SILA KE-V
Pancasila sebagai ideology Nasional yang berarti sebagai cita-cita bernegara dan
sarana yang mempersatukan masyarakat perlu perwujudan yang konkret, dan operasional
aplikatif sehingga tidak menjadi slogan belaka. Dalam ketetapan MPR NO. XVIII/MPR/1998
dinyatakan bahwa Pancasila perlu diamalkan dalam bentuk pelaksana yang konsisten dalam
kehidupan bernegara.
Sebagai dasar Negara dan falsafah bangsa, Pancasila seharusnya tidak hanya berhenti
pada tataran konsep mati dan abstrak yang seolah-olah secara dogmatis harus dipatuhi dan
ditaati tanpa metode dan pemahaman yang gamblang diterima oleh seluruh komponen
bangsa. Nilai-nilaiPancasila harus terimplikasi dan terealisasi dalam seluruh gerak langkah
masyarakat, aparatur Negara, pengambil kebijakan pada birokrasi, swasta maupun dalam
peraturan perundang-undangan yang diberlakukan, termasuk di dalam organisasi politik,
organisasi kemasyarakatan atau institusi Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik
Daerah di dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Perguruan Tinggi yang dibentuk dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang
bertujuan mencetak kader-kader generasi pemimpin bangsa, tentu diharapkan juga mampu
memberikan muatan kurikulum yang menekankan pada terciptanya sistem pendidikan
berkarakter sebagai implementasi nilai-nilai Pancasila.
Nilai-nilai Pancasila yang terkandung dalam sila I sampai dengan sila V merupakan
cita-cita, harapan, dambaan bangsa Indonesia yang akan diwujudkan dalam kehidupannya.
Seharusnya nilai-nilai tersebut terimplementasi dalam berbagai aspek kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.Tidak terkecuali, siapapun asalkan dia sebagai
warga Negara, pejabat Negara, aparatur pemerintah kesemuanya berpedoman pada dasar
falsafah Negara yakni Pancasila. Demikian pula institusi sekolah maupun perguruan tinggi
harusnya dapat menterjemahkan nilai-nilai Pancasila sekaligus berupaya dengan beraneka
ragam cara agar perwujudannya dapat dilaksanakan secara konkrit oleh segenap peserta didik
dan pengelola pendidikan.
A. Implementasi Sila ke-5 Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Sila kelima dari Pancasila yang dirumuskan dalam Pembukaan UUD 1945
alinea keempat, berbunyi: ”…..dengan berdasar kepada: ….., serta dengan
mewujudkan suatu Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”. Keadilan Istilah
keadilan berasal dari pokok kata adil, yang berarti memperlakukan dan memberikan
sebagai rasa wajib sesuatu hal yang telah menjadi haknya, baik terhadap diri sendiri,
sesama manusia maupun terhadap Tuhan. Adil dalam sila keadilan sosial ini adalah
khusus dalam artian adil terhadap sesama manusia yang didasari dan dijiwai oleh adil
terhadap diri sendiri serta adil terhadap Tuhan. Perbuatan adil menyebabkan
seseorang memperoleh apa yang menjadi haknya, dan dasar dari hak ini ialah
pengakuan kemanusiaan yang mendorong perbuatan manusia itu memperlakukan
sesama sebagaiman mestinya.
Dengan demikian pelaksanaan keadilan selalu bertalian dengan kehidupan
bersama, berhubungan dengan pihak lain dalam hidup bermasyarakat.
Di dalam masyarakat ada tiga macam bentuk keadilan yang pokok, hal ini
berdasarkan tiga macam hubungan hidup manusia bermasyarakat, yaitu keadilan
komutatif, keadilan distributif, dan keadilan legalis. Ketiga macam keadilan ini
diuraikan sebagai berikut:
1. Keadilan Komutatif Hubungan pribadi dengan pribadi. Dalam hubungan ini
harus ada perlakuan sifat adil antara sesama warga masyarakat, antara pribadi
dengan pribadi. Keadilan yang berlaku dalam hal ini. Suatu hubungan keadilan
antara warga satu dengan yang lainnya secara timbal balik. Keadilan ini
bertujuan untuk memelihara ketertiban masyarakat dan kesejahteraan umum.
