Anda di halaman 1dari 11

GENTA MULIA,

Volume VIII No. 1, Januari 2017 ISSN: 2301-6671

NASH-NASH IDEOLOGIS DALAM NOVEL


WAJAH SEBUAH VAGINA KARYA NANING PRANOTO:
PERKENALAN MARXISME SASTRA

Juanda

Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Samawa (Unsa) Sumbawa. Jln. Raya by Pass Sering Sumbawa
Besar, NTB, Email: juanda_unsa14@yahoo.co.id

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis ideologi-ideologi yang terdapat dalam novel Wajah
Sebuah Vagina karya NP. Studi ini merupakan penelitian kualitatif. Adapun subjek penelitian adalah para
tokoh novel, sedangkan objek penelitian adalah ideologi-ideologi dan hubungan ideologi-ideologi dengan
kelas sosial. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, mencatat, dan dokumentasi. Teknik
analisis data adalah pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan simpulan. Sementara
teknik uji keabsahan data menggunakan teknik tringgulasi sumber dan member checking. Hasil penelitian
adalah: (1) ideologi dibagia tiga jenis: (a) kapitalisme, (b) sosialisme, dan (c) agama. (2) hubungan antara
kelas sosial dan ideologi, meliputi: (a) kelas sosial dalam ekonomi, (b) kelas sosial dalam sosio-kultural, (c)
kelas sosial dalam bahasa, (d) kelas sosial dalam pendidikan, (e) kelas sosial dalam agama, dan (f) kelas
sosial dalam politik.

Kata-kata kunci: ideologi, novel, dan kelas sosial.

PENDAHULUAN
Para novelis ialah manusia yang ingin dalam kehidupan sehari-hari, terutama sekali
melanjutkan sejarah perkembangan mengacu pada kenyataan (Berger dan
masyarakatnya, ingin diketahui latar Luckmann, 1990: 54). Dalam proses berkarya,
sosialnya. G. A. J. Hazeu, pimpinan seorang pengarang bukan hidup dalam ruang
Commissie voor de Volkslectuur atau yang yang hampa, ia pasti hidup dalam ruang dan
dikenal dengan Balai Pustaka berusaha waktu yang menyajikan seputar kehidupan
menyelenggarakan bacaan-bacaan di badan ini sosial, budaya, politik, dan ekonomi di
dan menerima karangan untuk diterbitkan lingkungannya. Dengan kata lain, novelis,
(Dojosantoso, 1986: 74). Dengan berkarya, cerpenis, penyair, dan sastrawan secara umum
novelis, cerpenis, penyair atau sastrawan berkomunikasi dalam konteks situasi tertentu.
secara tidak langsung telah merekam jejak- Konteks terdiri dari bayangan mengenai dunia
jejak perkembangan masyarakatnya. nyata atau dunia mungkin ada atau pola
Karya sastra bukan hanya sebagai kejadian dalam dunia (Luxemburg, dkk, 1984:
media relaksasi (Prakoso, 2009: 5), melainkan 91).
juga bisa menjadi media yang mencerminkan
realitas yang terjadi di lingkungan pengarang, NASH MARXISME SASTRA
penyampai pesan yang dianut oleh Marx (Luxemburg, 1984: 24)
masyarakat. Sebab, karya dan bahasa lahir mengemukakan bahwa susunan masyarakat
dalam bidang ekonomi, yang dinamakan

