Anda di halaman 1dari 15

ISSN 2442-6954 (Cetak) DOI: dx.doi.org/10.31292/jb.v4i1.

214
ISSN 2580-2151 (Online)

HUTANG NEGARA DALAM REFORMA AGRARIA STUDI


IMPLEMENTASI MANDAT 9 JUTA HEKTAR TANAH INDONESIA
The State’s Responsibility on Agrarian Reform Study of the Implementation of the
Mandate of 9 Million Hectares of Land in Indonesia

Arditya Wicaksono1 dan Yudha Purbawa1


Peneliti Pusat Penelitian dan Pengembangan
1

Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional


Jl. H. Agus Salim No. 58 Jakarta Pusat
Email: arditya_wicaksono@yahoo.co.id

Abstract: Discussion of agrarian reform is interesting especially on its factual implementation that is fully
dynamics and not just a promise to redistribute nine million hectares of land. The existing concept needs
to be reevaluated and re-discussed. Reorganizing inequality of land redistribution requires compatible
and comprehensive rules. This paper uses a case study approach, giving an overview of the challenges to
be addressed in order to implement agrarian reform properly. Cross-ministries coordination is inevitable,
since in real practice access reform cannot be implemented linearly but requires holistic and systematic
integrations with other ministries.

Keywords: Agrarian Reform and policy implementation.

Intisari: Diskusi reforma agraria memang menarik terlebih implementasi faktualnya yang penuh dinamika
tidak sekedar janji untuk meredistribusi sembilan juta hektar. Konsep yang ada perlu diperdebatkan kembali.
Menata ulang ketimpangan dalam redistribusi tanah butuh aturan yang kompatibel dan komprehensif. Tulisan
ini menggunakan pendekatan studi kasus untuk memberikan gambaran kendala dan tantangan yang harus
diurai agar hutang negara dalam reforma agraria menjadi sebuah kebijakan yang terimplementasi secara tepat.
Sinergi dengan lintas kementerian mutlak diperlukan sebab secara nyata akses reform tidak bisa bergerak
secara linier tetapi memerlukan integrasi yang holistik dan sistematis dengan kementerian lain.

Kata kunci: Reforma Agraria dan implementasi kebijakan.

A. Pendahuluan Indonesia Kerja dan Indonesia Sejahtera


dengan mendorong landreform dan program
Salah satu rumusan dari sembilan
kepemilikan tanah seluas 9 juta hektar,
agenda prioritas (Nawacita) yang merupakan
program rumah kampung deret atau rumah
implementasi dari Visi Misi Pemerintahan
susun murah yang disubsidi serta jaminan
Jokowi-JK adalah meningkatkan kualitas
sosial untuk rakyat di tahun 2019.1
hidup manusia Indonesia melalui peningkatan
kualitas pendidikan dan pelatihan dengan
program Indonesia Pintar, serta peningkatan 1 Agenda Nawacita Presiden Joko Widodo dan
Yusuf kalla saat terpilih menjadi Presiden RI
kesejahteraan masyarakat dengan program 2014-2019

Naskah Diterima: 30 Januari 2018 Direview: 13 April 2018 Disetujui: 08 Mei 2018
Arditya Wicaksono dan Yudha Pubawa, Hutang Negara dalam Reforma Agraria ... 25-40 25

Tonggak utama pelaksanaan landreform Pembaruan agraria merupakan terjemahan


itu sendiri sebenarnya sudah dimulai sejak dari agrarian reform (reforma agraria), yang
terbitnya Undang-undang Nomor 1 Tahun 1958 dalam pengertian terbatas dikenal sebagai
tentang Penghapusan Tanah-Tanah Partikelir, landreform, dimana salah satu programnya
sebagai upaya untuk mengakhiri sistem hukum yang banyak dikenal adalah redistribusi
tanah kolonial. Terbentuknya Undang-Undang (pembagian) tanah (Bonnie Setiawan 1997, 3)
Nomor 5 Tahun 1960 tentang Pokok-Pokok sayangnya sampai saat ini upaya mereformasi
Agraria (UUPA) merupakan program revolusi penguasaan dan pemilikan tanah mengalami
di bidang agraria yang disebut Agrarian Reform hambatan, sehingga Kementerian ATR/BPN
Indonesia yang meliputi 5 program (Panca mencatat seperti gambar 1 berikut:
Program), yaitu : Gambar 1. Skema Penguasaan dan Pemilikan Tanah di
Indonesia
1. Pembaharuan hukum agraria, melalui
unifikasi hukum yang berkonsepsi nasional
dan pemberian jaminan kepastian hukum;
2. Penghapusan hak-hak asing dan konsesi-
konsesi kolonial atas tanah;
3. Mengakhiri penghisapan feodal secara
berangsur-angsur;
4. Perombakan pemilikan dan penguasaan
tanah serta hubungan-hubungan hukum
Sumber: Paparan Sofyan A. Djalil, disampaikan pada
yang bersangkutan dengan penguasaan Seminar Nasional dalam Rangka Hari Agraria dan Tata
tanah dalam mewujudkan pemerataan Ruang Nasional Jakarta, 25 Oktober 2016.
kemakmuran dan keadilan; Kepemilikan dan penguasaan tanah yang
5. Perencanaan persediaan dan sempit dan timpang di desa bukan sesuatu yang
peruntukan bumi, air dan kekayaan baru. Sejak awal abad ke 20 Pemerintah Belanda
alam yang terkandung di dalamnya serta telah menyadari hal ini melalui survei yang
penggunaanya secara terencana, sesuai dilakukan pada tahun 1903. Hasilnya hampir
dengan daya dukung dan kemampuannya. separuh petani menguasai tanah kurang dari
0,5 ha (Mubyarto, 1978). Jumlah tanah yang
Program yang ke 4 (empat), lazim disebut sangat terbatas serta pertumbuhan penduduk
program landreform. Bahkan keseluruhan yang tiada kontrol telah memicu persoalan
program Agrarian Reform Indonesia tersebut yang kompleks untuk diselesaikan. Persoalan
seringkali disebut program landreform. Maka ketimpangan penguasaan dan pemilikan tanah
ada sebutan lendreform dalam arti luas dan menjadi beban negara untuk bisa dikatakan
landreform dalam arti sempit.2 sejahtera, sebab segenap aktivitas manusia

2 Pada masa orde baru, Menteri Urusan Agraria telah diambil alih lagi oleh pemilik lama
diperkecil menjadi Direktorat Jenderal di dengan terbuka atau tersembunyi. Pada
bawah Menteri Dalam Negeri. Di tahun 1968, era ini lembaga pertanahan lebih bersifat
program redistribusi tanah lebih dari 450 ribu administrasi semata sehingga redistribusi
hektar telah diredistribusikan untuk 500 ribu tanah hanya dimaknai sebatas bagi-bagi tanah.
keluarga di Jawa. Penerima reforma agraria Hilang esensi ruhnya bahwa tanah merupakan
menerima tanah kurang dari satu hektar. sumber kehidupan. Pada akhir era orde baru
Menurut Utrecht angka tersebut tidak bisa kembali bangkit kajian reforma agraria dengan
diandalkan karena tidak memperhitungkan maksud memperbaiki tatanan reforma agraria
berapa jumlah tanah yang terdistribusi dan yang lebih baik bukan sekedar administrasi.
26 Bhumi Vol. 4 No. 1, Mei 2018

memerlukan tanah sebagai media. Kondisi (Michael Lipton 2009, 161).