Bagi Aristoteles pengertian keadilan ini merupakan asan pertalian dan
ketertiban dalam masyarakat. Semua tindakan yang bercorak ujung ekstrem
menjadikan ketidak adilan dan akan merusak atau bahkan menghancurkan
pertalian dalam masyarakat. Nilai-nilai keadilan tersebut haruslah merupakan
suatu dasar yang harus diwujudkan dalam hidup bersama kenegaraan untuk
mewujudkan tujuan negara yaitu mewujudkan kesejahteraan seluruh
warganya serta melindungi seluruh warganya dan wilayahnya, mencerdaskan
seluruh warganya. Demikian pula nilai-nilai keadilan tersebut sebagai dasar
dalam pergaulan antara negara sesama bangsa di dunia dan prinsip ingin
menciptakan ketertiban hidup bersama dalam suatu pergaulan antar bangsa di
dunia dengan berdasarkan suatu prinsip kemerdekaan bagi setiap bangsa,
perdamaian abadi serta keadilan dalam hidup bersama (keadilan bersama).
2. Keadilan Distributif Aristoteles berpendapat bahwa keadilan akan terlaksana
bilamana hal-hal yang sama diperlukan secara sama dan hal-hal yang tidak
sama diperlukan tidak sama. Keadilan distributif sendiri yaitu suatu hubungan
keadilan antara negara terhadap warganya, dalam arti pihak negaralah yang
wajib memenuhi keadilan dalam bentuk keadilan membagi, dalam bentuk
kesejahteraan, bantuan, subsidi serta kesempatan dalam hidup bersama yang
didasrkan atas hak dan kewajiban. Jadi hubungan masyarakat dengan pribadi.
dalam hubungan ini harus ada perlakuan sifat adil dari masyarakat keseluruhan
terhadap pribadi.
3. Keadilan Legalis Hubungan pribadi dengan masyarakat. Dalam hubungan ini
harus ada perlakuan sifat adil dari pribadi terhadap masyarakat keseluruhan.
Dalam masyarakat, pelaksanaan tiga macam keadilan ini ada dua musuh besar,
yang keduanya itu merupakan penonjolan dari penjelmaan salah satu sifat
kodrat manusia, yaitu sifat individu dan sifat sosial, yang mewujudkan
individualism dan liberalism, yaitu:
Individualisme mutlak Dalam aliran individualisme mutlak ini,
masyarakat tidak diakui sebagai perserikatan sosial yang mempunyai
realita sendiri dan tata sosial sendiri. Masyarakat dianggap sebagai
kumpulan individu-individu yang banyak tanpa ada pertalian
kepentingan bersama, setiap individu hanya mengutamakan
kepentingannya sendiri sehingga kepentingan umum tidak
diperhatikan.
Kolektivisme mutlak Dalam aliran kolektivisme mutlak ini,
masyarakat ditempatkan sebagai keseluruhan manusia, yang hanya
memperhatikan kepentingan umum, tidak ada pengakuan kepentingan
individu, semua adalah milik umum. Kedua aliran ini selalu
berlawanan, yang kedua-duanya berdasarkan atas salah satu sifat
kodrat manusia. Di dalam negara yang berdasarkan Pancasila, sifat
individu dan sifat sosial selalu diseimbangkan secara harmonis, yang
berarti berdasarkan atas sifat kodrat manusia monodualis, dan
negaranya disebut negara berfaham monodualisme.
Dalam bentuk negara ini ketiga macam keadilan itu betul-betul
terlaksana dalam masyarakat. Adapun keadilan yang dapat
menghimpun tiga macam keadilan itu berlaku di dalamnya disebut
keadilan sosial.
a) Sosial Dari persaudaraan dalam pergaulan hidup ini
timbullah suatu paham yang menamakan dirinya dengan
“sosiallisme”, yang secara umum berarti suatu faham
yang mendasarkan cita-citanya ini atas kebersamaan
dalam persaudaraan umat manusia untuk mewujudkan
kesejahteraan bersama antar umat manusia. Dalam hal
ini cita-cita untuk mewujudkan kesejahteraan bersama
didasari adanya rasa persaudaraan.
b) Keadilan sosial Konsep yang terkandung dalam
keadilan sosial adalah suatu tata dalam masyarakat yang
selalu memperhatikan dan memperlakukan hak manusia
sebagaimana mestinya dalam hubungan antar pribadi
terhadap kesluruhan baik material maupun spiritual.
