploid adalah tanaman yang mempunyai jumlah kromosom yang sama dengan
kromosom gamet (N).Tanaman haploid yang diperoleh dari kultur anther dapat digunakan untuk
mendeteksi mutasi rekombinan yang unik, karena mutasi yang resesif tidak muncul dalam keadaan
diploid, dan pada penggandaan jumlah kromosom akan diperoleh tanaman yang homozygot.

Prosedur teknik kultur anther pada pemuliaan tanaman padi terbagi ke dalam tahapan-tahapan
sebagai berikut: pemilihan tetua atau hasil dari padi transgenik, pemeliharaan tanaman unggul/ padi
transgenik sumber eksplan, penyiapan eksplan, kultur anthera in vitro, aklimatisasi, dan penanganan
tanaman pasca aklimatisasi, karakterisasi tanaman haploid ganda, perbanyakan benih haploid ganda dan
seleksi untuk karakter yang diinginkan.
2. pemanfaatan bioteknologi di bidang peternakan

Bioteknologi adalah suatu teknik modern untuk mengubah bahan mentah melalui transformasi
biologi sehingga menjadi produk yang berguna. Ciri-ciri utama bioteknologi adalah adanya benda biologi
berupa benda mikroorganisme tumbuhan atau hewan, adanya pendayagunaan secara teknologi dan
industri, dan produk yang dihasilkan adalah hasil ekstraksi dan pemurnian. Dalam bidang peternakan,
bioteknologi dimanfaatkan untuk menghasilkan vaksin, antibodi, pakan bergizi tinggi, dan hormon
pertumbuhan. Contoh vaksin untuk ternak yaitu vaksin untuk penyakit mulut dan kuku pada mamalia,
vaksin NCD untuk mengobati penyakit tetelo pada unggas, dan vaksin untuk penyakit flu burung.

Penerapan bioteknologi pada peternakan Teknologi induk buatan sering dilakukan pada hewan
langka yang sulit bereproduksi secara alami. Embrio hewan ini ditransplantasikan pada rahim spesies lain
yang masih berkerabat. Dengan cara ini diharapkan hewan langka tersebut terhindar dari ancaman
kepunahan. Berikut beberapa penerapan prinsip bioteknologi dalam bidang peternakan :

Teknologi transplantasi nukleus Dikenal dengan teknologi kloning yaitu teknologi yang
digunakan untuk menghasilkan individu duplikasi (mirip dengan induknya). Teknologi kloning telah
berhasil dilakukan pada beberapa jenis hewan. Salah satunya adalah pengkloningan domba yang dikenal
dengan domba Dolly. Melalui kloning hewan, beberapa organ manusia untuk keperluan transplantasi
penyembuhan suatu penyakit berhasil dibentuk. Tahapan teknologi kloning adalah; Isolasi nukleus (inti
sel) dari hewan donor, Isolasi sel telur, Pengambilan nukleus dari sel telur, Penggabungan nukleus dengan
sel telur, Pemasukan sel telur kedalam rahim

Teknik inseminasi buatan Dikenal dengan nama kawin suntik, adalah suatu cara atau teknik untuk
memasukkan sperma yang telah dicairkan dan diproses terlebih dahulu yang berasal dari ternak jantan ke
dalam saluran alat kelamin betina dengan menggunakan metode dan alat khusus yang disebut “
insemination gun”.

Transfer embrio Apabila kawin suntik memfokuskan pada sperma jantan, maka transfer embrio
tidak hanya potensi dari jantan saja yang dioptimalkan, melainkan potensi betina berkualitas unggul juga
dapat dimanfaatkan secara optimal. Teknik TE ini, betina unggul tidak perlu bunting tetapi hanya
berfungsi menghasilkan embrio yang untuk selanjutnya bisa ditransfer pada induk titipan dengan kualitas
yang tidak perlu bagus tetapi memiliki kemampuan untuk bunting. Embrio yang akan ditransfer ke
resipien disimpan dalam foley kateter dua jalur yang steril (tergantung ukuran serviks). Sebelum
dilakukan panen embrio, bagian vulva dan vagina dibersihkan dan disterilkan dengan kapas yang
mengandung alcohol 70%. Embrio yang didapat dapat langsung di transfer ke dalam sapi resipien atau
dibekukan untuk disimpan dan di transfer pada waktu lain.

Teknologi transgenik Hewan transgenik adalah hewan yang telah mengalami rekayasa genetika
sehingga dihasilkan hewan dengan sifat yang diharapkan. Teknologi transgenik pada hewan dilakukan
dengan cara penyuntingan fragmen DNA secara mikro ke dalam sel telur yang telah mengalami
pembuahan. Tujuan dari teknologi ini adalah meningkatkan produk dari hewan ternak seperti daging susu,
dan telur.

