Anda di halaman 1dari 14

Bernard Tschumi

Bernard Tschumi adalah seorang arsitek, penulis, dan pendidik, yang umumnya
dikaitkan dengan dekonstruktivisme. Anak dari arsitek terkenal dari Swiss Jean Tschumi dan
ibu dari Prancis, Tschumi adalah warga negara Prancis-Swiss ganda yang bekerja dan tinggal
di New York City dan Paris.

Pada tahun 1970-an Tshumi mengajar di Asosiasi Arsitektur London, kemudian di


Princeton dan Cooper Union, dan dari tahun 1988 hingga 2003 ia menjadi Dekan Sekolah
Pascasarjana Arsitektur di Universitas Columbia di New York. Selain kegiatan mengajar,
bagian awal karirnya berfokus terutama pada refleksinya pada masalah-masalah dalam
arsitektur. Pada periode ini, Tshumi kebanyakan memainkan peran teoritis, menulis esai kritis
yang penting.
Meskipun kedekatannya pada usia muda dengan lingkungan yang terkait dengan
arsitektur tradisional yang dilakukan oleh ayahnya, pendidikan Tschumi pada dasarnya
dipengaruhi oleh periode pasca-1968 dan membawanya ke teori pendekatan multidisiplin,
yang melibatkan musik, bioskop, sastra, dan visual dan seni pertunjukan, hanya untuk
menyebutkan bidang utama.
Bernard Tschumi secara luas diakui sebagai salah satu arsitek terkemuka saat
ini. Pertama kali dikenal sebagai ahli teori, ia menarik perhatian pada praktik arsitektur
inovatifnya pada tahun 1983 ketika ia memenangkan kompetisi bergengsi untuk Parc de La
Villette, sebuah taman budaya seluas 125 acre yang didasarkan pada kegiatan seperti halnya
alam. Konsep terjalin " peristiwa " dan "gerakan" dalam arsitektur didukung oleh keyakinan
Tschumi bahwa arsitektur adalah inovasi paling penting di zaman kita. Tschumi sering
merujuk disiplin ilmu lain dalam karyanya, seperti sastra dan film, membuktikan bahwa
arsitektur harus berpartisipasi dalam polemik budaya dan mempertanyakan fondasinya.
Sejak itu, ia telah membuat reputasi untuk desain terobosan yang mencakup Museum
Acropolis baru; Studio Nasional Le Fresnoy untuk Seni Kontemporer; Markas Besar
Vacheron-Konstantin; Pusat Atletik Richard E. Lindner di Universitas Cincinnati; dua ruang
konser di Rouen dan Limoges, dan sekolah arsitektur di Marne-la-Vallée, Prancis dan Miami,
Florida, serta Pusat Arkeologi dan Museum Alésia di antara proyek-proyek
lainnya. Fleksibilitas kantor meluas ke proyek infrastruktur dan rencana induk. Proyek desain
perkotaan besar baru-baru ini dilaksanakan atau dalam pelaksanaan di bawah kepemimpinan
Tschumi termasuk rencana induk di Beijing, Shenzhen, New York, Montreal, Chartres,
Lausanne, dan Santo Domingo, dengan kota baru untuk 40.000 penduduk. Baru-baru ini
selesai adalah Den Haag dan Hotel di Belanda, Philharmonic Hall untuk Le Rosey, dekat
Jenewa, perluasan markas besar untuk Vacheron Constantin, dan renovasi besar dan desain
ulang Kebun Binatang Paris. Exploratorium, sebuah Museum Industri dan Kota 50,000 sf,
dibuka pada tahun 2017, di Tianjin.

