Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN RESPONSI PRAKTIKUM ELEKTRONIKA

Perancangbangunan Power Supply dengan Tegangan


Keluaran Sebesar 18,5 V

Disusun oleh Kelompok 15 :

Utsman Sayyaf (14/367404/TK/42503)


Dzaki Afifi Giskard (18/428646/TK/47148)
Ikhsan Galih Rakasiwi (18/428655/TK/47157)
Resa Nur Aziz (18/428677/TK/47179)
Muhammad Angga Faizal (18/431102/TK/47695)
Siti Annisa Aulia (18/431116/TK/47709)

LAB. SENSOR & SISTEM TELEKONTROL


PROGRAM STUDI TEKNIK FISIKA
DEPARTEMEN TEKNIK NUKLIR & TEKNIK FISIKA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2019
A. Tujuan Responsi

1. Mengetahui rangkaian dari power supply.


2. Memahami fungsi masing-masing komponen dari power supply.
3. Merancangbangunan power supply yang menghasilkan tegangan keluaran
sebesar 18,5 V.

B. Tinjauan Pustaka

Sato et al. (1987) menerapkan modul daya sederhana dalam perakitan dan
memungkinkan melepas panas secara efisien yang dihasilkan oleh
transformator konverter dan perangkat daya pada sirkuit primer dan sekunder
yang dipisahkan secara elektrik satu sama lain. Modul daya terdiri dari
konstruksi sedemikian rupa sehingga transformator konverter, papan sirkuit
utama di satu sisi yang bagian dari sirkuit primer unit catu daya switching
terintegrasi, dan papan sirkuit sekunder di satu sisi di mana bagian dari sirkuit
sekunder unit catu daya switching terintegrasi secara tiga dimensi bergabung
ke dalam modul integral oleh resin konduksi termal tinggi dan sifat insulasi
listrik, sisi-sisi yang dipasang pada perangkat papan sirkuit primer dan
sekunder saling berhadapan. Transformator dapat ditempatkan di antara dua
papan sirkuit atau, sebagai alternatif, secara paralel dan berdekatan dengan
dua papan sirkuit.[10]

Seiersen (1990) meneliti suatu sirkuit catu daya yang terdiri dari dioda
transformator dan penyearah, di mana ujung lilitan sekunder dihubungkan ke
elektroda pertama yang seragam dari sepasang dioda penyearah (D1, D2)
yang elektroda keduanya terhubung ke satu terminal keluaran (-) dari daya
sirkuit suplai. Dalam penelitiannya juga diberi komponen reaktif yang
dihubungkan antara terminal keluaran lain (+) dari rangkaian catu daya dan
elektroda pertama dari masing-masing dioda penyearah. Ketika satu reaktansi
(misalnya L2) dapat mengirim arus (IL2) melalui satu (D2) penyearah
melayani sebagai dioda pemalas, sedangkan belitan sekunder dari
transformator menarik arus (IL1) melalui dioda penyearah yang sama,
pemanfaatan yang lebih baik dari transformator diperoleh dari pada bidang
sebelumnya, khususnya ketika tegangan keluaran relatif rendah, sedangkan
arus keluaran relatif tinggi.[11]

Hahn et al. (1999) membuktikan catu daya linier universal mampu secara
otomatis memasok output arus DC yang diatur dari berbagai input AC. Dia
memilih colokan listrik modular yang dapat dipertukarkan dikonfigurasi
untuk berpasangan dengan pasokan AC standar yang dapat disambungkan
dengan catu daya. Sirkuit catu daya terdiri dari transformator step-down dua-
belitan, penyearah dan konverter step-down buck DC / DC. Proyeksi pada
colokan listrik yang dipilih secara mekanis melibatkan sakelar pada catu
daya, yang menghubungkan kumparan utama transformator baik secara seri
atau paralel untuk mengakomodasi input 110 VAC atau 220 VAC. Dalam
pilihannya yang lain, penemuan ini terdiri dari steker listrik untuk mengakses
input VAC yang terhubung, dapat dilepas atau secara permanen, ke catu daya
yang terdiri dari transformator linier, penyearah gelombang penuh dan
konverter step-down forward DC / DC yang mampu mengakomodasi kisaran
penuh tegangan AC standar. Sumbat yang dapat dipertukarkan selanjutnya
dapat terdiri dari alat pengunci yang dapat dilepas yang secara mekanis
terhubung ke selubung dan dirancang untuk menggunakan sumbat listrik
untuk menjaga sumbat dalam posisi operasi.[5]

Rizal, H. S. (2016) melakukan pengujian dan analisis perancangan catu


daya jenis push pull converter. Perancangan catu daya push pull memiliki
empat output dengan masing-masing nilai yang bekerja sebagai catu daya
pada rangkaian blok mikrokontroler, sensor, driver dan kipas pendingin, dan
catu daya ini telah bekerja baik dalam mensupply sesuai yang dibutuhkan.
Untuk mengoperasikan catu daya dibutuhkan switching dari dua buah saklar
mosfet. Saklar dikontrol dengan memberikan sinyal PWM dengan
menggunakan tiga buah IC analog. Tiga buah IC ini membutuhkan sumber
+12V untuk dapat dioperasikan hingga dihasilkan output yang sesuai untuk
catu kontroler High Power LED. Gelombang PWM yang dihasilkan dari
rangkaian analog diberikan pada dua saklar mosfet, dan dua buah sinyal
PWM membutuhkan time delay supaya tidak terjadi ON secara bersama. Dari
hasil PWM tersebut mampu mengoperasikan push pull sebagai catu
kontroler.[9]