Keadilan sosial ini mencakup ketiga macam keadilan
yang berlaku dalam masyarakat. Keadilan sosial sering
disamakan dengan sosialisme, adapun perbedaan
sosialisme dengan keadilan sosial adalah sosialisme
lebih mementingkan sifat kebersamaan dalam
persaudaraan, sedangkan keadilan sosial lebih
mementingkan perlakuan hak manusia sebagaimana
mestinya. Tetapi kedua-duanya bertujuan untuk
mencapai kesejahteraan bersama, tetapi kesejahteraan
bersama dalam keadilan sosial jelas untuk mencapai
masyarakat yang adil dan makmur spiritual maupun
material. Adapun syarat yang harus dipenuhi
terlaksananya keadilan sosial adalah sebagai berikut:
1. Semua warga wajib bertindak, bersikap secara adil,
karena keadilan sosial dapat tercapai apabila tiap
individu bertindak dan mengembangkan sikap adil
terhadap sesama. 2. Semua manusia berhak untuk
hidup sesuai dengan nilai-nilai manusiawi, maka berhak
pula untuk menuntut dan mendapatkan segala sesuatu
yang bersangkutan dengan kebutuhan hidupnya.
c) Seluruh Rakyat Manusia Rumusan seluruh rakyat
manusia yang dimaksudkannya ialah sekelompok
manusia yang menjadi warga negara Indonesia, baik
yang berbangsa Indonesia asli maupun keturunan asing,
demikian juga baik yang berada dalam wilayah
Republik Indonesia maupun warga negara Indonesia
yang berada di negara lain.
d) Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Perwujudan dari sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat
yang merupakan pengalamannya, setiap warga harus
mengembangkan sikap adil terhadap sesama, menjaga
keseimbangan antara hak dan kewajibannya serta
menghormati hak-hak orang lain. Sila ini mempunyai
makna bahwa seluruh rakyat Indonesia mendapatkan
perlakuan yang adil dalam bidang hukum, politik,
ekonomi, kebudayaan, dan kebutuhan spiritual rohani
sehingga tercipta masyarakat yang adil dan makmur.
1. keadilan distributif, yaitu hubungan antara negara dengan warganya, dalam arti negara
mempunyai kewajiban memenuhi keadilan dalam bentuk membagi keadilan,
kemakmuran, bantuan, subsidi dan juga kesempatan dalam kehidupan dengan
didasarkan atas hak dan kewajiban.
2. keadilan hukum, merupakan hubungan keadilan antara warga negara dengan warga
negaranya, warga negara wajib memenuhi keadilan dalam bentuk mengikuti hukum
dan peraturan yang berlaku di negara.
3. keadilan komutatif, yaitu hubungan keadilan antara warga satu dengan warga lainnya
secara timbal balik. Hal ini jelas bahwa prinsip keadilan adalah untuk menjadi dasar
persatuan nasional. Keadilan hanya mungkin dalam demokrasi. Nilai-nilai Keadilan
harus diwujudkan dalam kehidupan dengan politik untuk mewujudkan tujuan negara
yaitu mewujudkan kesejahteraan seluruh warga negara dan juga melindungi seluruh
warga negara dan seluruh wilayahnya, mendidik seluruh warganya. Demikian pula
nilai-nilai keadilan yang disebutkan sebagai dasar dalam pergaulan antar bangsa-
bangsa di dunia dan keinginan untuk menciptakan ketertiban dunia hidup
berdampingan dalam pergaulan antar-ras dengan berdasarkan prinsip kemerdekaan
bagi setiap bangsa, perdamaian tak berujung dan juga keadilan dalam kehidupan
keadilan sosial.
Kata “sosial” dalam prinsip kelima dari Pancasila, yaitu “Keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia”, terutama memiliki dua pengertian. Pertama, menunjuk ke
dimensi sosial keadilan dalam kehidupan nasional. Keadilan sosial harus melibatkan
seluruh rakyat Indonesia dan harus diterapkan dalam setiap bidang kehidupan. Ini berarti
bahwa keadilan sosial tidak menjadi milik hanya satu kelompok dari orangorang
Tetapi bagi seluruh masyarakat Indonesia. Kedua, mengacu pada “masyarakat”,
yang dapat menjadi “subjek” dan “objek” keadilan. Demi kesejahteraan nasional, rasa
keadilan sosial mewajibkan masyarakat dan pemerintah untuk membagi barang dan jasa
secara adil. Dalam proses ini yang lemah dan marginal harus dilindungi dan dibantu
untuk mencapai derajat yang sah pembangunan manusia. Motivasi utama untuk menerima
prinsip keadilan sosial adalah kesadaran akan hak-hak yang sama dan kewajiban semua
orang Indonesia dalam menciptakan masyarakat yang didasarkan
Pada keadilan sosial. Untuk mencapai tujuan ini, tugas utama yang harus dicapai
bersama, menjaga harmoni antara hak dan kewajiban seseorang, dan menghormati hak-
hak orang lain yang harus digarisbawahi. Dimensi sosial keadilan menjadi jelas dalam
kehidupan sosial sehari-hari, di mana masing-masing masyarakat Indonesia memiliki hak
untuk diperlakukan secara adil dalam bidang sosial-politik dan budaya, tanpa
diskriminasi. Masyarakat selalu merupakan realisasi hak asasi manusia dalam
hubungannya dengan orang lain. Keadilan sosial dari Pancasila meliputi dimensi
Spiritual yang harus hidup dan berkeadilan karena masyarakat Indonesia memiliki
hak untuk menjalani hidup berdasarkan nilai-nilai kemanusiaan. Akibatnya, kepentingan
umum dan pelayanan publik mendapatkan prioritas dalam program pembangunan
nasional, yang didasarkan pada komitmen untuk membangun manusia yang adil dan
beradab, dan mempertahankan kesatuan adan demokrasi Indonesia. Hal ini yg penting
dicatat bahwa gagasan keadilan sosial dalam Pancasila terdiri dari dua dimensi penting
material dan dimensi spiritual.