64
GENTA MULIA,
Volume VIII No. 1, Januari 2017 ISSN: 2301-6671

infrastruktur (bangunan bawah) menentukan sumber karya, meskipun bahasa yang


kehidupan sosial, politik, intelektual, dan digunakan bukan dengan bahasa biasa
kultural bangunan atas atau suprastruktur. (ordinary language), melainkan menggunakan
Marx menyakini bahwa ekonomi sangat bahasa ironi, parodi, dan metafor. Itulah
memengaruhi struktur lainnya, seperti yang keistimewaan karya bisa mengubah kenyataan
sudah disebutkan di atas. Determinisme yang sesungguhnya menjadi kenyataan
ekonomi dipandang sebagai sesuatu yang sastrawi. Peran bahasa dalam memberi
sangat mendasar untuk menentukan kesadaran informasi kepada pembaca sangat penting,
manusia. terjadi eksploitasi bahasa yang dilakukan
Ada juga Marxis yang beranggapan pengarang. Terkait dengan ideologi, Marx
bahwa sastra, kebudayaan, dan agama pada (Ryan, 1999: 53) berpendapat bahwa ideologi
setiap zaman merupakan ideologi dan adalah aturan gagasan atas aturan kelas (the
superstruktur yang berkaitan secara dialektikal ruling ideas of the ruling class) merupakan
serta sengaja dikonstruksi merupakan akibat sebuah cara untuk melegitimasi dan
dari struktur atau perjuangan kelas pada membenarkan susunan ekonomi dan sosial
zamannya (Endraswara, 2008: 81). Dengan yang mungkin terlihat tidak adil karena itu
kata lain, superstruktur, seperti sastra dan dicirikan dengan ketidaksetaraan dan
kebudayaan sangat tendesius disebabkan oleh ketidakadilan.
sikap subjektif pengarang. Sikap subjektif ini Pada masa feodal, ideologi terdiri dari
dibenarkan dalam ajaran Marxisme, terutama keyakinan bahwa aturan bangsawan
Lenin dan Stalin. Sastra harus menjadi saluran merupakan perintah tertinggi daripada
penyampai informasi, media perjuangan, dan perkataan rakyat biasa. Tambahan pula, aturan
media politis kelas-kelas yang tertindas. yang dibuat bangsawan dijadikan cara
Karya sastra selalu memiliki bentuk dan pandang terhadap realitas. Malah ada yang
struktur, tetapi ia juga berada dalam ruang dan beranggapan bahwa kaum bangsawan ialah
waktu, sejarah dan masyarakat (Ryan, 1999: wakil pencipta yang diutus kepada umat
52). Bukan sesuatu yang tak mungkin karya manusia, sehingga apa pun yang dikatakan,
sastra dilahirkan dari fenomena-fenomena diperbuatnya harus diikuti sebagai perintah
yang penah dialami pengarang atau fakta- dan wujud pengabdian manusia kepada
fakta kemanusiaan yang terjadi di pencipta.
lingkungannya, sehingga ada juga yang Pada masa modern, ideologi berupa
menuduh karya sastra bersifat tendensius, keyakinan yang menekankan kebebasan
berpihak pada seorang, suku, agama, ras, dan individual sebagai makhluk dan pribadi,
antargolongan (SARA). mereka berjuang untuk meraih kesuksesan
Kelas sosial merupakan salah satu fakta dalam bidang ekonomi. Keyakinan ini terjadi
kemanusiaan yang pernah ditemukan atau dalam liberalisme klasik seperti yang sudah
dialami pengarang. Fakta ini pun menjadi dijelaskan di atas. Pada perkembangan

65
GENTA MULIA,
Volume VIII No. 1, Januari 2017 ISSN: 2301-6671

selanjutnya, ideologi itu bukan hanya terjadi ideologi dalam novel WSV karya NP. Pertama,
dalam bidang ekonomi, melainkan ekonomi. Bagi Marx, ekonomi merupakan
terkontaminasi pula dalam ilmu pengetahuan institusi sosial yang memengaruhi institusi-
secara umum (Ritzer, 2008: 78). Ideologi juga institusi lainnya, seperti politik, pendidikan,
terkontamisasi dalam pendidikan, politik, agama, sosio-kultural, bahasa, seni, dan
ekonomi, hukum, agama, dan kebudayaan sebagainya. Ekonomi menjadi faktor penentu
serta sastra. Mungkin benar anggapan bahwa dalam perubahan-perubahan sosial, ketika
ideologi hidup di mana-mana. Seperti agama, ekonomi sudah dikuasai, maka institusi-
sastra juga bekerja dengan perasaan dan institusi tersebut akan mudah ditaklukkan.
pengalaman, bahkan sastra tidak dapat Dalam praktisnya, Marx lebih banyak
dilepaskan dari material praktis, hubungan menggunakan pendekatan dari bawah ke atas
sosial dan ideologis (Eagleton, 1983: 21-24). (bottom up) menuju sebuah revolusi sosial dan
sasaran utama revolusi itu adalah menguasai
METODE PENELITIAN alat-alat vital produksi. Marx (Simon, 2004:
Data dalam penelitian ini adalah teks 4), dengan Communist Manifesto, negara
novel WSV karya NP yang dianggap hanya digambarkan sebagai alat dominasi
mengungkapkan ideologi dan hubungan kelas—sebagai sebuah badan yang mengatur
antara ideologi dengan kelas sosial. Subjek masalah-masalah umum yang berpihak
penelitian meliputi para tokoh novel, kepada kaum borjuis.
sedangkan objeknya ideologi-ideologi, dan Bangsa Barat maju disebabkan oleh tiga
hubungan ideologi-ideologi dengan kelas hal, yaitu: individualisme, materialisme, dan
sosial. Novel WSV karya NP diterbitkan oleh intelektualisme (Sarwadi, 2004: 64). Marx
Galang Press pada April 2004 dan dan Engels tidak memungkiri negara
didistribusikan oleh Solusi Distribusi Buku. memainkan peran yang sangat dominan dalam
Teknik pengumpulan data yang melahirkan kelas-kelas sosial, yaitu kelas
digunakan adalah observasi, dokumentasi, dan borjuis dan kelas proletar.
pencatatan, sementara teknik analisis data Bagi Marx (Luxemburg, dkk., 1984:
mengacu pada model analisis interakif Milles 25), sastra sama dengan fenomena-fenomena
& Humberman, yaitu: pengumpulan data, kebudayaan lainnya, yang mencerminkan
reduksi data, penyajian data, dan penarikan hubungan ekonomi. Sebuah sastra hanya
simpulan. Adapun untuk menguji keabsahan dimengerti dan dipahami kalau disintesiskan
data digunakan trianggulasi sumber dan dengan hubungan-hubungan tersebut. Sastra
member checking. dilihatnya sebagai bangunan atas yang
memiliki korelasi dengan realitas, misalnya
PEMBAHASAN novel WSV karya NP, maka karya tersebut
Penelitian ini membahas ideologi dan dapat dianggap menyampaikan pesan sosial
hubungan ideologi dengan kelas sosial dengan