Hormon bst (bovine somatotrophin) Hormon ini dapat memicu pertumbuhan dan meningkatkan
produksi susu. BST ini mengontrol laktasi (pengeluaran susu) pada sapi dengan meningkatkan jumlah sel-
sel kelenjar susu. Jika hormon yang dibuat dengan rekayasa genetika ini disuntuikkan pada hewan, maka
produksi susu akan meningkat 20%. Pemakaian BST telah disetujui oleh FDA (Food and Drug
Administration), lembaga pengawasan obat dan makanan di Amerika. Amerika berpendapat susu yang
dihasilkan karena hormon BST aman di konsumsi tapi di Eropa hal ini dilarang karena penyakit mastitis
pada hewan yang diberikan hormon ini meningkat 70%.

3. Pemanfaatan bioteknologi dalam bidang lingkungan

Dalam bidang lingkungan hidup misalnya, bioteknologi berfungsi/berperan penting sebagai agen
biologis yang dapat mengatasi permasalahan yang ada di lingkungan seperti pencemaran lingkungan oleh
limbah, sampah, dan seterusnya. Selain pencemaran lingkungan, bioteknologi modern juga digunakan
sebagai biokontrol dan sebagai biofertilizer untuk meningkatkan tingkat kesuburan tanah di area
pertanian.

Bioremediasi merupakan proses penguraian limbah organik/anorganik sebagai polutan yang


dilakukan secara biologis. Beberapa contoh bioteknologi dari peranan ini seperti:

degradasi plastik yang memanfaatkan spesies Clasdoporium resinae, ulat mealworm yang mampu
menguraikan plastik berbahan dasar polistirena. Selain itu, cacing lilin dari spesies Galerria mellonella
dapat memakan plastik polyethylen. Dari ketiga spesies organisme tersebut diharapkan nantinya mampu
diaplikasikan dalam penanggulangan sampah yang dapat membahayakan lingkungan ekosistem alam ini;

tumpahan minyak di penambangan di area laut juga dapat menjadi pencemaran air di lautan
hingga sekitaran pantai. Tentu hal ini akan membahayakan bagi keberlangsungan hidup ekosistem laut
seperti ikan, kerang, kura-kura, dan hewan/tumbuhan lainnya. Maka dari itu, telah ditemukan oleh
peneliti yaitu mikroorganisme yang mampu menguraikan minyak melalui mekanisme biosurfaktan yang
mampu mengurangi tegangan permukaan, sama dengan prinsip kerja detergen. Jenis bakterinya adalah
Pseudomonas sp. dan jamur Cladosporium resinae;

Detoksifikasi logam berat yang berasal dari limbah industri. Salah satu jenis logam berat yang
sering membahayakan bagi ekosistem perairan dan manusia adalah logam merkuri. Limbah merkuri ini
jika mencemari laut biasanya pada tubuh ikan akan terpapar/terakumulasi merkuri. Dan jika seseorang
mengonsumsi ikan yang teracuni merkuri, maka manusia bisa keracunan, mual, muntah, diare, pingsan
bahkan kematian. Mikroorganisme di alam yang mampu mendegradasi sekaligus mendetoksifikasi logam
berat seperti dari kelompok bakteri Bacillus, Pseudomonas, Corynebacterium, Micococcus, dan vibrio.

Penemuan teknologi transfer gen oleh plasmid pada tahun 1973 memberikan perubahan
revolusioner di bidang bioteknologi dalam mengaransemen ulang dan memodifikasi struktur
genetis spesies biologis. Pada tahun 1990an, dilakukan banyak penelitian dan percobaan tekait
penerapan teknologi ini dalam bidang pertanian. Ekspresi protein, penanda genetis, dll telah
dilakukan selama masa ini.

Dalam era ini pula, tanaman pangan termodifikasi mulai diproduksi dalam skala komersial,
bukan hanya sebagai objek di laboratorium. Hingga pada tahun 2000, sekitar 20% jagung, 50%
kedelai dan 75% kapas yang diproduksi di Amerika Serikat merupakan tanaman termodifikasi
yang memiliki resistensi terhadap serangga dan herbisida. Tanaman ini merupakan beberapa
contoh dari apa yang kita kenal sebagai Genetically Modified Organism (GMO).

Genetically Modified Organism merupakan organisme yang mengalami perubahan secara genetis
akibat penggunaan teknologi rekombinasi DNA. Penggunaan GMO telah meluas dan dianggap
memiliki berbagai manfaat sebagai berikut.
1. Produksi tinggi sebagai solusi masalah kemiskinan, kelaparan, ketahanan pangan, bahaya
lingkungan.
2. Kualitas terjamin menjadi daya tarik dalam peningkatan competitive advantages.
3. Kesejahteraan petani meningkat karena peningkatan produksi tani.
4. Keamanan dari pengrusakan lingkungan (ekosistem alami).

