Bab I
Bab I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Tujuan studi kasus adalah untuk mengkaji permasalahan yang timbul pada suatu
objek pengamatan, sehingga dalam studi kasus pada jalan tambang ini bertujuan
untuk:
1. Mengungkapkan teknik geometri jalan tambang dan faktor pendukung kelancaran
dan keselamatan kerja pada jalan tambang PT Semen Padang. Mengukur
perbandingan standar jalan tambang menurut teori dengan keadaan nyata
dilapangan.
2. Mengevaluasi geometri jalan tambang dan faktor pendukung kelancaran dan
keselamatan kerja pada jalan tambang PT Semen Padang dan memberikan saran.
BAB II
BAB III
DASAR TEORI
a. Jalan tambang selalu dilewati oleh alat berat yang mempunyai crawler track
(roda rantai) sehingga tidak memungkinkan adanya pengaspalan.
b. Jalan tambang yang berada di area seam umumnya selalu mengalami perubahan
elevasi karena adanya aktivitas pengalian jejang
c. Lebar jalan tambang harus diperhatikan sesuai dengan fungsi jalurnya,
khususnya untuk jalur ganda atau lebih. Hal ini agar tidak terjadinya gangguan
oleh karena sempitnya permukaan jalan
a. Bulldozer yang berfungsi antara lain untuk pembersihan lahan dan pembabatan,
perintisan badan jalan, potong-timbun, perataan dan lain sebagainya.
b. Alat garuk (roater atau ripper) untuk membantu pembabatan dan mengatasi
batuan yang agak keras.
c. Alat muat untuk memuat hasil galian tanah yang tidak baik diperlukan dan
membuangnya di lokasi penimbunan.
d. Motor grader untuk meratakan dan merawat jalan angkut.
e. Alat gilas (compactor) untuk memadatkan dan mempertinggi daya dukung jalan.
Geometri jalan yang harus diperhatikan sama seperti jalan raya pada umumnya,
yaitu lebar jalan angkut dan kemiringan jalan. Alat angkut atau truk-truk tambang
umumnya berdimensi lebih besar, panjang dan lebih berat dibanding kendaraan
angkut yang bergerak di jalan raya. Oleh sebab itu, geometri jalan harus sesuai
dengan dimensi alat angkut yang digunakan agar alat angkut tersebut dapat bergerak
leluasa pada kecepatan normal dan aman. Geometri jalan angkut selalu didasarkan
pada dimensi kendaraan angkut yang digunakan. Dalam proses penambangan
terbuka, alat angkut yang digunakan adalah dump truck (Awang suwandhi, 2004: 4).
Dari pendapat Awang Suwandhi di atas dapat disimpulkan bahwa geometri jalan
harus sesuai dengan dimensi alat angkut yang digunakan.
Lebar jalan angkut pada tambang pada umumnya dibuat untuk pemakaian jalur
ganda dengan lalu lintas satu arah atau dua arah. Dalam kenyataanya, semakin lebar
jalan angkut maka akan semakin baik proses pengangkutan dan lalu lintas
pengangkutan semakin aman dan lancar. Akan tetapi semakin lebar jalan angkut,
biaya yang dibutuhkan untuk pembuatan dan perawatan juga akan semakin besar.
Untuk itu perlu dilakukan evaluasi agar keduanya bisa optimal.
Lmin = n. Wt + (n + 1) (0,5. Wt
Lebar jalan angkut dalam keadaan lurus terlihat pada gambar 1
berikut,
Keterangan:
n = Jumlah jalur
Lebar jalan angkut pada tikungan selalu dibuat lebih besar dari
dibentuk oleh roda depan dengan badan truk saat melintasi tikungan.