ini yang memicu konflik agraria baik berupa Pengaturan tentang penguasaan
perselisihan tanah di tingkat rumah tangga pemilikan tanah telah disadari sejak berabad-
petani, meningkatnya penguasaan tanah skala abad lamanya oleh negara-negara di dunia.
besar, konversi penggunaan tanah yang tidak Perombakan dan pembaharuan struktur
terencana, tata ruang yang tidak konsisten keagrarian terutama tanah, dilakukan untuk
dan tumpang tindih. Hal ini tidak hanya meningkatkan kesejahteraan rakyat terutama
berdampak pada masyarakat secara langsung rakyat tani yang semula tidak memiliki
tetapi juga pada program pemerintah seperti lahan garapan untuk memiliki tanah, oleh
ketahanan pangan, perumahan rakyat, dan Parlindungan dikatakan bahwa negara yang
lingkungan hidup (Shohibuddin dan Salim, ingin maju harus mengadakan landreform
2012), maka menjadi suatu keniscayaan (Parlindungan, 1980).
untuk melaksanakan reforma agraria sebagai Berdasarkan laporan kekayaan global
upaya mengatasi ketimpangan penguasaan yang diterbitkan oleh Credit Suisse, jumlah
dan pemilikan tanah sebagai sumber utama penduduk miskin di Indonesia tahun 2017
permasalahan, yang pada akhirnya bermuara adalah sebesar 28,01 juta jiwa (10,8%) dan
pada pengurangan kemiskinan. sebesar 49,30% sumber daya ekonomi Indonesia
Sumberdaya manusia di suatu negara dikuasai hanya oleh 1% penduduk Indonesia.
umumnya sebanding dengan kemajuan Badan Pusat Statsitik (BPS) mencatat pada
negara tersebut, apalagi ditunjang oleh Maret 2016 angka indeks gini rasio umum
sumber daya alam yang dimiliki oleh negara sebesar 0,39%, dan gini rasio penguasaan tanah
yang didistribusikan secara adil dan merata. sebesar 0,59%, korporasi menguasai hampir
Sebaliknya akan menimbulkan masalah apabila 60% lahan perkebunan sawit di Indonesia
pemerataan pemilikan dan penguasaannya (Direktorat Jenderal Penataan Agraria, 2017).
tidak diperhatikan dan ditujukan untuk Reforma agraria diharapkan mampu
kesejahteraan rakyat. Pengalaman sejarah menjadi solusi persoalan ketimpangan dan
dunia mencatat, ketidakseimbangan penguasaan tanah. Untuk menjadikan reforma
pemilikan tanah dan sumber-sumber (Agraria) agraria sebagai landasan pembangunan
yang paling banyak menimbulkan masalah Indonesia, maka pelaksanaan reforma agraria
dan penyengsaraan rakyat. Sebaliknya perlu didasari oleh struktur hukum yang kuat
indikasi sejahtera tidaknya rakyat di suatu dan komprehensif, agar dapat mewujudkan
negara ditentukan oleh adanya pemerataan keadilan. Dalam hukum agraria, struktur
pemilikan dan penguasaan agraria. Lipton, hukum terkait dengan segala sesuatu yang
menteorisasi dan membuat taksonomi berhubungan dengan aspek penguasaan
praktek Landreform di beberapa negara dan pemilikan tanah dan atau sumber daya
yang sedang berkembang. Ia mendefinisikan alam. Pada tataran kebijakan, ketimpangan
landreform sebagai perundang-undangan struktur penguasaan dan pemilikan tanah dan
(legislasi) yang diperuntukkan mendistribusi sumber daya alam lainnya, justru lebih banyak
kepemilikan klaim-klaim atas tanah atau disebabkan oleh tidak adanya tafsir resmi atas
hak-hak atas tanah pertanian dan dijalankan asas hak menguasai negara terhadap bumi,
untuk memberi manfaat pada kaum miskin air dan kekayaan alam yang terkandung di
dengan cara meningkatkan status kekuasaan dalamnya sebagaimana ditegaskan dalam Pasal
dan pendapatan absolut atau relatif mereka 33 ayat (3) UUD 1945 (Ida Nurlinda 2015, 9).
Arditya Wicaksono dan Yudha Pubawa, Hutang Negara dalam Reforma Agraria ... 25-40 27

Tafsir “Hak Menguasai Negara” merupakan deskripsi reforma agraria di negara lain, dan
penguasaan negara atas sumberdaya agraria deskripsi reforma agraria di Indonesia, namun
(SDA) yang disebut dengan hak menguasai belum pernah ada penelitian maupun kajian
negara (HMN) merupakan wewenang yang yang dilakukan untuk melihat bagaimana
diperoleh negara berdasarkan prinsip atribusi implementasi terhadap mandat 9 juta hektar
dari UUD 1945. Dalam konsepsi Hukum Tanah tanah reforma agraria di Indonesia, dimana
Nasional, HMN merupakan pelimpahan hak mandat ini merupakan salah satu dari Program
publik berupa amanat untuk mengelola dari Nawacita Pemerintahan Republik Indonesia
Hak Bangsa sebagai hak yang tertinggi kepada pada saat ini.
negara. Atas dasar pelimpahan tersebut, negara Berdasarkan pada data dan fakta tersebut
berwewenang untuk merumuskan kebijakan, di atas, maka tulisan ini hendak mengkaji
melakukan pengaturan, pengurusan, tentang bagaimana implementasi pelaksanaan
pengelolaan dan pengawasan terhadap SDA. reforma agraria di Indonesia terkait dengan
Untuk menghindari kesewenang-wenangan program nawacita Pemerintah tentang
dari HMN, maka kewenangan negara dibatasi Reforma Agraria terhadap 9 juta hektar tanah?
oleh 3 (tiga) hal yaitu: oleh tujuan dari HMN dengan melihat studi kasus pada beberapa
itu sendiri yaitu untuk mencapai sebesar-besar daerah di Indonesia. Selain itu kasus-kasus
kemakmuran rakyat; oleh hak perseorangan persoalan yang muncul dimaksudkan untuk
dan badan hukum; serta oleh hak ulayat menggambarkan bagaimana implementasi
masyarakat adat (Julius Sembiring 2016). pelaksanaan reforma agraria di Indonesia
Berbagai penelitian dan kajian terkait dengan melihat studi kasus pada beberapa
reforma agraria di Indonesia sudah pernah daerah terkait dengan program nawacita
dilakukan oleh Pusat Penelitian dan Pemerintah.
Pengembangan (Puslitbang) Kementerian
Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan B. Reforma Agraria dan Landreform
Nasional sendiri. Puslitbang pernah melakukan Istilah reforma agraria atau agrarian
kajian mengenai model redistribusi tanah reform banyak digunakan oleh kalangan
dalam skala kecil pada tahun 2005; Penelitian akademis bahkan Perserikatan Bangsa-Bangsa
mengenai pengaturan penguasaan tanah batas (PBB) atau United Nation (UN). Untuk makna
maksimum dan minimum penguasaan dan yang lebih luas dibanding landreform, PBB
pemilikan tanah pada tahun 2006; Penelitian atau UN membedakan landreform dengan
kondisi awal sosial ekonomi masyarakat reforma agraria dalam (Risnarto 2008, 18)
penerima program pembaruan agraria nasional sebagai berikut:
pada tahun 2007; Penelitian selektifitas &
“Landreform refers to the integral
penetapan kriteria kemiskinan subyek reforma
reforms of tenure production and
agraria pada tahun 2008 dan 2009; dan Kajian supporting service structure to
mengenai reforma agraria dalam sejarah dan eliminate obstacles to economic
implementasinya pada tahun 2011 (Puslitbang, and social development arising ot of
2017). Dalam kajian tahun 2011 tentang sejarah defects in the agraria structure, by
dan implementasi reforma agraria, merupakan redistribution of wealth, opportunity
kajian studi literatur yang menggunakan data and power, as manifest in the ownership
and control of lan, water and other
sekunder, dan menghasilkan berbagai deskripsi
resources”
tentang sejarah timbulnya reforma agraria,
28 Bhumi Vol. 4 No. 1, Mei 2018

