Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM PENGUKURAN

SP01 – KELINIERAN HASIL PENGUKURAN

Nama Praktikan:
Aldo Putra Delfiero (18/431086/TK/47679)
Afif Fachrudin (18/431085/TK/47678)
Ikhsan Galih R (18/428655/TK/47157)
Javad Yadavari (18/428657/TK/47159)
Laily Nafisah (18/428658/TK/47160)
Syeka Bagus Parikesit (18/428684/TK/47186)
Syifaa Safiinatunnajah (18/428685/TK/47187)
Wildan Guretno P (18/428687/TK/47189)
William (18/428688/TK/47190)
Zakhrofani Ghina Ennafs (18/428689/TK47191)

Asisten Praktikum:
Febry Dhiya Ulhaq Fauzi (16/394983/TK/44275)

LABORATORIUM ENERGI TERBARUKAN

DEPARTEMEN TEKNIK NUKLIR DAN TEKNIK FISIKA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2020
I. Tujuan
Mempelajari kelinieran pengukuran berat.

II. Dasar Teori


Kelinieran memiliki definisi sebagai hubungan matematis atau hubungan fungsi yang
dapat dipresentasikan sebagai grafik lurus. Dalam sistem pengukuran, kelinieran suatu alat
menunjukan konsistensi dari sistem pengukuran untuk keseluruhan rentang pengukuran.
Semakin linier, maka alat pengukuran semakin baik. Selain itu, kelinieran juga digunakan
untuk kalibrasi statis terhadap suatu pengukuran dengan cara membandingkan data yang
diperoleh dengan data acuan. Kalibrasi alat ukur ini bertujuan untuk memverifikasi bahwa
suatu alat ukur sesuai dengan rancangannya dan manfaatnya yaitu menjaga kondisi
instrument ukur dan bahan ukur agar tetap sesuai dengan spesifikasinya [1]. Tujuan dari uji
linearitas yaitu untuk mengetahui apakah dua variabel memiliki hubungan yang linear atau
tidak. Hubungan ini bisa berbanding lurus atau berbanding terbalik antara variabel (X) dan
variabel (Y). Hasil pengukuran yang baik dari sebuah objek secara kuantitas dapat dilihat
berdasarkan tingkat akurasi dan presisi yang dihasilkan. Akurasi dalam pengukuran
merupakan tingkat kedekatan pengukuran kuantitas terhadap nilai yang sebenarnya [2].
Sementara presisi diartikan sejauh mana pengulangan pengukuran dalam kondisi yang tidak
berubah mendapatkan mendapatkan hasil yang sama [3]. Adanya akurasi dan presisi ini
dapat menunjukan ketidakpastian hasil pengukuran yang merupakan parameter-parameter
yang saling berkorelasi dan digunakan sebagai indikator unjuk kerja dari sebuah pengukuran.
Dalam praktikum ini akan dilakukan perhitungan menggunakan pendekatan regresi,
istilah regresi pertama kali dikenalkan oleh Francis Galton. Menurutnya, analisis regresi
berhubungan dengan studi ketergantungan dari suatu variabel yang disebut dependent
variable, pada satu atau lebih variabel yaitu variabel yang memperkirakan nilai-nilai dari
variabel tak bebas apabila ada variabel lain yang sudah diketahui. Regresi linier mempunyai
persamaan yang disebut sebagai persamaan regresi. Persamaan regresi mengekspresikan
hubungan linier antara variabel tergantung/ variabel kriteria yang diberi simbol Y dan salah
satu atau lebih variabel bebas/ prediktor yang diberi simbol X jika hanya ada satu prediktor
dan X1, X2 sampai dengan Xk, jika terdapat lebih dari satu predictor [4]. Model regresi
dibagi menjadi 2 jenis yaitu regresi sederhana dan regresi berganda. Regresi sederhana
cirinya hanya memiliki 1 variabel bebas(X) sedangkan regresi berganda memiliki lebih dari 1
variabel bebas (X). Selanjutnya Praktikan diminta untuk menggambarkan grafik standar
deviasi, pengertian standar deviasi yaitu merupakan ukuran sebaran yang paling
banyak digunakan. Apabila penyebaran sangat besar terhadap nilai rata-rata, maka nilai
akan besar, akan tetapi jika penyebaran data sangat kecil terhadap nilai rata-rata maka nilai

akan kecil pula Deviasi standar dapat dihitung dengan rumus berikut (Soewarno, 1995):