66
GENTA MULIA,
Volume VIII No. 1, Januari 2017 ISSN: 2301-6671

(satire) yang sesuai dengan konteks alam, dan sebagainya yang terdapat di dalam
zamannya. masyarakat (Ratna, 2007: 33). Adat-istiadat
Lenin (Fokkema dan Ibsch, 1998: 116) merupakan identitas sosial seseorang, yang
mengatakan bahwa karya sastra dapat membedakan antara dirinya dengan orang
membangkitkan kesadaran pembaca untuk lain, kelompoknya dengan kelompok lain,
bertindak revolusioner, karena sastra sendiri sukunya dengan suku lain, dan bangsanya
memberikan motivasi dan dorongan supaya dengan bangsa lain. Ini menjadi pembeda
pembaca memberontak terhadap realitas yang khas antara bangsa Mira dengan Totti. Mira
tidak manusiawi. Bahkan, Lenin berpendapat sendiri sama sekali tidak pernah makan ulat
bahwa sastra dapat memengaruhi saraf dan bakar, sedangkan lidah Totti sudah terbiasa
membuat darah pembaca mendidih karena apa dengan makanan tersebut, malah sudah
yang terdapat dalam teks sastra itu menjadi konsumsi sehari-hari. Oleh karena
berhubungan dengan realitas yang sedang itu, Totti makan ulat seperti dia mengunyah
terjadi. Lebih lanjut Lenin menjelaskan fungsi nasi dan makan ikan, sedangkan Mira
sastra: (1) sastra harus memunyai fungsi berusaha menutupi rasa jijiknya untuk
sosial; (2) sastra harus mengabdi kepada menghargai hidangan Totti.
kepetingan rakyat; dan (3) sastra harus liner Marx telah meletakkan dasar-dasar
dengan kegiatan partai komunis. Tiga fungsi kajian budaya, yang memengaruhi Marxis
sastra ini yang mendasari teori sastra Marxis, Italia, seperti Gramsci dan Marxis Barat,
meskipun sastra Marxis Uni Soviet memiliki seperti Lukâcs, terutama para tokoh teori
kekhasan tersendiri. Kaum revolusioner harus sosial kritis, misalnya, Adorno, Horkheimer,
memanfaatkan media perjuangan kelas ini, Marcuse, dan Habermas. Dalam Teori Sosial
karena tidak mungkin hanya partai yang Kritis (2008) dikatakan bahwa budaya terikat
memobilisasi massa untuk melakukan pada ideologi yang sedang berkuasa, yang
revolusi. sedang mengendalikan hajat hidup orang
Dalam novel WSV karya NP terdapat banyak dan ideologi inilah yang biasanya
isu-isu seputar ekonomi yang dieksploitasi membedakan status sosial seorang, misalnya,
oleh bangsa tertentu, sedangkan pribumi tidak kaum borjuis itu elitis, individualis, hedonis,
mendapat apa-apa. Ekonomi selalu menjadi pragmatis sampai kapitalis, sedangkan kaum
persoalan dalam masyarakat, bahkan proletar identik dengan budaya populer dan
cenderung ekonomi itu merupakan sesuatu sosialis.
yang paling utama bagi kehidupan (Thoha, Para Marxis, termasuk Marx sendiri,
2004: 5). Hal ini sejalan dengan pendapat mengakui bahwa budaya itu melindungi status
Marx mengenai struktur bawah dan struktur quo kapitalis. Marx (Agger, 2008: 250)
atas. memahami ideologi sebagai sistem mistifikasi
Kedua, budaya. Kebudayaan itu yang membingungkan, mendistorsi realitas,
mengacu pada adat-istiadat, bahasa, makanan, dan mempropagandakan kepalsuan. Berbicara