“Agraria reform to cover all aspect of sekitar sumberdaya alam (Ida Nurlinda 2015).
institutional development including Menurut Winoto (2009), reforma agraria
landreform, tenure production and atau pembaruan agraria bukanlah proyek bagi-
supporting service structure and
bagi tanah, melainkan suatu program terpadu
related institutions, such as local
yang diorientasikan pada upaya perwujudan
government, public administration in
rural areas, rural education and rural keadilan sosial dan peningkatan kesejahteraan
social welfare institutions, and so rakyat melalui revitalisasi pertanian dan
forth” aktivitas ekonomi pedesaan secara menyeluruh,
hal ini mencakup 2 komponen yaitu: Pertama
Reforma agraria atau pembaruan
adalah redistribusi tanah untuk menjamin
agraria sebagai suatu gagasan atau ide yang
hak rakyat atas sumber-sumber agraria;
kemudian diwujudkan dalam pelaksanaan
Kedua, upaya pembangunan lebih luas yang
suatu kebijakan, mengalami perubahan
melibatkan multipihak untuk menjamin agar
dan perkembangan baik mengenai isinya,
aset tanah yang diberikan dapat berkembang
sifatnya, tujuannya, maupun mengenai
secara produktif dan berkelanjutan. Komponen
konseptualisasinya secara ilmiah, namun
pertama disebut asset reform, sedangkan
intinya tetap sama yaitu bahwa pembaruan
yang kedua disebut access reform. Hal yang
agraria selalu berinti redistributive landreform
sama diungkapkan pula oleh Ferry Mursyidan
(RLR) yang artinya penataan kembali sebaran
Baldan, mengatakan bahwa program reforma
penguasaan tanah demi kepentingan petani
agraria adalah untuk memberi kepastian
kecil, penyakap, dan buruh tani tak bertanah
hak atas tanah, bukan bagi-bagi tanah atau
(tunakisma). Dalam paket RLR kemudian
sertifikat (Ramadhiani, 2016).
dimasukkan langkah-langkah komplementer
Menurut (Risnarto 2008, 248) pembaruan
seperti penyediaan kredit, pendidikan dan
agraria atau reforma agraria pada dasarnya
pelatihan, teknologi, penyuluhan, penyesuaian
merupakan konsep landreform dalam arti
struktur pasar, dan lain sebagainya, paket
penataan kembali struktur penguasaan
lengkap ini yang diberi istilah Agrarian Reform
pemilikan tanah yang lebih adil. Dukungan
atau Pembaruan Agraria/Reforma Agraria
sarana dan prasarana yang memungkinkan
(Gunawan Wiradi, 2000).
petani memperoleh akses ke sumber ekonomi
Kuhnen memberi pengertian reforma
di wilayah pedesaan yang secara matematis
agraria a bundle of measures for overcoming the
dapat digambarkan Reforma Agraria =
obstacles to economic and social development
Landreform + Access Reform.
that based on shortcomings in the agrarian
Pelaksanaan Redistribusi Tanah Obyek
structure. Pendapat Kuhnen tersebut menitik-
Landreform(TOL)bertujuanuntukmemperbaiki
beratkan pada fungsi reforma agraria untuk
keadaan sosial ekonomi penggarap dengan cara
mengatasi hambatan dalam pembangunan
mengadakan pembagian tanah pertanian yang
ekonomi dan sosial yang didasarkan pada
adil dan merata sebagai sumber penghidupan
kelemahan struktur agraria itu sendiri. Di
rakyat tani sekaligus kepastian hak atas tanah
Indonesia, kelemahan struktur agraria berupa
hasil redistribusi tanah obyek landreform.
ketimpangan struktur penguasaan, pemilikan,
Tanah Obyek Landreform (TOL) adalah tanah
penggunaan dan pemanfaatan tanah dan
yang karena ketentuan landreform dan/atau
sumber daya alam. Di mana korporasi atau
tanah yang telah ditegaskan menjadi obyek
pemilik modal memiliki akses yang besar
landreform untuk selanjutnya diredsitribusikan
dibandingkan masyarakat yang tinggal di
Arditya Wicaksono dan Yudha Pubawa, Hutang Negara dalam Reforma Agraria ... 25-40 29

kepada petani penggarap. Adapaun tanah yang Hektar kepada 1.510.762 Kepala Keluarga dengan
termasuk kedalam obyek landreform adalah rata-rata luasan 0,5 Hektar (www.bpn.go.id).
sebagai berikut: bagian-bagian selebihnya dari Ditinjau dari segi tujuan akhir landreform yaitu
batas maksimum dan absentee yang karena peningkatan taraf hidup atau kesejahteraan
hukum menjadi tanah obyek landreform; tanah- petani penerima tanah, dapat dikatakan belum
tanah swapraja dan bekas swapraja yang telah seperti yang diharapkan. Faktor penghambat
beralih kepada negara; tanah-tanah partikelir; dapat diidentifikasi sebagai berikut: (a)
dan tanah-tanah lain yang dikuasai langsung rendahnya dukungan politik, stigma bahwa
oleh negara (Kementerian ATR/BPN, 2016). ideologi landreform adalah kiri;4 (b) kurangnya
Landreform di Indonesia mengalami pasang penegakan hukum; (c) tidak tersedianya biaya,
surut seirama dengan perkembangan jaman. data dan informasi yang memadai (c) peraturan
Landreform mencapai puncaknya antara tahun perundang-undangan yang tidak secara jelas
1962- 1964, kemudian perubahan konstelasi dan tegas mengatur; (d) lemahnya lembaga
politik Indonesia pasca 1965, menyebabkan pelaksana dan kualitas sumberdaya manusia.
pula reforma agraria surut, namun bukan Presiden telah menetapkan Rencana
hilang, tetapi mengalami pergesaran. Tanah- Kerja Pemerintah tahun 2017, dalam Perpres
tanah yang akan diredistribusikan (dibagikan) nomor 34 tahun 2016, yang di dalamnya
kepada petani penggarap pada awalnya berasal terkandung Prioritas Nasional Reforma
dari tanah-tanah yang terkena ketentuan Agraria. Program-Program prioritas reforma
landreform, tanah kelebihan dari batas agraria adalah: (1) penguatan kerangka regulasi
maksimum dan tanah absentee, bergeser dan penyelesaian konflik-konflik agraria; (2)
menjadi tanah-tanah yang dikuasai langsung penataan penguasaan dan pemilikan Tanah-
oleh negara. Program landreform sendiri telah Tanah Obyek Reforma Agraria (TORA); (3)
menyusut menjadi kegiatan redistribusi tanah pemberian kepastian hukum dan legalisasi atas
baik secara langsung kepada petani penggarap TORA; (4) pemberdayaan masyarakat untuk
maupun melalui program transmigrasi, memperbaiki tata guna tanah dan membentuk
Perkebunan Inti Rakyat/Nucleus Estate Small kekuatan-kekuatan produktif baru; dan (5)
holders (PIR/NES), PIR-Trans dan sebagainya.3 pembentukan kelembagaan pelaksana reforma
Secara fisik, sampai tahun 1961-2005, telah agraria di Pemerintah Pusat dan Daerah.
dibagikan tanah obyek landreform di seluruh
Indonesia seluas lebih kurang 1.159.527,27
4 Makna stigma kiri dari kata Landreform
merupakan bentuk Stereotipe pemerintah era
itu, menilai terhadap seseorang/kelompok
3 Kondisi ini menurut penulis dikarenakan setiap hanya berdasarkan persepsi terhadap kelompok
pergantian era ada kecenderungan mengganti di mana orang tersebut dapat dikategorikan
program dengan yang baru tanpa melakukan Stereotipe, merupakan jalan pintas yang
kajian secara obyektif, sebab transmigrasi, dilakukan secara intuitif oleh manusia untuk
PIR dan program tersebut hakekatnya lebih menyederhanakan hal-hal yang kompleks dan
mendayaguna masyarakat secara lebih baik membantu dalam pengambilan keputusan
karena masyarakat yang tidak memiliki akses secara cepat namun, seringkali dijadikan alasan
diberi kesempatan memiliki dan dekat dengan untuk melakukan tindakan diskriminatif.
sumber-sumber agraria. Idealnya dengan Sebagian besar beranganggapan bahwa segala
terbukanya akses masyarakat terhadap tanah bentuk stereotipe adalah negatif. Stereotipe
secara prinsip berdampak secara langsung, jarang sekali akurat. Kondisi ini seringkali
kedepan perlu dicarikan strategi apa yang terjadi di Indonesia sebagai akibat proses
bisa untuk mencari nilai tambah berdasarkan transformasi politik yang tidak lancar sehingga
kharakteristik di wilayah, meski kegiatan memunculkan konflik zero-sum disetiap akhir
tersebut memiliki jangka waktu tertentu. dan awal pergantian pemerintahan.
30 Bhumi Vol. 4 No. 1, Mei 2018

