Anda di halaman 1dari 20

PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS

“PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING


PLUS TEMAN SEJAWAT UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN
HASIL BELAJAR PARKTIK SISWA KELAS XII TKRO/ B MATERI DIAGNOSIS
SISTEM BAHAN BAKAR INJEKSI DI SMK NEGERI 1 KAWUNGANTEN
TAHUN PELAJARAN 2020/2021”

Nama : NURSAMSUDIN, S.Pd.


Sekolah : SMK NEGERI 1 KAWUNGANTEN
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan menengah kejuruan atau yang lebih dikenal dengan sebutan SMK
merupakan sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional pada jenjang
pendidikan menengah dengan berbagai pengembangan kemampuan peserta didik
agar dapat bekerja dalam bidang tertentu, mampu beinteraksi dan beradaptasi di
lingkungan kerja, mampu melihat peluang kerja, serta mampu mengembangan diri
di masa yang akan datang.
Salah satu karakteristik dari lulusan SMK dibandingkan dngan lulusan
menengah lainnya yaitu lulusan SMK memiliki kompetensi untuk melaksanakan
perkerjaan tertentu dan dapat mengembangkan dirinya di dunia kerja serta
memiliki pengalaman untuk menjalani kehidupannya secara baik dan layak,
sehingga salah satu substansi atau isi kurikulum SMK dikemas dengan pendekatan
yang berbasis kompetensi (competency based curricullum). Hal ini sesuai dengan
tujuan SMK yang dijelaskan dalam pasal 3 Undang-Undang Sistem Pendidikan
Nasional tahun 2003 yang menjelaskan bahwa “Pendidikan Kejuruan adalah
pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja
dalam bidang tertentu”. Berdasarkan tujuan tersebut maka untuk menyiapkan
tenaga kerja yang berkualitas dibutuhkan kemampuan yang memadai untuk
mencapai hasil yang diharapkan.
Berbagai macam masalah dalam dunia pendidikan terutama selama
pembelajaran disekolah banyak bermunculan seiring dengan perkembangan
zaman dan keberagaman karakter pada setiap peserta didik. Dalam proses
pembelajaran disekolah saat ini, peserta didik kurang memperhatikan proses
pembelajaran didalam kelas dan bengkel. Banyak diantaranya hanya sekedar
mendengarkan dan menghafal pelajaran ataupun informasi dari guru karena
selama proses pembelajaran berlangsung guru menerapkan model pembelajaran

1
yang sama untuk semua kompetensi tanpa mempertimbangkan esensi atau tujuan
kompetensi yang ingin dicapai yaitu dengan metode ceramah, diskusi dan
penugasan. Mungkin metode ini cocok untuk kompetensi tertentu dan tidak cocok
dengan kompetensi yang lain seperti halnya pada kompetensi diagnosis engine
pada mata pelajaran pemeliharaan mesin kendaraan ringan. Peserta didik sebagian
besar hanya dipaksa untuk mengingat dan mengetahui dari buku saja tentang
berbagai informasi tanpa untuk menghubungkannya dengan kehidupan sehari-
hari. Disamping itu dengan model pembelajaran ini terlihat hanya beberapa siswa
yang aktif dalam pembelajaran dan jarang sekali siswa memberanikan diri untuk
bertanya kepada guru ketika diberi kesempatan untuk bertanya. Alhasil peserta
didik lebih pasif dalam kegiatan belajar mengajar dan capain nilai batas KKM
siswa yang masih rendah serta dapat dilihat juga ketika peserta didik lulus dari
sekolah, hanya akan pandai dalam segi kognitif saja, akan tetapi mereka akan
lemah akan informasi yang menghubungkan dari kehidupan sehari-hari terutama
pada kompetensi diagnosis sistem.
Proses belajar mengajar yang baik tentunya akan berpengaruh pada
kemampuan peserta didik karena dalam proses belajar mengajar sasaran utamanya
adalah peserta didik. Oleh karena itu pendidik atau guru harus mampu
menciptakan suasana belajar yang tidak membosankan serta kondusif bagi peserta
didik agar peserta didik dapat melakukan belajar secara mudah, lancar dan aktif.
Dengan pemilihan dan penggunaan model pembelajaran yang tepat sesuai
kompetensi yang ingin dicapai setiap kompetensi dasarnya maka akan
menentukan seberapa efektif dan efisien proses pembelajaran tersebut diterapkan.
Model yang dimaksud tentunya yang dapat memberikan pengaruh positif
dalam proses belajar peserta didik seperti mampu meningkat keaktifan dan hasil
belajar yang diperoleh peserta didik menjadi lebih baik karena sayogyanya model
pembelajaran dalam proses belajar mengajara baik dikelas maupun bengkel akan
menentukan kualitas hasil belajar yang akan dicapai.
Berdasarkan observasi awal yang di lakukan guru di SMK Negeri 1
Kawunganten disela-sela kegiatan belajar mengajar dengan penerapan metode
pembelajaran berupa ceramah, diskusi dan penugasan ternyata ditemui masalah