Dalam praktikum SP01 digunakan alat timbangan digital makanan dengan massa
maksimal yang dapat diukur sebesar 5 kg. Timbangan digital bekerja dengan cara mengukur
regangan pada strain gauge load cell. Komponen utama pada timbangan digital adalah
strain gauge dan sensor load cell. Timbangan digital bekerja dalam 3 tahapan utama yaitu
pengukuran gaya beban pada load cell, deformasi strain gauge, dan konversi sinyal listrik.
Saat bobot benda ditimbang, gaya beban diarahkan pada salah satu bagian load cell.
Pertambahan massa suatu benda akan berakibat pada melengkungnya bagian bawah dari
load cell. Selanjutnya gaya beban tadi akan men-deformasi strain gauge. Strain gauge terdiri
dari metal tracks atau foil yang terhubung dengan papan sirkuit. Saat metal foil tegang, maka
backing akan melentur atau meregang. Berikutnya, strain gauge akan bekerja mengkonversi
deformasi tadi menjadi sinyal listrik. Di dalam load cell terdapat muatan listrik, akibat adanya
pergerakan maka hambatan listrik mengalami perubahan yang selanjutnya akan
menimbulkan sinyal listrik. Sinyal listrik tersebut berjalan melalui ACD dan melewati
microchip yang menerjemahkan data. Dengan proses tersebut akhirnya kalkulasi akhir yang
menunjukkan massa benda ditampilkan pada layar LCD timbangan digital.

III. Hasil Percobaan


Link video : https://drive.google.com/drive/u/0/folders/1SqvxQObs0Uz-
CGa6jY_Vg7w6EINj3Xlc

Jenis objek ukur : Kopi kemasan “Kapal Api”


Orde : gram
Jenis timbangan : Timbangan digital makanan

3.1. Dokumentasi Pengukuran

Gbr. 1. Timbangan digital makanan

Gbr. 2. Sepuluh buah kopi kemasan “Kapal Api”

Gbr. 3. Bruto 1 kopi kemasan Gbr. 4. Bruto 2 kopi kemasan


“Kapal Api” “Kapal Api”
Gbr. 5. Bruto 3 kopi kemasan Gbr. 6. Bruto 4 kopi kemasan
“Kapal Api” “Kapal Api”

Gbr. 7. Bruto 5 kopi kemasan Gbr. 8. Bruto 6 kopi kemasan


“Kapal Api” “Kapal Api”

Gbr. 9. Bruto 7 kopi kemasan Gbr. 10. Bruto 8 kopi kemasan


“Kapal Api” “Kapal Api”
Gbr. 11. Bruto 9 kopi kemasan Gbr. 12. Bruto 10 kopi kemasan
“Kapal Api” “Kapal Api”

Gbr. 13. Tara kopi kemasan kopi


“Kapal Api”

3.2. Tabel Hasil Percobaan

Untuk massa hasil pengukuran yang tertera di LCD timbangan digital merupakan bruto
sehingga harus dikurangi dengan massa kemasan (tara).

Ket. Massa sebenarnya (gram) Massa hasil pengukuran (gram)


1 kemasan 24 26 - 1 = 25
2 kemasan 48 51 - 2 = 49
3 kemasan 72 77 - 3 = 74
4 kemasan 96 102 - 4 = 98
5 kemasan 120 128 - 5 = 123
6 kemasan 144 154 - 6 = 146
7 kemasan 168 180 - 7 = 173
8 kemasan 192 205 – 8 = 197
9 kemasan 216 231 – 9 = 222
10 kemasan 240 258 – 10 = 248
tabel 1. Tabel data hasil pengukuran kopi “Kapal Api”
IV. Pembahasan

300

250

200

X
150
Y
100

50

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Gbr. 14. Grafik hubungan massa hasil pengukuran terhadap massa sebenarnya

Kelinieran alat ukur menunjukan konsistensi sebuah alat ukur dalam keseluruhan
rentang pengukuran. Selain itu, tinggi rendahnya akurasi dalam pengukuran bisa ditunjukkan
oleh kelinieran alat ukur. Sehingga dapat dikatakan kelinieran menunjukkan bagian error
pada pengukuran yang selanjutnya dapat digunakan untuk menyesuaikan alat yang tepat
untuk pengukuran. Terlihat pada tabel hasil percobaan, akurasi dari alat ukur mengalami
penurunan seiring ditambahnya jumlah variasi benda.
Dari data yang ada dapat ditentukan bahwa bisa dibuat grafik regresi dengan pendekatan
regresi linier sederhana karena hanya terdapat 1 variabel bebas (X) serta dari Gbr. 14.
terlihat grafik menunjukan garis lurus yang memperkuat argumen bahwa regresi linier yang
paling mendekati untuk hasil pengukuran ini.
Rumus regresi linear sederhana yaitu:
Y = a + bx
Dimana y=variabel terikat; a=konstanta; b=koefisien regresi
Dengan nilai a, b, dan r (koefisien korelasi) bisa dicari menggunakan rumus dibawah
Massa Massa hasil
sebenarnya pengukuran X2 Y2 XY
(X) (Y)
24 25 576 625 600
48 49 2304 2401 2352
72 74 5184 5476 5328
96 98
9216 9604 9408
120 123 14400 15129 14760
144 146 20736 21316 21024
168 173
28224 29929 29064
192 197 36864 38809 37824
216 222 46656 49284 47952
240 248
57600 61504 59520
∑ 1320 1355 221760 234077 227832

Tabel 2. Tabel variabel untuk perhitungan manual

Sebelumnya dibuat tabel untuk mempermudah pada saat perhitungan mencari a, b, dan r.