berdasarkan pada:
11
b) Lebar juntai atau tonjolan (overhang) alat angkut bagian depan dan
http://artikelbiboer.blogspot.com/2010/10/jalan-tambang.html
Fa = Ad x sin α
Fb = Ab x sin α
Lebar jalan angkut pada tikungan untuk dua jalur dapat dilihat
C = Z = ½ (U + Fa + Fb)
Wmin = 2 ( U + Fa + Fb + Z ) + C
12
Keterangan:
n = jumlah jalur
n.(m)
Ab =ijarak as roda belakang dengan bagian belakang dump n
mtruck (m)
kendaraan,
13
pada setiap dump truck belum tentu sama. Semakin kecil sudut
kecepatan maka jari-jari tikungan yang dibuat juga harus besar. Untuk
kecepatan (V), gesekan roda (f) dan superelevasi, maka rumus yang
digunakan adalah: ( ) ( )
Keterangan:
14
e = superelevasi
yang direncanakan dalam keadaan jalan datar terlihat pada tabel 1 berikut:
Kecepatan, mph 10 15 20 25 30 >35 50 0.04 0.04 100 0.04 0.04 0.04 150 0.04
0.04 0.04 0.05 250 0.04 0.04 0.04 0.04 0.05 300 0.04 0.04 0.04 0.04 0.05 0.06 600
0.04 0.04 0.04 0.04 0.04 0.05 1000 0.04 0.04 0.04 0.04 0.04 0.04 Sumber: Bima
Marga (1990)
lebih besar dari jari-jari lintasan alat angkut atau minimal sama. Jari-jari
atau memenuhi faktor keamanan yang dimaksud adalah jarak pandang bagi
kedudukan suatu penghalang pada jalan tersebut yang diukur dari mata
Vr (km/jam) 120 100 90 80 60 50 40 30 20 R min (m) 600 370 280 210 113 77 48 27 13
15
pengemudi. Hal lain yang tidak bisa diabaikan dalam pembuatan tikungan
V
fe
127
Keterangan:
e = angka superelevasi
f = friction factor
V = kecepatan (km/jam)
yang sedang melewati tikungan jalan ada dua cara yang dapat dilakukan,
elevasi yang lebih rendah ke arah pusat jari-jari tikungan dan membuat
16
elevasi yang lebih tinggi ke arah terluar jari-jari tikungan. Kemiringan ini
berfungsi untuk menjaga alat angkut tidak terguling saat melewati tikungan
ditimbulkan akan besar, oleh karena itu cara kedua dianggap lebih baik.
kendaraan secara radial keluar dari jalur jalannya, berarah tegak lurus
17
gambar 5 berikut, B
∆h
∆x A
tidak sama, tergantung pada jenis alat angkut itu sendiri. Sudut kemiringan
jalan biasanya dinyatakan dalam persen, yaitu beda tinggi setiap seratus
%100(%) x x h
Grade
18
Keterangan:
Cross slope adalah sudut yang dibentuk oleh dua sisi permukaan
sebab lain, maka air yang ada pada permukaan jalan akan segera
jalan. Hal ini penting karena air yang menggenang pada permukaan jalan
dan horizontal dengan satuan mm/m atau m/m. Nilai yang umum dari
20-40 mm/m, dan jarak bagian tepi jalan ke bagian tengah atau pusat jalan
yang ada kurang baik, hal tersebut tidak akan berhasil, begitu juga dengan
sebaliknya.
musim hujan, debu tersebut akan menjadi lumpur yang mengenangi jalan
dan akibatnya jalan menjadi licin. Hal ini juga akan sangat menghambat
20
laju dari alat angkut karena pada kondisi tersebut pengemudi akan
mengurangi kecepatan.
ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu ban, kondisi muka jalan,
yang aman adalah minimum sama dengan jarak berhenti dari kendaraan
21
pendek akan mengurangi kecepatan dump truck, selain itu juga akan
yang akan terjebak dan kaget saat melihat kendaraan lain dari depan.
a) Tanda belokan
22
6) Lampu Penerangan
a) Belokan
b) Persimpangan jalan
kendaraan selip atau kerusakan rem atau karena sebab lain, maka pada
curam, sehingga bila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan alat angkut
23
pengaruh hujan, keadaan atau sifat fisik dan mekanik material dan
untuk mengurangi dan atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan ke
limpasan air hujan di permukaan jalan dan juga dari daerah sekitarnya agar
tidak merusak konstruksi jalan akibat air banjir yang melimpas di atas
air tanah dan mencegah serta membuang air infiltrasi dari daerah sekitar jalan
dan permukaan jalan atau air yang naik dari subgrade jalan.