Menurut Pancasila, secara filosofis, realitas manusia yang tersusun atas jiwa dan
badan, di tuhan kehendak posisi sebagai Allah yang keberadaan dan pribadi, dan tuhan
akan karakter sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Pada manusia, baik sebagai
makhluk individu dan juga makhluk sosial, harus selalu ada adalah kemampuan untuk
menghindarkan diri dari apa yang bukan haknya dan hak orang lain.
Kemampuan sedemikian rupa akan menjelma menjadi apa yang disebut karakter
yaitu bentuk keadilan dalam perilaku dan perbuatan yang adil. Perbuatan dan perilaku
yang adil merupakan perwujudan dari karakter saleh atau sikap sesuai dengan kodratnya
sebagai manusia makhluk realitas, yaitu pribadi manusia yang baik, orang saleh, manusia
sama-sama penting adalah manusia baik, manusia bermoral, manusia yang saleh.
Kebenaran Keadilan, menurut pengertian klasik ilmiah, artinya pemenuhan hak-hak hidup
dalam hubungan sosial satu dengan yang lain dan hubungannya dengan kewajiban
pemenuhan hakhak orang lain satu dengan orang lainnya. Kata adil dapat ditemukan
dalam Prinsip atau Sila kedua : …..” yang adil dan beradab”. Keadilan ditemukan pada
prinsip kedua tersebut, yaitu realitas keadilan manusia , menjadi dasar dan jiwa yang
melandasi Keadilan pada prinsip kelima/Sila kelima Pancasila : “Keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia” yang harus diwujudkan dalam kehidupan sosial.
Hubungan antara sesama menjadi yang mewakili hubungan mendasar dalam
hidup dengan antar. Bentuk keadilan dalam masyarakat, berbangsa dan bernegara yang
disebut keadilan sosial atau keadilan dalam masyarakat luas, yaitu dalam arti keadilan
hidup berdampingan dengan kebaikan, hidup berdampingan dalam bentuk masyarakat
dan juga hidup berdampingan dalam bentukbangsa dan negara. Inti isi “keadilan sosial”
pada prinsip kelima Pancasila, merupakan perwujudan yang terkandung dalam
Proklamasi Kemerdekaan sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 sesuai
dengan kenyataan yang adil, artinya memenuhi segala sesuatu yang menjadi haknya
dalam kaitannya hidup berdampingan dengan sesama, keadilan sosial harus ada dalam
hidup dan keadilan sosial syarat mutlak dan penting dalam kehidupan yang harus ditanam
di perasaan hati manusia, yaitu manusia sebagai makhluk individu dan juga sebagai
makhluk sosial. Keadilan Sosial, berarti tidak hanya untuk masyarakat Indonesia, namun
juga bagi seluruh umat manusia.
