Anda di halaman 1dari 19

BAB V

SILA KE-V

KEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH RAKYAT INDONESIA

Pancasila sebagai ideology Nasional yang berarti sebagai cita-cita bernegara dan
sarana yang mempersatukan masyarakat perlu perwujudan yang konkret, dan operasional
aplikatif sehingga tidak menjadi slogan belaka. Dalam ketetapan MPR NO. XVIII/MPR/1998
dinyatakan bahwa Pancasila perlu diamalkan dalam bentuk pelaksana yang konsisten dalam
kehidupan bernegara.

Sebagai dasar Negara dan falsafah bangsa, Pancasila seharusnya tidak hanya berhenti
pada tataran konsep mati dan abstrak yang seolah-olah secara dogmatis harus dipatuhi dan
ditaati tanpa metode dan pemahaman yang gamblang diterima oleh seluruh komponen
bangsa. Nilai-nilaiPancasila harus terimplikasi dan terealisasi dalam seluruh gerak langkah
masyarakat, aparatur Negara, pengambil kebijakan pada birokrasi, swasta maupun dalam
peraturan perundang-undangan yang diberlakukan, termasuk di dalam organisasi politik,
organisasi kemasyarakatan atau institusi Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik
Daerah di dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Perguruan Tinggi yang dibentuk dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang
bertujuan mencetak kader-kader generasi pemimpin bangsa, tentu diharapkan juga mampu
memberikan muatan kurikulum yang menekankan pada terciptanya sistem pendidikan
berkarakter sebagai implementasi nilai-nilai Pancasila.

