Kehilangan cairan dan elektrolit dalam jumlah besar bisa membahayakan dan berakibat fatal.
Syok dan dehidrasi parah merupakan komplikasi kolera yang paling berbahaya. Selain itu ada
beberapa masalah kesehatan lainnya yang bisa muncul akibat kolera, yaitu:
Hipokalemia, atau kekurangan kalium yang bisa menyebabkan gangguan fungsi jantung dan
saraf.
Gagal ginjal, yang diakibatkan oleh hilangnya kemampuan ginjal untuk menyaring, sehingga
mengeluarkan sejumlah besar cairan dan elektrolit dari dalam tubuh. Syok sering muncul pada
penderita kolera yang mengalami gagal ginjal.
Hipoglikemia, atau rendahnya kadar gula darah yang bisa terjadi jika pasien terlalu sakit untuk
makan. Keadaan ini bisa berbahaya karena glukosa merupakan sumber energi tubuh yang utama.
Hilang kesadaran, kejang, dan bahkan kematian bisa terjadi akibat komplikasi ini. Anak-anak
lebih rentan mengalami hipoglikemia
FARMAKOLOGI
a. Kemoterapeutika
Untuk diare karena kolera, disentri basiler, infeksi campylobacter, infeksi protozoa,
misalnya: antibiotika (amoksisilin, ampisilin, kloramfenikol, tetrasiklin, metronidazol),
sulfonamide (sulfisoksazolum dan trimethoprim), dan senyawa kinolon (siprofloksasin).
b. Obstipansia untuk terapi simptomatis, yang dapat menghentikan diare dengan beberapa cara,
yaitu:
1) Zat-zat penekan peristaltic (spasmolitica) sehingga memberikan waktu lebih banyak untuk
resorpsi air dan elektrolit oleh mukosa usus. Contoh: candu dan alkaloidanya, derivate petidin
(loperamida), papaverin, dan antikolinergik (atropine, ekstrak beladon)
2) Adstringensia, yang menciutkan selaput lendir usus, misalnya asam samak (tannin) dan
tanalbumin, garam-garam bismuth dan aluminium.
c. Pemberian oralit
Pengganti cairan dan elektrolit yang hilang. Oralit tersedia dalam bentuk bubuk yang bisa
dicampur dengan air mineral botol atau air yang dimasak hingga mendidih.
d. Pemberian infus
e. Pemberian suplemen seng
f. Pemberian antibiotik
1. Pengkajian
a. Identitas pasien : nama pasien, umur, suku / bangsa, pendidikan, pekerjaan, alamat,
diagnosa medik
b. Riwayat kesehatan
Sekarang : klien datang dengan keluhan diare terus-menerus disertai mual dan
muntah
Dahulu : -tanyakan klien terkait pola hidupnya (minum alkohol, merokok dll)
-tanyakan klien apakah memiliki penyakit keturunan dari keluarga
c. Pemeriksaan fisik
B1 (Breath) : Adanya peningkatan frekuensi pernapasan atau normal
B2 (Blood) : Takikardia,
B3 (Brain) : Letargi (penurunan kesadaran), sakit kepala dan disorientasi
B4 (Bladder) : Produksi urine menurun (oliguria), warna urine kuning gelap atau
kecoklatan
B5 (Bowel) : Defekasi >3x sehari, konsistensi cair, suara bising usus meningkat, nyeri
pada perut, perut kembung
B6 (Bone) : Kemampuan pergerakan sendi terbatas, kelelahan
2. Diagnosa Keperawatan
1) Diare b.d. proses infeksi (D.0020)
2) Risiko syok b.d. kekurangan volume cairan (D.0039)
3) Intoleransi aktivitas b.d. kelemahan (D.0056)
3. Intervensi Keperawatan
Terapeutik :
-Berikan asupan cairan oral (oralit)
-Pasang jalur intravena
-Berikan cairan intravena (ringer laktat)
-Ambil sampel darah untuk pemeriksaan
darah lengkap dan elektrolit
-Ambil sampel feses untuk kultur
Edukasi :
-Anjurkan makanan porsi kecil dan sering
secara bertahap
-Anjurkan menghindari makanan
pembentuk gas, pedas dan mengandung
laktosa
Kolaborasi :
-Kolaborasi pemberian obat antimotilitas
-Kolaborasi pemberian obat
antispasmodic/spasmolitik
-Kolaborasi pemberian obat pengeras
feses
2 Risiko syok b.d. Setelah dilakukan tindakan keperawatan Pencegahan Syok (I.02068)
kekurangan volume selama 1x24 jam, diharapkan Tingkat
cairan Syok (L.03032) menurun dengan kriteria Observasi :
hasil : -Monitor status kardiopulmonal
1. Kekuatan nadi meningkat (5) -Monitor status oksigenasi
2. Output urine meningkat (5) -Monitor status cairan
3. Tingkat kesadaran meningkat (5) -Monitor tingkat kesadaran dan respon
4. Saturasi oksigen meningkat (5) pupil
5. Akral dingin menurun (5) -Periksa riwayat alergi
6. Pucat menurun (5)
7. Tekanan nadi membaik (5) Terapeutik :
8. Frekuensi nadi membaik (5) -Berikan oksigen untuk mempertahankan
9. Frekuensi napas membaik (5) saturasi oksigen >94%
10. Pengisian kapiler membaik (5) -Pasang jalur IV
-Lakukan skin test untuk mencegah reaksi
alergi
Edukasi :
-Jelaskan penyebab / faktor risiko syok
-Jelaskan tanda dan gejala awal syok
-Anjurkan melapor jika menemukan /
merasakan tanda dan gejala awal syok
-Anjurkan memperbanyak asupan cairan
oral
-Anjurkan menghindari allergen
Kolaborasi :
-Kolaborasi pemberian IV
3 Intoleransi aktivitas b.d. Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Eneri (I.05178)
kelemahan selama 7x24 jam, diharapkan Toleransi
Aktivitas (L.05047) membaik dengan Observasi :
kriteria hasil : -Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang
1. Frekuensi nadi meningkat (5) mengakibatkan kelelahan
2. Saturasi oksigen meningkat (5) -Monitor kelelahan fisik dan emosional
3. Keluhan lelah menurun (5) -Monitor pola dan jam tidur
4. Dispnea saat aktivitas meningkat (5) -Monitor lokasi dan ketidaknyamanan
5. Dispnea setelah aktivitas meningkat selama melakukan aktivitas
(5)
6. Sianosis menurun (5) Terapeutik :
7. Warna kulit membaik (5) -Sediakan lingkungan nyaman dan rendah
8. Tekanan darah membaik (5) stimulus
9. Frekuensi napas membaik (5) -Lakukan latihan rentang gerak pasif
dan/atau aktif
-Berikan aktivitas distraksi yang
menenangkan
Edukasi :
-Anjurkan tirah baring
-Anjurkan melakukan aktvitas secara
bertahap
-Anjurkan menghubungi perawat jika
tanda dan gejala kelelahan tidak
berkurang
-Ajarkan strategi koping untuk
mengurangi kelelahan
Kolaborasi :
-Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan makanan
REFERENSI
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/08/Farmakologi-
Komprehensif.pdf . . Diakses pada tanggal 4 Oktober 2020 jam 22.00 WIB