24
aliran.
kemiringan rute jalan dan ada tidaknya tempat buangan air seperti sungai,
25
bahu jalan dan luas daerah disekitarnya untuk daerah perkotaan kurang
e. Koefisien pengaliran
Angka ini dipengaruhi oleh kondisi tata guna lahan pada daerah
f. Faktor limpasan
g. Waktu konsentrasi
26
B. Kerangka Pikir
dalam proses pemecahan masalah studi kasus ini adalah sebagai berikut:
27
Gambar 8. Diagram Kerangka Pikir
28
BAB III
A. Jadwal Kegiatan
No Kegiatan
ini dilakukan analisi data primer dan tambahan juga data sekunder, kemudian
dari analisi tersebut bisa mendapat singkronisasi antara data real dilapangan
dengan beberapa teori yang ada. Setelah itu baru dapat disimpulkan, apakah
kondisi real di lapangan sesuai dengan teori yang dikemukakan, jika tidak
28
29
C. Jenis Data
1. Data Primer
lapangan yaitu data pengukuran lebar jalan angkut tambang pada jalan lurus,
lebar jalan tikungan, jari-jari tikungan, superelevasi, cross slope, safety berms,
2. Data Sekunder
pendukung lainnya.
1. Studi Literatur
2. Observasi
studi kasus seperti melakukan pengukuran geometri jalan tambang dan aspek
30
pendukung kegiatan pengankutan. Alat ukur yang peneliti gunakan adalah alat
ukur manual berupa meteran untuk mendapatkan data primer, namun untuk
ada berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan, berikut ini adalah tahapan
analisis data:
31
berupa meteran dan dibantu dengan data sekunder yang peneliti peroleh dari
(cross slope) pada permukaan jalan angkut tambang menggunakan alat ukur
berdasarkan teori.
6. Pengukuran Drainase
drainase pada jalan angkut tambang menggunakan alat ukur manual berupa
(grade) pada jalan angkut tambang menggunakan alat ukur manual berupa
meteran dan data jarak mendatar penulis peroleh dari datamine hasil
32
BAB IV
A. Hasil Penelitian
tambang yang baik. Jalan angkut tambang yang baik adalah ketika jalan tersebut
memberikan rasa aman dan nyaman bagi operator alat angkut ketika melewati
jalan tersebut. Untuk mengetahui suatu jalan angkut tambang itu baik, maka
Jalan angkut tambang pada PT Semen Padang dari front pit limit menuju
Crusher IIIA dan IIIB menempuh jarak ± 3.200 meter. Geometri jalan angkut
33
34
Sumber: PT Semen Padang
Gambar 9. Layout dan Situasi Jalan dari Crusher IIIA dan IIIB ke Front Pit Limit
35
Gambar 10. Profil Section Jalan dari Crusher IIIA dan IIIB ke Front Pit Limit
Lebar jalan tambang terdiri atas dua macam, yaitu lebar jalan lurus dan
No Segmen
Elevasi (dpl)
Jarak (m)
Lebar (m)
Keterangan
1 V-W
177.8
188.1
2 W-X
188.1
201.7
3 X-Y
201.7
227.4
4 Y-Z
227.4
251.4
5 Z-A'
251.4
278.1
6 A'-B'
278.1
293.1
36
No Segmen
Elevasi (dpl)
Jarak (m)
Lebar (m)
Keterangan
7 B'-C'
293.1
318.3
8 C'-D'
318.3
328.8
9 D'-E'
328.8
339.7
10 E'-F'
339.7
351.9
11 F'-G'
351.9
382.4
12 G'-H'
382.4
407.9
13 H'-I'
407.9
431.3
14 I'-J'
431.3
458.3
15 J'-K'
458.3
482.2
16 K'-L'
482.2
No Segmen
Elevasi (dpl)
Jarak (m)
Lebar (m)
1 Y-Z
227.4
24 200 22 94
251.4
2 B'-C'
293.1
318.3
37
No Segmen
Elevasi (dpl)
Jarak (m)
Lebar (m)
3 C'-D'
318.3
328.8
4 D'-E'
328.8
10.9 200 23 62
berikut
38
No Segmen
Elevasi (dpl)
Jarak (m)
Lebar (m)
Grade (%)
1 V-W
177.8
188.1
2 W-X
188.1
201.7
3 X-Y
201.7
227.4
4 Y-Z
227.4
24 200 22 12
251.4
5 Z-A'
251.4
278.1
6 A'-B'
278.1
15 200 32 7.5
293.1