2
yang serupa dengan diatas yaitu perolehan hasil belajar siswa kelas XII TKRO/B
yang masih rendah yaitu hanya berkisar 30,55 % siswa yang mampu memenuhi
nilai KKM dari jumlah seluruh siswa dengan nilai terendah 35,00 dan nilai
tertinggi 85,00 dibandingkan dengan kelas-kelas yang lain yaitu kelas XII
TKRO/A Sebanyak 91,68 % siswa memenuhi KKM dengan nilai tertinggi 90 dan
nilai terendah 70 dan Kelas XII TKRO/C sebanyak 94,45 % Siswa memenuhi
KKM dengan nilai tertinggi 95 dan terendah 72. begitu juga dengan keaktifan
siswa pada kelas XII TKRO/B ini juga terlihat rendah dibandingkan dengan kelas
yang lainnya meskipun guru sudah memencoba memberikan stimulus agar siswa
berani mengajukan pertanyaan. Hanya beberapa siswa yang aktif dalam sesi
diskusi yang dibuat oleh guru. Sehingga perlu dikembangkan model pembelajaran
yang dapat meningkatkan keaktifan peserta didik dan hasil belajar peserta didik.
Dalam upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut diatas, maka perlu
adanya tindakan yang di lakukan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran,
salah satunya yaitu dengan menerapkan model pembelajaran yang berbeda dalam
kegiatan pembelajaran. Dengan mengunakan model pembelajaran yang tepat,
maka diharapkan dapat membuat peserta didik menjadi lebih aktif dalam
mengikuti proses belajar mengajar dan hasil belajar yang diperoleh peserta didik
juga akan lebih baik dari sebelumnya.
Upaya yang dilakukan peneliti untuk menjawab permasalahan tersebut adalah
dengan menerpakan model pembelajaran berbasis masalah atau problem based
learning plus teman sejawat. Darmadi (2017) menyatakan bahwa pembelajaran
berbasis masalah merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yang menyajikan
masalah kontekstual sehingga merangsang peserta didik untuk belajar. Pada
pembelajaran problem based leaning siswa dituntut untuk melakukan pemecahan
masalah masalah yang disajikan dengan cara menggali informasi sebanyak
banyaknya, kemudian dianalisis dan dicari solusi dari permasalahan yang ada.
Sedangkan tutor sebaya atau juga dikenal dengan metode Team Assisted
Individualization, Menurut Susilowati (2009) adalah orang yang dipilih dari siswa
atau orang lain yang mempunyai kemampuan lebih untuk membantu siswa
lainnya yang kemampuannya kurang dalam belajar. Teman sejawat diciptakan

3
untuk memudahkan siswa belajar, karena mengajarkan siswa untuk saling
membantu dalam pembelajaran. Penerapan model pembelajaran teman sebaya
mampu memberikan solusi rendahnya keaktifan siswa, karena dengan metode ini
siswa dapat bekerja aktif dan bertukar pendapat tanpa ada rasa kurang percaya
diri, karena yang menjadi pembimbing adalah teman sebayanya. Selain itu siswa
juga belajar untuk bertanggung jawab dan menghargai pendapat temannya.
Kemampuan siswa dalam mengemukakan pendapat dan menghargai pendapat
orang lain merupakan suatu kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa.
Berdasarkan uraian permasalahan tersebut diatas, maka dapat diketahui bahwa
Keaktifan dan hasil belajar peserta didik masih rendah diduga karena rendahnya
keaktifan peserta didik yang dipengaruhi oleh penerapan metode dan model
pembelajaran yang kurang sesuai dengan karakter peserta didik dan tujuan
kompetensi yang diharapakan. Sehingga, perlu adanya perbaikan agar keaktifan
dan hasil belajar peserta didik dapat meningkat. Salah satu upaya untuk
meningkatkan keaktifan dan hasil belajar peserta didik adalah dengan menerapkan
model pembelajaran problem based learning plus teman sejawat. Dengan
demikian, maka penelitian ini berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Problem
Based Learning Plus Teman Sejawat Untuk Meningkatkan Keaktifan Dan Hasil
Belajar Parktik Siswa Kelas XII TKRO/ B Materi Diagnosis Sistem Bahan Bakar
Injeksi Di SMK Negeri 1 Kawunganten Tahun Pelajaran 2020/2021”.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan pemaparan latar belakang belakang masalah tersebut, dapat
diidentifikasi beberapa masalah yang muncul dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Rendahnya tingkat keaktifan peserta didik pada saat proses pembelajaran
berlangsung. Hal ini terlihat dari sedikitnya peserta didik yang merespon
deangan baik dan percaya diri terhadap pertanyaan dari guru maupun teman
sekelasnya pada saat sesi diskusi terkait dengan materi pembelajaran yang
sedang berlangsung meskipun guru sudah memberikan beberapa stimulus untuk
memacu keaktifan siswa tersebut. keaktifan peserta didik dalam mengikuti
pembelajaran dapat diamati mealui keterampilan peserta didik dalam bertanya,