Raudah, A. dkk (2016) melakukan penelitian Rancang Bangun Catu Daya


dan Software dalam Apikasi Anemometer untuk Alat Peringatan Angin
Kencang. Penelitian dikerjakan di Laboratorium Konversi Teknik Elektro,
Fakultas Teknik Universitas Riau. Terdapat dua catu daya, catu daya pertama
sebagai catu daya utama, catu daya kedua sebagai catu daya cadangan yang
terhubung dengan baterai dan rangkaian penurun tegangan apabila terjadi
pemadaman listrik. Pada rangkaian catu daya utama trafo yang digunakan
adalah trafo CT (gulungan sekundernya mempunyai 1 buah output) dengan
arus 3A. Tegangan masuk pada dioda bridge akan bekerja mengubah dari
gelombang bolak-balik (AC) menjadi gelombang searah (DC) yang
kemudian di filter oleh kapasitor 2200 uF. Tegangan masuk ke IC 7812 dan
IC 7805. Dimana keluaran tegangannya adalah 5 volt DC dan 12 volt DC.
Tegangan keluaran untuk 5 volt ditujukan pada rangkaian mikrokontroler dan
tegangan keluaran 12 volt ditujukan ke rangkaian alat peringatan angin
kencang. Pada rangkaian regulator 12 volt ditambahkan rangkaian penguat
arus yang terdiri dari transistor Q1 serta dua buah resistor R1 dan R2.
Komponen IC regulator 7805 berfungsi untuk mengendalikan tegangan
keluaran, dan rangkaian penguat arus mengalirkan arus ke beban. Transistor
yang digunakan adalah transistor PNP yaitu MJ2955. Transistor ini mampu
mengalirkan arus kolektor IC mencapai 15A dengan disipasi daya mencapai
115 Watt. Skema rangkaiannya bisa dilihat pada Gambar 2.1 di bawah ini.[8]
Gambar 2.1. Rancang catu daya aplikasi pada alat anemometer.

Zubaidi (2009) meneliti implementasi pemrograman dengan pembuatan


catu daya terprogram berbasis computer. Dengan catu daya terprogram ini
kita dapat mengatur keluaran daya sesuai dengan yang kita inginkan. Dalam
pembuatan catu daya terprogram berbasis komputer ini direalisasikan dengan
menggunakan konfigurasi dari beberapa rangkaian yaitu, PPI 8255
(programmable peripheral interface), komputer sebagai pengendali, pengubah
isyarat digital ke analog (Digital to Analog Converter), dan rangkaian penguat
daya (OPAMP). Pengujian alat dari hasil pembuatan catu daya ini dilakukan
dengan cara melakukan pengukuran terhadap masing-masing bagian
rangkaian serta pengamatan terhadap hasil yang diperoleh dari pengujian alat.
Data dari hasil pengujian tersebut digunakan sebagai bahan analisis
perhitungan serta untuk mengetahui karakteristik dari alat yang telah dibuat.
Kemudian hasil pengujian didapatkan dengan merangkai dari kesemua
komponen yang ada yang diimplementasikan dengan program computer yang
ada. Catu daya yang maksimal yang bisa dihasilkan dari rangkaian ini adalah
10 Volt. Jika seandainya kita memasukkan lebih dari 10 volt maka catu daya
akan me-reset nilai tersebut ke nilai 0.[14]
Yanis, R. dkk (2013) merancang suatu catu daya dengan proses secara
digital. Catu daya tersebut dapat digunakan untuk mensuplai tegangan DC
untuk suatu objek tertentu dengan kombinasi bilangan binary 5-bit atau 32
kombinasi. Catu daya ini memiliki keuntungan dimana output tegangannya
lebih akurat karena nilai tegangan sudah dapat dibaca secara langsung
sehingga kesalahan yang terjadi dalam pembacaan nilai tegangan lebih
minim. Pengaturan besar kecilnya nilai tegangan pada catu daya digital ini
tidak lagi menggunakan potensiometer tetapi sudah menggunakan push
button sehingga pengguna lebih mudah merubah nilai tegangan. Secara
umum catu daya digital ini memiliki keuntungan yaitu mampu menampilkan
nilai tegangan yang secara dapat terbaca dengan tingkat keakuratan sedikit
lebih baik dari catu daya analog.[13]

Untuk menunjang kerja catu daya diperlukan sistem-sistem tambahan


seperti AVR ATmega8535 untuk menampilkan nilai tegangan pada LCD.
Kemampuan dari catu daya ini mampu mensuplai tegangan suatu objek atau
beban tertentu yang merekomendasikan input tegangan sebesar 1,2 sampai
dengan 32 Volt dan arus maksimum sebesar 3 ampere dan mampu mencatu
dengan stabil suatu beban yang memiliki daya sebesar 28Watt.

Rangkaian catu daya pada Gambar 2.2 menggunakan 1 buah transformator


CT yang berfungsi untuk menurunkan tegangan AC dari jala-jala listrik pada
kumparan primernya menjadi tegangan AC yang lebih kecil pada kumparan
sekundernya. 4 buah dioda yang dirangkai menjadi jembatan bridge berperan
untuk merubah arus AC menjadi DC dan meneruskan tegangan positif ke
filter kapasitor (C), sementara untuk arus beban terhadap resistor (R) dicatu
oleh tegangan kapasitor (C). Output positif DC kemudian diteruskan ke input
rangkaian regulator dan pembagi tegangan.
Gambar 2.2. Rangkaian Catu Daya
Dalam pengujian rangkaian catu daya ini dilakukan pengukuran besaran
tegangan dengan menggunakan multimeter digital. Pengujian ini dilakukan
untuk mengetahui apakah rangkaian catu daya dapat menghasilkan tegangan
yang sesuai dengan yang diharapkan, yaitu sebesar 32 V. Untuk menguji catu
daya, dilakukan 5 kali pengukuran. Untuk pengukuran tegangan dilakukan
pengukuran saat tanpa beban dan saat diberikan beban. Tujuan dari pengujian
catu daya ini adalah untuk mengetahui efisiensi dari catu daya.

Berdasarkan hasil pengujian pada Tabel 1, catu daya ini dapat dikatakan
efisien karena memiliki tingkat efisiensi yang berkisar antara 98,69% –
99,26%, mengingat tidak ada catu daya yang sempurna atau memiliki tingkat
efisiensi 100%. Gambar 2.3 menunjukan pengukuran tegangan keluaran catu
daya sedangakan Gambar 2.4 menunjukan pengukuran catu daya dengan
regulator LM7805.

Gambar 2.3. Rangkaian Pengukuran Tegangan Keluaran Catu Daya


Gambar 2.4. Rangkaian Pengukuran Tegangan Keluaran Catu Daya Dengan
Regulator LM7805

Tabel 1. Hasil PengukuranTegangan Keluaran Catu Daya

Tabel 2. Hasil Pengukuran Tegangan Keluaran Catu Daya Dengan Regulator


LM7805
Dari hasil pengukuran yang dilakukan dapat dilihat bahwa tegangan
keluaran rata-rata IC LM7805 yang dihasilkan adalah sebesar 4,98 V yang
secara teori seharusnya 5 V. Selisih nilai ini dapat disebabkan akibat tingkat
akurasi alat ukur yang digunakan dan kurang idealnya nilai tegangan pada
rangkaian yang dipengaruhi tahanan dalam alat ukur yang bertindak sebagai
beban tambahan yang di dalam perhitungan tidak merupakan variabel yang
dihitung.