7 B'-C'
293.1
318.3
8 C'-D'
318.3
328.8
9 D'-E'
328.8
339.7
10 E'-F'
339.7
351.9
11 F'-G'
351.9
12 G'-H'
382.4
407.9
13 H'-I'
407.9
431.3
14 I'-J'
431.3
27 200 23 13.5
458.3
15 J'-K'
458.3
482.2
16 K'-L'
482.2
39
No Segmen
Elevasi (dpl)
Lebar (m)
1 V-W
177.8
188.1
2 W-X
188.1
201.7
3 X-Y
201.7
227.4
4 Y-Z
227.4
251.4
5 Z-A'
251.4
278.1
6 A'-B'
278.1
293.1
7 B'-C'
293.1
8 C'-D'
318.3
328.8
9 D'-E'
328.8
339.7
10 E'-F'
339.7
351.9
11 F'-G'
351.9
382.4
12 G'-H'
382.4
407.9
13 H'-I'
407.9
431.3
14 I'-J'
431.3
458.3
15 J'-K'
458.3
482.2
40
No Segmen
Elevasi (dpl)
Jarak (m)
Lebar (m)
16 K'-L'
482.2
5. Drainase
No Segmen
Elevasi (dpl)
Jarak (m)
Lebar (m)
1 V-W
177.8
188.1
2 W-X
188.1
201.7
3 X-Y
201.7
227.4
4 Y-Z
227.4
24 200 22 2 1.2
251.4
5 Z-A'
251.4
278.1
6 A'-B'
278.1
293.1
7 B'-C'
293.1
318.3
8 C'-D'
318.3
328.8
9 D'-E'
328.8
10 E'-F'
339.7
351.9
11 F'-G'
351.9
382.4
12 G'-H'
382.4
407.9
41
No Segmen
Elevasi (dpl)
Jarak (m)
Lebar (m)
13 H'-I'
407.9
431.3
14 I'-J'
431.3
27 200 23 2 0.5
458.3
15 J'-K'
458.3
482.2
16 K'-L'
482.2
B. Pembahasan
angkut yang memiliki dimensi paling besar yang sedang beroperasi saat itu
42
Jarak (m)
Lmin 11 dan 19 m
1 V-W
177.8
2 W-X
188.1
3 X-Y
201.7
4 Y-Z
227.4
5 Z-A'
251.4
6 A'-B'
278.1
200 32 dua jalur > L min Sesuai 293.1
7 B'-C'
293.1
8 C'-D'
318.3
9 D'-E'
328.8
10 E'-F'
339.7
43
Jarak (m)
Lmin 11 dan 19 m
jalan angkut tambang pada PT Semen Padang dari Front pit limit menuju
Crusher IIIA dan IIIB pada sepanjang ruas jalan tersebut 25% diantaranya
masih belum memenuhi standar jalan angkut tambang yang baik dan benar
alat angkut yang berpapasan dengan alat angkut lainnya pada ruas jalan
terjadi human error oleh operator alat angkut disaat berada pada ruas jalan
yang sempit ini akan dapat mengakibatkan kecelakaan kerja. Untuk itu
pada ruas jalan yang kurang memenuhi standar lebar jalan lurus minimum
44
Lebar jalan pada tikungan selalu dibuat lebih besar dari pada jalan
lebar alat angkut yang disebabkan oleh sudut yang dibentuk oleh roda
depan dengan badan truk saat melintasi tikungan. Untuk jalur ganda, lebar
2) Lebar juntai atau tonjolan (overhang) alat angkut bagian depan dan
Lebar jalan pada tikungan selalu dibuat lebih besar dari jalan lurus.
Untuk jalur ganda dan tunggal, lebar jalan minimum pada tikungan
C = Z = ½ (U + Fa + Fb)
45
Ket:
n = Jumlah jalur
n(m)
Maka:
Fa = Ad x sin α
Fb = Ab x Sin α
C = Z = ½ (U + Fa + Fb)
= 3,501 m
Wmin = 2 (U+ Fa + Fb + Z) + C
= 2 (3,50+1,41+2,092+3,501) + 3,501
46
= 24,507 m
≈ 25 m
ini akan mempengaruhi kelancaran alat angkut saat beroperasi. Maka dari
itu pada jalan tikungan yang masih kurang memenuhi standar lebar jalan
pada tikungan minimum (Wmin) perlu untuk diperlebar lagi sesuai dengan
koreksi.
47
Suatu tikungan akan dapat dilalui dengan baik oleh alat angkut apabila radius
tikungannya lebih besar atau minimal sama dengan jari-jari lintasan yang
dimiliki oleh alat angkut yang digunakan.
Tabel 12. Jari-jari Lintasan Alat Angkut Dump Truck Sudut Penyimpangan Roda Depan
Jari-Jari Lintasan, ( m) Komatsu HD 785-7 41o 7,545 Sumber: Handbook and
Brosur Komatsu (2014)
f = 24 ,000125,0 V
= 0,182
48
fe
.127
2
R = Jari-jari tikungan
f = faktor gesek ( 0)
tinggi yang harus dibuat antara sisi dalam dan luar tikungan.