4
menjawab pertanyaan, memberikan tanggapan maupun menyampaikan
pendapat atas materi yang sedang dipelajari.
2. Perolehan Hasil belajar peserta didik belum maksimal. Hal ini dapat dilihat dari
hasil nilai ulangan harian peserta didik mata pelajaran Pemeliharaan Mesin
Kendaraan Ringan pada salah satu kompetensi dasar diagnosis sistem bahan
bakar injeksi masih banyak yang belum mencapai nilai KKM yang telah
ditentukan yaitu sebesar 75. Hanya sekitar 30,55 % atau sekitar 11 peserta
didik yang sudah mencapai batas KKM dari jumlah keseluruhan peserta didik
kelas XII TKRO/ B yaitu sebanyak 36 peserta didik. Dengan demikian, dapat
diambil kesimpulan bahwa masih terdapat sekitar 69,45 % atau sebanyak 25
peserta didik yang belum mencapai batas KKM yang telah ditentukan pada
kelas XII TKRO/ B. Padahal Idealnya 100% dari jumlah peserta didik
dimasing-masing kelas harus dapat mencapai nilai KKM (Kriteria Ketuntasan
Minimum).

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang diuraikan diatas,
maka rumusan masalah dalam penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah penerapan model pembelajaran problem based learning plus teman
sejawat dapat meningkatkan keaktifan siswa kelas XII TKRO/B pada materi
diagnosis sistem bahan bakar injeksi SMK Negeri 1 Kawunganten tahun
pelajaran 2020/2021?
2. Apakah penerapan model pembelajaran problem based learning plus teman
sejawat dapat meningkatkan Hasil Belajar Praktik siswa kelas XII TKRO/B
pada materi diagnosis sistem bahan bakar injeksi SMK Negeri 1 Kawunganten
tahun pelajaran 2020/2021?

D. Tujuan Penelitian
Adapun Tujuan penelitian yang ingin peneliti capai dalam penelitian tindakan
kelas ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk Mengetahui peningkatkan keaktifan siswa pada materi diagnosis sistem
bahan bakar injeksi setelah diterapkannya model pembelajaran Problem Based

5
Learning Plus Teman Sejawat di Kelas XII TKRO/B SMK Negeri 1
Kawunganten.
2. Untuk Mengetahui peningkatkan Hasil Belajar Parktik siswa pada materi
diagnosis sistem bahan bakar injeksi setelah diterapkannya model
pembelajaran Problem Based Learning Plus Teman Sejawat di Kelas XII
TKRO/B SMK Negeri 1 Kawunganten

E. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian tindakan kelas ini diantaranya:
1. Bagi Siswa
Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat meningkatkan keaktifan dan
hasil belajar parktik siswa pada mata pelajaran Pemeliharaan Mesin
Kendaraan Ringan kompetensi atau Materi Diagnosis sistem bahan bakar
injeksi.
2. Bagi Guru
Dapat memberikan masukan dan bahan pertimbangan model pembelajaran
yang dapat diterapkan oleh guru dalam melaksanakan proses pembelajaran.
Agar dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran di kelas.
3. Bagi Peneliti lain
Sebagai referensi bagi peneliti lainnya yang akan melakukan penelitian
tindakan kelas dengan menerapkan model pembelajaran Problem Baed
Learning plus Teman Sejawat.
4. Bagi Sekolah
Dapat memberikan masukan dan bahan pertimbangan bagi sekolah untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran, salah satunya yaitu meningkatkan
keaktifan dan hasil pembelajaran siswa.

6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR

A. KAJIAN PUSTAKA
1. Metode Pembelajaran Teman Sejawat atau Tutor Sebaya
Tutor adalah orang yang dipilih dari siswa atau orang lain yang
mempunyai kemampuan lebih untuk membantu siswa lainnya yang
kemampuannya kurang dalam belajar (Susilowati, dkk.2009). Siswa yang
dipilih oleh guru sebagai tutor adalah siswa dalam satu kelas yang memiliki
kemampuan lebih cepat memahami materi yang diajarkan, serta memiliki
kemampuan menjelaskan ulang materi yang diajarkan kepada teman-
temannya.
Istilah tutor sebaya terkait dengan metode belajar mengajar merupakan
bantuan seorang atau beberapa orang siswa yang kompeten untuk
membimbing siswa lainnya dalam kelompok-kelompok kecil (Abdulloh
Sani, 2013). Metode tutor sebaya ini mengarahkan siswa untuk aktif
berdiskusi mengerjakan tugas kelompok dengan bimbingan atau arahan dari
temannya yang ditunjuk sebagai tutor sebaya. Sedangkan menurut Djamarah
dan Zain (2013) Menyatakan bahwa Siswa yang dipilih menjadi tutor ini
seumur (sebaya) dengan teman-temannya yang diberikan bantuan, maka

7
tutor tersebut sering dikenal dengan sebutan tutor sebaya atau tutor sejawat
Sehingga, tutor sebaya merupakan siswa yang dipilih menjadi tutor untuk
membantu siswa lainnya yang mengalami kesulitan belajar.
Berdasarkan beberapa penjelasan yang telah diuraikan diatas maka dapat
peneliti simpulkan bahwa Metode Pembelajaran teman sejawat atau lebih
dikenal dengan metode Tutor Sebaya Merupakan sebuah metode
pembelajaran dengan menjadikan teman sebayanya didalam kelompok kecil
masing-masing yang memiliki kompetensi lebih dibandingkan temannya
yang lain dalam kelompok tersebut sebagai tutor untuk membimbing dan
mengarahkan siswa atau temannya agar aktif mendiskusikan materi yang
sedang dipelajari dalam kelompok tersebut.

