Anda di halaman 1dari 5

HALAMAN JUTUGAS PAPER DUT

TUGAS ESSAY KEWARGANEGARAAN


“Darurat Ketahanan Pangan Indonesia
di Masa Pandemi COVID-19”

Disusun Oleh:
Syifaa Safiinatunnajah (18/428685/TK/47187)

Kelas : PKN(49)

FAKULTAS FILSAFAT
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2020
“Darurat Ketahanan Pangan Indonesia
di Masa Pandemi COVID-19”

Ketahanan nasional diperlukan untuk menghadapi ancaman, gangguan, hambatan, dan


tantangan untuk mencapai tujuan nasional. Ketahanan nasional diwujudkan dalam 2
pendekatan yaitu pendekatan gatra dan pendekatan spasial geografis. Pendekatan gatra terdiri
dari ideologi, ekonomi, politik, sosial dan budaya, pertahanan dan keamanan. Selanjutnya
adalah pendekatan spasial geografis yang dipengaruhi oleh ketahanan tiap provinsi atau
daerah. Ketahanan nasional di tengah masa pandemic COVID-19 dapat dirasakan dalam wujud
kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah seperti kebijakan keringanan biaya listrik, larangan
mudik, Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), keringanan kredit, dan prioritas anggaran
kesehatan, bantuan pangan baik oleh pemerintah pusat maupun provinsi.

Pangan menjadi sector penting di tengah masa pandemic Covid-19 ini. Organisasi Pangan
dan Pertanian atau Agriculture Organization (FAO) memperingatkan bahwa akan terjadi
kelangkaan dan darurat pangan di tengah wabah Covid-19 hal ini disinyalir salah satunya
diakibatkan oleh lockdown yang dilakukan banyak negara dan akan memengaruhi produksi
pertanian secara global. Ketahanan pangan keluarga meliputi tiga hal yaitu ketersediaan, akses
dan konsumsi pangan. Aspek ketersediaan bergantung pada fisik dan manusia dimana pada
masa pandemic ini menjadi terkendala dikarenakan oleh terbatasnya pilihan pangan di pasaran.
Akses pangan bisa terjadi saat pemenuhan kebutuhan keluarga bisa tercukupi, namun nyatanya
di tengah pandemic ini banyak sector pekerjaan yang tutup bahkan harus terpaksa gulung tikar
juga sebagian ada yang sampai mem-PHK-kan para pegawainya. Hal ini tentu saja berdampak
luas mengingat sebagian besar roda perekonomian masyarakat kita berjalan di sector
perdagangan dan industry. Dengan adanya hal tersebut, tentu saja mempengaruhi penghasilan
masyarakat apalagi para pekerja harian yang menggantungkan hidupnya pada usaha-usaha
kecil menengah yang juga turut terdampak pandemic ini. Menurunnya penghasilan masyarakat
serta banyak tutupnya warung-warung makanan turut mempengaruhi penurunan daya beli
pangan. Pengurangan jam kerja di kantor, sekolah, dan universitas juga mempengaruhi kinerja
pekerja di sector pertanian dan pengolahan pangan. Fenomena ini bermuara pada pada
sebagian produsen pangan yang cukup mengkhawatirkan, seperti contoh para peternak ayam
yang memangkas produksi nya sampai angka 50% seiring permintaan pasar yang melandai.

Pemerintah berupaya keras agar masyarakat tetap memperoleh bahan pangan, melalui
berbagai upaya seperti program pembagian sembako ataupun Program Keluarga Harapan (PKH)
untuk sementara dapat menjadi penolong di tengah situasi kekurangan pangan yang terjadi di
tingkat keluarga. Selain itu pemerintah mendorong masyarakat untuk memperkuat cadangan
pangan masyarakat melalui kegiatan Lumbung Pangan Masyarakat (LPM). LPM dibangun dan
dikuatkan untuk mendekatkan akses pangan ke kelompok tani dan dapat menyadarkan
masyarakat betapa pentingnya cadangan pangan terutama di saat-saat situasi sekarang ini.
Menurut UU Pangan 18/2012 bahwa masyarakat memiliki peranan untuk mengembangkan
cadangan pangannya maka dari itu pemerintah perlu memberikan fasilitas pengembangan
cadangan pangan masyarakat berupa alokasi bantuan pemerintah (banper), pendampingan
serta pembinaan.

