Anda di halaman 1dari 2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hematologi adalah cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari darah, organ
pembentuk darah dan penyakitnya. Khususnya jumlah dan morfologi sel-sel darah, serta
sumsum tulang. Darah adalah jaringan khusus yang berbeda dengan organ lain, karena
berbentuk cairan. Jumlah darah dalam tubuh adalah 6-8% berat tubuh total. 45-60% darah
terdiri dari sel-sel, terutama eritrosit, leukosit dan trombosit. Fungsi utama darah adalah sebagai
media transportasi, serta memelihara suhu tubuh dan keseimbangan cairan (Arifin, Helmi dkk.
2015).
Pemeriksaan panel hematologi (hemogram) terdiri dari leukosit, eritrosit, hemoglobin,
hematocrit, indeks eritrosit dan trombosit. Pemeriksaan hitung darah lengkap terdiri dari
hemogram ditambah leukosit diferensial yang terdiri dari neutrophil, basophil, eosinophil,
limfosit dan monosit (Menkes RI. 2011).
Darah merupakan bagian dari tubuh yang berperan penting dalam mempertahankan
kehidupan. Sebab, ia berfungsi sebagai pertahanan tubuh terhadap virus atau bakteri. Darah
berbentuk cairan, sehingga dapat didistribusikan ke seluruh tubuh melalui pembuluh darah.
Volume dalam tubuh bervariasi, pada orang dewasa volume darah sekitar 6 liter atau sekitar 7-
8% dari berat badan. Darah terdiri dari komponen berbentuk dan komponen plasma.
Komponen berbentuk kurang lebih 45% (eritrosit, lekosit dan trombosit). Angka (45%) ini
dinyatakan dalam nilai hermatokrit atau volume sel darah merah yyang didapatkan yang
berkisar antara 40 sampai 47 (Erna dan Supriyadi. 2015).
Kekurangan eritrosit secara garis besar mampu memicu keberadaan anemia dengan
beragam penyebab seperti gejala khas anemia yakni pucatnya warna tubuh disertai mata yang
cekung, gampang lelah serta mudah sakit, system imun semakin melemah dan terjadi
kerontokan rambut akibat kurang nutrisi, berkurangnya pasokan oksigen dapat menjadi
penyebab pusing serta suasuah bernafas pada kondisi tertentu.Sedangkan apa bila kelebihan
eritrosit bias menyebabkan penggumpalan darah dan kerusakan organ (Hidayat dkk. 2016).
Pemeriksaan laboratorium rutin dilakukan untuk mendapatkan informasi yang berguna
dalam pengambilan keputusan klinik mulai dari pemilih obat, penggunaan obat hingga
pemantauan efektivitas dan keamanan, Apoteker memerlukan hasil pemeriksaan laboratorium.
Hasil pemeriksaan tersebut dibutuhkan sebagai pertimbangan dalam penggunaan obat,
penentuan dosis, hingga pemantauan keamanan obat. Oleh karena itu, Apoteker dituntut untuk
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam interprestasi data laboratorium, khususnya
yang terkait penggunaan obat, yaitu pemahaman nilai normal dan implikasi perubahannya
(Menkes RI. 2011).

Anda mungkin juga menyukai