2. Model Pembelajaran Problem Based Learning


Model pembelajaran merupakan sebuah pola atau tahapan dalam
pembelajaran yang digunakan oleh pendidik atau guru sebagai pedoman
dalam menyusun rencana pembelajaran agar tujuan pembelajaran tersebut
dapat tercapai. Dalam memilih model pembelajaran harus memperhatikan
situasi dan kondisi peserta didik, lingkungan belajar dan sarana prasarana
yang dibutuhkan. Berdasarkan berbagai pertimbangan yang telah peneliti
uraikan pada latar belakang masalah, maka peneliti bermaksud untuk
menggunakan model problem based learning plus teman sejawat atau tutor
sebaya karena situasi dan kondisi yang terdapat pada subyek penelitian ini.
Model pembelajaran berbasis masalah atau lebih dikenal dengan istilah
model pembelajaran problem based learning (PBL). Menurut Darmadi
(2017) Pembelajaran berbasis masalah merupakan sebuah pendekatan
pembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual sehingga merangsang
peserta didik untuk belajar. Didalam kelas yang menerapkan model
pembelajaran berbasis masalah, peserta didik bekerja dalam tim untuk
memecahkan masalah dunia nyata. Masalah yang diberikan pada peserta
didik ini digunakan untuk mengikat rasa ingin tahu pada pembelajaran yang
dipelajari. Pembelajaran problem based learning didorong oleh tantangan,

8
masalah nyata, dan peserta didik bekerja dalam kelompok kolaborasi kecil.
Peserta didik didorong untuk bertanggungjawab terhadap kelompoknya dan
mengorganisir proses pembelajaran.
Abdulloh Sani (2014) juga mengemukakan bahwa Model pembelajaran
problem based learning merupakan pembelajaran yang penyampaiannya
dilakukan dengan cara menyajikan suatu permasalahan, mengajukan
pertanyaa-pertanyaan, memfasilitasi penyeledikan dan membuka dialog.
Model pembelajaran problem based learning menuntut peserta didik untuk
aktif melakukan penyelidikan dalam menyelesaikan suatu masalah sehingga
mampu meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berpikir kritis dan
kreatif. Sedangkan Model pembelajaran problem based learning menurut
Hamdayama (2016) merupakan pembelajaran yang memusatkan pada
masalah kehidupan yang bermakna bagi peserta didik.
Berdasarkan beberapa pengertian yang telah diuraikan diatas maka dapat
peneliti simpulkan bahwasannya model pembelajaran Problem Based
Learning pada penelitian ini adalah suatu model pembelajaran dengan
menyajikan masalah-masalah pada kehidupan nyata sebagai pusat
pembelajaran agar peserta didik dapat terangsang untuk belajar memecahkan
atau menemukan permasalahan tersebut sehingga peserta didik dapat
meningkatan keterampilan dan berfikir kritisnya dalam menyelesaikan suatu
masalah. Masalah yang dijadikan pembelajaran berhubungan dengan
kenyataan yang dialami oleh peserta didik terkait materi diagnosis sistem
bahan injeksi. Dalam model problem based learning, pembelajaran dilakukan
dengan menggunakan kelompok kecil untuk menyelesaikan permasalahan-
permasalahan yang sudah ditentukan sebelumnya oleh guru terkait materi
yang akan pelajari.
Adapun sintaks model pembelajaran problem based learning plus teman
sejawat atau tutor sebaya yang mungkin dikembangkan dalam dalam
kegiatan pembelajaran diagnosis sistem bahan bakar injeksi adalah sebagai
berikut:
a. Tahapan Pertama orientasi peserta didik pada masalah.