67
GENTA MULIA,
Volume VIII No. 1, Januari 2017 ISSN: 2301-6671

budaya selalu dihubungkan dengan kelas yang seluruh segi kehidupan pun ikut dikuasainya,
dominan dalam suatu masyarakat, karena termasuk bahasa. Dari bahasa, manusia bisa
merekalah yang memproduksi budaya menunjukkan kelasnya, status sosialnya, atau
menurut kepercayaan dan dalil-dalil ekonomi, tingkat pendidikannya. Bahasa itu
yang tentu saja menguntungkan. Penciptakan memengaruhi cara pandang orang terhadap
budaya layaknya sebuah komoditas disebut orang lain. Kalau lawan bicaranya buruk,
industri budaya oleh teoretisi kritis. maka itu ada hubungannya dengan kelas
Yang lebih canggih lagi, budaya sosial yang bersangkutan.
kapitalis itu bukan hanya menyajikan tentang Dari tinjauan Marx sendiri, kapitalisme
adat-istiadat, bahasa atau makanan, melainkan sebagai sebuah sistem ekonomi yang sedang
semua itu sudah diciptakan dan divisualisasi menjelma menjadi sistem yang dominan,
sedemikian rupa supaya kaum proletar tertarik memeras tenaga kelas pekerja dan
dengan sajian tersebut. Seperti dalam novel mengeksploitasi alam atau Sumber Daya
WSV karya NP, bagaimana seorang Totti Alam (SDA) merupakan indikator bahwa
memandang makan Pizza, burger, dansa, sistem ini tidak menghargai nilai-nilai
clubbing, bar, sebagai sesuatu yang maju dan kemanusiaan. Atas dasar itulah, sosialisme
tentu saja modern. Apa yang diperbuat Barat lahir sebagai bentuk perlawanan.
dinilainya sebagai sebuah kemajuan Jones (Ibrahim, 2007: 213-214)
(modernity), sedangkan adat-istiadat Zulu mengungkan bahwa kelas sosial memengaruhi
dilihatnya sebagai kemunduran dan bahasa dalam bertindak tutur seseorang.
ketinggalan zaman (let behind). Perhatikan petikan berikut ini:
Pada masa kini, budaya kapitalis mulai “Hubungan kelas sosial dan bahasa
sudah pernah diteliti oleh Labov
merasuki seluruh sendi kehidupan umat
(1966) terhadap variasi bahasa di
manusia, terutama kaum proletar. Bagaimana kawasan New York City,
menentukan kelas sosial dengan
kapitalis mampu menciptakan budaya yang
menggunakan kriteria pendidikan,
dapat menghipnotis para kaum proletar agar pekerjaan dan pendapatan.
Penelitian Shuy, dkk (1968) di
tidak menyadari kondisi sosialnya dan menilai
Detroit menggunakan kriteria
kondisi tersebut merupakan sesuatu yang baik, pendidikan, pekerjaan, dan tempat
tinggal. Penelitian Trudgill di
adil dan niscaya. Selain itu, ada yang lebih
Inggris dengan menggunakan
update (terkini), yaitu kapitalis secara sengaja tingkat pendapatan, pendidikan,
kawan tempat tinggal, kawasan
menciptakan budaya atau memvisualisasi
sekitar dan jenis pekerjaan orang
kehidupan manusia dan realitas menjadi tuanya.”
sebuah hiburan, seperti film, sinetron, komedi,
Penelitian yang dilakukan oleh Labov
dan sebagainya.
(1966), Shuy, dkk (1968), dan Trudgill
Ketiga bahasa. Bahasa dipandang oleh
merupakan penelitian sosiolinguistik yang
Marx adalah struktur atas. Asumsi dasarnya,
hanya terbatas pada bahasa dan masyarakat
jika kelas borjuis yang berkuasa, maka

