Anda di halaman 1dari 2

PRO TERHADAP PERNIKAHAN DINI

Oleh : Wahyudi Utomo


Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Malang
puyud39@gmail.com
Islam mengatur tatacara nikah atau pernikahan. Kesemua itu tertuang dalam Al-
Qur‟an dan Hadis sebagai dasar hukum Islam. Menurut istilah hukum Islam, yang
disampaikan Abu Yahya Zakariya Al-Anshari mendefinisikan sebagai berikut: “Nikah
menurut istilah syara‟ akad yang mengandung ketentuan hukum kebolehan hubungan seksual
dengan lafaz nikah atau dengan kata-kata yang semakna dengannya”. Pernikahan dini disini
ialah pernikahan yang dilakukan antara seorang mempelai perempuan dan mempelai laki-laki
dengan usia yang masih
dibawah umur. Dibawah umur dalam hukum perdata dikatakan usia dibawah 17 tahun. Beda
dengan hukum Islam yang kreterian dibawah umur atau sudah dewasa itu dikriteriakan
dengan baliq dan mumayyiz. Perempuan jika sudah mengalami menstruasi itu sudah
dikatakan baliq, sedang laki-laki jika ia sudah mengeluarkan mani (mimpi basah) itu juga
sudah baliq. Dalam hal ini umur tidak bisa menjadi patokan perempuan ataupun laki-laki
sudah menginjak usia baliq.
Sabda Nabi Muhammad SAW :
          “Wahai para pemuda, barangsiapa yang telah mampu, hendaknya kawin, sebab kawin
itu akan lebih menundukkan pandangan dan akan lebih menjaga kemaluan. Kalau belum
mampu, hendaknya berpuasa, sebab puasa akan menjadi perisai bagimu.” (HR. Bukhari dan
Muslim).
          Hadits tersebut mengandung seruan untuk menikah bagi “para pemuda” (asy syabab),
bukan orang dewasa (ar rijal) atau orang tua (asy syuyukh). Hanya saja seruan itu tidak
disertai indikasi (qarinah) ke arah hukum wajib, maka seruan itu adalah seruan yang tidak
bersifat harus (thalab ghairu jazim), alias mandub (sunnah). Sesuai Syari’at adalah Sehat,
menyalahi Syari’at adalah Sakit.
iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii
Syara’ telah merumuskan kaidah: “Haitsumma yakunu asy-syar’u takunu al-
maslahah” (di mana ada penerapan syari’ah, maka disana ada maslahat). Bukan sebaliknya:
“aynama wujidat al-maslahah fa tsamma syar’ullah”. (dimana ada maslahat maka disana ada
hukum Allah).
Allah SWT berfirman: “Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk menjadi rahmat
bagi semesta alam.” (Q.S Al-Anbiyaa 21: 107). iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii
        Berarti, secara logika (akal) syar’i bahwa apa-apa yang sesuai dengan syari’at akan
membawa kebaikan (kerahmatan). Sebaliknya apa-apa yang menyalahi syari’at akan
membawa keburukan (musibah).
Berdasarkan logika syar’i diatas (Q.S Al-Anbiyaa 21: 107) maka menikah (termasuk
menikah dini) akan mendatangkan kerahmatan. Mustahil Allah SWT memerintahkan (wajib,
sunah, mubah) yang membahayakan kesehatan manusia. Faktanya menikah efektif mencegah
HIV/AIDS-kanker cervix, mental sehat, cegah aborsi, kehamilan yang diinginkan, lebih dari
itu menikah syar’i mendapat ridho Allah SWT. Tidak hanya itu pernikahan dini juga
memberi manfaat besar diantaranya :
 Dapat berpikir lebih dewasa, orang yang telah menikah cenderung memiliki pemkiran
yang lebih dewasa dalam tindakan dua perilaku.
 Lebih mandiri.
 Memiliki orang terkasih, jika anda menikahi orang yang dicintai..
 Nikah adalah menjaga agama dan menjaga keturunan, karena dengan pernikahan dini
dapat menghindarkan diri dari kenakalan remaja atau pergaulan bebas.
 Pernikahan dini dilakukan agar seseorang dapat menjaga kesucian dan akhlaqnya, dalam
hal ini pernikahan dapat berubah hukumnya dari sunnah menjadi wajib karena beralasan
untuk menghindari pergaulan bebas dan adanya kekhawatiran tidak dapat menjaga diri.
 Membangun kehidupan dengan bertanggung jawab atas suami/istrinya dan mengatur
urusan sendiri tanpa bergnatung pada orang tua, kebebasan yang lebih, sehingga menjadi
mandiri secara financial dan emosional.
 Dalam hokum islam pernikahan dilakukan untuk menjaga agama dan keturunan,
sehingga apabila beralasan pergaulan bebas dan khawatir tidak bisa menjaga diri bisa
dipastikan ini untuk menjalankan hokum islam sehingga meaksanakan pernikahan dini.
 Hasil sebuah penelitian 90% mahasiswi di salah satu kota besar dinegara ini tidak
perawan lagi, sehingga disini pernikahan dini harus dilakukan sehingga tidak ada
kejadain tidak perawan sebelum menikah.
 Pernikahan diusia remaja bukan sebuah penghalang untuk meraih prestasi yang lebih
baik.
 Usia bukan ukuran pertama untuk menentukan kesiapan mental dan kedewasaan
seseorang.
 Menikah bisa menjadi solusi alternative untuk mengatasi kenakalan kaum remaja yang
tidak terkendali.
 Menghindari terjadinya perzinaan yang merupakan salah satu dosa besar dalam ajaran
islam.

Anda mungkin juga menyukai