9
1) Guru menjelaskan tujuan dan materi pembelajaran dengan model
problem based Learning plus teman sajawat atau tutor sebaya yang
akan berlangsung.
2) Guru menjelaskan tahapan dalam problem based learning plus teman
sejawat.
3) Guru mendeskripsikan perangkat yang dibutuhkan dalam problem
based learning plus teman sejawat.
4) Guru memotivasi peserta didik agar terlibat dalam aktivitas pemecahan
masalah yang nantinya harus diselesaikan oleh kelompok masing-
masing.
b. Tahapan Kedua mengorganisasi peserta didik untuk belajar.
1) Guru membagi peserta didik menjadi kelompok kecil 7-8 orang
perkelompok dengan 1 orang sebagai tutor untuk memecahkan masalah
yang sudah disiapkan terkait materi ajar dengan sebelumnya menunjuk
sejumlah siswa sebagai totur berdasarkan kriteria yang telah ditentukan
sebelumnya.
2) Guru mendorong peserta didik untuk mengidentifikasi tugas-tugas
belajar terkait permasalahan dibawah arahan, bimbingan dan koordinir
satu orang teman tutor sebayanya serta pantauan oleh guru mapel
bersangkutan.
c. Tahapan Ketiga membimbing peserta didik dalam penyelidikan individu
maupun kelompok.
1) Guru mendorong peserta didik melalui tutor masing-masing kelompok
untuk mendapatkan informasi yang tepat berkaitan dengan materi
pembelajaran melalui berbagi sumber seperti buku manual perbaikan
kendaraan dan sebagainya.
2) Guru mendorong siswa melalui tutor untuk melaksanakan mencoba
memecahkan masalah.
3) Guru mendorong peserta didik melalui tutor sebaya untuk mencai
penjelasan dan solusi dari permasalahan yang ada pada kelompoknya
masing-masing terkait materi ajar yang sedang dipelajari.

10
d. Tahapan Keempat mengembangkan dan menyajikan hasil karya.
1) Guru membantu peserta didik melalui tutor sebayanya dalam
merencanakan dan menyiapkan laporan hasil pemecahan masalah.
2) Guru membantu peserta didik melalui tutor sebayanya untuk membagi
tugas dengan teman kelompoknya terkait pelaksanaan presentasi hasil
pemecahan masalah yang ada.
e. Tahapan Kelima menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan
masalah.
Guru membantu peserta didik untuk melakukan refleksi atau evaluasi
terhadap hasil presentasi dan proses yang digunakan dalam pemecahan
masalah pada materi yang sedang dipelajari.

3. Keaktifan Siswa
Sardiman (2016) dalam bukunya berpendapat bahwa aktivitas belajar
adalah kegiatan yang bersifat fisik maupun mental, yaitu berbuat dan berfikir
sebagai suatu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan. Keaktifan merupakan
suatu keadaan dimana seseorang dapat aktif dalam melakukan kegiatan
tertentu.
Menurut Uno Hamzah B. dan Nurdin Mohamad (2014) dalam bukunya
mengemukakan bahwa strategi pembelajaran aktif dalam proses
pembelajaran adalah peserta didik diharapkan aktif terlibat dalam kegiatan
pembelajaran untuk berpikir, berinteraksi, berbuat untuk mencoba
menemukan konsep baru atau menghasilkan suatu karya. Sedangkan menurut
Paul B. Diedrich dalam bukunya Sardiman (2016), menyebutkan bahwa
macam-macam aktivitas peserta didik dalam kegiatan pembelajaran
diantaranya: (1) Visual activities, yang termasuk didalamnya membaca,
memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain, (2)
Oral activities, seperti menyatakan, merumusan, bertanya, memberi saran,
mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi. (3) Listening
activities, sebagai contoh mendengarkan percakapan, diskusi, musik, pidato,
(4) Writing activities, seperti menulis cerita, karangan, laporan, angket,

11
menyalin, (5) Drawing activities, misalnya menggambar, membuat grafik,
peta, diagram.
Berdasarkan beberapa uraian diatas peneliti simpulkan bahwa yang di
maksud dengan keaktifan pada penelitian ini adalah suatu kegiatan
pembelajaran yang meliputi aktifitas fisik yang dapat diamati pada saat
proses belajar mengajar berlangsung seperti kemampuan berpikir kritis untuk
menyampaikan suatu pendapat dan konsep gagasan baru serta berinteraksi
dengan sesama teman sekelompoknya dan diluar kelompoknya yang
dilakukan oleh siswa atau peserta didik sehingga mampu memahami materi
dalam pembelajaran yang telah dilakukan. Aktivitas belajar aktif akan
meningkatkan hasil belajar dikarenakan peserta didik dapat mencari dan
menemukan pengetahuan baru yang tidak diberikan oleh guru. Dalam
penelitian ini, aspek keaktifan peserta didik mengacu pada jenis-jenis
aktivitas yang disesuaikan dengan kompetensi diagnosis sistem bahan bakar
injeksi. Seperti Adanya interaksi baik berupa penyampaian ide atau gagasan
baru, tanya jawab, berdiskusi serta bertukar pendapat dalam kelompoknya
masing-masing dengan arahan dan bimbingan teman sejawatnya sebagai
tutor.