68
GENTA MULIA,
Volume VIII No. 1, Januari 2017 ISSN: 2301-6671

saja, sedangkan penelitian ini bukan hanya Bangsa Portugis-lah pertama kali yang
meneliti kelas sosial dalam bahasa menyelenggarakan pendidikan di Nusantara di
(penggunaannya), melainkan juga bawah pimpinan Franciscus Xaverius, lebih
menghubungkannya dengan ideologi. baik daripada VOC. Namun, penguasaan
Dalam novel WSV karya NP, kelas Portugis atas Nusantara tidak dapat bertahan
sosial dalam bahasa jelas terlihat pada sosok lama karena segera direbut oleh VOC. Kedua
Mira dan Totti, bagaimana Mira berbahasa bangsa Eropa ini pun menjadikan wilayah
Inggris dengan dialek Jawa, bunyi lafalnya timur (sekarang Kawasan Indonesia Timur),
(pronounciation) yang tidak tepat, yang seperti di Maluku dan Batavia (Kawasan
menimbulkan efek (makna) yang multitafsir Indonesia Barat) sebagai sentral pendidikan.
atau ambigu. Sebaliknya, karena Totti sering Kedua bangsa ini sama-sama ingin
bergaul dengan orang Inggris selama sekolah menguasai, baik dalam pendidikan maupun
tingkat SLTA yang dikelolah oleh seorang bahasa dan agama. Bangsa Portugis berusaha
pendeta Inggris, terlihat bahasanya lebih menyebarkan ajaran agama Katolik,
sempurna baik secara struktur (structure) sedangkan Belanda sendiri membumikan
maupun tata bahasanya (grammar). Namun, agama Kristen.
di balik kelas sosial dalam bahasa tersebut, Di Nusantara, sekolah pertama yang
ternyata pembentukan kelas sosial itu didirikan adalah Europese Lagere School
berlangsung disebabkan oleh ideologi tadi, (ELS) tahun 1817 di Batavia. Anak-anak
yaitu dengan menguasai bahasa Inggris, yang bersekolah di sini, yaitu hanya untuk anak-
bersangkutan akan lebih tinggi status anak Belanda dan anak-anak para priayi
sosialnya. Misalnya, bahasa Inggris dengan harapan bisa diajak kerja sama, yang
merupakan bahasa kaum kapitalis, yang tentu kelak kemudian bisa mendukung segala
saja dengan kekayaan yang mereka miliki kebijakan yang dibuat oleh pemerintah
dapat memengaruhi pola pikir manusia “lain” kolonial.
supaya menguasai bahasa Inggris. Tanam Paksa (1830-1870) yang
Keempat, pendidikan. Bangsa Barat digagas oleh van de Bosch adalah sebagai
yang pertama kali datang ke Nusantara adalah upaya menutupi kerugian Perang Diponegoro
orang Portugis, disusul oleh Spanyol dan (1825-1830) dan perang melawan Belgia
Belanda, lalu satu bangsa Asia, yaitu Jepang. (1830-1839). Van Hoevel, salah seorang
Orang Portugis adalah para pelaut yang gagah Belanda justru tidak mendukung Tanam
berani menantang ombak, mereka Paksa, malah dia mendukung kaum pribumi
menaklukkan Malaka (1511) di bawah agar merdeka dari tanah tumpah darahnya.
pimpinan d’Albuquerque—seorang bangsa Van Deventer menulis Een Eereschuld (Utang
Portugis akhirnya tiba di daerah impiannya, Kehormatan) yang dimuat di majalah de Gids
kawasan rempah-rempah, yaitu Maluku (1899), Douwes Dekker (Multatuli) dengan
(Ratna, 2008: 43). karyanya Max Havelaar (1860). Akibat dari

69
GENTA MULIA,
Volume VIII No. 1, Januari 2017 ISSN: 2301-6671

karya-karya tersebut lahirlah istilah politik (Hardiknas). Mari bandingkan dengan


etis (1901), dengan salah satu pokoknya pendidikan Amerika yang digagas oleh
adalah pendidikan. Pada 1910-1930, Horace Mann, seorang Bapak Pendidikan
pendidikan dan pengajaran mulai berkembang Umum Amerika. Dialah yang merintis
secara signifikan. berdirinya Sekolah Keguruan (Normal
Sekolah dibedakan menjad dua macam, School), yang pada awalnya mendidik para
yaitu: (1) Sekolah Angka Satu (Eerste calon guru Sekolah Dasar dengan masa studi
School), masa studinya selama 5 tahun, tetapi selama dua tahun, kemudian dijadikan empat
dikhususkan untuk anak-anak Belanda; (2) tahun. Setelah Perang Dunia II (1945), banyak
Sekolah Angka Dua (Tweede School), masa sekolah keguruan yang dilebur menjadi
studinya selama 3 tahun, dikhususkan untuk perguruan tinggi umum, kemudian menjadi
anak-anak pribumi. Tahun 1914 dikotomi fakultas keguruan (O’neil, 2008: 697-698).
dalam dunia pendidikan, ada sekolah anak Kelima, agama. Terbitnya buku Marx
Belanda dan anak Pribumi dihapus dan Weber yang berjudul The Protestant Ethic
digantikan oleh HIS (Hollannds-Inlandsche and The Spirit of Capitalisme (1904), menjadi
School) atau setingkat Sekolah Dasar salah satu referensi berharga dalam bidang
sekarang. Tahun 1914, didirikan MULO sosiologi agama. Di sini, Weber
(Meer Uitgebreid Laager Onderwijs), memperhatikan semangat kapitalisme dan
setingkat dengan Sekolah Lanjutan Tingkat Kalvinisme (Calvinism) agama Kristen
Pertama, kemudian disusul AMS (Algemeene Protestan. Untuk mendukung dan
Middelbaare School), setingkat dengan menjustifikasi tesis Weber mengenai peran
Sekolah Lanjutan Tingkat Atas atau sederajat. agama Protenstan Kalvinisme, tahun 1900
Lalu setingkat dengan AMS, didirikan pula dilakukan survei publik oleh sosiolog Jerman
HBS (Hoogere Burger School). Setingkat yang bernama Max Offenbacher (dalam
dengan Perguruan Tinggi (PT) didirikan GHS Wrong (Ed), 2003: 200) tentang “Kondisi
(Geneeskudige Hooge School) dan STOVIA Ekonomi Umat Katolik dan Protestan” di
(School tot Opleiding van Inlandsche Arsten), Grand Duchy of Baden. Hasil penelitiannya
setingkat fakultas kedokteran. Tahun 1920, menunjukkan bahwa penganut agama
didirikan Sekolah Tinggi Teknik (Technische Protestan di sana memiliki persentase aset
Hooge School) di Bandung. Orang Indonesia modal yang sangat besar dan menduduki
pertama yang berhasil meraih gelar doktor di jabatan birokrasi, seperti pimpinan, kualifikasi
Universitas Laiden adalah Hoesein pendidikan, posisi akademis, dan pekerjaan-
Djajadiningrat (1913) (Ratna, 2008). pekerjaan yang menuntut keterampilan,
Pendidikan nasional dimulai dengan bahkan orang Yahudi pun dikatakannya ikut
didirikannya Taman Siswa oleh Ki Hadjar berperan dalam profesi komersial dan liberal.
Dewantara. Kelahiran 2 Mei 1889 sekaligus Dalam agama Protestan Kalvisme,
sebagai Hari Pendidikan Nasional terdapat ajaran-ajaran yang mengarah pada