Superelevasi
= 1,325 m = 132,5 cm
Jari-Jari Tikungan.
R = V2 / [127(e + f)]
Dimana:
R = jari-jari tikungan, m
49
f = koefisien gesekan
f = -0,00065 V + 0,192
= 0,182
= 7.538
R=
Sin Wb
= 7,545 – 1,325
= 6,22 m
50
Jadi beda tinggi yang harus dibuat antara sisi dalam dan sisi luar
V = 545,7127182,0053,0
Y-Z : ( R= 17,3)
B’-C’ : ( R= 23,5)
51
C’-D’ : ( R= 18,6)
B’-C’ : ( R= 11,4)
e= 152 - 0,182 127 (11,4)
alat angkut saat melewati tiap tikungan dengan superelevasi 0,04: V = Rfe
127
52
Data Lapangan Penulis 2014 Dari angka ini dapat dilihat bahwa tikungan yang ada di
lokasi
pengamatan sudah dapat dilalui dengan baik oleh alat angkut, karena jari-jari
tikungan yang mempunyai jari-jari terkecil, maka secara otomatis alat angkut
53
akan mampu melintasi tikungan yang lain yang memiliki jari-jari tikungan
lebih besar.
jalan.
tabel. Tabel yang digunakan adalah tabel 2. Berdasarkan tabel 2, dapat dilihat
angka superelevasi 0,04 lebih variatif untuk untuk berbagai tingkat kecepatan
dan jari-jari tikungan. Dengan penggunaan angka superelevasi 0,04 ini akan
54
dengan aman pada kecepatan yang lebih tinggi saat melintasi tikungan.
oleh alat angkut/truk berkisar antara 10% sampai 18% atau 60 sampai 8,50,
akan tetapi untuk jalan naik atau turun pada lereng bukit lebih aman bila
untuk setiap alat angkut tidak sama, tergantung pada jenis alat angkut itu
Indonesianto 2007).
yang terbesar pada segmen jalan F’-G’ yang akan dihitung dengan
%100(%) x x h
Grade
Keterangan:
55
56
Grade minimum jalan tambang terlihat seperti pada tabel 14. Berikut ini
No Segmen
Elevasi (dpl)
Jarak (m)
Lebar (m)
Grade (%)
Koreksi Grade
1 V-W
177.8
188.1
2 W-X
188.1
13.6 200 21 6.8 Ok
201.7
3 X-Y
201.7
227.4
4 Y-Z
227.4
24 200 22 12 -4
251.4
5 Z-A'
251.4
278.1
6 A'-B'
278.1
15 200 32 7.5 Ok
293.1
7 B'-C'
293.1
318.3
8 C'-D'
318.3
328.8
9 D'-E'
328.8
339.7
10 E'-F'
339.7
351.9
11 F'-G'
351.9
382.4
57
No Segmen
Elevasi (dpl)
Jarak (m)
Lebar (m)
Grade (%)
Koreksi Grade
12 G'-H'
382.4
407.9
13 H'-I'
407.9
431.3
14 I'-J'
431.3
458.3
15 J'-K'
458.3
482.2
16 K'-L'
482.2
499.5 Data Lapangan Penulis 2014 Kemiringan pada jalan angkut tambang tidak
boleh luput dari perhatian,
karena pada saat kondisi jalan menurun operator akan kesulitan melakukan
pengereman kendaraan apalagi pada kondisi jalan yang sempit, ini akan
berpengaruh pada masa pakai rem dan ban, begitu sebaliknya ketika kondisi
jalan yang menanjak akan membutuhkan power yang cukup besar dan
pembakaran yang cepat dimana kebutuhan solar juga akan besar. Hal fatal
lainnya yang dapat terjadi yaitu ketidakmampuan alat angkut saat melakukan
angkut mati mendadak dan fungsi rem mesin diesel dalam keadaan mati
otomatis tidak akan berfungsi, maka alat angkut akan mundur dengan
jalan angkut pada PT Semen Padang masih banyak terdapat contoh ruas jalan
58
maksimum jalan angkut yang mampu di atasi dump truck dapat diketahui
setiap satu meter lebar jalan angkut ideal dibuat kemiringan melintang
sebesar 20-40 mm/m jarak dari bagian tepi ke bagian tengah jalan. Maka:
in i ⁄ (
⁄(
= 180 mm ~ 18 cm
59
