Definisi : Kondisi emosi dan pengalaman subyektif individu terhadap objek yang tidak
jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang memungkinkan individu melakukan
tindakan untuk menhadapi ancaman
Penyebab Kondisi Klinis terkait
1. Krisis situasional 1. Penyakit kronis progresif (mis. Kanker,
2. Kebutuhan tidak terpenuhi penyakit autoimun)
3. Krisis maturasional 2. Penyakit akut
4. Ancaman terhadap konsep 3. Hospitalisasi
diri 4. Rencana operasi
5. Ancaman terhadap 5. Kondisi diagnosis penyakit belum jelas
kematian 6. Penyakit neurologis
6. Kekhawatiran mengalami 7. Tahap tumbuh kembang
kegagalan
7. Disfungsi sistem keluarga
8. Hubungan orang tua-anak
tidak memuaskan
9. Penyalahgunaan zat
10. Terpapar bahaya
lingkungan (mis. Toksin,
polutan, dan lain-lain)
11. Kurang terpapar informasi
-Terapi Relaksasi
Tindakan Observasi
1. Identikasi penurunan tingkat energi,
ketidakmampuan berkonsentrasi, atau gejala
lain yang mengganggu kemampuan kognitif
2. ldentikasi teknik relaksasi yang pernah efektif
digunakan ldentikasi kesediaan, kemampuan,
dan penggunaan teknik sebelumnya
3. Periksa ketegangan otot, frekuensi nadi,
tekanan darah, dan suhu sebelum dan sesudah
latihan
4. Monitor respons terhadap terapi relaksasi
Terapeutik
1. Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa
gangguan dengan pencahayaan dan suhu
ruang nyaman, jika memungkinkan
2. Berikan infomasi tertulis tentang persiapan
dan prosedur teknik relaksasi
3. Gunakan pakaian longgar
4. Gunakan nada suara lembut dengan irama
lambat dan berirama Gunakan relaksasi
sebagai strategi penunjang dengan analgetik
atau tindakan medis lain, jika sesuai
Edukasi
1. Jelaskan tujuan, manfaat, batasan, dan jenis
relaksasi yang tersedia (mis. musik, meditasi,
napas dalam, relaksasi otot progresit)
2. Jelaskan secara rinci intervensi relaksasi
yang dipilih
3. Anjurkan mengambil posisi nyaman
4. Anjurkan rileks dan merasakan sensasi
relaksasi
5. Anjurkan sering mengulangi atau melatih
teknik yang dipilih
6. Demonstrasikan dan latih teknik relaksasi
(mis. napas dalam, peregangan, atau imajinasi
terbimbing)
Hipotermia
Definisi : Suhu tubuh berada dibawah rentang normal tubuh.
Penyebab Kondisi Klinis terkait
1. Kerusakan hipotalamus 1. Hipotiroidisme
2. Konsumsi alkohol 2. Anoreksia nervosa
3. Berat badan ekstrem 3. Cedera batang otak
4. Kekurangan lemak subkutan 4. Prematuritas
5. Terpapar suhu lingkungan rendah 5. Berat badan lahir rendah (BBLR)
6. Malnutrisi 6. Tenggelam
7. Pemakaian pakaian tipis
8. Penurunan laju metabolisme
9. Tidak beraktivitas
10. Transfer panas (mis. konduksi,
konveksi, evaporasi, radiasi)
11. Trauma
12. Proses penuaan
13. Efek agen farmakologis
14. Kurang terpapar informasi tentang
pencegahan hipotermia
Data Mayor Data Minor
Subjektif: Subjektif:
(tidak tersedia) (tidak tersedia)
Objektif: Objektif:
Akrosianosis Kulit teraba dingin
Bradikardi Menggigil
Dasar kuku sianotik Suhu tubuh di bawah nilai normal
Hipoglikemia
Hipoksia
Pengisiaan kapiler >3 detik
Konsumsi oksigen meningkat
Ventilasi menurun
Piloereksi
Takikardia
Vasokonstriksi perifer
Kutis memorata (pada neonatus)