Tantangan utama pemerintah dalam reforma Bersumber dari skema tersebut


agraria saat ini adalah ketimpangan ekonomi, Kementerian ATR/BPN diberi beban untuk
masalah ketimpangan ini menjadi persoalan melaksanakan percepatan sertipikasi tanah-
utama di banyak pemerintahan negara pasca tanah di Indonesia, demi mewujudkan reforma
kolonial dan semuanya berusaha menurunkan agraria terhadap 9 juta Hektar tanah.
ketimpangan, serta mewujudkan pemerataan
pendapatan, kekayaan dan pengeluaran. C. Implementasi Reforma Agraria
Ketimpangan adalah hasil dari pembangunan Reforma agraria adalah kebijakan yang
yang tidak adil dan merata, terutama karena harus dilakukan oleh negara, hal ini merupakan
semakin luas dan dalamnya keterlibatan visi Pemerintah saat ini yang menegaskan
penduduk dan wilayah di Indonesia dalam bahwa kemanfaatan tanah sebagai kemakmuran
produksi, sirkulasi dan konsumsi komoditas- dan ketentraman masyarakat. Reforma
komoditas global, dan diatur dengan suatu agraria memerlukan proses implementasi
pembagian kerja secara internasional yang terus untuk mencapai suatu tujuan, ini baru dapat
diperbaharui. Mulanya, dipercayai pertumbuhan dimulai jika tujuan reforma agraria ditetapkan,
ekonomi menghasilkan ketimpangan yang program-program pelaksanaan telah dibuat
perlu untuk mendorong pasar berinvestasi dan dana telah dialokasikan untuk pencapaian
lebih banyak, termasuk kemajuan teknologi tujuan kebijakan (Amir Santoso 1988,5).
produksi dan peningkatan sumberdaya manusia Implementasi kebijakan dapat diartikan sebagai
Noer Fauzi (2016). Reforma Agraria diharapkan proses pelaksanaan keputusan yang dibuat oleh
mampu dijadikan solusi komprehensif dalam lembaga pemerintah, baik eksekutif maupun
mengurangi kemiskinan dan kesenjangan legislatif yang diarahkan untuk tercapainya
sosial yang terjadi di masyarakat Indonesia. tujuan yang digariskan dalam keputusan
Secara teori, reforma agraria berfungsi sebagai kebijakan. Daniel A. Mazmanian dan Paul A.
penataan ulang sumber-sumber agraria dan Sabatier (1983, 79) memberi empat kondisi
penguatan sendi-sendi perekonomian rakyat, sebagai prasyarat implementasi.
sertipikat tanah dijadikan dasar untuk memicu 1. Output (keputusan) kebijakan dari
gerak perekonomian warga. berikut skema agen-agen yang mengimplementasikan:
pelaksanaan reforma agraria di Indonesia terkait tujuan-tujuan, sasaran-sasaran yang akan
9 juta Hektar tanah yang tertuang dalam Rencana dicapai haruslah diterjemahkan ke dalam
Pembangunan Jangka Menengah Nasional peraturan-peraturan yang senyatanya
(RPJMN) seperti pada gambar 2. (riil); prosedur-prosedur yang baku dalam
Gambar 2. Skema Reforma Agraria dalam RPJMN
penyelesaian kasus-kasus individu.
2. Ketaatan kelompok-kelompok sasaran
terhadap keputusan itu: keputusan
untuk mematuhi hasil kebijakan dengan
(a) kemungkinan bahwa ketidaktaatan
(pelanggaran) akan diketahui dan dituntut;
(b) sanksi yang tersedia untuk ketidaktaatan;
(c) sikap kelompok sasaran mengenai
legitimasi aturan-aturan yang fundamental;
Sumber: Roadmap TORA Kementerian Agraria dan Tata dan (d) biaya yang harus dipikul kelompok
Ruang/BPN
sasaran dari ketaatan dari kebijakan.
Arditya Wicaksono dan Yudha Pubawa, Hutang Negara dalam Reforma Agraria ... 25-40 31