Timur, F. dkk (2014) melakukan penelitian dalam rangka mempelajari


karakteristik serta cara kerja dari rangkaian catu daya. Peralatan yang
digunakan pada percobaan ini antara lain multitester / VOM, transformator
CT (Centre Tab) 2 Amp, 4 buah dioda 1N4002, resistor, kapasitor 1000 µF
dan 100 µF,PCB Matrix, kabel penghubung, IC LM7805, LM7905, LM 7812
dan LM 7912. Percobaan dilakukan dengan merangkai peralatan seperti
tertera di bawah :

Gambar 2.5. Skema rangkaian Catu Daya

Setelah peralatan selesai dirangkai, maka selanjutnya dilakukan pengujian


terhadap rangkaian catu daya tersebut. Pengujian dilakukan dengan cara
mengukur tegangan keluaran atau Vout yang terdapat pada rangkaian. Setelah
itu pengujian daya pada catu daya ini dapat digunakan dengan cara membuat
kurva pembebanan. Kurva pembebanan ialah pengujian tegangan dan arus
dengan memvariasikan nilai hambatan. Catu daya dihubungkan dengan
resistor dan multimeter. Dimana resistor diubah-ubah nilainya, dan nilai
tegangan serta arusnya dicatat. Setelah dilakukan percobaan diketahui bahwa
besar tegangan keluaran tidak sama persis dengan nilai yang diharapkan yaitu
5,-5,12,dan -12 volt. Nilai tegangan output yang terukur yaitu berturut-turut
5.06, -5.05 volt, 12.1 volt dan -12.23 volt. Pada perhitungan daya didapatkan
nilai dayasebesar 0.15 watt untuk tegangan output 5.06 dan -5.05 volt. Untuk
tegangan output 12.1 dan -12.23 volt tidak dapat dihitung besar daya sebab
tidak terdapat tegangan konstan pada grafik kurva pembebanan.[12]
C. Dasar Teori

C.1. Catu Daya / Power Supply

Catu daya adalah sebuah peralatan penyedia tegangan atau sumber daya
untuk peralatan elektronika dengan prinsip mengubah tegangan listrik yang
tersedia dari jaringan distribusi transmisi listrik ke level yang diinginkan
sehingga berimplikasi pada pengubahan daya listrik.

Pada perubahan daya antara Alternating Current (AC) dan Direct Current
(DC) terdapat empat jenis proses yang telah dikenal yaitu sistem pengubahan
daya AC ke DC, DC ke DC, DC ke AC, dan AC ke AC. Masing-masing
sistem pengubahan memiliki keunikan aplikasi tersendiri, tetapi ada dua yang
implementasinya kemudian berkembang pesat dan luas yaitu sistem
pengubahan AC ke DC (DC catu daya) dan DC ke DC (DC-DC converter).

Beberapa fungsi yang masuk dalam proses pengubahan catu daya AC ke


DC adalah penurun tegangan dengan komponen utama yang bisa digunakan
untuk menurunkan tegangan adalah transformator ; penyearah dimana untuk
mendapatkannya dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan
menggunakan dua buah atau empat dioda jembatan ; filter yang biasanya
menggunakan kapasitor jenis elco sebagai komponennya ; penstabil atau
regulator yang biasanya menggunakan IC sebagai komponennya.[7]

Gambar 3.1. Diagram Blok DC Catu Daya


C.2. Transformator

Trafo adalah suatu alat listrik yang dapat mengubah taraf suatu tegangan
AC ke taraf yang lain. Maksud dari pengubahan taraf tersebut diantaranya
seperti menurunkan Tegangan AC dari 220VAC ke 12 VAC ataupun
menaikkan Tegangan dari 110VAC ke 220 VAC. Transformator atau Trafo
ini bekerja berdasarkan prinsip Induksi Elektromagnet dan hanya dapat
bekerja pada tegangan yang berarus bolak balik (AC).Transformator (Trafo)
memegang peranan yang sangat penting dalam pendistribusian tenaga listrik.
Transformator menaikan listrik yang berasal dari pembangkit listrik PLN
hingga ratusan kilo Volt untuk di distribusikan, dan kemudian Transformator
lainnya menurunkan tegangan listrik tersebut ke tegangan yang diperlukan
oleh setiap rumah tangga maupun perkantoran yang pada umumnya
menggunakan Tegangan AC 220Volt.

Prinsip kerja trafo yaitu Sebuah Transformator yang sederhana pada


dasarnya terdiri dari 2 lilitan atau kumparan kawat yang terisolasi yaitu
kumparan primer dan kumparan sekunder. Pada kebanyakan Transformator,
kumparan kawat terisolasi ini dililitkan pada sebuah besi yang dinamakan
dengan Inti Besi (Core). Ketika kumparan primer dialiri arus AC (bolak-
balik) maka akan menimbulkan medan magnet atau fluks magnetik
disekitarnya. Kekuatan Medan magnet (densitas Fluks Magnet) tersebut
dipengaruhi oleh besarnya arus listrik yang dialirinya. Semakin besar arus
listriknya semakin besar pula medan magnetnya. Fluktuasi medan magnet
yang terjadi di sekitar kumparan pertama (primer) akan menginduksi GGL
(Gaya Gerak Listrik) dalam kumparan kedua (sekunder) dan akan terjadi
pelimpahan daya dari kumparan primer ke kumparan sekunder. Dengan
demikian, terjadilah pengubahan taraf tegangan listrik baik dari tegangan
rendah menjadi tegangan yang lebih tinggi maupun dari tegangan tinggi
menjadi tegangan yang rendah.
Trafo yang digunakan untuk DC Power supply adalah Transformer jenis
Step-down yang berfungsi untuk menurunkan tegangan listrik sesuai dengan
kebutuhan komponen Elektronika yang terdapat pada rangkaian adaptor (DC
Power Supply). Karena dalam banyak kasus transformer atau trafo banyak
digunakan untuk menurunkan tegangan pada level yang lebih rendah atau
lebih aman untuk peralatan elektronik dengan komponen semikonduktor.[7]

Gambar 3.2. Bentuk dan Simbol Transformator (Trafo)

C.3. Dioda

Dioda merupakan komponen elektronika non linear yang sederhana.