Nilai-nilai Pancasila yang terkandung dalam sila I sampai dengan sila V merupakan
cita-cita, harapan, dambaan bangsa Indonesia yang akan diwujudkan dalam kehidupannya.
Seharusnya nilai-nilai tersebut terimplementasi dalam berbagai aspek kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.Tidak terkecuali, siapapun asalkan dia sebagai
warga Negara, pejabat Negara, aparatur pemerintah kesemuanya berpedoman pada dasar
falsafah Negara yakni Pancasila. Demikian pula institusi sekolah maupun perguruan tinggi
harusnya dapat menterjemahkan nilai-nilai Pancasila sekaligus berupaya dengan beraneka
ragam cara agar perwujudannya dapat dilaksanakan secara konkrit oleh segenap peserta didik
dan pengelola pendidikan.
A. Implementasi Sila ke-5 Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Sila kelima dari Pancasila yang dirumuskan dalam Pembukaan UUD 1945
alinea keempat, berbunyi: ”…..dengan berdasar kepada: ….., serta dengan
mewujudkan suatu Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”. Keadilan Istilah
keadilan berasal dari pokok kata adil, yang berarti memperlakukan dan memberikan
sebagai rasa wajib sesuatu hal yang telah menjadi haknya, baik terhadap diri sendiri,
sesama manusia maupun terhadap Tuhan. Adil dalam sila keadilan sosial ini adalah
khusus dalam artian adil terhadap sesama manusia yang didasari dan dijiwai oleh adil
terhadap diri sendiri serta adil terhadap Tuhan. Perbuatan adil menyebabkan
seseorang memperoleh apa yang menjadi haknya, dan dasar dari hak ini ialah
pengakuan kemanusiaan yang mendorong perbuatan manusia itu memperlakukan
sesama sebagaiman mestinya.
Dengan demikian pelaksanaan keadilan selalu bertalian dengan kehidupan
bersama, berhubungan dengan pihak lain dalam hidup bermasyarakat.
Di dalam masyarakat ada tiga macam bentuk keadilan yang pokok, hal ini
berdasarkan tiga macam hubungan hidup manusia bermasyarakat, yaitu keadilan
komutatif, keadilan distributif, dan keadilan legalis. Ketiga macam keadilan ini
diuraikan sebagai berikut:
1. Keadilan Komutatif Hubungan pribadi dengan pribadi. Dalam hubungan ini
harus ada perlakuan sifat adil antara sesama warga masyarakat, antara pribadi
dengan pribadi. Keadilan yang berlaku dalam hal ini. Suatu hubungan keadilan
antara warga satu dengan yang lainnya secara timbal balik. Keadilan ini
bertujuan untuk memelihara ketertiban masyarakat dan kesejahteraan umum.
Bagi Aristoteles pengertian keadilan ini merupakan asan pertalian dan
ketertiban dalam masyarakat. Semua tindakan yang bercorak ujung ekstrem
menjadikan ketidak adilan dan akan merusak atau bahkan menghancurkan
pertalian dalam masyarakat. Nilai-nilai keadilan tersebut haruslah merupakan
suatu dasar yang harus diwujudkan dalam hidup bersama kenegaraan untuk
mewujudkan tujuan negara yaitu mewujudkan kesejahteraan  seluruh
warganya serta melindungi seluruh warganya dan wilayahnya, mencerdaskan
seluruh warganya. Demikian pula nilai-nilai keadilan tersebut sebagai dasar
dalam pergaulan antara negara sesama bangsa di dunia dan prinsip ingin
menciptakan  ketertiban hidup bersama dalam suatu pergaulan antar bangsa di
dunia dengan berdasarkan suatu prinsip kemerdekaan bagi setiap bangsa,
perdamaian abadi serta keadilan dalam hidup bersama (keadilan bersama).
2. Keadilan Distributif Aristoteles berpendapat bahwa keadilan akan terlaksana
bilamana hal-hal yang sama diperlukan secara sama dan hal-hal yang tidak
sama diperlukan tidak sama. Keadilan distributif sendiri yaitu suatu hubungan
keadilan antara negara terhadap warganya, dalam arti pihak negaralah yang
wajib memenuhi keadilan dalam bentuk keadilan membagi, dalam bentuk
kesejahteraan, bantuan, subsidi serta kesempatan dalam hidup bersama yang
didasrkan atas hak dan kewajiban. Jadi hubungan masyarakat dengan pribadi.
dalam hubungan ini harus ada perlakuan sifat adil dari masyarakat keseluruhan
terhadap pribadi.
3. Keadilan Legalis Hubungan pribadi dengan masyarakat. Dalam hubungan ini
harus ada perlakuan sifat adil dari pribadi terhadap masyarakat keseluruhan.
Dalam masyarakat, pelaksanaan tiga macam keadilan ini ada dua musuh besar,
yang keduanya itu merupakan penonjolan dari penjelmaan salah satu sifat
kodrat manusia, yaitu sifat individu dan sifat sosial, yang mewujudkan
individualism dan liberalism, yaitu:
 Individualisme mutlak Dalam aliran individualisme mutlak ini,
masyarakat tidak diakui sebagai perserikatan sosial yang mempunyai
realita sendiri dan tata sosial sendiri. Masyarakat dianggap sebagai
kumpulan individu-individu yang banyak tanpa ada pertalian
kepentingan bersama, setiap individu hanya mengutamakan
kepentingannya sendiri sehingga kepentingan umum tidak
diperhatikan.
 Kolektivisme mutlak Dalam aliran kolektivisme mutlak ini,
masyarakat ditempatkan sebagai keseluruhan manusia, yang hanya
memperhatikan kepentingan umum, tidak ada pengakuan kepentingan
individu, semua adalah milik umum. Kedua aliran ini selalu
berlawanan, yang kedua-duanya berdasarkan atas salah satu sifat
kodrat manusia. Di dalam negara yang berdasarkan Pancasila, sifat
individu dan sifat sosial selalu diseimbangkan secara harmonis, yang
berarti berdasarkan atas sifat kodrat manusia monodualis, dan
negaranya disebut negara berfaham monodualisme.
Dalam bentuk negara ini ketiga macam keadilan itu betul-betul
terlaksana dalam masyarakat. Adapun keadilan yang dapat
menghimpun tiga macam keadilan itu berlaku di dalamnya disebut
keadilan sosial.
a) Sosial Dari persaudaraan dalam pergaulan hidup ini
timbullah suatu paham yang menamakan dirinya dengan
“sosiallisme”, yang secara umum berarti suatu faham
yang mendasarkan cita-citanya ini atas kebersamaan
dalam persaudaraan umat manusia untuk mewujudkan
kesejahteraan bersama antar umat manusia. Dalam hal
ini cita-cita untuk mewujudkan kesejahteraan bersama
didasari adanya rasa persaudaraan.
b) Keadilan sosial Konsep yang terkandung dalam
keadilan sosial adalah suatu tata dalam masyarakat yang
selalu memperhatikan dan memperlakukan hak manusia
sebagaimana mestinya dalam hubungan antar pribadi
terhadap kesluruhan baik material maupun spiritual.
Keadilan sosial ini mencakup ketiga macam keadilan
yang berlaku dalam masyarakat. Keadilan sosial sering
disamakan dengan sosialisme, adapun perbedaan
sosialisme dengan keadilan sosial adalah sosialisme
lebih mementingkan sifat kebersamaan dalam
persaudaraan, sedangkan keadilan sosial lebih
mementingkan perlakuan hak manusia sebagaimana
mestinya. Tetapi kedua-duanya bertujuan untuk
mencapai kesejahteraan bersama, tetapi kesejahteraan
bersama dalam keadilan sosial jelas untuk mencapai
masyarakat yang adil dan makmur spiritual maupun
material. Adapun syarat yang harus dipenuhi
terlaksananya keadilan sosial adalah sebagai berikut:
1.    Semua warga wajib bertindak, bersikap secara adil,
karena keadilan sosial dapat tercapai apabila tiap
individu bertindak dan mengembangkan sikap adil
terhadap sesama. 2.    Semua manusia berhak untuk
hidup sesuai dengan nilai-nilai manusiawi, maka berhak
pula untuk menuntut dan mendapatkan segala sesuatu
yang bersangkutan dengan kebutuhan hidupnya.
c) Seluruh Rakyat Manusia Rumusan seluruh rakyat
manusia yang dimaksudkannya ialah sekelompok
manusia yang menjadi warga negara Indonesia, baik
yang berbangsa Indonesia asli maupun keturunan asing,
demikian juga baik yang berada dalam wilayah
Republik Indonesia maupun warga negara Indonesia
yang berada di negara lain.
d) Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Perwujudan dari sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat
yang merupakan pengalamannya, setiap warga harus
mengembangkan sikap adil terhadap sesama, menjaga
keseimbangan antara hak dan kewajibannya serta
menghormati hak-hak orang lain. Sila ini mempunyai
makna bahwa seluruh rakyat Indonesia mendapatkan
perlakuan yang adil dalam bidang hukum, politik,
ekonomi, kebudayaan, dan kebutuhan spiritual rohani
sehingga tercipta masyarakat yang adil dan makmur.

B. Implementasi Sila ke-5 dalam kehidupan ber-masyarakat


Keadilan adalah norma dasar hubungan sosial dalam menghilangkan dan
mencegah segala bentuk keterasingan social, semua tingkat hubungan sosial umat
manusia. Istilah keadilan pada prinsipnya sila kelima Pancasila perlu dilihat dalam
hubungannya dengan istilah “hanya” dalam prinsip kedua Pancasila. Keadilan, berarti
“untuk memberikan apa kepada saya dan apa yang saya punya kepadanya. Ini aspek
sosial keadilan, karena hubungan seseorang dengan orang lain. Keadilan dalam prinsip-
prinsip kedua dan kelima dari Pancasila sebenarnya adalah pengakuan nasional dan
konsensus bahwa semua manusia pada dasarnya sama. Tidak ada perbedaan dan
Diskriminasi dapat dibuat atas dasar latar belakang ras, agama, seksual, sosial dan
politik. Semua diskriminasi, wheter dalam bentuk implisit atau eksplisit, pada dasarnya
bertentangan dengan konsep keadilan dalam Pancasila. Keadilan merupakan idealism
dalam Pancasila diciptakan setelah Indonesia merdeka untuk menciptakan suasana yang
kuat di mana setiap orang manusia benar-benar dapat menggunakan hak-haknya sebagai
warga negara dalam semua bidang kehidupan yaitu Keadilan Personal, Keadilan Sosial.
Negara dan masyarakatnya harus memenuhi kewajiban mereka satu sama lain. Dalam
prinsip kelima dari Pancasila terdiri nilai-nilai representasi tujuan pokok negara dalam
kehidupan. Oleh karena itu prinsip kelima terdiri dari bentuk nilai-nilai keadilan sehingga
konsekuensinya harus ada dalam kehidupan social dan harus mencakup :