3. Pengaruh dari hasil kebijakan tercapai kejelasan dan konsistensi informasi yang
kalau: (a) hasil kebijakan dari agen yang disampaikan.
mengimplementasikan konsisten dengan 2. Disposisi mengenai sikap dan komitmen
tujuan kebijakan; (b) kelompok sasaran dari para pelaksana terhadap program
akhir patuh terhadap hasil kebijakan; (c) khususnya dari mereka yang menjadi
tak ada “subversi” yang serius terhadap implementer dari suatu kebijakan dan
hasil kebijakan atau pengaruh dari program, terutama adalah aparatur
peraturan-peraturan yang bertentangan; birokrasi.
dan (d) kebijakan memasukkan suatu 3. Sumber daya, yang meliputi: (a) staf yang
teori kausalitas yang cukup memadai cukup (jumlah dan mutunya); (b) informasi
yang berkaitan dengan perubahan yang dibutuhkan guna pengambilan
perilaku dalam kelompok sasaran untuk keputusan; (c) kewenangan atau authority
pencapaian tujuan yang ditetapkan. yang cukup dalam melaksanakan tanggung
4. Pengaruh yang dirasakan dari hasil jawab; (d) fasilitas yang dibutuhkan dalam
kebijakan dari proses implementasi adalah pelaksanaan.
pengaruh-pengaruh yang dirasakan dari 4. Struktur birokrasi terdapatnya suatu
hasil-hasil kebijakan, baik pengaruh SOP (Standart Operating Procedure)
yang dirasakan oleh kelompok pemilih yang mengatur tata aliran pekerjaan dan
maupun oleh penguasa. Dari pengaruh pelaksana program.
yang dirasakan ini, pada akhirnya akan
membawa perubahan-perubahan dalam Kajian ini dilakukan pada tahun 2017 di
amanat undang-undang. Revisi besar Provinsi Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan
dalam kebijakan seringkali dipandang Selatan, Jawa Tengah, dan Jawa Barat.
sebagai tahap akhir proses implementasi Dalam tulisan ini akan diuraikan bagaimana
implementasi reforma agraria di Indonesia di
George C.Edward III (1980, 25) berargumen 5 (lima) provinsi yang melaksanakan reforma
ada beberapa hal yang dapat mencerminkan agraria melalui berbagai program strategis antara
keberhasilan implementasi kebijakan, lain redistribusi tanah, konsolidasi tanah, serta
diantaranya: pendaftaran tanah yang diikuti oleh kegiatan
1. Komunikasi, hal ini menyangkut proses pemberdayaan masyarakat (biasa dikenal dengan
penyampaian informasi, transmisi akses reform) lihat tabel 1 berikut :

Tabel 1. Lokasi Sampel Penelitian


Jumlah bidang
No Desa, Kecamatan, Kabupaten Program Tahun
Desa Kabupaten
1 Desa Pulau Mentaro, Kec. Kumpeh, Kab. Muaro Jambi Redistribusi Tanah 2016 134 1.000
2 Desa Banding, Kec. Beringin, Kab. Semarang Redistribusi Tanah 2014 275 380
3 Desa Rengaspendawa , Kec. Larangan, Kab. Brebes Legalisasi Asset 2016 100 4.500
4 Desa Telaga Langsat, Kec. Takisung, Kab. Tanah Laut Redistribusi Tanah 2017 125 125
5 Desa Roham Raya, Kec. Wanaraya, Kab. Barito Kuala Redistribusi Tanah 2014 480 TAD
6 Desa Jemah, Kec. Jati Gede, Kab. Sumedang Redistribusi Tanah 2016 1.000 1.000
7 Desa Sukamanah. Kec. Rongga, Kab. Bandung Barat Redistribusi Tanah 2016 300 300
Desa KUD Mukti Jaya, Kec. Sungaililin (5 Desa), Kec.
8 Konsolidasi Tanah 2016 1.000 1.000
Sungai Lilin, Kab. Musi Banyuasin
9 Desa Upang Marga, Kec. Makarti Jaya, Kab. Banyuasin Redistribusi Tanah 2016 89 988
Sumber: Olah data Puslitbang, 2017
32 Bhumi Vol. 4 No. 1, Mei 2018

Berdasarkan tabel 1 terdapat sembilan belum selesai melaksanakan pemberian


kabupaten/kota yang telah melaksanakan akses. Kondisi ini dikarenakan tugas Kantor
program reforma agraria baik melalui program Pertanahan yang utama adalah administrasi
redistribusi tanah, konsolidasi tanah, dan bidang tanah saja. Untuk aksesnya Kepala
legalisasi asset dari hasil tersebut sertipikat tanah Kantor memiliki tantangan untuk membuat
telah dibagikan kepada seluruh masyarakat rancangan kegiatan mulai dari penjajakan
yang berhak dan telah mengacu pada Gambar dengan bupati dan kepala dinas terkait dan
2. Skema Reforma Agraria dalam RPJMN. Untuk perusahaan yang memungkinkan membantu
penerbitan sertipikat tidak ada persoalan, reforma agraria. Dari hasil pengamatan dan
namun jika dikaitkan dengan pemberian akses diskusi lapangan didapatkan data mengenai
reform, maka capaian yang ada belum optimal, implementasi reforma agraria di lokasi sampel
sebab ada daerah yang berhasil dan ada yang seperti pada tabel 2 berikut:

Tabel 2. Ringkasan Hasil Pengumpulan Data


Penerima Aset
Desa Kendala Dan Keadaan Masyarakat Akses Reform
Reform
Pulau Mentaro Petani padi, Penggunaan tanah: pertanian (saat surut), Belum ada akses permodalan dari lembaga
Kabupaten jagung dan penghasilan bersih rata-rata Rp.1.000.000/bulan keuangan/perbankan.
Muaro Jambi kedelai dengan masa tanam hanya dapat diusahakan 6
bulan, karena periode genangan (pasang surut), Sudah ada bantuan dari Dinas Pertanian
dan potensi masa tanam masih bisa ditingkatkan berupa sarana dan prasarana pertanian
dengan beberapa perlakuan tertentu. walaupun belum terintegrasi dengan
program aset reform.
Banding Petani, buruh Penggunaan tanah: pertanian kering/tegalan Sudah ada akses permodalan dari lembaga
Kabupaten tani, dan dengan komoditas tanaman keras tahunan. keuangan/perbankan.
Semarang pengrajin besek Mayoritas bekerja sebagai buruh tani, pengrajin
bambu besek merupakan pekerjaan sambilan setelah Program bantuan berupa bedah rumah
bertani. Pendapatan warga desa berkisar antara Rp. dari Kementerian Pekerjaan Umum dan
750.000– Rp.1.000.000/bulan Perumahan Rakyat), walaupun tidak
terintegrasi dengan subyek penerima aset
reform.

Program pelatihan UKM dari pihak Pemda


Rengaspendawa Petani bawang Penggunaan tanah: pertanian dengan komoditas Sudah ada akses permodalan dari lembaga
Kabupaten merah bawang merah. Kabupaten Brebes dikenal sebagai keuangan/perbankan tetapi cenderung
Brebes penghasil bawang merah. tidak melalui proses hak tanggungan.

Telaga Langsat Petani karet, Penggunaan tanah: pertanian dengan komoditas Sudah ada akses permodalan dari lembaga
Kabupaten sawit dan tanaman karet, sawit, dan palawija, rata-rata luas keuangan/perbankan, tetapi cenderung
Tanah laut palawija kepemilikan 0,5–2 Ha. Masyarakat cenderung tidak melalui proses hak tanggungan.
merasa kekurangan sarana Jalan Usaha Tani (JUT)
dan kesulitan mendapatkan pupuk. Sudah ada bantuan dari Dinas Pertanian
berupa benih padi, jagung dan kedele
Hasil pertanian dijual kepada pengepul, untuk setiap tahun, tapi belum terintegrasi
sawit dan karet sudah terdapat pabrik kelapa sawit dengan program aset reform.
milik perusahaan, untuk hasil palawija terserap
sangat sedikit, karena mekanisme pasar relatif
belum tersedia.
Roham Raya Berkebun Masih dalam pengembangan budidaya singkong Belum Ada Kegiatan Akses Reform Pasca
Kabupaten singkong, sawit, dan Tapioka, karena tanah yang kurang produktif Legalisasi Aset.
Barito Kuala karet dan kondisi dulu pohon karet warga yang pernah
terbakar
Arditya Wicaksono dan Yudha Pubawa, Hutang Negara dalam Reforma Agraria ... 25-40 33