Struktur dasar diode berupa sambungan semikonduktor tipe p dan
semikonduktor tipe n (pn junction). Bentuk fisik dan symbol diode
ditunjukkan oleh Gambar 3.3. pada ujung bahan tipe p dijadikan terminal
Anoda (A) dan ujung lainnya sebagai Katoda (K). operasi diode ditentukan
relative kaki Anoda terhadap kaki Katoda.[3]

Gambar 3.3. Bentuk fisik dan simbol dioda


Penerapan dioda yang paling banyak dijumpai adalah sebagai penyearah.
Penyearah berarti mengubah arus bolak balik (AC) menjadi arus searah (DC).
Sebagian besar peralatan elektronik membutuhkan sumber arus searah. Untuk
kebutuhan daya dan tegangan yang kecil, cukup menggunakan baterei atau
aki, tetapi untuk kebutuhan yang lebih besar diperlukan sebuah catu daya
dengan komponen utama berupa rangkaian penyearah. Ada tiga rangkaian
dasar dari rangkaian penyearah, yaitu rangkaian penyearah setengah
gelombang, rangkaian penyearah gelombang penuh, dan rangkaian penyearah
gelombang jembatan (bridge). Penyearah yang paling sederhana adalah
penyearah setengah gelombang dan bentuk gelombang tegangan keluaran,
𝑣𝑜𝑢𝑡 , ditunjukkan oleh Gambar 3.4.

Gambar 3.4. Rangkaian penyearah setengah gelombang (a) dan grafik tegangan
keluaran, 𝑣𝑜𝑢𝑡, dari rangkaian penyearah setengah gelombang (b).

Dalam banyak kasus, transformer atau trafo banyak digunakan untuk


menurunkan tegangan pada level yang lebih rendah atau lebih aman untuk
peralatan elektronik dengan komponen semikonduktor. Rangkaian penyearah
setengah gelombang dengan sebuah trafo step down ditunjukkan oleh Gambar
3.5.

Gambar 3.5. Penyearah setengah gelombang dengan sebuah trafo


step down.
Rangkaian penyearah gelombang penuh dan bentuk gelombang tegangan
keluaran ditunjukkan oleh Gambar 3.6. Trafo yang digunakan adalah trafo
center-tap, dapat dilihat pada letak ground pada pusat lilitan kedua trafo.

Gambar 3.6. Rangkaian penyearah gelombang penuh (a) dan bentuk gelombang
tegangan keluaran (b).

Rangkaian penyearah jembatan (bridge) ditunjukkan oleh Gambar 3.7.


Rangkaian penyearah jembatan mirip dengan rangkaian penyearah
gelombang penuh karena menghasilkan tegangan keluaran gelombang penuh.

Gambar 3.7. Rangkaian penyearah gelombang jembatan (bridge) (a) dan bentuk
gelombang tegangan keluaran.

Jika kita menghubungkan rangkaian penyearah dengan sebuah filter


capacitor-input, akan didapatkan suatu tegangan DC yang mendekati
konstan. Selain itu, juga terdapat diode zener. Dioda zener, merupakan salah
satu jenis dioda yang beroperasi pada daerah breakdown. Saat dioda di daerah
breakdown, dioda seolah-olah seperti sumber DC dengan hambatan dalam
yang relatif kecil. Hal ini menguntungkan karena akan menghasilkan
tegangan yang konstan.[4]
Gambar 3.8. Dioda zener untuk regulator sumber tegangan.

C.4. Kapasitor / Elco

Kapasitor adalah suatu perangkat yang menyimpan energi listrik di dalam


sebuah medan listrik. Kapasitor adalah sebuah komponen listrik pasif dengan
dua terminal . Sebuah kapasitor terdiri dari dua buah konduktor yang
dipisahkan oleh suatu daerah non-konduktif. Daerah non-konduktif dapat
berupa vakum ataupun bahan insulator listrik yang dikenal sebagai bahan
dielektrik. Sebuah kapasitor yang ideal memiliki kapasitans yang konstan
sebesar C – satuan dari C adalah farad dalam sistem SI. Kapasitans
didefinisikan sebagai rasio muatan positif atau negatif Q dalam setiap
konduktor dalam tegangan V di antara mereka.[2]

Kapasitor pada rangkaian AC bertindak seperti rangkaian short-


circuit. Impedansi pada rangkaian makin berkurang seiring bertambahnya
kapasitans dan frekuensi. Ini berarti semakin tinggi frekuensi dan kapasitans
kapasitor, maka kapasitor akan lebih menyerupai sambungan short-circuit.
Namun sebaliknya, semakin rendah frekAkan tetapi, ini tidak serta merta
berarti pertambahan frekuensi dapat meningkatkan efektivitas kerja kapasitor.
Sebuah kapasitor non-ideal juga memiliki nilai resistansi dan induktansi
tersendiri.[1]
Pada kapasitor non-ideal, nilai impedansinya bertambah dengan nilai
resistansi seri ekuivalen kapasitor. Semakin tinggi nilai frekuensi, nilai
impedansi rangkaian semakin turun, akan tetapi nilai hambatan seri ekuivalen
kapasitor semakin bertambah. Kemudian, seiring bertambahnya frekuensi,
nilai induktansi seri ekuivalen kapasitor juga bertambah. Kemunculan
induktansi yang signifikan pada kapasitor dapat menghilangkan sifat
kapasitans kapasitor. Ini karena dengan adanya induktansi, berarti material
dielektrik antara kapasitor telah berubah menjadi suatu material dengan
konduktivitas yang sangat kecil, sehingga dengan begitu ada arus yang
mengalir di antara dua pelat kapasitor. Ini menyebabkan terjadinya proses
discharging terus-menerus pada kapasitor.

