1. INTERFERON
Efek samping :
Terjadinya efek samping perlu pula dipertimbangkan, oleh karena pada
pemberian INF meskipun secara intra lesi, dapat terjadi efek samping sistemik seperti
perasaan lelah (96%), neutropenia/leukopenia (92%), demam (81%), mialgia (75%),
anoreksia (69%), mual/muntah (66%}, sakit kepala (62%), efek samping tersebut
dikenal pula sebagai influenza like symptoms yang merupakan efek samping yang
paling sering terjadi. Disamping itu dapat pula terjadi peningkatan fungsi hepar
(63%), diare, trombositopeni dan aritmia. Efek samping dipengaruhi oleh besarnya
dosis IFN yang diberikan. dan biasanya menghilang bila pemberian obat dihentikan
atau diturunkan dosisnya. Sebelum dilaksanakan pemberian IFN, perlu dilakukan
pemeriksaan adanya autoantibodi, oleh karena IFN dapat meningkatkan terjadinya
fenomena autoimun
2. IMIKWIMOD
Efek samping :
Aplikasi imikwimod topikal dapat menimbulkan inflamasi non spesifik. Hal ini dapat
terjadi bila ada erosi kulit oleh karena garukan atau erosi pada lesi di lipatan. Dapat terjadi
eritem, edema, indurasi, bula, erosi, ulserasi, krusta sangunoilenta, perasaan nyeri, panas atau
perasaan tidak nyaman. Efek samping lainnya adalah sakit kepala, nyeri pinggang, nyeri otot,
perasaan lelah, keluhan seperti flu, pembesaran kelenjar limf dan diare
3. IMUNOGLUBULIN
Efek samping :
Efek samping penggunaan IgIV jarang terjadi dan umumnya bersifat self limited.
Gejala efek samping yang paling sering terjadi dalam satu jam pertama setelah infus dimulai
adalah sakit kepala, flushing, menggigil, mialgi, wheezing, takikardia, nyeri bokong, nause
dan hipotensi, namun reaksi anafilaksis jarang
terjadi. Selain itu dapat pula terjadi efek samping lain seperti edema paru-paru, gagal ginjal
akut, trombosis vena dan meningitis aseptik.
4. INOSIPLEKS
Efek samping :
Dalam beberapa penelitian pemakaian ISO selama dua tahun terus-menerus tidak
menimbulkan efek samping. Efek samping yang kadang-kadang dapat timbul adalah
peningkatan asam urat plasma.
5. TALIDOMID
Efek samping :
Efek samping yang terpenting adalah tertogenitas yang mekanismenya sampai saat ini
belum diketahui dengan pasti. Kerentanan terjadinya cacad terjadi pada umur kandungan 21
sampai 36 hari, pada saat tersebut 100 mg talidomid menimbulkan 100% kecacatan pada
janin yang dikandung.