= 160 mm ~ 16 cm
= 420 mm ~ 42 cm
X-Y = (0,5 x 23 m) 40 mm/m
= 460 mm ~ 46 cm
= 440 mm ~ 44 cm
= 480 mm ~ 48 cm
= 640 mm ~ 64 cm
= 420 mm ~ 42 cm
= 460 mm ~ 46 cm
60
= 460 mm ~ 46 cm
= 360 mm ~ 36 cm
= 340 mm ~ 34 cm
= 360 mm ~ 36 cm
= 460 mm ~ 46 cm
= 460 mm ~ 46 cm
= 500 mm ~ 50 cm
= 640 mm ~ 64 cm
61
No Segmen
Elevasi (dpl)
Jarak (m)
Lebar (m)
Seharusnya (cm)
1 V-W
177.8
10.3 200 8
tidak jelas
16
188.1
2 W-X
188.1
13.6 200 21
tidak jelas
42
201.7
3 X-Y
201.7
25.7 200 23
tidak jelas
46
227.4
4 Y-Z
227.4
24 200 22
tidak jelas
44
251.4
5 Z-A'
251.4
26.7 200 24
6 A'-B'
278.1
15 200 32
tidak jelas
64
293.1
7 B'-C'
293.1
25.2 200 21
tidak jelas
42
318.3
8 C'-D'
318.3
10.5 200 23
tidak jelas
46
328.8
9 D'-E'
328.8
10.9 200 23
tidak jelas
46
339.7
10 E'-F'
339.7
12.2 200 18
tidak jelas
36
351.9
11 F'-G'
351.9
30.5 200 17
12 G'-H'
382.4
25.5 200 18
tidak jelas
36
407.9
62
No Segmen
Elevasi (dpl)
Jarak (m)
Lebar (m)
Seharusnya (cm)
13 H'-I'
407.9
23.4 200 23
tidak jelas
46
431.3
14 I'-J'
431.3
27 200 23
15 J'-K'
458.3
23.9 200 25
tidak jelas
50
482.2
16 K'-L'
482.2
17.3 200 32
tidak jelas
64
Berdasarkan data yang diperoleh, pada ruas jalan yang diukur maka
didapatkan hasil, cross slope-nya belum sesuai dengan ukuran jalan yang ada
karena tidak jelas. Maka peneliti menyarankan agar perawatan jalan oleh
63
5. Drainase
tanah, baik yang terbentuk secara alami maupun dibuat oleh manusia.
sebagai berikut:
64
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Jalan angkut yang ada sekarang belum memenuhi syarat lebar minimum, yaitu
tikungan, penambahan lebar ini dimaksudkan agar tidak terjadi dump truck
perbukitan adalah sebesar ≤8%. Dari hasil perhitungan grade pada ruas jalan
PT Semen Padang maka diperoleh beberapa data grade jalan angkut yang
tanjakan–tanjakan yang melebihi standar ini masih dapat di atasi oleh alat
angkut yang bertenaga besar, namun kondisi jalan yang curam akan
usia alat angkut, bahkan dapat mengakibatkan kecelakaan kerja, karena 62,5%
64
65
meninjau ulang mengenai kemiringan jalan angkut tambang yang terlalu besar
4. Pada jalan angkut belum terdapat cross slope sehingga dapat memungkinkan
terjadinya genangan air pada badan jalan dan dapat menyebabkan jalan licin.
5. Untuk mengantisipasi air yang masuk ke permukaan jalan maka perlu dibuat
Drainase, tapi di PT Semen Padang terdapat 50% Drainase tidak berfungsi.
B. Saran
1. Lebar jalan pada jalan lurus maupun tikungan harus memenuhi ukuran
standar yang sesuai dengan ukuran alat angkut yang melewatinya, hal ini
venichle.
2. Kemiringan jalan angkut tambang (Grade) yang terlalu besar agar dapat
pembersihan runtuhan lereng, serta penyiraman pada saat jalan kering dan
berdebu. Serta memperhatikan bagian sisi luar jalan berupa safety berms
66
jalan yang ada saat ini tidak rata dan bergelombang sehingga mengakibatkan
5. Cross Slope sangat perlu diperhatikan, karena saat hujan cross slope akan
mengalirkan air ke drainase dan drainase yang tidak berfungsi karena adanya
dengan demikian badan jalan akan terbebas dari lubang dan genangan air.