Jemah Petani padi dan Petani padi sudah lebih baik dan menghasilkan, Belum Ada Kegiatan Akses Reform Pasca
Kabupaten palawija ditambah dengan produksi ikan kerambah, Legalisasi Aset
Sumedang sayangnya sejak waduk jatigede aktif aktifitas jaring
apung terhenti karena dilarang
Sukamanah Petani padi dan Masyarakat bertani padi dan palawija, potensi Belum Ada Kegiatan Akses Reform Pasca
Kabupaten palawija penghasilan 800.000-1.500.000. masih memerlukan Legalisasi Aset
Bandung barat kemudahan akses dari desa ke luar yang masih
berbatu
KUD Mukti Jaya, Berkebun sawit Potensi sawit membuat masyarakat mendapatkan kondisi terakhir Replanting dan bantuan
Kec. Sungaililin dan karet income yang selaras dengan usia pohon sawit, permodalan sudah ada dari perkebunan
(5 Desa) estimasi rata-rata penghasilan sawit dari awal sawit
Kabupaten tanam sampai panen 2jt
Banyuasin
Upang Marga Petani padi Potensi sawah (padi) menjadi unggulan di desa ini Belum Ada Kegiatan Akses Reform Pasca
Kabupaten Musi Legalisasi Aset
Banyuasin
Sumber: Olah data Puslitbang, 2017

Berdasarkan tabel 2 dan hasil pengamatan Barito Kuala sampai sekarang belum ada
lapangan serta data-data hasil rekapitulasi kegiatan akses reform padahal redistribusi
nasional reforma agrarian masih belum optimal tanah nya ada sejak tahun 2014.
terlaksana di lokasi sampel, sebab persoalan
mendasarnya terletak pada pasca sertipikasi D. Merancang Implementasi Reforma
tanah yang belum tentu ada kejelasan akses Agraria secara Holistik Integratif
reform. Ada dua hal yang membuat akses dan Sistematis.
itu sulit pasca sertipikasi; Pertama karena
Pekerjaan besar yang menuntut komitmen
koordinasi antar Kantor Pertahanan dengan
bersama dan lintas kementerian patut
dinas atau Pemerintah Daerah dan pihak lain
membuat langkah strategis, hal ini menyangkut
terhambat; Kedua masyarakatnya yang kurang
siapa melakukan apa dan bagaimana. Michael
proaktif (enggan) dalam pengusulan kegiatan
Lipton (2009, 178) berargumen untuk membuat
pasca sertipikasi.
reforma agraria itu bisa berhasil, setidaknya
Sebagai ilustrasi di Jambi sudah digagas
ada 10 (sepuluh) hal yang perlu diurus oleh
di Desa Pulau Mentaro, akan tetapi pasca
pemerintah secara terpimpin dan sistematis,
pergantian Bupati, kegiatan lintas sektor yang
yakni: (1) mandat konstitusional; (2) regulasi
digagas Kantor Pertanahan, dinas pertanian
perundang-undangan dan penegakannya;
serta kelompok tani juga sedikit mengalami
(3) organisasi pelaksana reforma agraria; (4)
kendala. Kondisi di Brebes masih lebih baik
sistem administrasi agraria; (5) pengadilan dan
tetapi bantuan modal (akses) reform berupa
mekanisme penyelesaian konflik; (6) desain
permodalan oleh Bank, sayangnya tidak ikuti
rencana dan evaluasi; (7) pendidikan dan
oleh pembebanan hak tanggungan. Kondisi
latihan; (8) pembiayaan; (9) pemerintahan
di Kabupaten Tanah Laut justru akses reform
daerah; dan (10) partisipasi masyarakat,
tersebut difasilitasi oleh Dinas Pertanian dua
terutama organisasi rakyat pedesaan.
tahun setelah proses sertipikasi tanah selesai,
Dalam konteks di Indonesia kondisi
ini berarti akses reform yang ada baru dua
seperti pendapat Lipton belum menjadi sebuah
tahun kemudian. Kondisi ini mencerminkan
textbook (sistematis, integratif, dan holistic)
bahwa aset dan akses reform tidak beriringan,
dalam pelaksanaannya. Perlu mendapat
terlaksana dengan baik. Kondisi di Kabupaten
34 Bhumi Vol. 4 No. 1, Mei 2018

catatan penting sebagai kementerian yang c. Pendampingan dalam rangka Peng­


memiliki produk layanan berupa sertipikat, organisasian kelompok masyarakat
disisi lain ada beberapa langkah yang perlu Penyusunan rencana usaha masyarakat
diambil dalam mempercepat akses reform d. Fasilitasi dan kerjasama dengan
pasca sertipikasi. Komponen penting instansi/SKPD dan pemangku
dalam pelaksanaan Program Pemberdayaan kepenting­an terkait lainnya
Masyarakat Pasca Legalisasi Aset, meliputi: pelaksanaan rencana usaha sebagai
1. Organisasi pembentukan kelompok wujud pemberian akses ke sumber-
masyarakat yang akan diberdayakan sumber ekonomi.
melalui akses reform berdasarkan bidang e. Pendampingan kepada kelompok
usaha dan kebutuhan yang diperlukan. masyarakat dalam pelaksanaan
2. Pembangunan infrastruktur meliputi pemberian akses oleh instansi/SKPD
Pembangunan sarana dan prasana untuk dan pemangku kepentingan terkait
menunjang kegiatan akses reform bagi lainnya.
masyarakat, antara lain: jalan, komunikasi, f. Pemantauan dan evaluasi terhadap
irigasi, dan lain-lain. Kegiatan ini pelaksanaan pemberian akses oleh
melibatkan pihak Instansi/SKPD dan instansi/SKPD dan pemangku kepen­
Pemangku Kepentingan terkait. tingan terkait lainnya. Untuk me­
3. Pembinaan dan Pelatihan untuk Pemberian laksanakan langkah-langkah tersebut
pembinaan dan pelatihan-pelatihan diatas, perlu di alokasikan anggaran yang
khusus yang dibutuhkan masyarakat cukup dan memadai, sehingga Program
untuk meningkatkan keterampilan dan Pemberdayaan Masyarakat Pasca
kemampuan dalam menjalankan aktivitas sertipikasi dapat dilaksanakan sesuai
usaha, produksi, dan lain-lain dalam rangka dengan rencana dan tepat sasaran.
mengembangkan/meningkatkan usaha.
4. Permodalan Akses permodalan yang Point 1-5 di atas sebaiknya mulai digagas
dibutuhkan untuk pembiayaan dalam di awal utamanya bagi masyarakat penerima
rangka peningkatan dan pengembangan program reforma agraria dengan sinergi dengan
usaha, antara lain melalui penjaminan pemerintah daerah harus juga terpetakan di
sertipikat hak atas tanah sebagai agunan desa tersebut. Potensi utama untuk penunjang
untuk memperoleh kredit perbankan. akses reformnya seperti apa dan sebelum
5. Pemasaran dan Tata Niaga, bagaimana melangkah, ada hubungan sinergi antara
Fasilitasi pemasaran/penyaluran produk Kantor Pertanahan dengan Pemerintah Daerah
sebagai bahan baku bagi industri-industri agar menggerakkan kegiatan ekonomi atau
hilir. Dalam rangka pelaksanaan Program program unggulan daerah di desa-desa yang
Pembedayaan Masyarakat Pasca Legalisasi tanahnya ada program sertipikasi redistribusi
Aset tersebut diperlukan langkah-langkah tanah atau legalisasi asset.
sebagai berikut:
a. Pemetaan sosial/inventarisasi potensi E. Hambatan antar kelembagaan
fisik lokasi, sosial dan ekonomi Konsep kebijakan di bidang Agraria sangat
masyarakat ; menarik pada tingkatan gagasan, akan tetapi
b. Analisis potensi yang ada pada pada tingkatan implementasi sangat sulit
masyarakat ; direalisasi, karena butuh bantuan banyak pihak.
Arditya Wicaksono dan Yudha Pubawa, Hutang Negara dalam Reforma Agraria ... 25-40 35