4. Hasil Belajar Praktik Siswa


Pendapat Bloom dalam bukunya Rusmono (2012) Mengemukakan
bahwa hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang meliputi tiga ranah,
yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik.
Sedangkan menurut Sudjana (2016) dalam bukunya berpendapat bahwa
hasil belajar praktik atau psikomotorik adalah kompetensi peserta didik
dalam bentuk keterampilan dan kemampuan bertindak seorang peserta didik..
Dalam ranah psikomotorik berhubungan erat dengan kerja fisik sehingga
menyebabkan adanya gerakan tubuh dalam melakukan sesuatu seperti
mengelas, mengecat, mengukur, dan sebagainya. Menurut Gagne & Briggs
dalam bukunya Suprihatiningrum (2016) mengemukakan bahwa hasil belajar

12
adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik sebagai akibat
perbuatan belajar dan dapat diamati melalui penampilan peserta didik. Hasil
belajar sangat berkaitan dengan belajar dan proses pembelajaran. Hasil
belajar akan maksimal ketika belajar dan proses pembelajaran berjalan
dengan baik. Peserta didik dapat dikatakan sudah mencapai hasil belajar
ketika peserta didik tersebut telah terjadi perubahan perilaku melalui proses
pembelajaran. Perubahan perilaku diperoleh peserta didik ketika sudah
menyelesaikan program pembelajarannya melalui interaksi dengan berbagai
sumber belajar dan lingkungan belajar.
Berdasarkan beberapa uraian diatas peneliti simpulkan bahwa Hasil
belajar praktik pada peneelitian ini merupakan suatu kemampuan
psikomotorik atau ketrampilan yang diperoleh, dikuasai atau dimiliki oleh
siswa atau peserta didik secara individu sebagai akibat dari perlakuan belajar
selama mengikuti proses pembelajaran dikelas maupun bengkel seperti
kemampuan melepas, memeriksa,merakit dan menemukan trouble
(diagnosis). Seperti adanya kemampuan atau ketrampilan siswa untuk
melepas, memeriksa, merakit dan menemukan masalah pada sebuah sistem
bahan bakar injeksi sesuai SOP pada buku pedoman perbaikan kendaraan.

B. PENELITIAN YANG RELEVAN


Penelitian yang dilakukan oleh Anisah, Sumarmi, I Komang Astina (2018)
yang berjudul “Penerapan model pembelajaran problem based learning Dipadu
dengan team assisted individualization untuk Meningkatkan hasil belajar siswa”.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada peningkatan antara pra siklus dan
siklus I. Skor rata-rata adalah 30,31%, namun tidak cukup untuk memenuhi kriteria
ketuntasan klasikal. Rata-rata, ada peningkatan yang lebih baik dari siklus I ke
siklus II dengan skor rata-rata 12,12% artinya penerapan model Problem Based
Learning (PBL) dipadu dengan Team Assisted Individualization (TAI) dapat
meningkatkan hasil belajar siswa.
Penelitian yang dilakukan oleh Triyadi (2018) yang berjudul “Penerapan
model pembelajaran problem based learning untuk meningkatkan keaktifan dan

13
hasil belajar peserta didik pada kompetensi sistem bahan bakar kelas XI TKR SMK
Muhamadiyah prambanan”. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa melalui
penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat
meningkatkan keaktifan dan hasil belajar peserta didik pada kompetensi
memahami sistem bahan bakar bensin. Hal tersebut dapat dilihat dari: (1) adanya
peningkatan aktivitas positif (aktivitas yang mendukung pelaksanaan proses belajar
mengajar) dan penurunan aktivitas negatif (aktivitas yang mengganggu
pelaksanaan proses belajar mengajar) pada tiap siklus. Aktivitas positif pada siklus
I sebesar 58%, siklus II sebesar 70%, dan siklus III sebesar 79%. Sedangkan
aktivitas negatif pada siklus I sebesar 18%, siklus II sebesar 13%, dan siklus III
sebesar 9%; (2) adanya peningkatan rata-rata kelas dan ketuntasan belajar peserta
didik. Rata-rata kelas pada siklus I sebesar 72,3, siklus II sebesar 77,8, dan siklus
III sebesar 80,7. Sedangkan ketuntasan belajar peserta didik pada siklus I sebesar
48%, siklus II sebesar 72%, dan siklus III sebesar 86%.
Penelitian yang dilakukan oleh FX.Wastono (2015) yang berjudul
“Peningkatan Kemandirian Belajar Peserta didik SMK pada Mata Diklat Teknologi
Mekanik dengan Metode Problem Based Learning”. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa ada peningkatan kemandirian hasil belajar MDTM peserta
didik kelas X TMI SMK Negeri di Kulon Progo yang dapat dilihat dari (1) hasil tes
memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM) sebelum tindakan 25% dan setelah
tindakan 70%; (2) mampu bertanggung jawab atas permasalahan yang ada sebelum
tindakan 37,6% dan setelah tindakan 72%; (3) mampu disiplin dalam proses
pembelajaran sebelum tindakan 32% dan setelah tindakan 67%; (4) mampu aktif
dan kreatif sebelum tindakan 14% dan setelah tindakan 65%. Berdasarkan hasil
penelitian tersebut dapat diketahui bahwa metode problem based learning dapat
meningkatkan kemandirian hasil belajar peserta didik kelas X TMI SMK Negeri di
Kulon Progo.