Selain itu, GMO juga memiliki isu etika dan bantahan secara meluas terkait hal-hal berikut.

1.       Solusi ketahanan pangan negara berkembang.

Terdapat dua asumsi yang berhubungan dengan hal ini, yaitu:

1. Kelaparan terjadi akibat perbedaan produksi pangan dan laju pertumbuhan penduduk.
2. Rekayasa genetika merupakan solusi terbaik atau satu-satunya solusi untuk meningkatkan
produksi pertanian dalam memenuhi kebutuhan pangan.

Nyatanya, kelaparan lebih disebabkan oleh perbedaan akses terhadap pangan. Di satu tempat
melimpah hingga harga jatuh, di satu tempat pangan mengalami kelangkaan. Selain itu, rekayasa
genetika masih memiliki berbagai kendala sehingga belum secara utuh dianggap sebagai solusi
terbaik apalagi satu-satunya solusi dalam bidang pertanian.

2.       Jaminan kualitas

Kualitas yang dikatakan “terjamin” pada dasarnya hanya terbatas pada kualitas dari parameter-
parameter pasar yang sengaja dikembangkan oleh industri. Parameter lain yang tidak tercakup
dalam pertimbangan pasar sama sekali tidak terjamin. Misal: parameter lingkungan,
survivabilitas organisme, kesehatan konsumen, dll.

3.       Kesejahteraan petani

Peningkatan produksi pertanian dianggap sebagai salah satu kunci mengapa penggunaan GMO
dianggap akan meningkatkan kesejahteraan petani. Namun, nyatanya kesejahteraan petani justru
terancam karena produk GMO menggunakan hak paten yang dimiliki perusahan besar.
Pelanggaran hak paten (yang banyak tidak dipahami petani awam) justru dapat menjerat petani
dengan keras secara hukum.

Selain itu, meski produksinya tinggi, penggunaan tanaman ini juga membutuhkan input yang
tinggi berupa pemupukan dan pemberian pestisida.

4.       Keamanan kesehatan konsumen

Produk GMO merupakan organisme hasil rekayasa yang tidak dihasilkan melalui proses
koevolusi dan koadaptasi manusia dengan bahan pangan yang dikonsumsinya. Dengan begitu,
GMO memiliki karakter yang tidak dikenal sehingga tidak dapat dipastikan keamanan dalam
pengonsumsiannya.
Misal jika penggunaan GMO pun merupakan satu-satunya solusi suatu masalah, apakah ia aman
bagi konsumennya? Apakah ia memenuhi aspek Bioetika dari penerapan teknologi yang
berhubungan dengan keberlangsungan hidup manusia?

Dari sisi otonomi, selagi tidak ada paksaan atas penggunaannya, GMO tidak menjadi masalah.
Meskipun begitu, penggunaan GMO belum dapat membuktikan keabsahannya dari sisi
beneficence dan non-maleficence. Jika melihat nasib petani dan konsumen, maka GMO tidak
memberikan janji posistif pada konsep justice yang menjadi inti dari Bioetika.

5.       Keamanan lingkungan

Sejauh ini, GMO dianggap merupakan solusi masalah lingkungan dengan konsep intensifikasi
yang meminimalkan pengrusakan ekosistem alami. Faktanya, GMO memiliki karakter liar yang
sangat rendah sehingga membutuhkan input maintenance sangat besar. Input pada sistem ini
merupakan salah satu kunci kerusakan lingkungan. misal: masalah pemupukan dan penggunaan
pestisida.

Selain itu, terdapat ancaman keamanan lingkungan dengan dilepaskannya benih ke ekosistem.
Bagaimanapun, penanaman GMO tetap dilakukan dalam sistem yang berhubungan dengan
ekosistem alami. Sangat tidak memungkinkan untuk produksi massal GMO dalam suatu sistem
tertutup. Akibatnya, meski petani telah memberikan proteksi seketat mungkin, resiko lepasan
benih GMO ke lingkungan tetap ada. Dengan sifat termodifikasinya, terdapat dua kemungkinan
atas benih tersebut. Pertama, tidak survive. Kedua, menjadi spesies alien invasif.

Terkait kemungkinan kedua, GMO merupakan organisme hasil rekayasa yang tidak dihasilkan
melalui proses koevolusi dan koadaptasi spesies asal GMO dengan lingkungan. Spesies alien
berasal dari luar habitat, namun masih menjalani koevolusi dan koadaptasi di suatu tempat dalam
biosfer. GMO sama sekali organisme tak dikenal dalam keseluruhan sistem biosfer. Karena itu,
GMO memiliki karakter yang tidak dikenal yang tingkat bahayanya melebihi spesies alien
invasif non-GMO.