1. keadilan distributif, yaitu hubungan antara negara dengan warganya, dalam arti negara
mempunyai kewajiban memenuhi keadilan dalam bentuk membagi keadilan,
kemakmuran, bantuan, subsidi dan juga kesempatan dalam kehidupan dengan
didasarkan atas hak dan kewajiban.
2. keadilan hukum, merupakan hubungan keadilan antara warga negara dengan warga
negaranya, warga negara wajib memenuhi keadilan dalam bentuk mengikuti hukum
dan peraturan yang berlaku di negara.
3. keadilan komutatif, yaitu hubungan keadilan antara warga satu dengan warga lainnya
secara timbal balik. Hal ini jelas bahwa prinsip keadilan adalah untuk menjadi dasar
persatuan nasional. Keadilan hanya mungkin dalam demokrasi. Nilai-nilai Keadilan
harus diwujudkan dalam kehidupan dengan politik untuk mewujudkan tujuan negara
yaitu mewujudkan kesejahteraan seluruh warga negara dan juga melindungi seluruh
warga negara dan seluruh wilayahnya, mendidik seluruh warganya. Demikian pula
nilai-nilai keadilan yang disebutkan sebagai dasar dalam pergaulan antar bangsa-
bangsa di dunia dan keinginan untuk menciptakan ketertiban dunia hidup
berdampingan dalam pergaulan antar-ras dengan berdasarkan prinsip kemerdekaan
bagi setiap bangsa, perdamaian tak berujung dan juga keadilan dalam kehidupan
keadilan sosial.

Kata “sosial” dalam prinsip kelima dari Pancasila, yaitu “Keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia”, terutama memiliki dua pengertian. Pertama, menunjuk ke
dimensi sosial keadilan dalam kehidupan nasional. Keadilan sosial harus melibatkan
seluruh rakyat Indonesia dan harus diterapkan dalam setiap bidang kehidupan. Ini berarti
bahwa keadilan sosial tidak menjadi milik hanya satu kelompok dari orangorang
Tetapi bagi seluruh masyarakat Indonesia. Kedua, mengacu pada “masyarakat”,
yang dapat menjadi “subjek” dan “objek” keadilan. Demi kesejahteraan nasional, rasa
keadilan sosial mewajibkan masyarakat dan pemerintah untuk membagi barang dan jasa
secara adil. Dalam proses ini yang lemah dan marginal harus dilindungi dan dibantu
untuk mencapai derajat yang sah pembangunan manusia. Motivasi utama untuk menerima
prinsip keadilan sosial adalah kesadaran akan hak-hak yang sama dan kewajiban semua
orang Indonesia dalam menciptakan masyarakat yang didasarkan
Pada keadilan sosial. Untuk mencapai tujuan ini, tugas utama yang harus dicapai
bersama, menjaga harmoni antara hak dan kewajiban seseorang, dan menghormati hak-
hak orang lain yang harus digarisbawahi. Dimensi sosial keadilan menjadi jelas dalam
kehidupan sosial sehari-hari, di mana masing-masing masyarakat Indonesia memiliki hak
untuk diperlakukan secara adil dalam bidang sosial-politik dan budaya, tanpa
diskriminasi. Masyarakat selalu merupakan realisasi hak asasi manusia dalam
hubungannya dengan orang lain. Keadilan sosial dari Pancasila meliputi dimensi
Spiritual yang harus hidup dan berkeadilan karena masyarakat Indonesia memiliki
hak untuk menjalani hidup berdasarkan nilai-nilai kemanusiaan. Akibatnya, kepentingan
umum dan pelayanan publik mendapatkan prioritas dalam program pembangunan
nasional, yang didasarkan pada komitmen untuk membangun manusia yang adil dan
beradab, dan mempertahankan kesatuan adan demokrasi Indonesia. Hal ini yg penting
dicatat bahwa gagasan keadilan sosial dalam Pancasila terdiri dari dua dimensi penting
material dan dimensi spiritual.
Menurut Pancasila, secara filosofis, realitas manusia yang tersusun atas jiwa dan
badan, di tuhan kehendak posisi sebagai Allah yang keberadaan dan pribadi, dan tuhan
akan karakter sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Pada manusia, baik sebagai
makhluk individu dan juga makhluk sosial, harus selalu ada adalah kemampuan untuk
menghindarkan diri dari apa yang bukan haknya dan hak orang lain.
Kemampuan sedemikian rupa akan menjelma menjadi apa yang disebut karakter
yaitu bentuk keadilan dalam perilaku dan perbuatan yang adil. Perbuatan dan perilaku
yang adil merupakan perwujudan dari karakter saleh atau sikap sesuai dengan kodratnya
sebagai manusia makhluk realitas, yaitu pribadi manusia yang baik, orang saleh, manusia
sama-sama penting adalah manusia baik, manusia bermoral, manusia yang saleh.
Kebenaran Keadilan, menurut pengertian klasik ilmiah, artinya pemenuhan hak-hak hidup
dalam hubungan sosial satu dengan yang lain dan hubungannya dengan kewajiban
pemenuhan hakhak orang lain satu dengan orang lainnya. Kata adil dapat ditemukan
dalam Prinsip atau Sila kedua : …..” yang adil dan beradab”. Keadilan ditemukan pada
prinsip kedua tersebut, yaitu realitas keadilan manusia , menjadi dasar dan jiwa yang
melandasi Keadilan pada prinsip kelima/Sila kelima Pancasila : “Keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia” yang harus diwujudkan dalam kehidupan sosial.
Hubungan antara sesama menjadi yang mewakili hubungan mendasar dalam
hidup dengan antar. Bentuk keadilan dalam masyarakat, berbangsa dan bernegara yang
disebut keadilan sosial atau keadilan dalam masyarakat luas, yaitu dalam arti keadilan
hidup berdampingan dengan kebaikan, hidup berdampingan dalam bentuk masyarakat
dan juga hidup berdampingan dalam bentukbangsa dan negara. Inti isi “keadilan sosial”
pada prinsip kelima Pancasila, merupakan perwujudan yang terkandung dalam
Proklamasi Kemerdekaan sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 sesuai
dengan kenyataan yang adil, artinya memenuhi segala sesuatu yang menjadi haknya
dalam kaitannya hidup berdampingan dengan sesama, keadilan sosial harus ada dalam
hidup dan keadilan sosial syarat mutlak dan penting dalam kehidupan yang harus ditanam
di perasaan hati manusia, yaitu manusia sebagai makhluk individu dan juga sebagai
makhluk sosial. Keadilan Sosial, berarti tidak hanya untuk masyarakat Indonesia, namun
juga bagi seluruh umat manusia.
Dalam Pembukaan UUD 1945 ayat memuat kebangsaan aspirasi keempat, yang
membentuk “Pemerintahan Negara Indonesia juga” untuk memajukan kesejahteraan
umum “. Dengan adanya keadilan sosial pada prinsip kelima dari filosofi dasar negara
kita, maka berarti bahwa dalam” makmur and Fair negara “dan” kemakmuran masyarakat
“, harus menjelma dengan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Dengan
demikian, tugas negara adalah menjaga keadilan sosial, dengan cara:

1. menjaga kepentingan umum dalam arti kepentingan bersama seluruh warga negara,
apa yang tidak bisa dilakukan dengan warganya sendiri,
2. menjaga kepentingan bersama dari warga sipil, apa yang tidak sepenuhnya dapat
dilakukan oleh warga sendiri, dalam bentuk bantuan dari Negara
3. tidak cukup hanya bergerak maju kesejahteraan masyarakat dan meningkatkan
martabat kehidupan bangsa, tetapi juga kesejahteraan harus ada dan meningkatkan
prestise bagi setiap suku, setiap faksi warga negara, setiap keluarga, dan setiap warga
negara sipil

Pembangunan nasional berlangsung sejalan dengan realisasi keadilan sosial,


sebagaimana tercantum dalam prinsip kelima Pancasila. Konsep keadilan soial sini dapat
digambarkan sebagai berikut: warga negara Indonesia memiliki hak untuk bekerja dan
hidup dalam suasana yang bermartabat karena martabat kemanusiaan mereka. Mereka
memiliki hak untuk menerima pendidikan, untuk menikmati kesejahteraan sosial dan
dibantu untuk mengatasi realitas kehidupan yang keras. Ini adalah “sine qua non” situasi
untuk mewujudkan keadilan sosial berdasarkan Pancasila. The keadilan sosial nasional
Pancasila, menurut Slamet Sutrisno, tidak dapat dicapai witout mewujudkan hak asasi
manusia.
Keadilan sosial memiliki hubungan intim dengan hak asasi manusia. Negara
memiliki hak untuk mengontrol kemakmuran pribadi warga negara ketika ada kepedulian
terhadap sumber daya alam di Indonesia. Ini demi keadilan sosial di seluruh negeri.
Tanah, air dan kekayaan alam harus dimanfaatkan untuk kepentingan rakyat. Tak
seorang pun memiliki hak prerogatif untuk memiliki dan mengolah kekayaan alam di
Indonesia. Ini adalah sumber kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat. Perwujudan sejati
kehidupan ekonomi berdasarkan Pancasila tidak akan melacak dari sisi nilai keadilan
sosial, karena sistem ekonomi Pancasila didorong oleh kekhawatiran ekonomi, sosial dan
etika. Ruang lingkup utama dari keadilan sosial adalah untuk membangun masyarakat
yang harmonis dan penuh dengan ketertiban, di mana setiap anggota dapat menikmati
kemakmuran negara tanpa diskriminasi, dan dapat mencapai realisasi kehidupan individu
manusia, bidang sosial dan bidang politik sesuai perundang-undangan Indonesia.

C. Implementasi Sila ke-5 dalam Pendidikan


Keseluruhan sila di dalam Pancasila merupakan satu kesatuan yang organis. Jiwa
keagamaan sebagai perwujudan sila Ketuhanan Yang Maha Esa. Jiwa berkemanusiaan
sebagai perwujudan sila kemanusiaan yang adil dan beradab. Jiwa kebangsaan sebagai
perwujudan sila persatuan Indonesia, sebagaimana jiwa kerakyatan perwujudan dari sila
kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan. Jiwa yang menjunjung tinggi rasa keadilan sebagai perwujudan sila keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Negara memiliki kewajiban untuk memberikan pelayanan pendidikan yang
bermutu kepada setiap warganya tanpa terkecuali. Pendidikan termasuk hak seluruh
warga negara Indonesia tanpa membedakan asal-usul, status ekonomi, maupun keadaan
fisik seseorang termasuk anak-anak yang mempunyai kelainan sebagaimana diamanatkan
dalam UUD 1945 Pasal 31 ayat (1). Hal tersebut juga sesuai dengan makna yang tersirat
dalam sila kelima dalam Pancasila yaitu "keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia”
Tercantum dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, hak anak untuk memperoleh pendidikan dijamin penuh tanpa adanya
diskriminasi termasuk anak-anak yang memiliki kelainan atau anak yang bekebutuhan
khusus. Pada kenyataannya layanan pendidikan baik itu melalui pendidikan formal dan
nonformal belum dapat diakses oleh semua warga negara terutama bagi kelompok yang
kurang beruntung dari segi fisik, mental intelektual, geografis, ekonomi, kultural maupun
gender. Prinsip pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak
diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia sesuai yang diamanatkan
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Namun pada prakteknya, pelayanan pendidikan nasional mengalami permasalahan
yang perlu mendapat perhatian serius terutama untuk anak yang berkebutuhan khusus
atau penyandang disabilitas. Adanya perlakuan khusus untuk pemisahan dalam
pendidikan antara sekolah khusus penyandang disabilitas dan sekolah umum
menyebabkan terjadinya disintegrasi bahkan diskriminasi bagi para anak berkebutuhan
khusus. Sesuai makna sila kelima Pancasila "keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia", dalam konteks ini untuk mengetahui makna keadilan lebih mendalam.
Keadilan merupakan hak yang dimiliki semua orang dan tidak ada seorang pun yang
dapat menghalangi hak yang dimilikinya. Keadilan memiliki makna keseimbangan bagi
seluruh masyarakat Indonesia. Keseimbangan yang dimaksud yaitu, tidak ada perbedaan
antara yang satu dengan yang lainnya atau dapat mengandung makna persamaan dan
tidak ada diskriminasi dalam bentuk apapun.
Sesuai dengan penjelasan mengenai makna keadilan di atas bahwa setiap warga
negara memiliki kesamaan hak dan tidak memperoleh perlakuan diskriminatif, serta
memperoleh perhatian baik hak pribadi maupun penunaian hak-haknya. Prinsip keadilan
mendorong munculnya perlakuan yang sama pada setiap warga negara tanpa melihat
ataupun mempedulikan kondisi dan potensinya. Termasuk individu yang memiliki
berkebutuhan khusus dan tidak beruntung secara fisik sehingga semakin terbukanya akses
bagi mereka dalam memperoleh kesempatan pendidikan yang bermutu sama bagi semua.
Rumusan masalah penelitian ini adalah "Bagaimana Implementasi sila keadilan sosial
bagi seluruh rakyat indonesia terhadap Pemenuhan Hak Atas Pendidikan berkebutuhan
khusus.

D. Sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia


Berdasarkan rumusan persatuan dan kesatuan sila-sila Pancasila maka sila kelima
yaitu 'Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia' merupakan suatu kesatuan dengan
sila lainnya didasari dan dijiwai oleh sila Ketuhanan Yang Maha Esa, sila Kemanusiaan
yang adil dan beradab, sila Persatuan Indonesia dan sila Kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan. Pelaksanaan sila kelima tidak
dapat dilaksanakan secara terpisah dengan sila lainnya yang merupakan unsur dari
Pancasila (Kaelan, 2002: 218).
Sila kelima Pancasila tekandung nilai-nilai yang merupakan tujuan negara sebagai
tujuan dalam hidup bersama, maka di dalam sila kelima tersebut terkandung nilai
keadilan yang harus terwujud dalam kehidupan bersama (keadilan sosial). Keadilan
tersebut didasari dan dijiwai oleh hakikat keadilan kemanusiaan yaitu keadilan dalam
hubungan manusia dengan dirinya sendiri, manusia dengan manusia lain, manusia dengan
masyarakat, bangsa dan negaranya serta hubungan manusia dengan Tuhannya (Kaelan,
2010: 83).

E. Hak Atas Pendidikan Untuk Anak Berkebutuhan Khusus


Pendidikan dalam bahasa Yunani berasal dari kata pedagogi, yaitu dari kata paid
yang artinya anak dan kata agogos yang artinya membimbing. Oleh sebab itu, istilah
pedagogi dapat diartikan sebagai ilmu dan seni mengajar anak (the art and science of
teaching children). Hakikat pendidikan pada dasarnya adalah upaya manusia untuk
mempertahankan kehidupannya tidak hanya keberadaan fisik atau raga, tetapi kualitas
jiwa dan peradaban dalam arti peningkatan kualitas budaya baik melalui pendidikan oleh
orang tua kepada anak atau masyarakat (Yaya Suryana dan Rusdiana, 2015: 69).
Hak atas memperoleh pendidikan tercantum dalam UUD 1945 Pasal 31 ayat (1)
yaitu "tiap-tiap warga negara berhak mendapat pendidikan", ayat (2) berbunyi "Setiap
warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya".
Dijelaskan pada Pasal 31 ayat (2) UUD 1945 yaitu Pemerintah mengusahakan dan
penyelenggaraan suatu Sistem Pendidikan Nasional, yang meningkatkan keimanan dan
ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur
dengan Undang-Undang (Kaelan, 2010: 207).
Terminologi terhadap pendidikan anak berkebutuhan khusus juga telah dijelaskan
pada Undang-Undang Nomor. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal
32 (1) " Pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki
kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental,
sosial dan/ atau potensi kecerdasan dan bakat keistimewaan." (2) "Pendidikan layanan
khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik di daerah tepencil atau terbelakang,
masyarakat adat yang tepencil, dan/ atau mengalami bencana alam, bencana sosial dan
tidak mampu dari segi ekonomi".
Anak-anak berkebutuhan khusus adalah anak-anak yang memiliki keunikan
tesendiri dalam jenis dan karakteristiknya, hal tersebut yang membedakan mereka dari
anak-anak normal pada umumnya. Akibatnya, ia akan mengalami kesulitan atau
keterlambatan dalam proses tumbuh kembang. Anak berkebutuhan khusus juga diartikan
sebagai anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya
tanpa selalu menunjukkan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik.
Anak berkebutuhan khusus secara pendidikan memerlukan layanan yang spesifik
yang bebeda dengan anak-anak pada umumnya. Oleh sebab itu mereka memerlukan
layanan pendidikan yang sesuai dengan hambatan belajar dan hambatan perkembangan
yang dialami oleh masing-masing anak (Alfan Noor Rakhmat, 2013: 10). Maka untuk
menerapkan pancasila sebagai “keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia dalam
bidang pendidikan anak berkebutuhan khusus, pemerintah menciptakan pendidikan
inklusif yang kemudian dirintis secara resmi pada 2003 melaui Surat Edaran Dirjen
Dikdasmen Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) No. 380/C.66/MN/2003, 20
Januari 2003 perihal Pendidikan ABK di sekolah umum bahwa disetiap kabupaten/kota di
seluruh Indonesia sekurang-kurangnya harus ada 4 sekolah penyelenggara pendidikan
inklusif yaitu di jenjang SD, SMP, SMA dan SMK masing-masing minimal satu sekolah.
Pendidikan inklusif adalah sistem layanan pendidikan yang memberikan
kesempatan kepada semua anak belajar bersama di sekolah umum dengan memperhatikan
keragaman dan kebutuhan individual, sehingga potensi anak dapat bekembang secara
optimal. Sistem inklusif juga memberikan kesempatan anak berkebutuhan khusus, seperti
anak penyandang cacat untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Di dalam
pelaksanaannya, pendidikan inklusif yang memberikan pelayanan pendidikan kepada
anak yang beragam dikelas reguler dibutuhkan progam pembelajaran yang disesuaikan
dengan kebutuhan dan kemampuan setiap anak (Dadan Rachmayana, 2013: 89-90).