Satu sisi pemerintah mendorong dengan kuat, Pada lokasi tanah-tanah program Prona dan
disisi yang lain secara ekonomi negara tidak Konsolidasi Tanah masyarakatnyasecaraekonomi
memiliki kemampauan yang cukup untuk terus lebih baik, karena aksesibilitas dan wilayahnya
berada dalam posisi terdepan dalam penggerak lebih dekat dengan pusat pertumbuhan
ekonomi, perlu campur tangan para pemodal sehingga tingkat ekonominya lebih berkembang.
untuk berpartisipasi. Kondisi ini memerlukan Desa yang berada dekat dengan wilayah
pencermatan dan perhitungan yang dapat kebun atau wilayah desa, dekat dengan pusat
menguntungkan dan saling berkolaborasi, pertumbuhan lebih mudah mendapatkan akses
sebab tanpa didukung formulasi yang tepat reform meski di prakarsai oleh BPN atau tidak
akan berakibat penguasaan segelintir pihak ada prakarsa BPN. Tingkat pengetahuan akan
terhadap pihak yang lainnya. Fakta ini tidak informasi akses ekonomi dan peningkatan
bisa disalahkan reforma agraria ideal masih keterampilan membutuhkan sosialisasi yang
terkendala kemauan politik pimpinan tertinggi. intens kepada masyarakat, terkadang pasca
Ada dua hal menurut penulis, pertama, belum mendapat sertipikat, masyarakat mengetahui
pulihnya esensi UUPA sebagai aturan dasar sertipikat tanah bisa diagunkan di bank,
mengelola sumber-sumber agraria yang tetapi bagaimana administrasi/persyaratan
bukan tanah semata; kedua, makna Reforma dan kewajiban dalam proses pengajuan perlu
agraria yang masih identik dengan lembaga digalakkan kembali.
pertanahan. Penulis ingin mengutarakan bahwa
Gambar 3. Skema Kelompok Kerja Reforma Agraria
reforma agraria salah satu upaya peningkatan Lintas Kementerian
perekonomian masyarakat berbasis tanah yang
mewajibkan seluruh kementerian lembaga yang
memiliki fungsi peningkatan ekonomi untuk
mengadopsi dan mensinergikan diri, tentu
mekanisme dan aturan mainnya tetap perlu
disepakati dengan aturan hukum yang jelas dan
sistematis dikoordinasikan oleh Kementerian
Koordinator Bidang Perekonomian.
Berdasarkan hasil di lapangan
mencerminkan beberapa hal yang perlu
diperhatikan lokasi-lokasi tanah redistribusi
tanah perlu untuk mendapat perhatian lebih
serius dan secara komprehensif, sebab pada
lokasi ini secara geografis jauh dari pusat Sumber: Paparan Joko Heriyadi dalam Seminar Akhir
Penelitian Implementasi Reforma Agraria Tahun 2017,
ekonomi dan pusat pertumbuhan serta diselenggarakan oleh Puslitbang Kementerian ATR/BPN
masyarakatnya belum sepenuhnya memiliki Tanggal 9 November 2017 di Jakarta.
interaksi dengan perbankan. Sehingga reforma Mengacu pada gambar di atas konsen
agraria lebih diarahkan untuk pembukaan Kementerian ATR/BPN dan Kementerian LHK
askes ekonomi (permodalan) dan tata niaga. hanya membuat bank data yang sinergi lokasi
Desa sukamanah dan Desa Jemah serta Desa desa mana yang representatif dalam kategori
Upang Marga perlu mendapatkan perhatian reforma agraria, baik yang ada di kawasan
khusus (program redis yang telah dilakukan maupun luar kawasan. Kementerian Desa dan
tahun 2016). Pertanian lebih spesifik memberikan basis data
36 Bhumi Vol. 4 No. 1, Mei 2018

keunggulan wilayah desa-desa. Bappenas dan Kendala dalam sebuah kebijakan adalah hal
Kemenko perekonomian mencoba membuat biasa, karena setiap kebijakan merupakan sebuah
skema anggaran agar penggunaannya langkah strategis, khususnya berkaitan dengan
secara faktual mengarah pada database, bila alokasi, distribusi, dan redistribusi resources yang
memungkinkan Kemenko menggandeng terbatas. Konsekuensi ini membawa dampak
peran swasta. KSP dan Kementerian Dalam siapa mendapat apa dan bagaimana. Sehingga
Negeri mendorong agar supaya pemerintah jika berdasarkan pemikiran Merilee Grindle
daerah tertarik untuk mengawal kegiatan (1980, 83) maka kebijakan reforma agraria di
tersebut di tingkat lokal. Sinergi itu bukan Indonesia ada gap yang terjadi antara content
sebatas koordinasi tetapi sinergi anggaran adan context of policy jarak yang terjadi disini
dan program lintas kementerian merupakan berkaitan komitmen dari stakeholders yang ada,
prasyarat mempercepat reforma agraria. dapat diilustrasikan sebagai berikut:
Setelah itu reforma agraria bukan program
Gambar 5. Implementasi Kebijakan dan Arah
unggulan kementerian ATR/BPN, tetapi milik Perubahannya Menurut Grindle
bangsa Indonesia. Sebagai salah satu pilihan
langkah untuk mensejahterakan masyarakat
berbasis sumber-sumber agraria.
Reforma agraria diprediksi tidak akan bisa
tercapai dalam waktu 2,5 tahun jika skema
yang dipakai saat ini masih digunakan. Karena
belum ada peraturan yang bisa mengakomodir
kepentingan seluruh unit kementerian yang B. Kesimpulan
dalam koridor peningkatan kesejahteraan
masyarakat serta peningkatan akses 1. Kesimpulan
perekonomian masyarakat. Gagasan konsep
a.) Implementasi Reforma Agraria belum
reforma agraria ini hendaknya tertuang dalam
optimal, karena kurangnya dukungan
sebuah aturan yang kompatibel dengan segenap
dari berbagai stakeholders terkait, sebab
kementerian yang ada. Mulai Fase penentuan
program ini akan berdampak besar jika
lokasi sampai produk yang dihasilkan terukur
didukung oleh kementerian lain yang
secara seksama dan memberikan dampak yang
memiliki sumber pendanaan untuk
signifikan. Pengamatan secara seksama dan
peningkatan potensi ekonomi masyarakat,
periodik diperlukan untuk mengukur sejauh
jika hanya internal BPN hanya sebatas
mana reforma agraria ini dinyatakan berhasil.
pensertipikatan tanah masyarakat;
b.) Pembagian peran dan fungsi dalam koridor
Gambar 4. Kebijakan dan Arah Perubahan Reforma
Agraria Ilustrasi penulis terhadap kebijakan reforma akses reform memerlukan landasan
agraria secara makro konseptual yang konkrit dan jelas, berupa
peraturan yang diterima semua pihak,
disini komitmen politik dalam nawacita
mendapat tantangan untuk menyusun
aturan yang disepakati lintas kementerian/
lembaga;
Arditya Wicaksono dan Yudha Pubawa, Hutang Negara dalam Reforma Agraria ... 25-40 37

c.) Keberhasilan reforma agraria mutlak Daftar Pustaka


memerlukan sinergi antara Pemerintah A.P. Parlindungan 1980, Komentar atas
Pusat, Pemerintah Daerah, masyarakat. undang-undang pokok agraria, alumni
Bandung.