Standar Luaran Intervensi
Termoregulasi : Membaik -Manajemen Hipotermia
Observasi
1. Monitor suhu tubuh
2. Identikasi penyebab hipotemia (mis.
terpapar suhu lingkungan rendah,
pakaian tipis, kerusakan
hipotalamus, perurunan laju
metabolisme, kekurangan lemak
subkutan)
3. Monitor tanda dan gejala akibat
hipotermia (Hipotermia ringan:
takipnea, disartria, menggigil,
hipertensi, diuresis. Hipotemia
sedang: aritmia, hipotensi, apatis,
koagulopati, refleks menurun,
Hipofemia berat: oliquria, refleks
menghilang, edema paru, asm-basa
abnormal)
Terapeutik
1. Sediakan lingkungan yang hangat
(mis. atur suhu ruangan, inkubator)
2. Ganti pakaian danlatau linen yang
basah
3. Lakukan penghangatan pasif (mis.
selimut, menutup kepala, pakaian
tebal)
4. Lakukan penghangatan aktif
eksternal (mis. kompres hangat,
botol hangat, selimut hangat,
perawatan metode kangguru)
5. Lakukan penghangatan aktif intemal
(mis. infus cairan hangat, oksigen
hangat, lavase peritoneal dengan
cairan hangat)
Edukasi
Anjurkan makan/minum hangat
Terapeutik
1. Pilih metode stimulasi yang nyaman
dan mudah didapatkan (mis. botol
air panas bantal panas listrik, liin
parafin, lampu)
2. Pilih lokasi stimulasi yang sesuai
3. Bungkus alat terapi dengan
menggunakan kain
4. Gunakan kain lembab di sekitar area
terapi
5. Tentukan durasi terapi sesuai
dengan respon pasien
6. Hindari melakukan terapi pada
daerah yang mendapatkan terapi
radiasi
Edukasi
1. Ajarkan cara mencegah kerusakan
jaringan
2. Ajarkan cara menyesuaikan suhu
secara mandiri
RESIKO INFEKSI
Definisi : Berisiko mengalami peningkatan terserang organisme patogenik.
Faktor Risiko Kondisi Klinis terkait
1. Penyakit kronis (miss diabetes 1. AIDS
melitus) 2. Luka bakar
2. Efek prosedur invasif 3. Penyakit paru obstruktif kronis
3. Malnutrisi 4. Diabetes melitus
4. Peningkatan paparan 5. Tindakan invasif
organisme patogen lingkungan 6. Kondisi penggunaan terapi steroid
5. Ketidakadekuatan pertahanan 7. Penyalahgunaan Obat
tubuh primer: 8. Ketuban Pecah Sebelum Waktunya
6. Gangguan peristaltik (KPSW)
7. Kerusakan integritas kulit 9. Gagal ginjal
8. Perubahan sekresi pH 10. Imunosupresi
9. Penurunan kerja siliaris 11. Lymphedema
10. Ketuban pecah lama 12. Leukositopenia
11. Ketuban pecah sebelum 13. Gangguan fungsi hati
waktunya
12. Merokok
13. Statis cairan tubuh
14. Ketidakadekuatan pertahanan
tubuh sekunder:
15. Penurunan hemoglobin
16. Imununosupresi
17. Leukopenia
18. Supresi respon inflamasi
19. Vaksinasi tidak adekuat
Standar Luaran Intervensi
Tingkat Infeksi; Menurun - Pencegahan Infeksi
Observasi
Monitor tanda dan gejala infeksi
lokal dan sistemik
Terapeutik
Batasi jumlah pengunjung
Berikan perawatan kuiit pada area
edema
Cuci tangan sebelum dan sesudah
kontak dengan pasien dan
lingkungan pasien
Pertahankan teknik aseptik pada
pasien berisiko tinggi
Edukasi
Jelaskan tanda dan gejala infeksi
Ajarkan cara mencuci tangan
dengan benar
Ajarkan etika batuk
Ajarkan cara memeriksa kondisi
luka atau luka operasi
Anjurkan meningkatkan asupan
nutrisi
Anjurkan meningkatkan asupan
cairan
Kolaborasi
pemberian imunisasi, jika perlu
- Manajemem Imunisasi/Vaksinasi
Observasi
Identifikasi riwayat kesehatan dan
riwayat alergi
Identifikasi kontraindikasi
pemberian imunisasi (mis. reaksi
anafilaksis terhadap vaksin
sebelumnya dan atau sakit parah
dengan atau tanpa demam)
Identifikasi status imunisasi setiap
kunjungan ke pelayanan kesehatan
Terapeutik
Berikan suntikan pada bayi di
bagian paha anterolateral
Dokumentasikan informasi
vaksinasi (mis. nama produsen,
tanggal kedaluwarsa)
Jadwalkan imunisasi pada interval
waktu yang tepat
Edukasi
Jelaskan tujuan, manfaat, reaksi
yang terjadi, jadwal, dan efek
samping
Infomasikan imunisasí yang
diwajibkan pemerintah (mis.