F. Sila ke-5 dan Milenial

Pancasila harus dijadikan acuan bagaimana generasi milenial juga dalam


menjalani hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara dalam relevansinya dengan sila
ke-5. Di mana kaum milenial Indonesia harus dengan bijaksana, harus selalu adil dalam
berperilaku etis pada sesama, tidak menggampangkan segala sesuatu dan terus berbuat
kebaikan yang mementingkan kepentingan umum demi cita-cita bersama. Maka dari itu,
pada hakikatnya generasi milenial harus terus memelihara dan mengamalkan Pancasila
dalam kehidupan nyata sehari-hari. Melalui pendidikan, generasi milenial harus sadar
bahwa nilai-nilai Pancasila yang ditanam, seperti ketuhanan, kemanusiaan, persatuan,
gotong royong, musyawarah untuk mufakat, keadilan sosial, patriotisme, nasionalisme,
menghormati perbedaan bukan hanya untuk dihafal, namun terlebih dan paling penting
adalah untuk diterapkan pada diri sendiri dan menebarkannya kepada generasi milenial
lain yang sama-sama berperan penting dalam menciptakan Indonesia yang damai, aman
dan tentram. sila kelima anak muda milenial harus mengusahakan keaadilan sosial. Perlu
mengkritik struktur sosial, ideologi, politik dalam negara dan masyarakat yang
menciptakan ketidakadilansocial bagi rakyat Indonesia.

Generasi milienial atau generasi Y (teori William Straus dan NeilHowe) yang saat
ini berumur antara 18–36 tahun, merupakan generasi di usia produktif. Generasi yang
akan memainkan peranan penting dalam kelangsungan kehidupan berbangsa dan
bernegara. Keunggulan generasi ini memiliki kreativitas tinggi, penuh percaya diri serta
terkoneksi antara satu dengan lainnya. Namun, karena hidup di era yang serba otomatis,
generasi ini cenderung menginginkan sesuatu yang serba instan dan sangat gampang
dipengaruhi. Hal inilah yang menjadi titik kritis bagi masa depan negara dan bangsa kita.
Sungguh merupakan suatu ironi di tengah masifnya perkembangan teknologi komunikasi
saat ini, tetapi di sisi lain, ternyata hal itu tidak mampu mendekatkan dan menyatukan
anak bangsa. Era komunikasi terbukti memberi jaminan akses dan kecepatan memperoleh
informasi. Akan tetapi, acapkali menciptakan jarak serta membuat tidak komunikatif.
Bahkan, berujung dengan rusaknya hubungan interpersonal. Teknologi komunikasi dan
informasi telah mengubah perang konvensional menjadi perang modern dengan
menggunakan teknologi, media massa, internet (cyberwar). Sasarannya jelas yaitu
ketahanan ekonomi, pertahanan dan keamanan, budaya, ideologi, lingkungan, politik,
karakter, dll.

Disadari atau tidak banyak pihak yang sepertinya tidak ingin Indonesia menjadi
bangsa yang besar dan hebat. Kita sering menerima gempuran dan pola serangan pintar
melalui F-7, food, fashion, film dan fantasi, filosofi, dan finansial. Serangan terhadap
filosofi dan finansial ialah hal yang paling mengkhawatirkan. Serangan terhadap filosofi
yang paling mengkhawatirkan yang merupakan bentuk perang ideologi dan pikiran agar
terjebak pada pola ideologi liberalis, kapitalis, sosialis, dan radikalis Untuk membentengi
diri dari kehancuran akibat pesatnya perkembangan teknologi dan upaya-upaya memecah
bangsa, maka bangsa ini harus kembali kepada Pancasila. Pancasila sebagai falsafah
bangsa Indonesia, telah berkembang secara alamiah dari perjalanan panjang sejarah,
berisikan pandangan hidup, karakter dan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia.Nilai-nilai
luhur yang terkandung di dalam Pancasila itu ialah semangat bersatu, menghormati
perbedaan, rela berkorban, pantang menyerah, gotong royong, patriotisme, nasionalisme,
optimisme, harga diri, kebersamaan, dan percaya pada diri sendiri. Pancasila harus
dijadikan cara hidup (wayoflife) seluruh anak bangsa dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara. Pancasila tidak perlu lagi diajarkan secara formal dengan
tampilan kaku, tetapi yang terpenting ialah hakikatnya tetap terpelihara dan diamalkan.

Dalam melaksanakan langkah-langkah itu, diperlukan sinergisme lintas


kelembagaan, untuk bersama-sama mengaktualisasikan Pancasila melalui sistem dan
dinamika kekinian. Kampus memegang peranan penting dalam menanamkan nilai-nilai
Pancasila kepada generasi milenial sehingga tidak ada indikasi perkembangan paham
lain. Generasi milenial harus berada di depan, memegang obor untuk mencegah paham-
paham yang bertentangan dengan Pancasila agar tidak masuk ke dalam kampus sehingga
masa depan pendidikan dan nasib generasi penerus bangsa ke depan tidak berada di jalan
yang salah.