70
GENTA MULIA,
Volume VIII No. 1, Januari 2017 ISSN: 2301-6671

kapitalisme, seperti bekerja keras, mandiri, dihabiskan untuk menghasilkan barang itu dan
dan kompetitif. Kalau dibandingkan dengan ini yang menjadi acuan bagi nilai tukarnya.
pendapat John Locke mengenai hak dasar Kembali pada persoalan agama Kristen
manusia yang tidak dapat digugat itu, seperti Protestan Kalvinisme yang menurut Weber
hak bebas, hak milik, dan hak bertahan hidup. memiliki hubungan dengan kehadiran
Tiga hak asasi manusia inilah yang kapitalisme, ajaran-ajaran bekerja keras,
memengaruhi dua tokoh peletak dasar-dasar mandiri dan kompetitif sangat mirip dengan
kapitalisme, yaitu Adam Smith dan Ricardo. cara kerja kapitalisme, sedangkan Buddha
Pendapat Smith ini jelas sepertinya radikal mengajarkan manusia supayu bersih
berhubungan dengan gagasan Locke dari dosa, dari lingkaran abadi kematian dan
mengenai hak asasi manusia tadi. Bagaimana kelahiran kembali melalui kontemplasi
Smith memandang manusia sebagai individu (bersemedi) dan penghancuran kehendak
yang harus diberi kebebasan karena individu. Jadi, ada perbedaan fundamental
kebebasan sendiri merupakan hak yang antara ajaran Protestan Kalvinisme dan ajaran
melekat, tidak dapat diganggu gugat. Buddha radikal. Pertama, Protestan
Kebebasan dalam pengertian Smith adalah Kalvinisme bersifat keduniaan, sedangkan
kebebasan terkendali, yaitu kebebasan itu Buddha radikal justru mengedepankan
tetap dikontrol melalui hukum yang berlaku. kepentingan sesudah hidup, yaitu akhirat.
Namun, inti dari kutipan di atas, betapa Smith Kedua, ada indikasi bahwa ajaran Protestan
memberikan setiap individu untuk Kalivinisme mendukung ikut lahirnya
berkompitisi dalam industri untuk mengejar kapitalisme, misalnya semangat pantang
modal atau kapita (Prasetyo, 2004: 114). menyerah (kerja keras), mandiri dan
Bandingkan dengan David Ricardo kompetitif (bersaing dalam dunia usaha),
(Prasetyo, 2004: 115), nilai komoditi terdapat sedangkan ajaran Buddha radikal justru
pada kerja manusia berikut bahan-bahan mengancurkan kehendak individu,
mentah dan alat-alat kerja. Ricardo melenyapkan hal-hal yang bersifat materi.
menemukan bahwa harga jual suatu komoditi, Bagaimana Marx memandang agama sebagai
kira-kira akan setara dengan jumlah kerja sebuah ajaran dogmatik yang juga ikut
yang digunakan untuk memproduksi. Jadi, menjustifikasi eksistensi kapitalisme (status
Ricardo (Engels, 2006: 83-84) yang qou) dan ikut berperan melahirkan kelas
meletakkan dasar-dasar nilai suatu barang sosial?
tergantung pada berapa lama dan kuantitas Menurut Marx, agama itu merupakan
energi untuk memproduksi komoditi tersebut candu masyarakat. Perlu dipahami bahwa
serta tenaga pekerja pun dibeli dengan uang. yang dimaksud dengan candu masyarakat itu
Nah, inilah yang akan menentukan harga mengacu pada agama Kristen Protestan, yang
komoditi di pasar. Dengan kata lain, nilai oleh Weber dinamakan Kalvinisme, yaitu
suatu komoditi dinilai dari berapa tenaga yang ajaran agama yang mengindikasikan