Tschumi dianugerahi Grand Prix National d'Architecture di Perancis pada tahun 1996
serta banyak penghargaan dari American Institute of Architects dan National Endowment for
the Arts. Dia adalah anggota dari College of Fellows dari American Institute of
Architects. Dia juga seorang rekan internasional dari Royal Institute of British Architects di
Inggris dan anggota dari Collège International de Philosophie dan Académie d'Architecture di
Prancis, di mana dia telah menjadi penerima penghargaan terhormat yang mencakup pangkat
Perwira di kedua Légion d'Honneur dan Ordre des Arts et des Lettres. Museum Akropolis
Tschumi dihormati sebagai finalis untuk Penghargaan Uni Eropa untuk Arsitektur
Kontemporer pada tahun 2011, dan Penghargaan Kehormatan dari AIA pada tahun yang
sama.
Banyak buku yang dikhususkan untuk tulisan dan praktik arsitektur Tschumi
termasuk monograf yang komprehensif, berjudul Arsitektur Konsep s: Red is Not a Color,
menceritakan karir Tschumi dalam pekerjaan dan gagasan sejak 1970-an dan diterbitkan oleh
Rizzoli pada 2012, Acara empat bagian-Seri kota (MIT Press, 1994, 2000, 2005, dan
2010); Transkrip Manhattan (Edisi Akademi dan St. Martin Press, 1981 dan 1994); Arsitektur
dan Disjungsi (MIT Press, 1994, diterjemahkan dalam delapan bahasa); dan monograf
Tschumi (Universe / Thames dan Hudson, versi bahasa Inggris, dan Skira, versi Italia,
2003). Serangkaian percakapan dengan arsitek telah diterbitkan oleh The Monacelli Press
dengan judul Tschumi on Architecture (2006). Publikasi terbaru lainnya termasuk biografi
bahasa Perancis dan Inggris tentang Tschumi oleh Gilles de Bure dan The New Acropolis
Museum, diterbitkan oleh Skira / Rizzoli dan katalog penting oleh Centre Pompidou di Paris
(2014).

Lulusan Institut Teknologi Federal Swiss (ETH) di Zurich, Tschumi telah mengajar
arsitektur di berbagai lembaga termasuk Asosiasi Arsitektur di London, Universitas
Princeton, dan The Cooper Union di New York. Dia adalah Profesor di Sekolah Pascasarjana
Arsitektur, Perencanaan dan Pelestarian Universitas Columbia di mana dia menjadi Dekan
dari tahun 1988 hingga 2003. Tschumi adalah penduduk tetap Amerika Serikat dan memiliki
kewarganegaraan Prancis dan Swiss. Karya Tschumi telah dipamerkan dalam pertunjukan
tunggal di Museum Seni Modern di New York, Venice Architecture Biennale, Institut
Arsitektur Belanda di Rotterdam, Pusat Pompidou di Paris, serta museum dan galeri seni
lainnya di Amerika Serikat dan Eropa .

 
KONSEP

Tschumi merupakan salah satu arsitek postmodern yang terkenal dengan gaya
Dekonstruksi. Dekonstruksi merupakan bentuk kritik postmodern terhadap arsitektur modern
yang ingin mengakhiri dominasi arsitektur modern,ingin melepaskan diri dari form follow
function. Artinya disini bahwa Dekonstruksi merupakan suatu gerakan yang ingin
melepaskan diri dari ketergantungan pada arsitektur modern, melepaskan diri dari
kungkungan doktrin form follow function, menitik beratkan bentuk daripada fungsi,
mengubah slogan menjadi function follow form atau ada juga yang menggantinya dengan
form follow fun, bentukan bisa semaunya berdasarkan konsep sang arsitek, fungsi ruang
mengikuti belakangan tanpa mengurangi nilai fungsi dan estetis. Paham Dekonstruksi ini
sudah muncul sejak era arsitek modern mulai kurang diminati oleh arsitek-arsitek ternama.
Dia berpendapat bangunan seharusnya tidak terpaku dengan bentuk yang petak, segitiga
ataupun lingkaran. Dimana semuanya itu merupakan pola simetris. Para arsitek postmodern
merasa arsitek seharusnya bebas berkreasi dalam menentukan pola denah dan bentuknya.
“Teori hanya sebagai kerangka umum suatu konsep. Teori bukanlah titik awal suatu
perencanaan, letaknya bisa sebelum ataupun setelah praktek. Arsitektur merupakan
perwujudan suatu konsep. Konsep merupakan hal yang sangat penting. Gambar akan muncul
dengan energi dan bukti, namun terkadang gambar tidak muncul ketika konsep tidak
menghendaki adanya gambar. Jangan melakukan apapun demi desain, tapi bekerjalah hanya
demi konsep dengan terus mengulang dan memperbaiki.”
 