Pada rangkaian catu daya ini, kapasitor berfungsi sebagai pengubah


tegangan dari sumber AC menjadi keluaran DC. Kapasitor dapat melakukan
hal ini disebabkan oleh sinyal AC masukan telah diubah menjadi sinyal
positif seluruhnya oleh dioda bridge. Sekalipun keluaran sinyal listrik dari
dioda tidak terlalu stabil, kapasitor dengan kemampuan menyimpan
tegangannya dapat melakukan proses charging-dicharging sehingga tegangan
keluaran pada catu daya menjadi stabil, hampir mendekati tegangan DC.
Sekalipun begitu, tegangan keluaran pada filter kapasitor tidak stabil
sempurna seperti tegangan DC, akan tetapi ada sedikit riak pada sinyalnya
yang disebut tegangan ripple. Tegangan ripple adalah besar amplitudo antara
catatan tegangan tertinggi dengan catatan tegangan terendah pada osiloskop.
Pada rangkaian, besar tegangan ripple berbanding terbalik dengan besar
frekuensi dan kapasitans resistor, yang berarti semakin besar kapasitans
kapasitor, semakin murni pula tegangan keluarannya, karena tegangan ripple
semakin kecil nilainya. Frekuensi dan nilai kapasitans kapasitor, kapasitor
akan menyerupai sambungan open-circuit.[7]
C.5. Voltage Regulator / IC

Voltage Regulator atau Pengatur Tegangan adalah salah satu rangkaian


yang sering dipakai dalam peralatan Elektronika. Fungsi Voltage Regulator
adalah untuk mempertahankan atau memastikan Tegangan pada level tertentu
secara otomatis. Artinya, Tegangan Output (Keluaran) DC pada Voltage
Regulator tidak dipengaruhi oleh perubahan Tegangan Input (Masukan),
Beban pada Output dan juga Suhu. Tegangan Stabil yang bebas dari segala
gangguan seperti noise ataupun fluktuasi (naik turun) sangat dibutuhkan
untuk mengoperasikan peralatan Elektronika terutama pada peralatan
elektronika yang sifatnya digital seperti Mikro Controller ataupun Mikro
Prosesor.

Rangkaian Voltage Regulator ini banyak ditemukan pada Adaptor yang


bertugas untuk memberikan Tegangan DC untuk Laptop, Handphone, Konsol
Game dan lain sebagainya. Pada Peralatan Elektronika yang Power Supply
atau Catu Dayanya diintegrasi ke dalam unitnya seperti TV, DVD Player dan
Komputer Desktop, Rangkaian Voltage Regulator (Pengatur Tegangan) juga
merupakan suatu keharusan agar Tegangan yang diberikan kepada Rangkaian
lainnya Stabil dan bebas dari fluktuasi.

Terdapat berbagai jenis Voltage Regulator atau Pengatur Tegangan, salah


satunya adalah Voltage Regulator dengan Menggunakan IC Voltage
Regulator. Salah satu tipe IC Voltage Regulator yang paling sering ditemukan
adalah tipe 7805 yaitu IC Voltage Regulator yang mengatur Tegangan Output
stabil pada Tegangan 5 Volt DC.
Terdapat beberapa cara pengelompokan Pengatur Tegangan yang
berbentuk IC (Integrated Circuit), diantaranya adalah berdasarkan Jumlah
Terminal (3 Terminal dan 5 Terminal), berdasarkan Linear Voltage Regular
dan Switching Voltage Regulator. Sedangkan cara pengelompokan yang
ketiga adalah dengan menggolongkannya menjadi 3 jenis yakni Fixed
Voltage Regulator, Adjustable Voltage Regulator dan Switching Voltage
Regulator. [7]

C.5.1. Fixed Voltage Regulator

IC jenis Pengatur Tegangan Tetap (Fixed Voltage Regulator) ini memiliki


nilai tetap yang tidak dapat disetel (di-adjust) sesuai dengan keinginan
Rangkaiannya. Tegangannya telah ditetapkan oleh produsen IC sehingga
Tegangan DC yang diatur juga Tetap sesuai dengan spesifikasi IC-nya.
Misalnya IC Voltage Regulator 7805, maka Output Tegangan DC-nya juga
hanya 5 Volt DC. Terdapat 2 jenis Pengatur Tegangan Tetap yaitu Positive
Voltage Regulator dan Negative Voltage Regulator.

Jenis IC Voltage Regulator yang paling sering ditemukan di Pasaran


adalah tipe 78XX. Tanda XX dibelakangnya adalah Kode Angka yang
menunjukan Tegangan Output DC pada IC Voltage Regulator tersebut.
Contohnya 7805, 7809, 7812 dan lain sebagainya. IC 78XX merupakan IC
jenis Positive Voltage Regulator.

IC yang berjenis Negative Voltage Regulator memiliki desain, konstruksi


dan cara kerja yang sama dengan jenis Positive Voltage Regulator, yang
membedakannya hanya polaritas pada Tegangan Outputnya. Contoh IC jenis
Negative Voltage Regulator diantaranya adalah 7905, 7912 atau IC Voltage
Regulator berawalan kode 79XX.
IC Fixed Voltage Regulator juga dikategorikan sebagai IC Linear Voltage
Regulator. Dibawah ini adalah Rangkaian Dasar untuk IC LM78XX beserta
bentuk Komponennya (Fixed Voltage Regulator).

Gambar 3.9. Rangkaian Dasar IC Fixed Voltage Divider

C.5.2. Adjustable Voltage Regulator

IC jenis Adjustable Voltage Regulator adalah jenis IC Pengatur Tegangan


DC yang memiliki range Tegangan Output tertentu sehingga dapat
disesuaikan kebutuhan Rangkaiannya. IC Adjustable Voltage Regulator ini
juga memiliki 2 jenis yaitu Positive Adjustable Voltage Regulator dan
Negative Adjustable Voltage Regulator. Contoh IC jenis Positive Adjustable
Voltage Regulator diantaranya adalah LM317 yang memiliki range atau
rentang tegangan dari 1.2 Volt DC sampai pada 37 Volt DC. Sedangkan
contoh IC jenis Negative Adjustable Voltage Regulator adalah LM337 yang
memiliki Range atau Jangkauan Tegangan yang sama dengan LM317. Pada
dasarnya desain, konstruksi dan cara kerja pada kedua jenis IC Adjustable
Voltage Regulator adalah sama. Yang membedakannya adalah Polaritas
pada Output Tegangan DC-nya.
IC Fixed Voltage Regulator juga dikategorikan sebagai IC Linear Voltage
Regulator. Dibawah ini adalah Rangkaian Dasar IC LM317 beserta bentuk
komponennya (Adjustable Voltage Regulator).