G. Sila ke-5 dan Perempuan

Lima sila pancasila beserta butir-butirnya secara nyata menghargai keberadaan


perempuan. Setiap sila tidak lepas membicarakan perempuan. Sila pertama Ketuhanan
Yang Maha Esa. Butir-butirnya memuat tentang membina kerukunan hidup di antara
sesama umat beragama, mengembangkan sikap hormat-menghormati, dan seterusnya.
Nilai kerukunan dan saling menghormati tidak akan tercapai jika fungsi domestic dan
eksternal perempuan tidak jalan. Jangankan antarumat beragama yang berbeda, antarumat
agama yang sama, misalnya dalam Islam, soal model jilbab yang berbeda, cara
berpakaian, cara beribadah, warna mukena, dan seterusnya, bias memicu
ketidakharmonisan jika tidak mampu mengedepankan kerukunan dan saling
menghormati. Sila kelima, keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Amat jelas
perempuan dan laki-laki harus mendapat manfaat keadilan dari sisi ekonomi, pendidikan,
kesehatan, dll. Angka kematian ibu melahirkan, buta huruf, upah pekerja perempuan, dan
seterusnya, menjadi cita-cita panjang dalam penerapan pancasila.
Masalah ketimpangan kekuasaan dan ketimpangan relasi gender adalah penyebab
utama kekerasan terhadap perempuan. Kekerasan berbasis gender mengakar pada konteks
relasi kekuasaan dalam bidang ekonomi, sosial, politik dan budaya. Ketimpangan ini
bukan saja menciptakan ketergantungan perempuan pada laki-laki, baik secara sosial
maupun ekonomi, tetapi juga memberikan legitimasi terhadap kekerasan yang terjadi.
akar permasalahan perempuan di mana kekerasan dan diskriminasi merupakan akibat dari
relasi kekuasaan yang timpang dan telah berjalan sejak lama. Perempuan akibatnya selalu
berada pada posisi tidak beruntung (disavantage) di hampir seluruh aspek kehidupan.
Posisi ini tidak mudah dikembalikan kepada posisi yang lebih baik tanpa adanya
perlakuan dan perlindungan khusus. Perempuan yang tidak menjalankan atau tidak
sedang menjalankan peran biologisnya –tetapi berada di posisi lemah dan tidak beruntung
akibat relasi timpang dan dampak penindasan– diperlakukan sama dengan pihak laki-laki
yang memiliki posisi yang lebih beruntung. Perlakuan sama ini menyebabkan situasi
senjang dan jauh dari keadilan. Perbaikan yang sama tidak dapat menjamin perempuan
dan laki-laki untuk bisa secara sama mengakses pendidikan dan fasilitas tertentu jika
tidak ada jaminan atau landasan untuk tersedianya langkah-langkah strategis dan khusus
untuk menghapus atau menghilangkan hambatan perempuan untuk mengakses suatu
bidang tertentu secara sama, salah satunya akses terhadap pendidikan.
Secara garis besar, sila ke-5 memberikan kerangka menyeluruh untuk
peningkatan, perlindungan, dan pemenuhan hak-hak perempuan. Secara khusus, prakarsa
ini mewajibkan negara untuk menghapus diskriminasi terhadap perempuan di semua
bidang tanpa penundaan, dan dengan cara yang tepat. Dengan demikan, sila ke-5
berupaya menghapus segala bentuk diskriminasi terhadap perempuan dalam segala
bentuk dan perwujudannya dan menjadi acuan negara yang telah mengesahkannya.
Dalam menerapkan sila ke-5, negara -dalam usaha peningkatan, perlindungan, dan
pemenuhan hak-hak perempuanperlu memahami prinsip yang menekankan bahwa
kesetaraan harus dinikmati dalam kenyataan –bukan hanya di atas kertas-, yaitu prinsip
kesetaraan substantif, nondiskriminasi, dan kewajiban negara. Maka dalam hal ini
pancasila sebagai sila ke -5 yang berdasarkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat
indonesia memberikan alternatif kepada perumpuan berupa pembentukan advokasi,
perlindungan, komnas perempuan hingga kebebasan pendidikan dan pekerjaan.