8 Tahapan Proses Konsep Kreatif Bernard Tschumi
1. Proses penyusunan diagram beberapa konsep
2. Pembuatan program, dimensi, tempat, dan hubungan
3. Pemikiran sirkulasi, prioritas kegiatan dan bentuk selubung bangunan.
4. Uji penerapan alternatif pada site dengan memperhitungkan zonasi, orientasi,
ketinggian, dan material sesuai iklim sekitar.
5. Penyusunan konseptual yang tidak dimulai dengan bentuk namun pemecahan langkah
1 sampai 4 secara seimbang.
6. Perwujudan bentuk secara sendirinya kemudian dilanjutkan dengan pemilihan bahan
material akhir.
7. Selama penyusunan konsep berjalan, perlu pemikiran akan kendala teknis dan detail
konstruksi untuk memperjelas prioritas desain.
8. Proses kreatif menurut Tschumi sangatlah berbeda dengan arsitek lainnya, di mana
semuanya memulai konsep dengan bentuk, namun Tschumi tidak melakukannya. Hal
ini dianggap akan melemahkan konsep rancangan dan bangunan terkesan dipaksakan
karena perancang fokus pada bentuk akhir yang diinginkan tanpa melihat kondisi
sebenarnya.
 
“Kamu mungkin melanggar aturan, tetapi jangan pernah mengorbankan konsep”

Karya
1. Parc de la Villette
Parc de la Villette, Paris, berawal mula dari konsep taman yang ditawarkan oleh
Bernard Tschumi. Berbeda dengan pandangan masyarakat saat itu bahwa taman adalah
tempat dimana mereka dapat melupakan city. Tschumi berusaha menghadirkan konsep murni
berupa Urban Park. Konsep yang berusaha dihadirkannya ini benar-benar tidak berasal dari
lingkungan sekitar site yang berupa daerah industri tua di Paris. Sebagai langkah awal ia
melihat beberapa preseden organisasi ruang taman-taman kota yang ada di Paris dari abad ke-
18 hingga abad ke-20. Dari situlah ia menemukan layer-layer berupa point and grid system
yang dapat diaplikasikan pada desainnya.
Secara mendasar proses Tschumi dalam menghasilkan bentuk folie yang abstrak ini
adalah dengan menggunakanteknik superimposition dimana ia menggabungkan beberapa
layer yang berbeda satu sama lain ke dalam satu bidang datar. Prosesnya adalah dengan
menyatukan tiga layer dasar pembentukan geometri yaitu titik, garis, dan bidang sehingga
pada hasil akhirnya yang terjadi adalah tabrakan atau konflik antara satu sistem dengan
sistem lainnya. Tiap-tiap layer memiliki makna dan tujuan tersendiri dalam suatu proses
untuk melahirkan suatu event dalam ruang. Bila kita cermati, layer-layer ini pada awalnya
merupakan layer-layer yang mengandung keteraturan (order) di dalamnya. Ada keteraturan
orientasi dan arah dalam membagi grid, penitikan kubus yang disebar dengan jarak dan ritme
yang memiliki pola yang sama, dan bentuk bidang-bidang geometri yang mendasar. Namun
pada hasil akhirnya, ketika proses superimpose tersebut telah dilakukan, kita tak dapat
menemukan lagi order dari layer-layer sebelumnya.
Terlihat dari proses pemikiran Bernard Tschumi ketika mendesain proyek Parc de la
Villette ini adanya transformasi dari sesuatu yang memiliki kemurnian, kesempurnaan dan
order dalam bentuk – proporsi ideal menurut Vitruvius – menjadi sesuatu yang lain dalam
keadaan kacau dan tidak lagi sempurna di mata manusia yang melihatnya. Tschumi berusaha
menjadikan bentuk-bentuk geometri dasar yang ideal sebagaisumber bentuk-bentuk yang
tidak lagi pure, seimbang dan berbeda.
Mekanisme pembentukan geometri arsitektur yang saya eksplorasi merupakan salah
satu hasil karya arsitektur Bernard Tschumi yang sangat terkenal di Paris pada tahun 1990,
Parc de la Villette. komposisi bentuk follies yang ada di lahan kosong seluas 125 hektar.
Parc de La Villette, Paris, berawal mula dari konsep taman yang ditawarkan oleh
Tschumi. Berbeda dengan pandangan masyarakat saat itu bahwa taman adalah tempat di
mana mereka dapat melupakan city (kesibukan mereka bekerja, contohnya), Tschumi
berusaha menghadirkan konsep murni berupa Urban Park. Konsep yang berusaha
dihadirkannya ini benar-benar tidak berasal dari lingkungan sekitar site yang berupa daerah
industri tua di Paris. Sebagai langkah awal ia melihat beberapa preseden organisasi ruang
taman-taman kota yang ada di Paris dari abad ke-18 hingga abad ke-20. Dari situlah
kemudian ia menemukan layer- layer berupa point and grid system yang dapat diaplikasikan
pada desainnya.
Taman ini dirancang untuk dijadikan tempat rekreasi yang diinspirasi oleh
pemikiran dekonstruksi Derrida. Jacques Derrida (2000) menjelaskan bahwa desain
Tschumi adalah respon parsial terhadap filsafat Jacques Derrida, yang bertindak sebagai
upaya percobaan arsitektur dalam ruang, bentuk, dan bagaimana mereka berhubungan, serta
memungkinkan kemampuan seseorang untuk mengenali dan berinteraksi. Menurut Tschumi,
tujuan dari taman adalah menciptakan ruang sebagai tempat untuk melakukan berbagai
kegiatan da interaksi, daripada mengadopsi taman konvensional yang hanya untuk relaksasi
dan memanjakan diri
Jay Berman (1999) menjelaskan bahwa desain taman Parc de la Villette ini diatur
dalam serangkaian titik, garis, dan permukaan. Terkait dengan karya teoretisnya pada “event
space”. Parc de la Villette merupakan bentuk perancangan yang berdasarkan konsep ‘taman
tematik’, dengan menawarkan tempat penemuan dan pertemuan tak terduga dan
mensejajarkan antara artefak yang tampaknya alami dan buatan manusia.
Bernard Tschumi (1987) menjelaskan bahwa Parc de la Villette dirancang dengan
tujuan menciptakan ruang yang ada dalam ruang hampa, sesuatu tanpa preseden sejarah.
Taman dirancang untuk menggarisbawahi signage dan representasi dari konvensional yang
telah menyusup pada desain arsitektur serta memungkinkan untuk keberadaan dari “non-
place”. “Non-place” ini, dibayangkan oleh Tschumi, sebagai ruang yang mampu memberikan
hubungan yang antara subjek dan objek (A. Papadakes Deconstruction in Architecture, 1988).
Tiga sistem yang terdapat pada Parc de la Vilette tersebut, terdiri dari:
 system of surfaces,
 system of lines, dan
 system of points.