Gambar 3.10. Rangkaian IC Adjustable Voltage Regulator

C.5.3. Switching Voltage Regulator

Switching Voltage Regulator ini memiliki Desain, Konstruksi dan cara


kerja yang berbeda dengan IC Linear Regulator (Fixed dan Adjustable
Voltage Regulator). Switching Voltage Regulator memiliki efisiensi
pemakaian energi yang lebih baik jika dibandingkan dengan IC Linear
Regulator. Hal ini dikarenakan kemampuannya yang dapat mengalihkan
penyediaan energi listrik ke medan magnet yang memang difungsikan
sebagai penyimpan energi listrik. Oleh karena itu, untuk merangkai
Pengatur Tegangan dengan sistem Switching Voltage Regulator harus
ditambahkan komponen Induktor yang berfungsi sebagai elemen penyimpan
energi listrik.
C.6. Resistor

Resistor adalah suatu komponen elektronika pasif yang memiliki dua


terminal dan merupakan hambatan elektrik pada sebuah elemen rangkaian.
Dalam rangkaian listrik, resistor biasanya digunakan untuk mengurangi aliran
arus, mengatur tingkatan-tingkatan sinyal, membagi tegangan, memberi bias
pada komponen elektronika aktif (seperti transistor) dan menghentikan
sambungan transmisi.

Nilai hambatan pada suatu resistor disebut resistansi. Setiap komponen


elektronika memiliki nilai resistansi, walaupun kecil. Fungsi elektrik sebuah
resistor ditentukan oleh nilai resistansinya. Pada resistor-resistor rangkaian
listrik sederhana, nilai resistansi resistor berkisar dari ratusan hingga puluhan
ribu ohm – satuan baku internasional untuk resistansi. Pada resistor-resistor
industri, nilai resistansi resistor yang digunakan dapat mencapai milyaran
ohm. Akan tetapi, sebuah resistor tidak dapat diproduksi sebesar mungkin
dengan efisien, karena semakin besar nilai resistansi suatu komponen,
semakin besar pula ukuran komponen tersebut.

Pada Hukum Ohm, besar resistansi suatu resistor dalam rangkaian dapat
diketahui dengan membagi tegangan yang ada pada resistor tersebut dengan
arus yang melewati resistor. Nilai resistansi yang besar dapat digunakan
untuk menghasilkan daya yang besar. Nilai daya yang dikonsumsi oleh suatu
resistor adalah sebanding dengan nilai resistansinya dan kuadrat arus yang
mengalir pada resistor.

Tipe resistor yang digunakan untuk mengukur arus adalah shunt resistor.
Resistor ini didesain dengan nilai resistansi yang sangat kecil, cukup untuk
mencegah rangkaian short sehingga nilai arus dapat diukur.
Pada rangkaian listrik, resistor berguna sebagai pembagi tegangan dan
shunt resistor. Pada pembagi rangkaian, minimal dua resistor dipasang
sebagai pembagi tegangan untuk mendapatkan tegangan besar tegangan
keluaran yang diinginkan. Sedangkan shunt resistor digunakan untuk menjadi
resistor untuk mengukur arus pada rangkaian. [7]

C.7. LED

Light Emitting Diode atau sering disingkat dengan LED adalah komponen
elektronika yang dapat memancarkan cahaya monokromatik ketika diberikan
tegangan maju. LED merupakan keluarga Dioda yang terbuat dari bahan
semikonduktor. Warna-warna Cahaya yang dipancarkan oleh LED tergantung
pada jenis bahan semikonduktor yang dipergunakannya. LED juga dapat
memancarkan sinar inframerah yang tidak tampak oleh mata seperti yang
sering kita jumpai pada Remote Control TV ataupun Remote Control
perangkat elektronik lainnya. [7]

Bentuk LED mirip dengan sebuah bohlam (bola lampu) yang kecil dan
dapat dipasangkan dengan mudah ke dalam berbagai perangkat elektronika.
Berbeda dengan Lampu Pijar, LED tidak memerlukan pembakaran filamen
sehingga tidak menimbulkan panas dalam menghasilkan cahaya. Oleh karena
itu, saat ini LED (Light Emitting Diode) yang bentuknya kecil telah banyak
digunakan sebagai lampu penerang dalam LCD TV yang mengganti lampu
tube.

Gambar 3.11. Bentuk dan simbol LED


Untuk mengetahui polaritas terminal Anoda (+) dan Katoda (-) pada LED.
Kita dapat melihatnya secara fisik berdasarkan gambar diatas. Ciri-ciri
Terminal Anoda pada LED adalah kaki yang lebih panjang dan juga Lead
Frame yang lebih kecil. Sedangkan ciri-ciri Terminal Katoda adalah Kaki
yang lebih pendek dengan Lead Frame yang besar serta terletak di sisi yang
Flat.

Saat ini, LED telah memiliki beranekaragam warna, diantaranya seperti


warna merah, kuning, biru, putih, hijau, jingga dan infra merah. Masing-
masing Warna LED memerlukan tegangan maju (Forward Bias) untuk dapat
menyalakannya. Tegangan Maju untuk LED tersebut tergolong rendah
sehingga memerlukan sebuah Resistor untuk membatasi Arus dan
Tegangannya agar tidak merusak LED yang bersangkutan. Tegangan Maju
biasanya dilambangkan dengan tanda VF.

Tabel 3. Tegangan Jatuhan pada Setiap Warna Lampu LED

Warna Tegangan Maju @20mA


Infra Merah 1,2V
Merah 1,8V
Jingga 2,0V
Kuning 2,2V
Hijau 3,5V
Biru 3,6V
Putih 4,0V
C.8. Multimeter

Multimeter adalah alat yang berfungsi untuk mengukur Voltage


(Tegangan), Ampere (Arus Listrik), dan Ohm (Hambatan/resistansi) dalam
satu unit. Multimeter sering disebut juga dengan istilah Multitester atau
AVOMeter (singkatan dari Ampere Volt Ohm Meter). Terdapat 2 jenis
Multimeter dalam menampilkan hasil pengukurannya yaitu Analog
Multimeter (AMM) dan Digital Multimeter (DMM). [7]

Sehubungan dengan tuntutan akan keakurasian nilai pengukuran dan


kemudahan pemakaiannya serta didukung dengan harga yang semakin
terjangkau, Digital Multimeter (DMM) menjadi lebih populer dan lebih
banyak dipergunakan oleh para Teknisi Elektronika ataupun penghobi
Elektronika.
Dengan perkembangan teknologi, kini sebuah Multimeter atau Multitester
tidak hanya dapat mengukur Ampere, Voltage dan Ohm atau disingkat
dengan AVO, tetapi dapat juga mengukur Kapasitansi, Frekuensi dan Induksi
dalam satu unit (terutama pada Multimeter Digital). Beberapa kemampuan
pengukuran Multimeter yang banyak terdapat di pasaran antara lain :