2. Rekomendasi Agus Salim 2001, Teori dan paradigma


penelitian sosial: pemikiran norman k.
a.) Perlu disusun sebuah peraturan terkait
denzin & egon guba dan penerapannya,
definisi reforma agraria dan tugas, peran
Penerbit PT. Tiara Wacana Yogya.
serta fungsi para pihak yang terlibat.
b.) Ada baiknya penyerahan sertipikat juga Amir Santoso 1998. Analisis kebijakan publik,
jurnal ilmu politik Vol.3, Jakarta, PT.
diikuti dengan pemberian akses untuk
Gramedia.
usaha masyarakat lebih produktif.
c.) Ada baiknya pembebasan biaya Daniel A. Mazmanian dan Paul A. Sabatier
administrasi dalam proses hak tanggungan 1983. Implementation and public policy
sehingga masyarakat lebih terbantu, IIIinois: Scott Foresman and Company
utamanya penerima akses reform yang George C.Edward III 1980, Implementing public
ketegori miskin. policy, congressional quarterly inc.
d.) Adanya peningkatan sinergitas Washington D.C.
antara Direktorat Landreform dengan Grindle, Merilee, S. (ed) 1980, Politics and policy
Pemberdayaan Masyarakat agar kegiatan implementation in the third world,
pasca pensertipikatan di tahun berikutnya Princeton University Press, New Jersey
diberi akses reform, mengingat pada Lipton, Michael 2009, Land reform in
lokasi redistribusi tanah memiliki developing countries: property rights and
kencenderungan sebagai daerah tertinggal. property wrongs (Routledge Priorities in
e.) Perlu adanya kerja bersama yang mulai Development Economics). London.
terpetakan. hendaknya memaknai
Mubyarto 1978, Masalah petani kecil dan
peningkatan pereknomian pasca kegiatan
strategi pembangunan pedesaan di
reforma agraria, bukan menjadi tugas jawa, agro-ekonomika. 9 (8).
kementerian yang mengurus pertanahan
Nurlinda, Ida 2015, Membangun struktur hukum
semata, akan tetapi dimaknai sebagai
reforma agraria untuk mewujudkan
kerja kementerian lembaga terkait untuk
keadilan agraria. Orasi pengukuhan
ikut andil memberikan dampak ekonomi
Guru Besar Fakultas hukum Universitas
pasca aset tanah masyarakat terlegalkan.
Padjajaran.
Ramadhiani, A 2016, Reforma agraria bukan
tentang bagi-bagi tanah, Kompas, 13
C. Ucapan Terima Kasih
April.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada
Risnarto 2008, Reforma agraria politik
Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan
mensejahterakan rakyat, bunga
Kementerian ATR/BPN beserta staf, segenap
rampai : dari landreform ke landreform
narasumber, informan dan responden yang plu. Jakarta. Pusat Penelitian dan
tidak bisa disebutkan namanya satu per satu. Pengmebangan Badan Pertanahan
Nasional Republik Indonesia.
38 Bhumi Vol. 4 No. 1, Mei 2018

Sembiring, Julius 2016, Hak menguasai negara Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
atas sumber daya agraria Jurnal Bhumi Badan Pertanahan Nasional. 31 Slide.
Vol. 2 No. 2 STPN Press. Yogyakarta
Direktorat Jenderal Penataan Agraria, Direktorat
Setiawan, Bonnie 1997, Reformasi agraria, Landreform 2016. Petunjuk Pelaksanaan
perubahan politik, dan agenda Kegiatan Landreform. Jakarta:
pembaharuan agraria di indonesia, Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Konsorsium Pembaruan Agraria dan Badan Pertanahan Nasional. 51 Hlm.
lembaga. Penerbit FEUI, Jakarta.
Direktorat Jenderal Penataan Agraria,
Shohibuddin, M dan Nazir Salim 2012, Direktorat Landreform 2017. Kebijakan
Pembentukan kebijakan reforma agraria Agraria dan Tata Ruang (Kebijakan
2006-2007 bunga rampai perdebatan. Landreform). Bahan Paparan
Sekolah Tinggi Pertanahan Negara Disampaikan pada Pendidikan dan
Press, Yogyakarta. Pelatihan Penataan Agraria. Jakarta :
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Winoto, Joyo 2009, Strategi kebijakan
Badan Pertanahan Nasional. 49 slide.
pertanahan nasional dalam perspektif
politik ekonomi pembangunan pertanian Djalil, Sofyan A 2016, Menteri Agraria dan
dan pedesaan. Makalah Utama dalam tata Ruang/ Kepala Badan Pertanhan
Prosiding Semiloka Nasional tanggal 22- Nasional Disampaikan pada Seminar
23 Desember 2008. Bogor. Departemen Nasional dalam Rangka Hari Agraria
Ilmu Tanah dan Sumberdaya Alam, dan Tata Ruang Nasional Jakarta, 25
Fakultas Pertanian IPB. Oktober 20 slide.
Wiradi, Gunawan 1999, Reforma Agraria Heriyadi, PJoko 2017, Seminar Akhir Penelitian
dalam menghadapi era globalisasi. Implementasi Reforma Agraria Tahun 2017
makalah ringkas dalam seminar diselenggarakan Oleh Pusat Penelitian
nasional: pemberdayaan petani melalui dan Pengembangan Kementerian Agraria
reforma agraria dalam menghadapi dan Tata Ruang /BPN Tanggal 9 November
era globalisasi tanggal 5 Agustus 1999. 2017 di Jakarta, Slide 7 dari 47
Jakarta: Himpunan Kerukunan Tani
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan
Indonesia (HKTI) dan Kantor Menteri
Pertanahan Nasional, Petunjuk
Negara Agraria dan Badan Pertanahan
Pelaksanaan Kegiatan Landreform 2016
Nasional.
Pusat Penelitian dan Pengembangan 2017, Draft
Yin, Robert 1994 Case study research: design
Road Map Puslitbang. Kementerian
and method, second edition, Applied
Agraria dan Tata Ruang/Badan
Social Research Methods Series Volume
Pertanahan Nasional. 49 slide. Jakarta.
5, Sage Publications, London.
Pusat Penelitian dan Pengembangan 2017, Seminar
Akhir Penelitian Implementasi Reforma
Dokumen, Makalah dan Surat kabar
Agraria Tanggal di Jakarta 47 Slide.
Anonim tt, “Nawa Cita”, 9 Agenda Prioritas
Jokowi-JK, 2014-2019. Perpustakaan Rachman, Noer Fauzi 2016, Makalah
Presiden Republik Indonesia. Arah Kebijakan Reforma Agraria
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Direktorat Jenderal Penataan Agraria 2017, Badan Pertanahan Nasional dalam
Materi Pembukaan Pendidikan dan seminar hari agraria dan tata ruang
Pelatihan Penataan Agraria. Jakarta: nasional 25 Oktober.

Anda mungkin juga menyukai