H. BUTIR-BUTIR IMPLEMENTASI SILA KELIMA


Butir-butir implementasi sila kelima adalah sebagai berikut:
a) Mengembangkan perbuatan-perbuatan yang luhur yang mencerminkan sikap
dan suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan.
Butir ini menghendaki agar setiap warga negara nerbuat baik satu sama lain.
Perbuatan luhur dalam pengertian seperti apa yang diperintahkan Tuhan dan
menjauhi yang dilarang. Perbuatan baik dan luhur tersebut dilaksanakan pada
setiap manusia dengan cara saling membantu, bergotong-royong, dan merasa
setiap manusia adalah bagian dari keluarga yangdekat yang layak dibantu,
sehingga kehidupan setiap manusia layak dan terhormat.
b) Bersikap adil.
Butir ini menghendaki dalam melaksanakan kegiatan antarmanusia untuk tidak
saling pilih kasih, dan pengertian adil juga sesuai dengan kebutuhan manusia
untuk hidup layak, dan tidak diskriminatif terhadap sesama manusia yang akan
ditolong.
c) Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
Butir ini menghendaki bawa manusia Indonesia jangan hanya mendahulukan
hak-haknya seperti hak hidup bebas, berserikat, perlakuan yang sama,
kepemilikan, dan lain-lain, tetapi menjaga kewajiban secara seimbang. 
Kewajiban yang harus dilakukan adalah berhubungan yang baik dengan
sesama manusia, membantu sesama manusia, membela yanng teraniaya,
membarikan nasehat yang benar dan menghormati kebebasan beragama.
d) Menghormati hak-hak orang lain.
Bahwa setiap manusia untuk menghormati hak orang dan memberikan
peluang orang lain dalam mencapai hak, dan tidak berusaha menghalang-
halangi hak orang lain. Perbuatan seperti mencuri arta orang lain, menyiksa,
merusak tempat peribadatan agama lain, adalah contoh-contoh tidak
menghormati hak orang lain.
e) Suka memberi pertolongan kepada orang lain.
Mengembangkan sikap dan budaya bangsa yang saling tolong-menolong
seperti gotong-royong, dan menjauhkan diri dari sikap egois dan
individualistis.
f) Menjauhi sikap pemerasan terhadap orang lain Butir ini menghendaki,
manusia Indonesia bukanlah homo hominilupus (manusia yang memakan
manusia yang lain). Manusia Indonesia tidak boleh memeras orang lain demi
kepentingan sendiri. Contoh perbuatanya seperti melakukan perampokan,
memberikan bunga terlalu tinggi lepada peminjam terutama pada kalangan
orang kecil dan miskin.
g) Tidak bersikap boros Menghendaki manusia Indonesia untuk tidak memakai
atau mengeluarkan uang, barang, dan sumber daya secara berlebihan.
h) Tidak bergaya hidup mewah Butir ini menghendaki agar untuk tidak bergaya
hidup mewah, tetapi secukupnya sesuai dengan kebutuhan manusia itu sendiri.
Ukuran mewah memang relatif, namun dapat disejajarkan dengan tingkat
pemenuhan kehidupan dan keadilan pada setiap strata kebutuhan manusia.
i) Tidak melakukan perbuatan yang merugikan kepentingan umum Butur ini
menghendaki warga masyarakat Indonesia untuk menjaga kepentingan umum
dan prasarana umum, sehingga sarana tersebut dapat berguna bagi masyarakat
luas.
j) Suka bekerja keras Untuk berusaha semaksimal mungkin dan tidak hanya
pasrah pada takdir. Sebagai manusia yang bertaqwa kepada Tuhan, diwaibkan
berusaha dan diiringi dengan doa.
k) Menghargai karya orang lain Agar warga negara dapat menghargai karya
orang lain sebagai bagian dari penghargaan atas hak cipta. Proses penciptaan
suatu karya membutuhkan suatu usaha yang keras dan tekun, oleh sebab itu
dihargai. Nilai-nilai dalam sila-sila Pancasila itu saling berkaitan antara satu
dengan yang lain yang membentuk suatu kesatuan, antara sila pertama, kedua,
ketiga, keempat, dan kelima saling hubung menghubung dan tidak dapat
dipisahkan. Dalam Pancasila terdapat sila-sila yang harus diamalkan dalam
kehidupan bermasyarakat dalam makalah ini akan dibahas yaitu pada
pancasila sila kelima, keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Sila ini
mempunyai makna bahwa seluruh rakyat Indonesia mendapatkan perlakuan
yang adil baik dalam bidang hukum, politik, ekonomi, kebudayaan, maupun
kebutuhan spiritual dan rohani sehingga tercipta masyarakat yang adil dan
makmur dalam pelaksanaan kehidupan bernegara. Di dalam sila kelima intinya
bahwa adanya persamaan manusia didalam kehidupan bermasyarakat tidak
ada perbedaan kedudukan ataupun strata didalamnya semua masyarakat
mendapatkan hak-hak yang seharusnya diperoleh dengan adil. Sila Keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia dapat diuraikan secara singkat sebagai
suatu tata masyarakat adil dan makmur sejahtera lahiriah batiniah, yang setiap
warga mendapatkan segala sesuatu yang telah menjadi haknya sesuai dengan
hakikat manusia adil dan beradab. Perwujudan dari sila keadilan sosial bagi
seluruh rakyat yang merupakan pengamalannya, setiap warga harus
mengembangkan sikap adil terhadap sesama, menjaga keseimbangan antara
hak dan kewajibanya serta menghormati hak-hak orang lain. Demikian pula
perlu dipupuk sikap suka memberikan pertolongan kepada orang yang
memerlukan agar dapat berdiri sendiri dan dengan sikap yang demikian ia
tidak menggunakan hak miliknya untuk usaha-usaha yang bersifat pemerasan
terhadap orang lain, juga tidak untuk hal-hal yang bersifat pemborosan dan
hidup bergaya mewah serta perbuatan-perbuatan lain yang bertentangan
dengan atau merugikan kepentingan umum. Pada umumnya nilai pancasila
digali oleh nilai nilai luhur nenek moyang bangsa Indonesia termasuk nilai
keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia. Karena digali oleh nilai nilai
luhur bangsa Indonesia pancasila mempunyai kekhasan dan kelebihan.

Dengan sila ke-5 ( keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesi),


manusia Indonesia menyadari hak dan kewajiban yang sama untuk
menciptakan keadilan sosial dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Dalam
hal ini dikembangkan perbuatannya yang luhur yang mencerminkan sikap dan
suasana kekeluargaan dan gotong royong. Untuk itu dikembangkan sikap adil
sesama, menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban serta menghormati
hak-hak orang lain.
DAFTAR PUSTAKA

Warsito. 2016. Pendidikan Pancasila Era Reformasi. Yogyakarta : Penerbit Ombak

-Syarif Imam Hidayat. IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PANCASILA DI PERGURUAN


TINGGI MELALUI PEMBERIAN MATA KULIAH PENDIDIKAN BELA NEGARA.
Fakultas Pertanian UPN “Veteran” Jawa Timur

Taniredja, Tukiran. 2013. Konsep Dasar Pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta:


Penerbit Ombak.

Muljana, Slamet.2008. Kesadaran Nasional dari Kolonialisme sampai Kemerdekaan.


Yogyakarta: PT Pelangi Aksara.

Haryanto, Tri. 2017. Implementasi Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Terhadap Pemenuhan Hak Atas Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus. Yogyakarta:
Universitas PGRI Yogyakarta.

Herawati, Yunie. 2014. Konsep Keadilan Sosial dalam Bingkai Sila Kelima Pancasila.18(1):
20-27
Yudistira. 2016. Aktualisasi dan Implementasi Nilai-Nilai Pancasila dalam Menumbuh
Krmbangkan Karakter Bangsa. Jurnal Seminar Nasional Hukum. 2(1): 421-436

Amanda Puteri Rozyanti. 2019. Pancasila Di Mata Generasi Milenial


https://binus.ac.id/character-building/pancasila/pancasila-di-mata-generasi-milenial/

Agustry Akbarsyah. 2019. Pancasila Dalam Generasi Milenial


https://m.mediaindonesia.com/read/detail/163965-nilai-nilai-pancasila-bagi-generasi-
milenial-di-zaman-now

Deby Gemysa Faradiba. 2015. Implementasi Sila Kelima Keadilan Sosial Bagi Seluruh
Rakyat Indonesia.
https://www.kompasiana.com/bebefaradiba/552fcb6b6ea8344b3e8b4567/implementasi-sila-
kelima-keadilan-sosial-bagi-seluruh-rakyat-indonesia# (24 juni 2015)

Anda mungkin juga menyukai