 Voltage (Tegangan) AC dan DC satuan pengukuran Volt


 Current (Arus Listrik) satuan pengukuran Ampere
 Resistance (Hambatan) satuan pengukuran Ohm
 Capacitance (Kapasitansi) satuan pengukuran Farad
 Frequency (Frekuensi) satuan pengukuran Hertz
 Inductance (Induktansi) satuan pengukuran Henry
 Pengukuran atau Pengujian Dioda
 Pengukuran atau Pengujian Transistor
Berikut ini cara menggunakan Multimeter untuk mengukur beberapa
fungsi dasar Multimeter seperti Volt Meter (mengukur tegangan), Ampere
Meter (mengukur Arus listrik) dan Ohm Meter (mengukur Resistansi atau
Hambatan)

C.8. 1. Cara Mengukur Tegangan

a. Atur Posisi Saklar Selektor ke DCV


b. Pilihlah skala sesuai dengan perkiraan tegangan yang akan diukur. Jika
ingin mengukur 6 Volt, putar saklar selector ke 12 Volt (khusus Analog
Multimeter)
**Jika tidak mengetahui tingginya tegangan yang diukur, maka
disarankan untuk memilih skala tegangan yang lebih tinggi untuk
menghindari terjadi kerusakan pada multimeter.
c. Hubungkan probe ke terminal tegangan yang akan diukur. Probe Merah
pada terminal Positif (+) dan Probe Hitam ke terminal Negatif (-). Hati-
hati agar jangan sampai terbalik.
d. Baca hasil pengukuran di Display Multimeter.

Gambar 3.12. Cara Mengukur Tegangan DC[6]


C.8. 2. Cara Mengukur Tegangan AC

a. Atur Posisi Saklar Selektor ke ACV


b. Pilih skala sesuai dengan perkiraan tegangan yang akan diukur. Jika
ingin mengukur 220 Volt, putar saklar selector ke 300 Volt (khusus
Analog Multimeter)
**Jika tidak mengetahui tingginya tegangan yang diukur, maka
disarankan untuk memilih skala tegangan yang tertinggi untuk
menghindari terjadi kerusakan pada multimeter.
c. Hubungkan probe ke terminal tegangan yang akan diukur. Untuk
Tegangan AC, tidak ada polaritas Negatif (-) dan Positif (+)
d. Baca hasil pengukuran di Display Multimeter.

Gambar 3.13. Cara Mengukur Tegangan AC[6]


D. Metode Penelitian

D.1. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Sensor dan Sistem
Telekontrol (SSTK) Departemen Teknik FIsika Universitas Gadjah Mada.
Penelitian ini direncanakan selama 5 pekan di bulan November 2019. Rencana
tersebut tertuang pada Tabel 4.

Tabel 4. Rencana Penelitian


Bulan November 2019 Pekan Ke -
Nama Kegiatan
1 2 3 4 5
Studi literatur
Penyusunan laporan penelitian sementara
Pembuatan simulasi rangkaian di
software
Pengadaan komponen dan alat
Perakitan komponen rangkaian power
supply
Pengujian tegangan keluaran
Analisa data
Penyusunan hasil + laporan akhir
penelitian
Sidang hasil penelitian

D.2. Komponen Penelitian


Komponen - komponen penelitian yang akan digunakan dalam perakitan
rangkaian power supply dengan tegangan keluaran 18,5 V secara terperinci
ditunjukkan pada Tabel 5.
Tabel 5. Komponen – komponen yang digunakan

No. Nama Komponen Spesifikasi Jumlah Kegunaan

Sebagai setup pengatur tegangan


750 Ω 1
keluaran

1. Resistor 1 kΩ 1 Sebagai tegangan drop

Sebagai setup pengatur tegangan


10 kΩ 2
keluaran dan sebagai R load

470 μF 1 Sebagai filter tegangan ripple


2. Kapasitor
1 μF 1 Sebagai filter tegangan ripple

Normal Sebagai penyearah (rectifier) arus


3. Dioda 4
(3N246) AC dari trafo

Sebagai penanda adanya arus


4. LED (hijau) 1
pada rangkaian

220 VRMS
Sebagai penurun tegangan (step
5. Trafo 60Hz 1
down) PLN 220 V

Sebagai pestabil (regulator)


6. IC regulator LM317H 1
tegangan keluaran

1 buah,
Sebagai jalur masuknya arus dan
7. Kabel steker ukuran yang
tegangan PLN menuju trafo
menyesuaikan

D.3. Alat Penelitian


Alat - alat penelitian yang akan digunakan dalam pembuatan power supply
dengan tegangan keluaran 18,5 V secara terperinci ditunjukkan pada Tabel 6.
Tabel 6. Alat – alat pembuatan power supply

No. Nama Komponen Spesifikasi Jumlah Kegunaan

Untuk memanaskan timah dan


1. Solder 2
box power supply

Untuk merekatkan kaki – kaki


2. Timah Secukupnya
komponen pada PCB

Untuk menghubungkan kaki –


3. Kabel tenol Secukuonya
kaki antar komponen

Untuk meng-cover dan


3. Box power supply 1 melindungi rangkaian power
supply

Untuk menguatkan rekatan sisi –


4. Baut Secukupnya
sisi Box Power Supply

1 buah, ukuran Untuk pijakan kaki – kaki


5. PCB
menyesuaikan komponen

Untuk pelapis sisi – sisi dalam


Ukuran Box Power Supply dan pelindung
6. Matras Tebal 5 mm
menyesuaikan rangkaian di dalamnya dari
tekanan luar