The surfaces dari taman ini menaungi berbagai kegiatan antara lain, bermain,
berolahraga, pertunjukan hiburan, pasar, dan lainnya.

The lines pada taman ini menggunakan grid ‘follies’, dan sistem ortogonal yang
memandu pejalan kaki berjalan pada taman tematik; jalan yang memotong sumbu koordinat
dan menyediakan pertemuan yang tidak biasa dan tak terduga dengan alam. Sumbu utara-
selatan bergabung dengan dua stasiun kereta bawah tanah dan sumbu timur-barat yang
menghubungkan Paris dengan pinggiran kota.
The points adalah sistem grid ‘Folies’ yang ditempatkan pada interval 120 meter
yang berfungsi sebagai denominator umum untuk seluruh taman.

Proses desain dari Le Parc de la Villette ini terdiri dari 3 tahap yang
mengedepankan konsep dekonstruksi. Tahap 1 menunjukan sebuah representasi sederhana
dari distribusi ruang pada lahan yang menunjukkan proporsi dari bangunan, area terkover,
dan area terbuka. Tahap 2 merupakan bagian dari proses yang Bernard Tshumi sebut
‘explosion’, ‘fragmentation’, dan ‘deconstruction’. Tahap 3 merupakan proses komposisi
ulang dari berbagai elemen sebelumnya, yaitu bangunan, area terkover, dan area terbuka.
Komposisi ulang dari tiga elemen terjadi pada akhirnya pada titik koordinat dari grid dalam
berbagai kombinasi bangunan, ruang terkover dan ruang terbuka.
Bernard Tschumi yang diinspirasi oleh Derrida adalah contoh konkret bagaimana
arsitektur dipahami sebagai bahasa yang selalu ambigu maknanya. Kreatifitas pada akhirnya
adalah upaya untuk terus menggali hakekat arsitektur itu sendiri. Pembongkaran dari dalam
sekaligus juga menjadi indikasi pendewasaan arsitektur untuk senantiasa bertumbuh. Trans-
programming, Dis-programming, Cross-programming melalui caranya yang cenderung ganjil
dari aturan kebakuan arsitektur klasik sekaligus menjadi sisi menarik yang bukan asal
membongkar melainkan upaya alternatif merancang melalui caranya yang unik. Ini sekaligus
menjadi indikasi bahwa bidang arsitektur memang tidak bisa dibatasi oleh segala macam
bentuk pembakuan ala arsitektur klasik. Sebagai bidang seni, seperti halnya bahasa, arsitektur
tentu merupakan ruang imajinatif yang menjelma melalui ruang massif.