C. KERANGKA BERPIKIR
Kegiatan pembelajaran dalam kelas maupun bengkel yang baik akan
menciptakan suasana pembelajaran aktif yang dapat dilihat dengan adanya

14
interaksi antar sesama peserta didik maupun anara peserta didik dengan guru
terkait materi pembelajaran yang sedang berlangsung. Proses pembelajaran yang
berpusat pada guru akan bersifat monoton dan membosankan karena peserta
didik tidak didorong untuk ikut terlibat dalam pembelajaran. Sedangkan
pembelajaran yang berpusat pada peserta didik akan lebih efektif karena peserta
didik dituntut aktif terlibat dalam proses pembelajaran sehingga dapat
meningkatkan hasil belajar. Untuk mendapatkan proses pembelajaran yang
berpusat pada peserta didik maka dibutuhkan model dan metode pembelajaran
yang tepat dan sesuai dengan karakteristik peserta didik dan kompetensi dasar
yang ingin dicapai, sehingga akan berdampak pada meningkatkan keaktifan
belajar peserta didik dalam mengikuti pembelajaran.
Dalam proses pembelajaran disekolah saat ini, peserta didik kurang
memperhatikan proses pembelajaran didalam kelas dan bengkel. Banyak
diantaranya hanya sekedar mendengarkan dan menghafal pelajaran ataupun
informasi dari guru karena selama proses pembelajaran berlangsung guru
menerapkan model pembelajaran yang sama untuk semua kompetensi tanpa
mempertimbangkan esensi atau tujuan kompetensi yang ingin dicapai yaitu
dengan metode ceramah, diskusi dan penugasan. Mungkin metode ini cocok
untuk kompetensi tertentu dan tidak cocok dengan kompetensi yang lain seperti
halnya pada kompetensi diagnosis engine pada mata pelajaran pemeliharaan
mesin kendaraan ringan. Peserta didik sebagian besar hanya dipaksa untuk
mengingat dan mengetahui dari buku saja tentang berbagai informasi tanpa untuk
menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari. Disamping itu dengan model
pembelajaran ini terlihat hanya beberapa siswa yang aktif dalam pembelajaran
dan jarang sekali siswa memberanikan diri untuk bertanya kepada guru ketika
diberi kesempatan untuk bertanya pada saat diskusi.
Berdasarkan observasi awal yang di lakukan guru di SMK Negeri 1
Kawunganten disela-sela kegiatan belajar mengajar dengan penerapan metode
pembelajaran berupa ceramah, diskusi dan penugasan ternyata ditemui masalah
berupa perolehan hasil belajar siswa kelas XII TKRO/B yang masih rendah yaitu
hanya berkisar 30,55 % siswa yang mampu memenuhi nilai KKM dari jumlah

15
seluruh siswa dengan nilai terendah 35,00 dan nilai tertinggi 85,00 dibandingkan
dengan kelas-kelas yang lain yaitu kelas XII TKRO/A Sebanyak 91,68 % siswa
memenuhi KKM dengan nilai tertinggi 90 dan nilai terendah 70 dan Kelas XII
TKRO/C sebanyak 94,45 % Siswa memenuhi KKM dengan nilai tertinggi 95
dan terendah 72. begitu juga dengan keaktifan siswa pada kelas XII TKRO/B ini
juga terlihat rendah dibandingkan dengan kelas yang lainnya meskipun guru
sudah memencoba memberikan stimulus agar siswa berani mengajukan
pertanyaan. Hanya beberapa siswa yang aktif dalam sesi diskusi yang dibuat oleh
guru. Sehingga perlu dikembangkan model pembelajaran yang dapat
meningkatkan keaktifan peserta didik dan hasil belajar peserta didik.
Berdasarkan pada permasalahan yang ada di kelas XII TKRO/B ini maka
diperlukan usaha perbaikan untuk dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar
parktik siswa pada materi diagnosis sistem bahan bakar injeksi. Salah satu
alternatif yang dinilai dapat digunakan untuk menyelesaikan permasalahan
tersebut adalah dengan menerapkan model pembelajaran problem based learning
plus teman sejawat atau totor sebaya. Model pembelajaran problem based
learning plus teman sejawat ini Merupakan suatu model pembelajaran dengan
menyajikan masalah-masalah pada kehidupan nyata sebagai pusat pembelajaran
agar peserta didik dapat terangsang untuk belajar memecahkan atau menemukan
permasalahan tersebut sehingga peserta didik dapat meningkatan keterampilan
dan berfikir kritisnya dalam menyelesaikan suatu masalah. Masalah yang
dijadikan pembelajaran berhubungan dengan kenyataan yang dialami oleh peserta
didik terkait materi diagnosis sistem bahan injeksi. Dalam model problem based
learning plus teman sejawat ini, pembelajaran dilakukan dengan menggunakan
kelompok kecil untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang sudah
ditentukan sebelumnya oleh guru terkait materi yang akan pelajari dengan
dibimbing oleh guru yang bersangkutan dengan dibantu oleh teman sejawatnya
yang memiliki kompetensi lebih dibandingkan yang lain yang sebelumnya sudah
diseleksi terlebih dahulu oleh guru.
Peserta didik aktif dalam kelompoknya masing-masing untuk memecahkan
masalah yang terkait diagnosis sistem bahan bakar injeksi dengan didiarahkan