Hepatitis B, BCG, difteri, tetanus,
pertusis, H. influenza, polio,
carnpak, measles, rubela)
Informasikan imunisasi yang
melindungi terhadap penyakit
namun saat ini tidak diwajibkan
pemerintah (mis. influenza,
pneumokokus)-
Infomasikan vaksinasi untuk
kejadian khusus (mis. rables,
tetanus)
Infomasikan penundaan pemberian
imunisasi tidak berarti mengulang
jadwal imunisasi kembali
Infomasikan penyedia layanan
Pekan Imunisasi Nasional yang
menyediakan vaksin gratis
INTOLERANSI AKTIFITAS
Definisi : Ketidakcukupan energi untuk melakukan aktifitas sehari – hari
Penyebab Kondisi Klinis terkait
1. Ketisakseimbangan antara suplei 1. Anemia
dan kebutuhan oksigen 2. Gagal jantung kongestif
2. Tirah baring 3. Penyakit jantung coroner
3. Kelemahan 4. Penyakit katup jantung
4. Imobilitas 5. Aritmia
5. Gaya hidup monoton 6. Penyakit paru obstruktif kronik
(PPOK)
7. Gangguan Metabolik
8. Gangguan Muskuloskeletal
Gejala dan Tanda Mayor Gejala dan Tanda Minor
Subjektif: Subjektif:
1. Mengeluh Lelah 1. Dispnea saat/setelah aktifitas
Objektif 2. Merasa Tidak nyaman setelah
1. Frekuensi jantung meningkat beraktifitas
>20% dari kondisi istirahat 3. Merasa Lemah
Objektif :
1. Tekanan darah berubah >20% dari
kondisi istrirahat
2. Gambaran EKG menunjukkan aritmia
saat/setelah beraktifitas
3. Gambaran EKG menunjukkan
iskemia
4. Sianosis
Standar Luaran Intervensi
Toleransi aktivitas meningkat - Manajemen Energi
Observasi
- Terapi Aktivitas
Observasi
Konstipasi
Definisi : Konstipasi adalah penurunan defekasi normal yang disertai pengeluaran feses
sulit dan tidak tuntas serta feses kering dan banyak.
Penyebab Kondisi Klinis terkait
kurangnya konsumsi serat Konstipasi ringan tetapi memerlukan
Rendah konsumsi gandum, serat, penanganan yang adekuat, ada kasus
sayuran, buah-buahan, beras, dan yang memerlukan diagnosis etiologi
kalori dapat menjadi faktor resiko dan tindakan segera dan ada pula
menuju konstipasi Konstipasi kronis yang memerlukan
Tidak cepat ditangani secara kesabaran dan penanganan yang
memadai perjalanan kliniknya cermat.
menjadi kronis
Kurang terpapar informasi
Terapeutik
- anjuran diet tinggi serat
- lakukan masase abdomen,jika perlu
- lakukan evakuasi fases secara manual
- berikan enema atau irigasi,jika perlu
Edukasi
- jelaskan etiologi masalah dan alasan tindakan
- anjurkan peningkatan asupan cairan
- latih buang air besar secara teratur
- anjurkan cara mengatasi konstipasi.
Kolaborasi
- kolaborasi dengan tim medis tentang
penurunan/peningkatan frekuensi usus
-kolaborasi penggunaan obat pencahar,jika
perlu
Disfungsi Seksual
Defisnisi : Perubahan fungsi seksual selama fase respon seksual berupa hasrat terangsang,
orgasme, dan/atau relaksasi yang dirasa tidak memuaskan, tidak bermakna atau tidak
adekuat.