Kecukupan bahan pangan menjadi alat utama sebuah negara untuk dapat bertahan di
tengah wabah pandemic ini, namun sayangnya Indonesia masih menggantungkan bahan
pangan dari impor karena masih minimnya produksi dalam negeri. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Tulus Tambunan dalam tulisannya Ketahanan Pangan di Indonesia
mengidentifikasi bahwa beberapa penyebab mengapa sebuah negara terus mengimpor barang
yaitu karena produksi dalam negeri terbatas sedangkan permintaan domestic tinggi sehingga
dengan impor akan mengurangi produksi dalam negeri, selain itu dilihat dari sisi neraca
perdagangan impor lebih menguntungkan karena produksi dalam negeri bisa untuk ekspor
dengan asumsi harga ekspor di pasar luar negeri lebih tinggi daripada harga impor yang harus
dibayar. Pemerintah harus berdaulat terhadap pangan dengan langkah memproduksi pangan
secara mandiri, menyediakan peraturan tentang pengendalian dan pengawasan ketersediaan
pangan supaya dalam kondisi dan situasi seperti sekarang tidak mengalami kekhawatiran
terhadap bahan pangan impor karena tentu saja dengan pemberlakuan lockdown di sebuah
negara akan sangat membatasi barang yang masuk dan keluar di kawasan tersebut. Kebijakan
impor harus dilakukan dengan bijak dan mengacu pada pemenuhan dan kesejahteraan
masayarakat. Pemerintah dapat tetap menjaga hubungan antar negara namun harus mampu
juga mengendalikan impor sehingga tujuan ketahanan dan kedaulatan pangan secara mandiri
seperti tertuang dalam UU Nomor 18 tahun 2012 dapat tercapai.

Terpisah, Peneliti dari Center for Food, Energy and Sustainable Development Indef Dhenny
Yuartha Junifta mengatakan kondisi saat ini bisa mengakibatkan defisit pangan yang sebetulnya
bukan hal baru juga untuk Indonesia. Menurutnya, di Indonesia sendiri defisit pangan ini
disebabkan kurang meratanya distribusi serta ketergantungan impor pada sejumlah komoditas
pangan. Jika tidak diantisipasi dengan cepat, kondisi seperti itu kemudian bisa menyebabkan
krisis pangan. Kaitannya dengan ini, krisis pangan dimulai dari kelangkaan bahan pangan di
pasar kemudian diikuti dengan panic buying hingga terjadi kenaikan harga yang sangat tinggi.
Peran pemerintah sangatlah diperlukan untuk bertindak cepat menangkal krisis dalam jangka
pendek, menengah dan panjang. Hal ini dikarenakan persoalan pangan bukanlah hal kecil yang
dapat disepelekan, ini menyangkut kebutuhan dasar masyarakat untuk hidup. Langkah-langkah
yang dapat dilakukan pemerintah untuk menangkal krisis pangan ini ialah pertama tetap
menjaga kuantitas pembelian agar tidak terjadi yang dinamakan panic buying. Cerminan dari
kejadian pasca diumumkanya pasien positif Covid-19 yang kemudian terjadi lonjakan harga
masker dan hand sanitizer bahkan beberapa oknum menimbun dua barang langka ini untuk
kemudian dijual dengan harga berkali lipat lebih tinggi. Khawatirnya jika pemerintah tidak dapat
menjaga kuantitas pembelian di pasaran maka permintaan meningkat dan penawaran tidak
berubah sehingga berimbas kepada harga produk yang akan meroket. Namun pembatasan
pembelian belum dilakukan karena baik pengusaha ataupun pemerintah mengklaim stok bahan
pangan masih cukup. Mau tidak mau pembatasan pembelian harus tetap dilakukan sewaktu-
waktu karena tidak ada yang tahu kapan wabah pandemic Covid-19 ini berakhir. Langkah kedua
yang mesti dilakukan pemerintah adalah menjaga distribusi pangan. Di tengah pelaksanaan
Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) mengakibatkan berkurangnya frekuensi operasional
jasa pengiriman.
Permasalahan stok pangan bukan hal yang menjadi masalah saat ini menurut pemeritah
seperti yang dikatakan diatas bahwa stok masih mencukupi, namun ancaman krisis pangan
tetap ada contohnya pada komoditas beras yang diprediksi mengalami penurunan produksi
menurut pengamat pangan dari Institut Pertanian Bogor, hal ini dikarenakan musim tanam
yang mundur. Selain mengancam komoditas beras, permasalahan stok bisa saja mengancam
komoditas gula dan jagung yang notabene masih mengandalkan impor. Pengamat pangan IPB
menilai, pemerintah terlambat untuk mengantisipasi permasalahan stok ini yang apabila terjadi
maka impor jagung akan terlambat diikuti harga pakan ternak yang berpotensi naik berimbas
pada kenaikan daging ayam dan telur.

Konsep ketahanan pangan menurut Undang-undang nomor 7 tahun 1996 adalah kondisi
terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup,
baik jumlah maupun mutunya, aman, merata, dan terjangkau. Berdasarkan konsep tersebut
maka prinsip untuk ketahanan kaitannya dengan konteks kewarganegaraan ialah kewajiban
negara untuk menjamin ha katas pangan setiap warganya yang terhimpun dalam masyarakat
kecil untuk mendapatkan pangan bagi keberlangsungan hidup. Disaat yang bersamaan pula
peran pemerintah melakukan pembenahan institusi ekonomi dengan melakukan system
penyuluhan dan latihan untuk para petani, melakukan terobosan skema pendanaan,
memberikan kredit pertanian sampai ke pelosok pedesaan. Dengan tetap menerapkan protocol
kesehatan Covid-19 diharapkan semua upaya pemerintah dan dibantu oleh peran masyarakat
dapat menghidarkan Indonesia dari krisis pangan yang terjadi di tengah wabah Covid-19.

Anda mungkin juga menyukai