16
oleh teman sejawatnya sendiri sehingga akan terbentuk interaksi yang lebih
natural dibantu dengan buku pedoman perbaikan kendaraan dan sesekali guru
membimbing dan mengarahkan. Setelah permasalahan sudah dipecahkan, maka
peserta didik akan menyiapkan hasil pemecahan masalah tersebut untuk
dipresentasikan di depan kelas. Guru bersama peserta didik akan melakukan
refleksi terhadap hasil pemecahan masalah dan proses-proses yang telah
digunakan dalam memecahkan masalah. Dengan adanya kegiatan tersebut akan
terjadi interaksi antar peserta didik yang dapat membuat peserta didik semakin
aktif dalam melakukan pembelajaran yang tentunya hal ini diharapkan akan
berimbas juga pada hasil belajar praktik peserta didik yang lebih baik. Penerapan
model pembelajaran problem based learning plus teman sejawat diharapkan dapat
meningkatkan keaktifan dan hasil belajar praktik peserta didik pada materi
diagnosis sistem bahan bakar injeksi.
Secara singkat kerangka berfikir penelitian ini dapata digambarkan sebagai
berikut:

Gb. Bagan Kerangka Pikir


Siswa:
Kondisi Awal Keaktifan
tode Pembelajaran yang Belum Sesuai Pada Kompetensi Diagnosis dan Hasil
Engine Belajar SiswaMetode
(Menggunankan pada kompetensi diagnosis
Ceramah, Diskusi danen
p

Silklus I:
Pembelajaran dengan PBL plus teman Sejawat dalam Kelompok Besar (7-8 sisw
enerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning Plus Teman Sejawat Pada Pembelajaran Diagnosis Engine

Tindakan

Silklus II:
Pembelajaran dengan PBL plus teman Sejawat dalam Kelompok Kecil (4-5 sisw

17
elajaran Problem based learning plus teman sejawat dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar praktik siswa kelas XII T
Kondisi Akhir

D. HIPOTESIS TINDAKAN
Berdasarkan masalah yang terurai di kerangka berpikir tersebut, maka
hipotesis tindakan pada penelitian ini yaitu : “Penerapan model pembelajaran
problem based learning plus teman sejawat dapat meningkatkan Keaktifan dan
Hasil belajar praktik siswa kelas XII TKRO/B pada materi diagnosis sistem
bahan bakar injeksi SMK Negeri 1 Kawunganten tahun pelajaran 2020/2021”.

DAFTAR PUSTAKA
Disertakan

Daftar Pustaka
Sani, Ridwan Abdulloh. 2014. Pembelajaran Saintifik Untuk Kurikulum 2013.Jakarta: Bumi
Aksara.

Sani, Ridwan Abdulloh. 2013. Inovasi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Anisah, dkk. 2018. Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning Dipadu
Dengan Team Assisted Individualization untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa.
Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian dan Pegembangan Universitas Negeri Malang.
Diakses 01 Juli 2020 http://journal.um.ac.id/index.php/jptpp/issue/view/1034

Darmadi. 2017. Pengembangan Model dan Metode Pembelajaran dalam Dinamika Belajar
Siswa. Yogyakarta: Deepublish.

Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2013. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka
Cipta.

FX. Wastono. 2015. Peningkatan Kemandirian Belajar Peserta didik SMK pada Mata Diklat
Teknologi Mekanik dengan Metode Problem Based Learning. Jurnal Pendidikan dan
Teknologi Kejuruan Universitas Negeri Yogyakarta (Vol 22, Nomor 4, 2015). Dikases
01 Juli 2020 https://journal.uny.ac.id/index.php/jptk/article/view/7837

Hamdayama, Jumanta. 2016. Metodologi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Rusmono. 2012. Strategi Pembelajaran dengan Problem Based Learning Itu Perlu:
Untuk Meningkatkan Profesionalitas Guru. Bogor: Ghalia Indonesia.

Sardiman. 2016. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers.

Sudjana, Nana. 2016. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja
Rosdakarya Offset.

Suprihatiningrum, Jamil. 2016. Strategi pembelajaran teori & aplikasi. Yogyakarta:


Ar-Ruzz Media.

18
Susilowati, dkk. 2019. Pembelajaran Kelas Rangkap. Jakarta: Departemen Pendidikan
Nasional.

Triyadi. (2018). Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning Untuk


Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar Peserta Didik Pada Kompetensi Sistem
Bahan Bakar Kelas XI TKR SMK Muhamadiyah Prambanan. Skripsi. Program Studi
Pendidikan Teknik Otomotif Fakultas Teknik, Universitas Negri Yogyakarta. Diakses
01 Juli 2020 http://docplayer.info/113261117-Tugas-akhir-skripsi-oleh-triyadi-
nim.html

Uno, Hamzah B. dan Nurdin Mohamad. 2014. Belajar dengan Pendekatan PAILKEM:
Pembelajaran Aktif, Inovatif, Lingkungan, Kreatif, Efektif, Menarik. Jakarta: Rineka
Cipta.

19

Anda mungkin juga menyukai