Perhitungan manual menggunakan rumus:

(1355)(221760)−(1320)(227832)
a= 10(221760)−(13202 )
a = -0,5333

10(227832)−(1320)(1355)
b= 10(221760)−(13202 )

b = 1,0306

(10)(227832)−(1320)(1355)
R=
√((10)(221760)−(13202 ))((10)(234077)−(13552 ))

R = 0,999949

Setelah memperoleh nilai a, b, dan r kita bisa memasukannya ke dalam persamaan regresi
linier yaitu
y = a + bx
y = -0.5333 +1,0306x

Gbr. 15. Grafik regresi linier

Setelah mendapatkan persamaan regresi linier kemudian diperoleh grafik regresi linier
seperti pada Gbr.14. dari persamaan y = -0.5333 +1,0306x dapat diinterpretasi kan bahwa
nilai konstanta a = -0,5333 artinya tidak terdapat massa sebenarnya karena tidak ada nilai
massa yang bernilai negative maka itu artinya tidak ada massa hasil pengukuran. Untuk
koefisien regresi b = 1,0306 artinya massa sebenarnya kemasan kopi mempunyai hubungan
positif dengan rata-rata massa hasil pengukuran, karena koefisien regresi bernilai positif.
Setiap peningkatan 1 massa pengukuran maka akan berpengaruh terhadap peningkatan
rata-rata massa hasil pengukuran sebesar 1,0306 satuan, begitupun sebaliknya.

Nilai koefisien relasi diperoleh sebesar R = 0,999949 dapat diinterpretasikan bahwa


adanya hubungan positif antara massa sebenarnya dengan massa hasil pengukuran dan nilai
korelasi hubungan variabel nya termasuk kategori sangat tingii. Dengan demikian berarti
massa sebenarnya kopi kemasan ini memiliki hubungan positif dalam kategori sangat tinggi
terhadap massa hasil pengukurannya.

Selanjutnya untuk nilai R2 atau niali koefisien determinasi diperoleh R2 = 0,9999, hal ini
menunjukkan kemampuan variabel massa sebenarnya kopi kemasan dalam mempengaruhi
massa hasil pengukuran sebesar 99,99% dan sisanya 0,01% dipengaruhi oleh faktor lain.

Selanjutnya dibuat grafik regresi hasil pengukuran kopi kemasan dengan standar deviasi
Gbr. 16. Grafik standar deviasi

Perhitungan Pada grafik standar deviasi, terlihat bahwa hasil yang diperoleh lebih kecil
dibandingkan nilai dari persamaan regresi liniernya. Hal ini menunjukan bahwa terjadinya
suatu penyebaran yang terpusat dan tidak terlalu besar.

Dari pembahasan bisa ditinjau bahwa hasil pengukuran sudah menunjukan kepresisian
dan keakuratan nya diperkuat dengan nilai R2 = 0,9999 yang hampir mendekati nilai 1. Pada
tabel juga diketahui error yang terjadi antara hasil pengukuran terhadap massa nilainya
cukup kecil dan untuk pengkoreksian sebenarnya posisi dari suatu kemasan ditimbang dalam
wadah timbangan juga mempengaruhi dan itu bisa menjadi salah satu faktor mengapa masih
terjadi error.

V. Kesimpulan
Kelinieran pengukuran berat dapat diperoleh dengan mengukur massa suatu benda
yang merupakan variabel terikat kemudian membandingkannya dengan massa sebenarnya
yang merupakan variabel bebas. Sehingga diperoleh suatu grafik yang mencerminkan
kesesuaian antara hasil pengukuran dengan massa aslinya. Kesesuaian suatu data bisa
ditinjau setelah mengetahui koefisien determinasi atau R2 dengan rentang 0<R<1 semakin
mendekati atau mencapai angka 1 maka kesesuaian antara data dan hasil pengukurannya
sangat tinggi.
VI. Daftar Pustaka
[1] Morris, Allan S, Measurement and Instrumentation Principles”. Oxford: Butterworth-
Heinemann, 2001.
[2] Tylor,J.R, An Introduction to Error Analysis: The Study of Uncertainties in Physical
Measurements: University Science Books. 1999.
[3] Crammer, D., Howitt, D., The Sage Dictionary of Statistics: London: Sage Publication,
2006.
[4] Soewarno, “Hidrologi” Aplikasi Metode Statistic untuk Analisa, Bandung: Penerbit
Nova, 1995.

Anda mungkin juga menyukai