Dalam Pembukaan UUD 1945 ayat memuat kebangsaan aspirasi keempat, yang
membentuk “Pemerintahan Negara Indonesia juga” untuk memajukan kesejahteraan
umum “. Dengan adanya keadilan sosial pada prinsip kelima dari filosofi dasar negara
kita, maka berarti bahwa dalam” makmur and Fair negara “dan” kemakmuran masyarakat
“, harus menjelma dengan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Dengan
demikian, tugas negara adalah menjaga keadilan sosial, dengan cara:
1. menjaga kepentingan umum dalam arti kepentingan bersama seluruh warga negara,
apa yang tidak bisa dilakukan dengan warganya sendiri,
2. menjaga kepentingan bersama dari warga sipil, apa yang tidak sepenuhnya dapat
dilakukan oleh warga sendiri, dalam bentuk bantuan dari Negara
3. tidak cukup hanya bergerak maju kesejahteraan masyarakat dan meningkatkan
martabat kehidupan bangsa, tetapi juga kesejahteraan harus ada dan meningkatkan
prestise bagi setiap suku, setiap faksi warga negara, setiap keluarga, dan setiap warga
negara sipil
Generasi milienial atau generasi Y (teori William Straus dan NeilHowe) yang saat
ini berumur antara 18–36 tahun, merupakan generasi di usia produktif. Generasi yang
akan memainkan peranan penting dalam kelangsungan kehidupan berbangsa dan
bernegara. Keunggulan generasi ini memiliki kreativitas tinggi, penuh percaya diri serta
terkoneksi antara satu dengan lainnya. Namun, karena hidup di era yang serba otomatis,
generasi ini cenderung menginginkan sesuatu yang serba instan dan sangat gampang
dipengaruhi. Hal inilah yang menjadi titik kritis bagi masa depan negara dan bangsa kita.
Sungguh merupakan suatu ironi di tengah masifnya perkembangan teknologi komunikasi
saat ini, tetapi di sisi lain, ternyata hal itu tidak mampu mendekatkan dan menyatukan
anak bangsa. Era komunikasi terbukti memberi jaminan akses dan kecepatan memperoleh
informasi. Akan tetapi, acapkali menciptakan jarak serta membuat tidak komunikatif.
Bahkan, berujung dengan rusaknya hubungan interpersonal. Teknologi komunikasi dan
informasi telah mengubah perang konvensional menjadi perang modern dengan
menggunakan teknologi, media massa, internet (cyberwar). Sasarannya jelas yaitu
ketahanan ekonomi, pertahanan dan keamanan, budaya, ideologi, lingkungan, politik,
karakter, dll.
Disadari atau tidak banyak pihak yang sepertinya tidak ingin Indonesia menjadi
bangsa yang besar dan hebat. Kita sering menerima gempuran dan pola serangan pintar
melalui F-7, food, fashion, film dan fantasi, filosofi, dan finansial. Serangan terhadap
filosofi dan finansial ialah hal yang paling mengkhawatirkan. Serangan terhadap filosofi
yang paling mengkhawatirkan yang merupakan bentuk perang ideologi dan pikiran agar
terjebak pada pola ideologi liberalis, kapitalis, sosialis, dan radikalis Untuk membentengi
diri dari kehancuran akibat pesatnya perkembangan teknologi dan upaya-upaya memecah
bangsa, maka bangsa ini harus kembali kepada Pancasila. Pancasila sebagai falsafah
bangsa Indonesia, telah berkembang secara alamiah dari perjalanan panjang sejarah,
berisikan pandangan hidup, karakter dan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia.Nilai-nilai
luhur yang terkandung di dalam Pancasila itu ialah semangat bersatu, menghormati
perbedaan, rela berkorban, pantang menyerah, gotong royong, patriotisme, nasionalisme,
optimisme, harga diri, kebersamaan, dan percaya pada diri sendiri. Pancasila harus
dijadikan cara hidup (wayoflife) seluruh anak bangsa dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara. Pancasila tidak perlu lagi diajarkan secara formal dengan
tampilan kaku, tetapi yang terpenting ialah hakikatnya tetap terpelihara dan diamalkan.
Haryanto, Tri. 2017. Implementasi Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Terhadap Pemenuhan Hak Atas Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus. Yogyakarta:
Universitas PGRI Yogyakarta.
Herawati, Yunie. 2014. Konsep Keadilan Sosial dalam Bingkai Sila Kelima Pancasila.18(1):
20-27
Yudistira. 2016. Aktualisasi dan Implementasi Nilai-Nilai Pancasila dalam Menumbuh
Krmbangkan Karakter Bangsa. Jurnal Seminar Nasional Hukum. 2(1): 421-436
Deby Gemysa Faradiba. 2015. Implementasi Sila Kelima Keadilan Sosial Bagi Seluruh
Rakyat Indonesia.
https://www.kompasiana.com/bebefaradiba/552fcb6b6ea8344b3e8b4567/implementasi-sila-
kelima-keadilan-sosial-bagi-seluruh-rakyat-indonesia# (24 juni 2015)