71
GENTA MULIA,
Volume VIII No. 1, Januari 2017 ISSN: 2301-6671

keberpihakan kepada kapitalisme. Penulis oleh sembilan jenderal yang menurutnya


sudah menjelaskan mengenai hal tersebut. adalah kapitalis dan kamu kafir.
Oleh karena itu, penulis menekankan bahwa PKI yang saat itu sudah memunyai
agama cenderung bersikap pasif terhadap massa yang signifikan, khususnya di Propinsi
realitas, bahkan lebih parah lagi agama justru Jawa Tengah, menyebarkan isu penculikan
menjadi tameng atau pelindung kapitalis atau Dewan Jenderal (Sembilan Jenderal Angkatan
pemodal. Darat) yang dituduh sebagai kaki tangan
Keenam, politik. Kata sebagian orang, kapitalis oleh D.N. Aidit, yaitu: Jenderal A. H.
politik itu tidak menghargai moral, Nasution (berhasil meloloskan diri dari
perikemanusiaan, sebab berpolitik artinya penculikan dan yang tertangkap adalah Leitu
menghilangkan nilai-nilai kemanusiaan. Pierce T.), Letjen A.Yani, Mayjen S. Parman,
Politik juga bisa menciptakan kekacauan Brigjen Suprapto, Mayjen M. T. Haryono
sosial, konflik, dan sarat dengan kepentingan. (Albert Nailborhu ialah anak laki-lakinya
Menurut Soekarno (1965), berpolitik berarti yang meningga), Polisi Saktiawan, Brigjen
siap melakukan sesuatu yang berada di luar D.I. Pandjaitan, dan Jenderal Supair,
kebiasaan manusia pada umumnya, seperti sedangkan Hairul Saleh dan Kindro tidak
melakukan pemberontakan atau revolusi. dijadikan target dengan pertimbangan untuk
Menurut Aristoteles (dalam Ridwan, 2007: 1), mengefisiensikan waktu, kemudian PKI
manusia adalah zoon politicon, yaitu makhluk menguasi Telekom RRI, PT Kereta Api.
sosial, yang dapat berkembang dan meraih Artinya, hanya tujuh jenderal yang dianggap
kebahagiaan jika ia hidup bersama penting dan harus disingkirkan karena
masyarakat. Angkatan Darat merupakan institusi yang
Indonesia pernah terjebak pertarungan kontra revolusioner progresif.
politik yang melibatkan Partai Komunis Ini merupkan bukti historis di mana
Indonesia, Angkatan Darat Republik Indonesia hampir menjerumuskan bangsa ini
Indonesia. Pemberontakan PKI ini tidak lepas ke dalam perang saudara, seperti Amerika
dari ketidakpuasaan mereka terhadap keadaan Serikat, Sudan, Irak, dan sebagainya.
para petani dan keinginan untuk berkuasa. Peristiwa penculikan ini dikenal dengan
Ketika itu Presiden Ir. Soekarno divonis oleh sebutan Gerakan 30 Septermber 1965 atau
salah seorang Tim Dokter Kepresidenan G/30 S/PKI. Di sini jelas ada pertarungan
bahwa dia ada kemungkinan bisa sembuh, ideologi yang sedang berusaha merebutkan
namun kemungkinan terburuk ada dua, yaitu kekuasaan dan mempertahankan kekuasaan
bisa lumpuh total dan meninggal. D.N. Aidit (status quo), yaitu Angkatan Darat dan PKI.
yang berdiskusi langsung dengan dokter Jadi apa yang diyakini oleh Marx dan
tersebut merasa sudah waktunya PKI harus para Marxis lainnya, sastra dapat menjelaskan
bergerak lebih awal, jangan sampai didahului suatu peristiwa (historisitas) yang pernah
terjadi dengan berpegang teguh pada nilai-

72
GENTA MULIA,
Volume VIII No. 1, Januari 2017 ISSN: 2301-6671

nilai sastrawi dan kepentingan orang banyak. Penerapan dan Aplikasinya.