6.       Integritas spesies dan kepunahan biodiversitas

Setiap spesies secara evolutif terbentuk dengan kesatuan diri yang menyebabkannya menjadi
satu spesies tunggal dengan karakter genetis yang khas. Hal ini ditentukan oleh karakter genetis
yang dikandung DNA. Pengubahan blue print kehidupan dalam DNA suatu spesies memiliki
resiko pengrusakan integritas spesiesnya.

Penggunaan GMO dalam skala besar dengan karakter alien yang dimilikinya memiliki
kemungkinan merusak dan memusnahkan spesies asli. Dalam kondisi ini, plasma nutfah spesies
asli punah dan digantikan GMO yang secara evolutif tidak dikenal oleh ekosistem.

Padahal sesuai dengan nilai intrinsik (objektif) yang dikandungnya, setiap spesies secara evolutif
memiliki tujuan hidup yang bersifat umum dan setara, terdapat pada semua spesies terlepas dari
hirarki filogenik dan filogenetiknya. Suatu hak yang tidak dapat dibantah untuk “makan,
tumbuh, mencapai kedewasaan, berreproduksi, survive sebagai spesies”. Mikroba,
tumbuhan, hewan (termasuk manusia) memiliki hak ini

4. pemanfaatan bioteknologi dalam bidang Kesehatan

Secara ringkasnya bioteknologi, begitu penting dalam perkembangan dunia medis. Banyak
manfaat yang dapat diberikan oleh bioteknologi untuk kesehatan, di antaranya dapat mengembangkan
metode yang lebih murah dan efektif dalam menyediakan interferon murni bagi penelitian dan akhirnya
untuk penggunaan luas dibidang pengobatan bioteknologi menyumbang metode mengatasi penyakit yang
disebabkan oleh virus. 

Di samping memerangi penyakit yang disebabkan oleh virus, bakteri dan protozoa, bioteknologi
juga dapat membantu menyembuhkan gangguan yang diakibatkan oleh ketidakseimbangan atau
kesalahan dalam kimiawi tubuh, termasuk beberapa penyakit menurun. 

Peran bioteknologi pada umumnya dan pengembangan baru teknik rekayasa genetik yang
diterapkan di bidang kesehatan dan produksi obat-obatan untuk kesehatan masyarakat. Tidak
perlu diragukan lagi, bahwa kemajuan dibidang teknologi dapat meningkatkan upaya
pemeliharaan kesehatan masyarakat. 

Berbagai aspek bioteknologi telah dijadikan dasar pembuatan rancangan-rancangan untuk


memerangi penyakit, terutama dalam usaha menemukan jenis-jenis mikroba baru yang ada di
dalam alam atau diciptakan melalui rekayasa genetik, yang dapat digunakan untuk memproduksi
berbagai obat, vaksin, hormon, dan enzim. Sarana baru, seperti antibodi minoklonal, dapat
membantu diagnosis dan terapi, sedangkan fusi sel dapat menyediakan antibiotika baru yang
berkemampuan tinggi.

Misalnya, antibiotika penisilin yang diproduksi oleh jamur penicillium hasil rekayasa genetika
menghasilkan penisilin dalam jumlah gram/liter yang lebih besar dari penicillum asli, karena
disisipkan ke dalam gen jamur tersebut suatu "enhancer" atau pemacu ekspresi gen yang mampu
melipatgandakan produk penisilin.

Vaksin diproduksi oleh industri mikrobiologi. Banyak vaksin antivirus yang merupakan produksi
besar-besaran dari pemanfaatan telur ayam atau kultur sel. Produksi vaksin untuk penyakit
infeksi bakteri umumnya membutuhkan pertumbuhan bakteri dalam jumlah besar. Teknik
rekayasa genetik sangat penting untuk mengembangkan dan memproduksi vaksin subunit.

Penelitian pembuatan berbagai jenis vaksin untuk berbagai infeksi kuman, virus maupun parasit
dengan pendekatan bioteknologi juga amat berkembang. Diramalkan bahwa dalam 25 tahun
mendatang, untuk satu kali vaksinasi dapat dicegah beberapa penyakit sekaligus, seperti DPT,
campak, hepatitis B, pertusis, cacar dan malaria.

Teknologi baru ini sekarang diperhitungkan untuk memberikan dampak utama dalam praktik
kedokteran yang meliputi semua spektrum penyakit manusia dari kanker dan gangguan ginjal
sampai infeksi yang disebabkan oleh virus dan bakteri. Potensi aplikasi antibodi monoklonal
termasuk meningkatkan pertahanan alamiah penderita, memperbaiki peluang transplantasi organ,
mengarahkan obat menuju bagian tubuh yang spesifik, dan memurnikan obat-obatan sebelum
diberikan pada penderita.

Anda mungkin juga menyukai