2. Acropolis Museum. Athena, 2001-2009


Terletak di daerah bersejarah Athena, New Acropolis merupakan tempat
disimpannya beberapa situs arkeologi dan monumen dari Acropolis . Bangunan ini
merupakan museum tempat penyimpanan situs arkeolog Yunani kuno.

Data Bangunan
Total area: 21.000 meter persegi (226.000 kaki persegi)
Ruang Pameran : 14.000 meter persegi
Ruang Taman hijau : 7.000 meter persegi
Proses Perencanaan

Tschumi memulainya dengan membagi fungsi bangunan atas tiga bagian. Yaitu
dasar, menengah, dan atas. hal ini sebagai simbolisasi kehidupan yunani kuno. Lantai dasar
berupa ruang galian. Lantai dua dan tiga berupa lobi pintu masuk serta ruang. pameran
temporer, auditorium, dan semua fasilitas pendukung.
Pada saat penggabungan tiga lantai yang berbeda ini, Tschumi mencoba mencari
titik merahnya. Titik merah ini ditandai dengan sebuah kolom besar yang menahan beban
lantai dua dan tiga. Dengan ukuran bangunan yang terhitung sangat besar di banding
bangunan sekitarnya ini, New Acropolis Museum terlihat berdiri sangat kokoh dengan
banayaknya memakai ornamen tradisional Yunani namun tetap terlihat modern.
Pada lantai satu, terdapat hall utama yang dijadikan pintu masuk bangunan. Di sini
juga bisa ditemukan pusat galian dan batu-batuan kuno di lantai bawahnya. Pada lantai ini,
kolom besar sangat dominan, material yang digunakan disesuaikan dengan tema bangunan
yang klasik, namun Tschumi tetap memberikan kesan modern pada interiornya.

Pada lantai dua, ruang ini sangat didominasi dinding yang memiliki ornamen-
ornamen kuno, Tschumi memberikan sentuhan klasik pada dinding ini, seolah-olah kita
memang hidup di jaman Yunani kuno.
Pada lantai tiga, terdapat banyak patung-patung Yunani kuno yang menjadi pusat
pameran yang diperuntukkan bagi pengunjung. Dilantai ini, Tschumi banyak menunjukkan
kolom-kolom besar pada ruang aduit-nya.
Ketiga lantai bangunan ini dirancang sendiri oleh Tschumi. Sebelum membangun, Tschumi
terlebih dulu mempelajari sejarah Yunani kuno. Tschumi berpendapat, dengan mempelajari
latar belakang daerah, desain bangunan bisa lebih maksimal dan dapat diterima di
masyarakat.
Pada bangunan ini Tschumi berupaya menggabungkan unsur modern serta klasik
pada karyanya. Museum ini dibuka untuk umum. Diharapkan dengan besarnya minat
masyarakat baik domestik maupun luar negeri untuk mempelajari seluk beluk kehidupan
Yunani kuno, sejarah serta kebudayaan masyarakat Yunani itu sendiri akan terjaga.
Bangunan ini banyak di kritik oleh budayawan Yunani, mereka merasa bangunan ini
menjajajah bangunan sekitarnya, dengan ukuran yang besar, bangunan sekitarnya tertutupi.
Namun bagi pengagum dekonstruksi, bangunan ini sangat mencirikan gagasan mereka.
REFERENSI
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jmm/article/view/327
http://www.tschumi.com/office/
https://www.floornature.com/bernard-tschumi-89/
http://etd.repository.ugm.ac.id/index.php?
mod=penelitian_detail&sub=PenelitianDetail&act=view&typ=html&buku_id=36265

Anda mungkin juga menyukai