Untuk pelapis lubang di sisi – sisi


7. Lem Tembak Secukupnya Box Power Supply dan pelindung
rangkaian di dalamnya dari air

1 merah 1 Untuk penghubung rangkaian


8. Krop
hitam power supply dengan multimeter
Tabel 7. Alat pengukuran (pengujian) tegangan keluaran power supply

No. Nama Komponen Spesifikasi Jumlah Kegunaan

Untuk mengukur tegangan


1. Multimeter Digital 1
keluaran pada power supply

D.4. Tahap – Tahap Penelitian


Desain penelitian ini terdiri dari beberapa tahap, sebagaimana yang
ditunjukkan oleh Gambar 4.1.
1. Sebelum penelitian, dilakukan studi literatur terlebih dahulu yang
berhubungan dengan pembuatan power supply.
2. Pembuatan simulasi rangkaian di perangkat lunak multisim untuk
didapatkan tegangan keluaran sebesar 18,5 V dengan cara
pengaturan besar nilai hambatan yang digunakan.
3. Perhitungan secara manual tegangan keluaran yang dihasilkan oleh
rangkaian.
4. Pengadaan komponen dan alat untuk perakitan power supply.
5. Perakitan power supply sesuai dengan skema rangkaian yang telah
dibuat pada perangkat lunak multisim.
6. Power supply yang telah dirakit diuji dan diambil data nilai
tegangan keluarannya.
7. Pengolahan data nilai tegangan keluaran yang telah diambil dan
dibandingkan dengan hasil perhitungan manual.
Penelitian ini diharapkan mampu menghasilkan rangkaian power supply
dengan tegangan keluaran sebesar 18,5 V.
Gambar 4.1. Diagram alir tahap – tahap pembuatan dan pengujian rangkaian
power supply
D.5. Prosedur Pemasangan Komponen dan Alat
a. Persiapkan alat dan komponen yang diperlukan.
b. Panaskan soldir terlebih dahulu. Sambil menunggu panasnya soldir,
rangkai komponen seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 4.2 ke dalam
PCB.
c. Setelah dirangkai, kaki-kaki dari masing-masing komponen di atas
dibengkokkan dan dihubungkan dengan tenol dengan cara dipanasi
soldir dan timah. Jika papan PCB terlalu besar, maka bisa dipotong
dengan gunting.
d. Pasang lampu LED. Untuk menghindari tegangan kejutan, pasang juga
resistor.
e. Pasang rangkaian yang telah disatukan dengan PCB tadi ke dalam Box
Power Supply.
f. Beri lapisan matras pada dinding – dinding dalam Box Power Supply
untuk melindungi tekanan luar box.
g. Pasang krop dimana warna merah untuk muatan positif dan warna
hitam untuk muatan negatif.
h. Beri lapisan lem tembak di sisi – sisi lubang Box Power Supply untuk
mencegah air masuk ke dalam box.
i. Rapikan semua rangkaian pada Box Power Supply dan diakhiri dengan
memasang baut pada sisi-sisi Box Power Supply.

Gambar 4.2. Skema rangkaian power supply


D.6. Prosedur Pengujian Power Supply
a. Colokkan kabel steker pada socket listrik rumah / gedung yang
mempunyai nilai 220 V (efektif listrik PLN).
b. Sambungkan kabel multimeter berwarna merah dengan krop berwarna
merah dan kabel multimeter berwarna hitam dengan krop berwarna
hitam pada Box Power Supply, seperti pada gambar 4.3.
c. Ukur besar tegangan keluaran (Vout) yang dihasilkan.
d. Catat semua hasil pada Tabel 8 dan analisis dengan membandingkan
dengan hasil perhitungan.
e. Matikan arus listrik pada rangkaian dengan cara mencabut kabel steker
pada socket listrik rumah / gedung.
f. Ulangi langkah a - e sebanyak 10x untuk mendapatkan rata-rata hasil
pengukuran.

Gambar 4.3. Skema pemasangan alat ukur tegangan (multimeter) pada


rangkaian power supply
Tabel 8. Hasil Pengujian Power Supply.

Perhitungan Pengukuran
Percobaan Ke -
Vout Vout

10
E. Hasil dan Pembahasan
<<on progress>>

F. Kesimpulan
<<on progress>>

Daftar Pustaka

[1] C. Zhai, D. Hanaor, and Y. Gan, “Universality of the emergent scaling in finite
random binary percolation networks,” PLoS ONE, vol. 12, p. e0172298, 2017.

[2] F. T. Ulaby, 1999. Fundamentals of Applied Electromagnetics. Prentice Hall. USA.

[3] Faridah, 2019. Modul Ajar Elektronika. Laboratorium Sensor dan Sistem Telekontrol,

UGM : Yogyakarta

[4] Faridah, 2019. Modul Praktikum Elektronika. Laboratorium Sensor dan Sistem
Telekontrol, UGM : Yogyakarta.

[5] Hahn et al., 1999. Universal Linear Power Supply. United States Paten. 5,973,948.

[6] Kho, Dickson., 2019. Cara Menggunakan Multimeter / Multitester.


https://teknikelektronika.com/cara-menggunakan-multimeter-multitester/. (diakses
pada 8 November 2019 Pukul 07.30 WIB)

[7] Malvino, Albert Paul.1995. Electronic Principles, Fith Edition, McGraw-Hill. USA.
[8] Raudah, A., Ervianto, E., Lysbetti, M. N., 2016. Rancang Bangun Catu Daya dan
Software dalam Apikasi Anemometer untuk Alat Peringatan Angin Kencang,
Laporan Penelitian, Program Studi Teknik Elektro. Pekanbaru : Universitas Riau.

[9] Rizal, H. S., 2016. Desain Switch Mode Power Supply Jenis Push Pull Converter
Sebagai Catu Kontroler, Skripsi, Program Studi Teknik Elektro. Semarang :
Universitas Katolik Soegijapranata.

[10] Sato et al., 1987. Power Supply Module. United States Paten. 4,712,160.

[11] Seiersen, 1990. Power Supply Circuit. United States Paten. 4,899,271.

[12] Timur et al., 2014, Rangkaian Catu Daya, E-Jurnal, Program Studi Fisika. Surabaya
: Institut Teknologi Sepuluh November.

[13] Yanis, R., Mahamit, D. J., Kendek, A. E., Sompie, S. R. U. A., 2013. Perancangan
Catu Daya Berbasis Up-Down Binary Counter Dengan 32 Keluaran, E-Jurnal,
Program Studi Teknik Elektro dan Komputer. Manado : Universitas Sam
Ratulangi.

[14] Zubaidi., 2009. Implementasi Pembuatan Catu Daya Terprogram Berbasis


Komputer, Jurnal Informatika Vol 3, Program Studi Teknik Informatika.
Yogyakarta : AMIK Wira Setya Mulya.

Lampiran
<<on progress>>

Anda mungkin juga menyukai