Sastra juga dapat menjadi pengontol dan Yogyakarta: Kreasi Wacana.
pengawas kebijakan pemerintah atau Berger, P. L., & Luckmann, T. (1990). Tafsir
penguasa (Wellek dan Warren, 1956: 100). Sosial atas Kenyataan: Risalah
Bagi Marx, sastra dapat menjadi media tentang Sosiologi Pengetahuan.
propaganda dan perjuangan. Boleh jadi, apa Jakarta: LP3ES.
yang terdapat dalam novel WSV karya NP Dojosantosa. (1986). Unsur Religius dalam
merupakan bentuk perlawanan seorang Sastra Jawa. Semarang: Aneka
pengarang terhadap keadilan yang seharusnya Ilmu.
diperoleh oleh Mira. Dia juga memiliki hak Endraswara, S. (2008). Metodologi Penelitian
yang sama dengan warga negara lain. Penulis Sastra: Epistemologi, Model, Teori,
perlu tekankan bahwa pengarang pun dan Aplikasi. Yogyakarta:
sepertinya menganut ideologi tertentu, dalam Medpress.
kasus ini, pengarang ambigu, dia boleh jadi Eagleton, T. (1983). Literary Theory: An
seorang feminis, agamawan, antikapitalis, dan Introduction. London: Brasil
pro sosialis-komunis. Untuk menentukan Blackwell Publisher Limited.
ideologi pengarang, maka peneliti harus Engels, F. (2006). Tentang Kapital Marx.
meneliti seluruh karyanya baru bisa Terjemahan oleh Oey Hay Djoen.
mengategorikannya. Bandung: Ultimus dan Yayasan
Sastra Marxis harus tunduk dan patuh Akatiga.
terhadap khittah perjuangan partai politik Fokkema, D.W., & Kunne-Ibsch, E. (1998).
tertentu, yang tentu saja membela hak-hak Teori Sastra Abad Kedua Puluh.
kaum proletar yang cenderung dimarginalkan Terjemahan oleh J. Praptadiharja
oleh kaum borjuis. Itulah sebenarnya fungsi dan Kepler Silaban. Jakarta:
nyata sastra karena karya sastra dapat Gramedia Pustaka Utama.
melukiskan kenyataan yang sesungguhnya Ibrahim, A. S. (Ed). (2007). Bahasa,
dengan bahasa-bahasa metafor. Kelebihan Masyarakat, dan Kekuasaan.
melukiskan kenyataan ini merupakan senjata Terjemahan oleh Sunoto, Gatut
ampuh untuk memberi penyadaran kepada Susanto, Imam Suyitno, Suwarna,
kaum proletar mengenai problematik Sudjalil, Eko Suroso, Siti Halidjah,
kehidupannya. Darmanto, dan Nuria Reny H.
yogyakarta: Pustaka Pelajar.
DAFTAR RUJUKAN Luxemburg, van Jan, dkk. (1984). Pengantar
Agger, B. (2008). Teori Sosial Kritis, Mazhab Ilmu Sastra. Terjemahan oleh Dick
Frankfurt, Karl Marx, Cultural Hartoko. Jakarta: PT Gramedia.
Studies, Teori Feminisme, Derrida,
dan Postmodernisme: Kritik,

73
GENTA MULIA,
Volume VIII No. 1, Januari 2017 ISSN: 2301-6671

O’neil, W. F. (2008). Ideologi-Ideologi Ryan, M. (1999). Literary Theory: A


Pendidikan. Terjemahan oleh Practical Introduction. Massa-
Naomi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. chusetts: Blackwell Publisher Inc.
Prakoso, A. (2009). Belajar dari Anak-anak. Sarwadi. (2004). Sejarah Sastra Indonesia
Buletin Tsu Chi. No. 49. Modern. Yogyakarta: Gama Media.
Prasetyo, E. (2004). Islam Kiri: Jalan Menuju Simon, R. (2004). Gagasan-Gagasan politik
Revolusi Sosial. Yogyakarta: Insist Gramsci. Yogyakarta: Pustaka
Press. Pelajar.
Pranoto, N. (2004). Wajah Sebuah Vagina. Wrong, D.(Ed). (2003). Max Weber: Sebuah
Yogyakarta: Galang Press. Khazanah. Terjemahan oleh A.
Ritzer, G. 2008. Teori Sosial Postmodern. Asnawi. Yogyakarta: Ikon
Terjemahan oleh Muhammad Teralitera.
Taufik. Jakarta: Kreasi Wacana. Thoha, M. (2004). Paradigma Baru Ilmu
Ratna, N.K. (2007). Estetika Sastra dan Pengetahuan Sosial dan
Budaya. Yogyakarta: Pustaka Humaniora: Dialog Antarper-
Pelajar. adaban Islam, Barat, dan Jawa.
-----------.2008. Postkolonialisme Indonesia: Jakarta: Teraju.
Relevansi Sastra. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.

74

Anda mungkin juga menyukai