Penyebab Kondisi Klinis Terkait
1. Perubahan fungsi/struktur tubuh (mis. 1. Gangguan endokrin, perkemihan,
Kehamilan, baru melahirkan, obat- neuromuskuler, muskuloskeletal,
obatan, pembedahan, anomalin, proses kardiovaskuler
penyakit, trauma, radiasi) 2. trauma genital
2. Perubahan biopsikososial seksualitas 3. pembedahan pelvis
3. Ketiadaan model peran 4. kanker
4. Model peran tidak dapat 5. menopause
mempengaruhi 6. gangguan psikiatrik seperti manja,
5. Kurang privasi depresi berat, demensia, gangguan
6. Ketiadaan pasangan kepribadian, penyalahgunaan atau
7. Kesalahan Informasi penggunaan zat, gangguan kecemasan,
8. Kelainan Seksual (mis. Hubungan dan schizophrenia.
penuh kekerasan)
9. Konflik nilai
10. Penganiayaan fisik (mis. Kekerasan
dalam rumah tangga)
11. Kurang terpapar informasi
Data Mayor : Data Minor :
Subjektif: Subjektif :
1. mengungkapkan aktivitas seksual 1. Mengungkapkan ketertarikan pada
berubah pasangan berubah
2. mengungkapkan eksitasi seksual 2. mengeluh hubungan seksual terbatas
3. Merasa hubungan seksual tidak 3. mencari informasi tentang kemampuan
memuaskan mencapai kepuasan seksual
4. Mengungkapkan peran seksual berubah Objektif :
5. Mengeluh hasrat seksual menurun (tidak tersedia)
6. Mengungkapkan fungsi seksual
berubah
7. Mengeluh nyeri saat berhubungan
seksual (dispareunia)
Objektuf :
(tidak tersedia)
Standar Luaran Intervensi
Fungsi seksual membaik Edukasi Seksual
Observasi
Identifikasi kesiapan dan
kemampuan menerima informasi
Terapeutik
Sediakan materi dan media
pendidikan kesehatan
Jadwalkan pendidikan kesehatan
sesuai kesepakatan
Berikan kesempatan untuk bertanya
Fasilitasi kesadaran keluarga
terhadap anak dan remaja serta
pengaruh media
Edukasi
Jelaskan anatomi dan fisiologi
sistem reproduksi laki-laki dan
perempuan
Jelaskan perkembangan seksualitas
sepanjang siklus kehidupan
Jelaskan perkembangan emosi masa
anak dan remaja
Jelaskan pengaruh tekanan
kelompok dan sosial terhadap
aktivitas seksual
Jelaskan kosekuensi negatif
mengasuh anak pada usia dini (mis.
Kemiskinan, kehilangan karir dan
pendidikan)
Jelaskan risiko tertular penyakit
menular seksual dan AIDS akibat
seks bebas
Anjurkan orangtua menjadi edukator
seksualitas bagi anak-anaknya
Anjurkan anak/remaja tidak
melakukan aktivitas seksual diluar
nikah
Anjurkan keterampilan komunikasi
efektif
RISIKO CIDERA
Defisnisi : Beresiko mengalami bahaya atau kerusakan fisik yang menyebabkan seseorang
tidak lagi sepenuhnya sehat atau dalam kondisi baik.
Faktor Risiko : Kondisi Klinis Terkait :
Ekternal : 1. Kejang
1. Terpapar pathogen 2. Sinkop
2. Terpapar zat kimia toksik 3. Vertigo
3. Terpapar agen nosokomial 4. Gangguan penglihatan
4. Ketidakamanan teransportasi 5. Gangguan pendengaran
6. Penyakit parkinson
Internal : 7. Hipotensi
1. Ketidaknormalan profil darah 8. Kelainan nervus vestibularis
2. Perubahan orientasi afektif 9. Retardasi mental
3. Perubahan sensasi
4. Disfungsi autoimun
5. Disfungsi biokimia
6. Hipoksia jaringan
7. Kegagalan mekanisme pertahanan tubuh
8. Malnutrisi
9. Perubahan fungsi psikomotor
10. Perubahan fungsi kognitif
Data Mayor : Data Minor :
Subjektif: Subjektif :
(tidak tersedia) (tidak tersedia)
Objektuf : Objektif :
(tidak tersedia) (tidak tersedia)
Edukasi
Ajarkan tanda dan gejala infeksi
saluran kemih
Ajarkan mengukur asupan cairan dan
haluaran urine
Ajarkan mengambil specimen urine
midstream
Ajarkan mengenali tanda berkemih dan
waktu yang tepat untuk berkemih
Ajarkan terapi imodatilatas penguatan
otot- otot panggul
Anjurkan minum yang cukup, jika tidak
ada kontraindikasi
Anjurkan mengurangi minum
menjelang tidur
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian obat suposutoria
uretra jika perlu
REFERENSI
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI),
Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), Edisi
1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), Edisi
1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia