Anda di halaman 1dari 36

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINDAKAN

SECTIO CAESAREA PADA IBU BERSALIN


DI RUMAH SAKIT TAHUN 2020

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Ujian Guna Memperoleh Gelar Sarjana Kebidanan
Program Studi S1 Kebidanan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan SENIOR MEDAN

Oleh

NURMARIANA SIREGAR

NIM : 1915201295

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SENIOR MEDAN

TAHUN 2020
Lembar Persetujuan

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINDAKAN


SECTIO CAESAREA PADA IBU BERSALIN
DI RUMAH SAKIT TAHUN 2020

OLEH :

NURMARIANA SIREGAR
NIM : 1915201295

SKRIPSI

Untuk memenuhi salah satu syarat ujian Guna memperoleh gelar Sarjana
Kebidanan Program Studi S-1 Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
SENIOR MEDAN
Telah disetujui oleh Pembimbing pada tanggal 18 juni 2020

Medan, 01 Juli 2020

Pembimbing I Pembimbing II

( dr. Salomo Siahaan ) ( Defacto F Zega, SST, M.Kes )

KATA PENGANTAR

i
Puji dan Syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang melimpahkan

dan memberikan Rahmat dan Anugrah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

Skripsi yang berjudul “FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

TINDAKAN SECTIO CAESAREA PADA IBU BERSALIN DI RUMAH

SAKIT TAHUN 2020”

Dalam penyusunan Skripsi ini penulis mendapatkan banyak bimbingan

dan motivasi melalui berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis

mengucapkan terima kasih kepada Bapak/Ibu:

1. L. Manullang, SKM.,MM selaku Pembina STIKes Senior Medan yang telah

memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis selama mengikuti

pendidikan di STIKes Senior Medan.

2. Prof. Drs. Dj. Siahaan selaku penasehat Yayasan STIKes Senior Medan

3. Kristen Tumpal Hamonangan Siahaan, SE selaku ketua Yayasan STIKes

Senior Medan

4. Herlina Simanjuntak, SST., M.Kes selaku ketua STIKes Senior Medan

5. Fransiska Simbolon, SST.,M.Kes selaku Ka.Prodi S1 Kebidanan STIKes

Senior Medan

6. dr. Salomo Siahaan selaku dosen pembimbing I yang penuh kesabaran telah

memberi bimbingan dan arahan serta masukan kepada penulis selama proses

penyususnan Skripsi.

7. Defacto Firmawati Zega, SST, M.Kes selaku dosen pembimbing II yang juga

penuh kesabaran telah memberi bimbingan dan arahan serta masukan kepada

penulis selama proses penyususnan Skripsi.

ii
8. Seluruh Dosen/Staff pengajar STIKes Senior Medan yang telah memberikan

ilmu pengetahuan dan pendidikan kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan baik menyangkut bahasa, isi dan penyususnan serta penyajian

karena keterbatasan waktu, wawasan maupun keterbatasan pengalaman penulis.

Maka dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang

membangun dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu dalam penyususnan proposal skripsi ini dan semoga skripsi ini dapat

bermanfaat bagi penulis sendiri maupun bagi yang membacanya.

Medan, Juli 2020

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman

iii
LEMBAR PERSETUJUAN .................................................................... i

KATA PENGANTAR .............................................................................. ii

DAFTAR ISI ............................................................................................ iv

LAMPIRAN ............................................................................................
........................................................................................................v

BAB I PENDAHULUAN..................................................................... 1

1.1. Latar Belakang.............................................................. 1


1.2. Rumusan Masalah.......................................................... 5
1.3. Tujuan Penelitian.......................................................... 5
1.3.1. Tujuan Umum ........................................................ 5
1.3.2. Tujuan Khusus ........................................................ 5
1.4. Manfaat Penelitian........................................................ 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................... 7

2.1. Tinjauan Peneliti Pendahulu............................................ 8


2.2. Persalinan
2.2.1. Pengertian Persalinan. ............................................ 8
2.2.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan ....... 8
2.2.3. Tanda-Tanda Persalinan ......................................... 9
2.2.4. Proses Persalinan. ................................................... 12
2.3. Sectio Caesarea .................................................................. 13
2.4. Faktor yang berhubungan dengan tindakan Section
Caesarea pada ibu bersalin...........................................
....................................................................................... 20
2.5. Kerangka Konsep ............................................................... 25
2.6. Hipotesis Penelitian ............................................................ 25

BAB III METODE PENELITIAN.................................................... 26

3.1. Desain Penelitian ........................................................... 26


3.2. Lokasi Dan Waktu Penelitian ....................................... 26
3.3. Populasi dan Sample ..................................................... 27
3.4. Definisi Operasional dan Aspek Pengukuran................ 27
3.5. Metode Pengumpulan data ............................................ 28
3.6. Metode Pengolahan Data............................................... 29
3.7. Analisis Data.................................................................. 30

iv
DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

v
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Setiap wanita menginginkan persalinannya berjalan dengan lancar dan

dapat melahirkan bayinya dengan selamat. Ada dua cara persalinan yaitu

persalinan yaitu persalinan lewat vagina yang lebih dikenal dengan persalinan

alami dan persalinan caesar atau sectio caesarea yaitu tindakan operasi untuk

mengeluarkan bayi dengan melalui insisi pada dinding perut dan dinding rahim

dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 500 gram.

Tindakan sectio caesarea merupakan pilihan utama bagi tenaga medis

untuk menyelamatkan ibu dan janin. Ada beberapa indikasi untuk dilakukan

tindakan sectio caesarea adalah gawat janin, diproporsi sepalopelvik, persalinan

tidak maju, plasenta previa, prolapsus tali pusat, mal presentase janin/letak

lintang, panggul sempit dan preeklamsia.

Persalinan sectio caesarea dilakukan jika terjadi kemacetan pada

persalinan normal atau jika ada masalah pada proses persalinan yang dapat

mengancam nyawa ibu dan janin, artinya janin dan ibu dalam keadaan gawat

darurat dan hanya dapat diselamatkan jika persalinan dilakukan dengan jalan

operasi . Keadaan yang memerlukan persalinan sectio caesarea dengan indikasi

medis yaitu seperti gawat janin, kelainan pada tali pusat, berat badan bayi terlalu

besar atau bayi kembar, kelainan letak janin (sungsang dan melintang), ketuban

pecah dini, usia ibu hamil, hambatan jalan lahir dan riwayat seksio sebelumnya.

1
Persalinan sectio caesarea harus dilakukan dengan diagnosa medis karena

dapat berisiko kepada kematian ibu dan risiko komplikasi pada saat proses

persalinan.

Persalinan dengan operasi memiliki kemungkinan risiko 5 kali lebih besar

terjadi komplikasi dibandingkan persalinan normal. Angka Kematian Ibu (AKI)

dengan persalinan sectio caesarea sebesar 40-80 setiap 100.000 kelahiran hidup,

sementara risiko kematian ibu pada persalinan seksio sesarea meningkat 25 kali 2

dan risiko infeksi 80 kali lebih tinggi dibandingkan persalinan normal. Oleh

karena itu, seksio sesarea hanya dilakukan jika persalinan normal dapat

membahayakan ibu dan janinnya. Serta diperlukan penilaian dari para ahli bedah

seksio sesarea secara lengkap yang mengacu pada syarat-syarat pembedahan dan

pembiusan.

Seiring dengan berjalannya waktu serta berkembangnya kecanggihan

bidang ilmu kedokteran kebidanan, pandangan tersebut kemudian bergeser. Kini

seksio sesarea kadang menjadi alternatif persalinan tanpa pertimbangan medis.

Bahkan bagi sekelompok orang, seksio dianggap sebagai alternatif persalinan

yang mudah dan nyaman. Anggapan ini membuat mereka memilih persalinan

sectio caesarea dari pada persalinan alamiah, meskipun tanpa indikasi medis.

Menurut laporan World Health Organization (WHO) tahun 2014 Angka

Kematian Ibu (AKI) di dunia yaitu 289.000 jiwa. Beberapa negara memiliki AKI

cukup tinggi seperti Amerika Serikat yaitu 9300 jiwa, Afrika Utara 179.000 jiwa,

dan Asia Tenggara 16.000 jiwa. Angka kematian ibu di negara-negara Asia

Tenggara yaitu Indonesia 214 per 100.000 kelahiran hidup, Filipina 170 per
100.000 kelahiran hidup, Vietnam 160 per 100.000 kelahiran hidup, Thailand 44

per 100.000 kelahiran hidup, Brunei 60 per 100.000 kelahiran hidup, dan

Malaysia 39 per 100.000 kelahiran hidup.

Di Indonesia, bedah sesar hanya dilakukan atas dasar indikasi medis

tertentu dan kehamilan dengan komplikasi. Hasil Riskesdas 2013 menunjukkan

kelahiran bedah sesar sebesar 9,8 persen dengan proporsi tertinggi di DKI Jakarta

(19,9%) dan terendah di Sulawesi Tenggara (3,3%), sedangkan Sumatera Utara

menduduki peringkat ke tujuh kelahiran bedah sesar dari 33 povinsi di Indonesia.

Risiko kematian pada ibu dapat terjadi sejak awal kehamilan hingga pasca

persalinan atau nifas dengan resiko tertinggi terjadi pada periode persalinan. Fakta

menunjukkan bahwa upaya antenatal care (ANC) saja bagi ibu hamil tidak

sepenuhnya dapat menilai adanya resiko komplikasi obstetrik, karena adanya

resiko komplikasi persalinan yang timbul tanpa menunjukkan tanda – tanda

bahaya sebelumnya. Untuk itu diperlukan upaya lain yaitu menyediakan

pelayanan obstetrik emergensi, termasuk didalamnya tindakan bedah sesar.

Faktor penting untuk menurunkan AKI salah satunya persalinan yang di

tolong oleh tenaga kesehatan, tata laksana komplikasi secara umum belum

menunjukkan kontribusi untuk penurunan AKI, akan tetapi cakupan Sectio

Caesarea menunjukkan peran yang cukup penting. Angka kejadian Sectio

Caesarea pasien rawat jalan dan pasien rawat inap tingkat lanjut di rumah sakit

tahun 2012 adalah 606,797 dari 4.902.585 persalinan / sekitar 12,38 dari seluruh

persalinan. Departemen Kesehatan (DEPKES) RI mematok 20% total persalinan

yang ada.
Berdasarkan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Aprina di

Rumah Sakit Umum Daerah dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung Tahun

2013, menyatakan adanya faktor yang berhubungan dengan tindakan sectio

caesarea yaitu pada plasenta previa dengan sectio caesarea (p-value=0,000, OR=

3,30), partus tak maju dengan sectio caesarea (p-value= 0,000, OR= 24,533), dan

kelainan letak dengan sectio caesarea (p-value=0,000, OR= 3,996).

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Sumelung,

dkk5 di Rumah Sakit Umum Daerah Lieun Kendage Tahuna Sulawesi Utara

Tahun 2013, menyatakan adanya faktor yang berhubungan dengan tindakan sectio

caesarea yaitu pada gawat janin (31,14%), persalinan tidak maju (27,55%), pre

eklamsi (24,55%), dan panggul sempit (16,76%). Sedangkan hasil penelitian

terdahulu yang dilakukan oleh Salawati di Rumah Sakit Umum Daerah dr.

Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2013 menunjukkan hasil penelitian yang

menyatakan adanya faktor yang berhubungan dengan tindakan sectio caesarea

yaitu, riwayat sectio caesarea sebelumnya (41,30%), distosia bahu (6,52%),

plasenta previa (4,35%), ketuban pecah dini (40,43%) dan pre eklamsi (23,91%).

Sedangkan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Safitri di Rumah

Sakit Umum Haji Medan Tahun 2015, dari hasil penelitian ditemukan faktor yang

berhubungan dengan tindakan sectio caesarea yaitu, pada umur 20-35 (80%),

paritas 2 (40%), riwayat persalinan yang lalu paling banyak di temukan pada

persalinan sectio caesarea (80%), dan penyulit persalinan paling banyak di

temukan pada panggul sempit (46%).


Berdasarkan hasil penelitian yang telah peneliti lakukan di RSU Haji

Medan banyaknya ibu bersalin pada bulan Januari-Juli 2019 yaitu berjumlah 222

orang, dan dengan persalinan sectio caesarea berjumlah 163 orang (73%), ini

menunjukkan bahwa tingginya angka persalinan secara sectio caesarea di Rumah

Sakit Tahun 2020.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian dalam bentuk skripsi dengan judul “Faktor yang

Berhubungan dengan Tindakan Sectio Caesarea pada Ibu Bersalin di Rumah

Sakit Tahun 2020”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, rumusan masalah penelitian ini

adalah apa saja faktor yang berhubungan dengan tindakan sectio caesarea pada

ibu bersalin di Rumah Sakit Tahun 2020.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor yang

berhubungan dengan tindakan sectio caesarea pada ibu bersalin di Rumah Sakit

Tahun 2020.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Bagi Instansi Rumah Sakit

Penelitian ini dapat di gunakan sebagai salah satu informasi bagi

Rumah Sakit.
2. Bagi Institusi Pendidikan

Dapat dijadikan sebagai penambah referensi bagi perpustakaan STIKes

Senior Medan, serta agar dapat di jadikan masukan dan di kembangkan

sebagai penelitian selanjutnya.

3. Bagi Penulis

Penelitian ini dapat di gunakan untuk menambah wawasan dan

pengetahuan penulis tentang faktor yang berhubungan dengan tindakan

sectio caesarea pada ibu bersalin.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Peneliti Terdahulu

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Mulyawati

yang berjudul “Faktor Tindakan Persalinan Operasi Sectio Caesarea”. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa jumlah persalinan sectio caesarea meningkat

66,91% dari 792 persalinan yaitu sebanyak 530 persalinan sectio caesarea. Uji

statistik menunjukkan ada hubungan antara usia ibu (0,022), dan paritas (0,001) di

RSI YAKSSI Gemolong Kabupaten Sragen (Mulyawati, 2017).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ayunda yang berjudul “Faktor yang

Berhubungan dengan Persalinan Sectio Caesarea” . Hasil penelitian menunjukkan

yaitu indikasi bayi yaitu gawat janin (OR 11,95; 95% CI 1,31-108,94), indikasi

ibu yaitu Ketuban pecah dini (OR 4,18; 95%CI 1,06-16,50) dan Pre-eklamsi (OR

7,13; 95% CI 2,38-21,32). Uji statistik menunjukkan adanya hubungan antara

gawat janin, ketuban pecah dini dan pre-eklamsi dengan persalinan sectio

caesarea.

Data penelitian yang juga dilakukan oleh Chairani yang berjudul

“Karakteristik Ibu Bersalin dengan Sectio Caesarea di Rumah Sakit”. Hasil

penelitian di peroleh bahwa dari 109 orang ibu bersalin dengan sectio caesarea

yang terdiri dari umur ibu paling banyak di temukan pada umur 20-35 tahun yaitu

sebanyak 92 orang (84,40%), berdasarkan paritas paling banyak di temukan pada

paritas scoundigravida yaitu sebanyak 47 orang (43,1%), berdasarkan riwayat

7
8

persalinan yang lalu paling banyak di temukan pada sectio caesarea yaitu

sebanyak 72 orang (66,1%) (Chairani, 2017).

2.2. Persalinan

2.2.1. Pengertian Persalinan

Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin+uri) yang

dapat hidup ke dunia luar, dari rahim melalui jalan lahir atau dengan jalan lain.

Menurut Mochtar (2017), cara persalinan ada 2 yaitu:

1. Partus biasa (normal), disebut juga partus spontan, adalah proses lahirnya bayi

dengan letak belakang kepala, dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat-

alat, serta tidak melukai ibu dan bayi, yang umumnya berlangsung kurang dai

24 jam.

2. Partus abnormal, ialah persalinan pervaginam dengan bantuan alat-alat atau

melalui dinding perut dengan operasi seksio sesarea.

2.2.2. Faktor yang Mempengaruhi Persalinan

Faktor yang mempengaruhi persalinan yaitu sebagai berikut:

1) Power atau tenaga mengedan ibu

Adalah frekuensi, lamanya dan kekuatan dari kontraksi uterus yang dapat

mengakibatkan tertarik dan terbukanya serviks secara komplet.

2) Passage (jalan lahir)

Merupakan bagian tulang panggul, servik, vagina dan dasar panggul

(displacement).
9

3) Passenger atau janin, plasenta, selaput air ketuban

(1) Bentuk ukuran kepala janin, kemampuan kepala untuk melewati jalan

lahir.

(2) Presentasi janin dan bagian janin yang terletak pada bagian depan jalan

lahir, seperti : presentasi kepala (verteks, muka, dahi), presentasi bokong

(bokong murni)/ frenk breech, bokong kaki (complete breech) letak lutut

atau letak kaki (incomplete breech), presentasi bahu (letak lintang).

(3) Sikap janin, hubungan bagian janin (kepala) dengan bagian janin lainnya

(badan), misalnya fleksis, defleksi, dll.

(4) Posisi janin, hubungan penentu dari bagian terendah janin dengan panggul

ibu.

4) Position atau posisi

Secara teoritis posisi ibu sangat menentukan dalam proses persalinan.

5) Psychologic atau psikologi

Adalah kondisi psikis ibu, tersedianya dorongan positif, persiapan persalinan,

pengalaman yang lalu dan strategi adaptasi.

2.2.3. Tanda-Tanda Persalinan

Tanda persalinan dikategorikan sebagai tanda kemungkinan, tanda awal

dan tanda positif. Kategori ini membantu memutuskan kapan ibu benar-benar

mengalami persalinan. Perhatikan bahwa tidak semua tanda ini mungkin di alami

dan bahwa tanda-tanda tersebut tidak harus terjadi berurutan (Sulistya, A. (2017)).
10

1) Tanda Kemungkinan Persalinan

Tanda kemungkinan persalinan adalah bisa atau tidak menjadi awal dari

persalinan diantaranya yaitu:

(1) Sakit pinggang

Nyeri yang merasa, ringan, mengganggu dapat hilang timbul dapat

disebabkan oleh kontraksi dini.

(2) Kram pada perut bagian bawah

Seperti kram menstruasi, dapat disertai rasa nyaman di paha. Dapat terus

menerus atau terputus.

(3) Tinja yang lunak

(4) Buang air beberapa kali dalam beberapa jam, dapat disertai dengan kram

perut atau gangguan pencernaan.

(5) Desakan untuk bebenah

Lonjakan energi yang mendadak menyebabkan anda banyak melakukan

aktivitas ekstra ini sebagai tanda bahwa mempunyai kekuatan dan stamina

untuk menjalani persalinan, cobalah menghindari aktifitas yang melelahkan.

2) Tanda Awal Persalinan

Tanda awal persalinan diantaranya yaitu:

(1) Kontraksi yang tidak berkembang

Kontraksi cenderung mempunyai panjang kekuatan dan frekuensi yang sama.

Kontraksi pra persalinan ini dapat berlangsung singkat atau terus menerus

selama beberapa jam sebelum berhenti atau terus menerus selama beberapa

jam sebelum berhenti atau mulai berkembang.


11

Menyebabkan pelunakan dan penipisan dari leher rahim, meskipun sebagian

besar pembukaan belum terjadi sampai nanti anda mengalami tanda positif.

(2) Keluar darah

Aliran lendir yang bernoda darah dari vagina. Dikaitkan dengan penipisan

dan pembukaan awal dari leher rahim, dapat berlangsung beberapa hari

sebelum tanda lain atau baru muncul setelah kontraksi persalinan yang

berkembang dimulai, berlanjut sepanjang persalinan.

(3) Rembesan cairan ketuban dari vagina

3) Tanda Positif Persalinan

Tanda positif persalinan diantaranya yaitu:

(1) Kontraksi yang berkembang

Menjadi lebih lama, lebih kuat, dan atau lebih dekat  jaraknya bersama

dengan jalannya waktu, biasa disebut “sakit” atau “sangat kuat” dan terasa

didaerah perut pinggang atau keduanya. Leher rahim yang melebar ini, tidak

berkurang oleh aktifitas yang dilakukan oleh calon ibu dan tidak mereda

karena perubahan aktifitas, gunakan catatan persalinan awal untuk

menentukan pola kontraksi.

(2) Aliran cairan ketuban yang deras dari vagina

Disebabkan oleh robekan membran yang besar (ROM). Sering disertai atau

segera diikuti dengan kontraksi yang berkembang. Tanda ini tidak dirasa oleh

calon ini, tetapi dapat dilihat pada pemeriksaan vagina.


12

2.2.4. Proses Persalinan

Menurut Mochtar proses persalinan terdiri dari 4 kala, yaitu:

1) Kala I

Adalah waktu untuk pembukaan serviks sampai menjadi pembukaan

lengkap 10 cm. Ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah (bloody show)

karena serviks mulai membuka (dilatasi) dan mendatar (effacement). Darah

berasal dari pecahnya pembuluh darah kapiler di sekitar kanalis servikalis akibat

pergeseran ketika serviks mendatar dan membuka.

Kala pembukaan dibagi atas 2 fase yaitu:

(1) Fase laten: pembukaan serviks yang berlangsunglamabt sampai

pembukaan 3 cm, lamanya 7-8 jam.

(2) Fase aktif: berlangsung selama 6 jam dan dibagi atas 3 subfase, yaitu:

Periode akselerasi: berlangsung 2 jam, pembukaan menjadi 4 cm, Periode

dilatasi maksimal: selama 2 jam, pembukaan berlangsung cepat menjadi 9

cm, dan Periode deselerasi: berlangsung lambat, dalam waktu 2 jam

pembukaan menjadi 10 cm (lengkap).

2) Kala II

Adalah kala pengeluaran janin, seaktu uterus dengan kekuatan his

ditambah kekuatan mengedan mendorong janin keluar hingga lahir. Pada kala

pengeluaran janin , his terkoordinasi, kuat, cepat, dan lebih lama, kira-kira 2-3

menit sekali. Kepala janin telah turun dan masuk ke ruang panggul sehingga

terjadilah tekanan pada otot-otot dasar panggul yang melalui lengkung refleks

menimbulkan rasa mengedan. Karena tekanan pada rektum, ibu merasa seperti
13

mau buang air besar, dengan tanda anus terbuka. Pada waktu his, kepala janin

mulai kelihatan, vulva membuka, dan perineum meregang. Dengan his dan

mengedan yang terpimpin, akan lahir kepala, diikuti oleh seluruh badan janin.

Kala II pada primi berlangsung selama 1-2 jam, pada multi 1 jam.

3) Kala III

Adalah waktu untuk pelepasan dan pengeluaran uri. Setelah bayi lahir,

kontraksi rahim beristirahat sebentar. Uterus teraba keras dengan fundus uteri

setinggi puast, dan berisi plasenta yang menjadi dua kali lebih tebal dari

sebelumnya. Beberapa saat kemudian, timbul his pelepasan dan uri. Dalam waktu

5-10 menit, seluruh plasenta terlepas, terdorong ke dalam vagina dan akan lahir

spontan atau dengan sedikit dorongan dari atas simfisis atau fundus uteri. Seluruh

proses biasanya berlangsung selama 5-30 menit setelah bayi lahir. Pengeluaran

plasenta disertai dengan pengeluaran darah kira-kira 100-200 cc.

4) Kala IV

Mulai dari lahirnya uri, selama 1-2 jam/kala pengawasan. Setelah bayi dan

uri lahir untuk mengamati keadaan ibu, terutama terhadap bahaya perdarahan

postpartum.

2.3. Sectio Caesarea

2.3.1. Pengertian Sectio Caesarea

Istilah sectio caesarea berasal dari perkataan Latin caedere yang artinya

memotong. Pengertian ini semula dijumpai dalam Roman Law (Lex Regia) dan

Emperor’s Law (Lex Caesarea), yaitu undang-undang yang menghendaki supaya


14

janin dalam kandungan ibu-ibu yang meninggal harus dikeluarkan dari dalam

rahim (Cunningham, F. G. (2016)).

Sectio caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat

sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut, seksio sesarea juga

dapat didefinisikan sebagai suatu histeretomi untuk melahirkan janin dari dalam

rahim.

Menurut Jitowiyono, dkk Sectio Caesaria adalah suatu pembedahan guna

melahirkan janin lewat insisi pada dinding abdomen dan uterus persalinan buatan,

sehingga janin dilahirkan melalui perut dan dinding perut dan dinding rahim agar

anak lahir dengan keadaan utuh dan sehat.

2.3.2. Indikasi Persalinan Sectio Caesarea

Indikasi yang menyebabkan tindakan operasi sectio caesaria (Putri, A. P.

(2016, Juli)) adalah :

1) Indikasi Ibu

Indikasi dari ibu diantaranya yaitu:

(1) Umur

Pada umur kurang dari 20 tahun rahim dan panggul ibu belum

berkembang dengan baik. Hal ini dapat menimbulkan kesulitan persalinan.

Kehamilan pada usia muda diduga berpengaruh terhadap terjadinya

keracunan kehamilan (Pre-eklampsi dan eklampsi). Umur 26-35 tahun

adalah usia yang paling tepat bagi wanita untuk mempunyai anak. Mereka

juga lebih siap untuk bersalin secara alami. Risiko mengalami keguguran

juga kecil. Ibu yang melahirkan untuk pertama kalinya diatas 35 tahun,
15

memiliki resiko melahirkan dengan Secsio Caesarea karena pada umur

tersebut ibu memilki penyakit beresiko seperti hipertensi, jantung, DM,

dan Preeklampsia.

(2) Disproporsi Cephalopelvik

Ukuran panggul yang sempit dan tidak proporsional dengan ukuran janin

menimbulkan kesulitan dalam persalinan pervaginam. Panggul sempit

lebih sering pada wanita dengan tinggi badan kurang dari 145 cm.Dalam

kasus disproporsi cephalopelvik, jika kepala janin belum masuk ke dalam

pintu atas panggul pada saat aterm, kemungkinan akan dilakukan caesar

karena risiko terhadap janin semakin besar kalau persalinan semakin maju.

(3) Hambatan Jalan Lahir

Adanya gangguan dari jalan lahir, misalnya: jalan lahir yang kaku

sehingga tidak memungkinkan adanya pembukaan, adanya tumor atau

kelainan bawaan pada jalan lahir, tali pusat pendek, dan ibu sulit bernapas.

Gangguan jalan lahir bisa juga terjadi karena ada mioma atau tumor.

Keadaan ini menyebabkan persalinan terhambat atau macet, yang disebut

distosia.

(4) Kelainan Kontraksi Rahim

Jika kontraksi rahim lemah dan tidak terkoordinasi (inkordinate uterine

action) atau tidak elastisnya leher rahim sehingga tidak dapat melebar pada

proses persalinan menyebabkan kepala bayi tidak terdorong dan tidak

dapat melewati jalan lahir dengan lancar.


16

(5) Ketuban Pecah Dini

Didefinisikan sebagai pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan.

Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum

waktunya melahirkan. KPD merupakan salah satu alasan utama untuk

dilakukan bedah caesar. Pada saat selaput ketuban pecah (atau lebih

akurat bocor), tidak ada informasi yang berguna yang dapat ditemukan

dalam buku kecuali bahwa Anda harus langsung pergi ke rumah sakit.

Meskipun tidak ada tanda-tanda infeksi baik dalam ibu atau bayi,

seringkali dokter mengatakan kepada klien bahwa bayinya dapat mati jika

ibu tidak menyetujui operasi.

(6) Masalah Kesehatan Ibu

Di antaranya yaitu preeklamsia, kencing manis, herpes, penderita

HIV/AIDS, penyakit jantung, penyakit paru kronik, atau tumor rahim

(mioma) yang ukurannya besar atau menutupi jalan lahir, kista yang

menghalangi turunnya janin, serta berbagai keadaan lain merupakan hal-

hal yang menyebabkan operasi caesar lebih diutamakan.

2) Indikasi Janin

(1) Janin Besar

Janin besar adalah bila berat badan melebihi dari 4.000 gram

menyebabkan bayi sulit keluar dari jalan lahir.

(2) Kelainan Letak

1. Letak Sungsang
17

Keadaan janin yang letaknya memanjang (membujur) dalam rahim,

kepala berada di fundus dan bokong di bawah.

2. Letak Lintang

Adalah bila sumbu memanjang janin menyilang sumbu memanjang ibu

secara tegak lurus atau mendekati 90 derajat.

(3) Gawat Janin

Gawat janin dalam persalinan adalah adanya denyut jantung janin kurang

dari 100 per menit atau lebih dari 180 per menit. Diagnosis saat persalinan

didasarkan pada denyut jantung janin yang abnormal. Diagnosis yang lebih

pasti jika disertai oleh air ketuban hijau dan kental atau sedikit.

(4) Kelainan Plasenta

1. Plasenta Previa

Adalah plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen bawah

rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri internum.

2. Solusio Plasenta

Suatu kedaan dimana plasenta yang letaknya normal terlepas dari

perlekatannya sebelum janin lahir. Biasanya dihitung sejak kehamilan

28 minggu.

(5) Prolaps Tali Pusat

Yakni jika tali pusat keluar melalui mulut rahim, dia bisa terjepit, sehingga

suplai darah dan oksigen kejanin berkurang. Keadaan ini berbahaya jika

janin dilahirkan secara normal lewat vagina, sehingga perlu tindakan

operasi caesar segera.


18

(6) Kehamilan Kembar

Dilihat presentasi terbawah pada janin apakah kepala, bokong, atau

melintang. Masih mungkin dilakukan persalinan pervaginam jika

persentasi kedua janin adalah kepala-kepala. Namun, dipikirkan utnuk

melakukan caesar pada kasus janin pertama/terbawah selain presentasi

kepala. Pada USG juga dilihat apakah masing-masing janin memiliki

kantong ketuban sendiri-sendiri yang terpisah, atau keduanya hanya

memiliki satu kantong ketuban. Pada kasus kehamilan kembar dengan

janin hanya memiliki satu kantong ketuban, risiko untuk saling

mengait/menyangkut satu sama lain terjadi lebih tinggi, sehingga perlu

dilakukan caesar terencana. Pada kehamilan ganda dengan jumlah janin

lebih dari dua (misal 3 atau lebih), disarankan untuk melakukan operasi

caesar terencana.

(7) Masalah Kesehatan Janin

Misalnya pada janin dengan oligohidramnion (cairan ketuban sedikit) atau

janin dengan gangguan perkembangan.

2.3.3. Jenis-Jenis Sectio Caesarea

Jenis-jenis sectio caesarea diantaranya yaitu:

1) Sectio Caesarea Klasik (Korporal)

Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri kira-kira

sepanjang 10 cm. Seksio secara klasik di gunakan hanya pada kasus darurat

atau jika terjadi obstruksi/sumbatan (plasenta/fibroid) di segmen bawah.

2) Sectio Caesarea Ismika (Profunda)


19

Dilakukan dengan membuat sayatan melintang-konkaf pada segmen bawah

rahim (low cervical transversal) kira-kira sepanjang 10 cm. Segmen bawah

lebih tipis dan tidak memiliki banyak pembuluh darah, oleh sebab itu

kehilangan darah lebih sedikit, dengan pemulihan lebih baik dan angka

infeksi lebih rendah. Secara kosmetik, jaringan parut “garis bikini” lebih jelas

dan dapat diterima oleh wanita.

3) Sectio Caesarea Ekstraperitonealis

Sectio Caesarea tanpa membuka peritonium perietale, dengan demikian, tidak

membuka kavum abdominis.

Menurut Jitowiyono, dkk sayatan pada rahim, sectio caesarea dapat

dilakukan sebagai berikut:

(1) Sayatan memanjang (longidutinal) menurut Kronig.

(2) Sayatan melintang (transversal) menurut Kerr.

(3) Sayatan huruf T (T-incision) (Mochtar, Rustam, 1992).

Resiko Persalinan sesar bagi Sang Bayi:

a. Risiko tersayatnya bayi saat operasi. Hal ini bisa disebabkan karena

habisnya air ketuban membuat volume ruang dalam rahim menyusut

sehingga ruang gerak bayi berkurang dan lebih mudah terjangkau pisau

bedah. Selain itu, semburan darah saat opersi membuat bayi sulit terlihat.

b. Bayi yang lahir melalui caesar cenderung membuat napasnya cepat dan

tidak teratur, karena bayi tidak mengalami tekanan saat lahir seperti bayi

yang lahir normal, sehingga cairan paru-parunya tidak bisa keluar.

Masalah pernapasan ini dapat terjadi sampai beberapa hari setelah lahir.
20

2.3.4. Komplikasi Seksio Caesarea

Menurut Mochtar, yaitu sebagai berikut:

1) Infeksi Puerperal (nifas)

(1) Ringan; dengan kenaikan suhu beberapa hari saja,

(2) Sedang; dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi, disertai dehidrasi dan

perut sedikit kembung.

(3) Berat: dengan peritonitis, sepsis dan ileus paralitik. Infeksi berat sering

kita jumpai pada partus terlantar, sebelum timbul infeksi nifas, telah

terjadi infeksi intra partum karena ketuban yang telah pecah terlalu lama.

2) Perdarahan karena:

(1) Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka,

(2) Atonia uteri

3) Kerusakan/memar selama pembedahan mungkin terjadi dan dapat mencakup

kandung kemih dan ureter. Infeksi saluran kemih dapat terjadi atau trauma

saluran kemih dapat menyebabkan fistula dan kebocoran urine.

4) Terdapat risiko infeksi, endometritis, atau rusaknya luka.

5) Kemungkinan ruptur uteri spontan pada kehamilan mendatang.

2.3.5. Perawatan Setelah Operasi

Perawatan pertama yang dilakukan setelah selesai operasi adalah

pembalutan luka (wound dressing) dengan baik. Sebelum pasien di pindahkan dari

kamar operasi, hendaklah tanda-tanda vital, yaitu tekanan darah, nadi, pernapasan,
21

jantung, jumlah cairan yang masuk dan keluar, dan sebagainya, diukur dan dicatat.

Luka pascaoperasi dapat diolesi salep antibiotik, lalu ditutup dengan plester

plastik sekali pakai (disposable), yang salah satunya dikenal di pasaran dengan

nama dagang Tegaderm. Penggunaan plester plastik tersebut sangat memudahkan

pasien karena pasien dapat mandi meskipun plester baru dibuka pada hari ketujuh

atau hari kedelapan. Akan tetapi, perlu diperhatikan adanya rembesan darah atau

eksudat di kain kasa. Jika gambaran serapan darah atau eksudat melebar, perlu

dipertimbangkan untuk mengganti perban lebih cepat.

Mobilisasi segera, tahap demi tahap, sangat berguna untuk membantu

penyembuhan pasien. Pasien yang mendapat anestesi spinal boleh duduk setelah

24 jam. Akan tetapi, selama periode tersebut, pasien boleh miring ke kanan atau

ke kiri, serta boleh melipat kaki agar aliran darah menjadi lancar. Pada hari kedua,

pasien belajar berjalan dan apabila telah mampu berjalan ke kamar mandi, kateter

urin sudah dapat dilepas, dan pasien boleh pulang pada hari ketiga atau keempat.

Perawatan selanjutnya, pasien dianjurkan untuk datang kontrol luka pada

hari ketujuh atau kedelapan. Kunjungan dilakukan lebih cepat apabila ada hal-hal

khusus, seperti nyeri berlebihan, terbukanya perban, atau ada perembesan darah.

Pasien diingatkan untuk segera mengikuti program Keluarga Berencana

segera sesudah masa nifas 42 hari terlewati.

2.4. Faktor yang Berhubungan dengan Tindakan Sectio Caesarea pada Ibu
Bersalin

2.4.1. Umur

Umur ibu turut menentukan kesehatan maternal dan sangat berhubungan

erat dengan kondisi kehamilan, persalinan dan nifas serta bayinya. Umur kurang
22

dari 20 tahun memiliki suatu kondisi ibu terlalu muda untuk hamil dimana organ-

organ reproduksi dan emosional berkurang, sedangkan umur 20-35 tahun

merupakan suatu periode usia yang paling baik untuk reproduksi dimana organ-

organ reproduksi sudah matang dan siap menerima kehamilan atau melahirkan

anak. Dan pada umur lebih dari 35 tahun kondisi ibu terlalu tua hamil dan sering

timbul masalah kesehatan seperti hipertensi, diabetes melitus, anemia, penyakit-

penyakit kronis lainnya dimana organ-organ reproduksi sudah mulai menurun

serta penyulit-penyulit persalinan lainnya.

Di Indonesia perkawinan usia muda ukup tinggi, terutama di daerah

pedesaan. Perkawinan usia muda biasanya tidak disertai dengan persiapan

pengetahuan reproduksi yang matang dan tidak pula disertai kemampuan

mengakses pelayanan kesehatan karena peristiwa hamil dan melahirkan belum

dianggap sebagai suatu keadaan yang harus dikonsultasikan ke tenaga kesehatan.

2.4.2. Berat Badan Bayi Lahir

Berat badan adalah ukuran indeks gizi dan pertumbuhan yang

menggambarkan jumlah protein, lemak, air, dan mineral pada tulang. Sedangkan

bayi baru lahir adalah bayi yang baru lahir selama satu jam pertama kelahiran

sampai usia 4 minggu. Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan

bahwa berat badan bayi baru lahir adalah ukuran indeks gizi yang

menggambarkan jumlah dari protein, lemak, air, dan mineral pada tulang bayi dari

lahir sampai usia 4 minggu.

Klasifikasi menurut berat lahir yaitu :

1) Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)


23

Adalah bayi yang dilahirkan dengan berat lahir < 2.500 gram.

2) Bayi Berat Lahir Cukup/Normal

Adalah bayi yang dilahirkan dengan berat lahir 2.500-4.000 gram.

3) Bayi Berat Lahir Lebih

Adalah bayi yang dilahirkan dengan berat lahir > 4.000 gram

Indikasi berat bayi dapat mengakibatkan tindakan bedah caesar, dikatakan

janin besar yaitu taksiran diatas 4.000 gram. Ada beberapa faktor ibu yang

menyebabkan bayi besar, yaitu ibu dengan diabetes, kehamilan post-term, obesitas

pada ibu, dan lain-lain. Untuk mencegah trauma lahir, maka bedah sesar harus

ditawarkan pada penderita diabetes dengan taksiran berat janin lebih dari 4500

gram dan pada wanita non diabetes dengan taksran berat janin lebih dari 5000

gram. Sedangkan janin dengan ukuran kurang dari 4.000 gram dilahirkan dengan

operasi. Dengan berat janin yang diperkirakan sama, tetapi terjadi pada ibu yang

berbeda, misalnya untuk panggul ibu yang terlalu sempit, berat badan janin 3 kg

sudah dianggap besar karena bayi tidak dapat lewat jalan lahir. Demikian pula

pada posisi sungsang dengan berat janin lebih dari 3,6 kg sudah bisa dianggap

besar sehingga perlu dilakukan kelahiran dengan operasi.

2.4.3. Paritas

Paritas adalah jumlah anak yang dilahirkan oleh seorang wanita.

Paritas menunjukkan jumlah kehamilan terdahulu yang telah mencapai

batas viabilitas dan tidak melihat janinnya hidup atau mati saat dilahirkan
24

serta tanpa mengingat jumlah anaknya. Artinya kelahiran kembar tiga

hanya di hitung satu paritas. Persalinan lebih dari 4 kali akan menjadi

faktor resiko bagi ibu selama kehamilan, persalinan dan nifas.

Paritas merupakan faktor penting yang menunjang keberhasilan

kehamilan dan persalinan. Ibu yang sering melahirkan memiliki risiko

komplikasi persalinan pada pada kehamilan berikutnya apabila tidak

memperhatikan kebutuhan nutrisi. Pada paritas lebih dari empat keadaan

rahim biasanya sudah lemah yang dapat menimbulkan persalinan lama dan

perdarahan saat kehamilan. Paritas juga merupakan suatu faktor yang

bermakna dalam kejadian pelahiran sesar. Serta jumlah kehamilan yang

menghasilkan janin yang mampu hidup diluar rahim.

2.4.4. Riwayat Persalinan Lalu

Persalinan sectio caesarea dengan irisan perut dan rahim secara

vertikal membuat ibu hamil rentan mengalami perobekan pada rahim saat

mengejan pada proses persalinan normal yang dapat berpotensi

menyebabkan perdarahan. Oleh karena itu, untuk menghindari morbiditas

dan mortalitas pada ibu dengan riwayat sectio caesarea, maka persalinan

sectio caesarea menjadi pilihan.

Lebih dari 85% sectio caesarea di sebabkan karena adanya riwayat

sectio caesarea sebelumnya, salah satunya di sebabkan distosia persalinan,

gawat janin, presentasi bokong. Riwayat persalinan lalu dengan

menggunakan sectio caesarea yaitu dimana persalinan, atau ada penyulit

yang harus melahirkan sectio caesarea seperti panggul terlalu sempit


25

sehingga sulit untuk mengeluarkan janin secara normal, janin terlalu besar,

janin melintang dan ada juga riwayat sectio caesarea lebih dari satu kali.

2.5. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah alur penelitian yang memperlihatkan

variabel – variabel yang mempengaruhi dan yang dipengaruhi. Adapun

kerangka konsep penelitian ini adalah :

Variabel Independent Variabel Dependent


1. Umur
2. Berat Badan Bayi Lahir Sectio Caesarea
3. Paritas
4. Riwayat Persalinan Lalu

Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian

2.6. Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian ini yaitu: adanya hubungan faktor umur, berat

badan bayi lahir, paritas, dan riwayat persalinan lalu dengan tindakan

sectio cesarea pada ibu bersalin di Rumah Sakit Tahun 2020.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan bagian penelitian yang berisi uraian – uraian

tentang gambaran alur penelitian yang menggambarkan pola pikir peneliti dalam

melakukan penelitian. Desain penelitian yang digunakan survei analitik dengan

menggunakan pendekatan Cross Sectional yang bertujuan untuk mengetahui

faktor yang berhubungan dengan tindakan sectio caesarea pada ibu bersalin di

Rumah Sakit Tahun 2020.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah tempat di mana penelitian dilaksanakan. Lokasi

penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit, karena mempunyai pencatatan dan

pelaporan yang lengkap serta bisa di jadikan tempat penelitian.

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan mulai dari bulan November 2019 s/d bulan

Februari 2020 dan dalam kurun waktu tersebut dilakukan dengan kegiatan

mengajukan judul, mengumpulkan data, perbaikan, penelitian, pengumpulan data,

pengolahan dan analisis data, hasil penelitian, konsultasi dan sidang proposal

26
27

3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi

Populasi yang menjadi sasaran penelitian berhubungan dengan

sekelompok subjek, baik manusia, gejala, nilai tes benda-benda, ataupun

peristiwa. Populasi penelitian ini seluruh ibu yang bersalin di Rumah Sakit Tahun

2020 yang berjumlah 122 orang.

3.3.2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut. Teknik pengambilan sampel adalah dengan cara Total Populasi

3.4. Definisi Operasional dan Aspek Pengukuran

3.4.1. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah batasan yang digunakan untuk mendefinisikan

variabel–variabel atau faktor–faktor yang diteliti. Adapun definisi operasional dari

penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1) Umur adalah waktu yang terhitung sejak lahir hingga ulang tahun terakhir.

2) Berat badan bayi lahir adalah ukuran yang dipakai untuk menilai keadaan

suatu gizi bayi.

3) Paritas adalah jumlah anak yang dilahirkan ibu baik hidup maupun

meninggal.

4) Riwayat persalinan lalu adalah cara persalinan yang dialami oleh ibu pada

kehamilan sebelumnya.

5) Sectio caesarea adalah suatu cara melahirkan dengan membuat sayatan pada

dinding uterus melalui dinding depan perut.


28

3.4.2. Aspek Pengukuran

Pada bagian ini peneliti menuliskan aspek pengukuran yang digunakan

pada penelitian, meliputi: nama variabel, alat ukur, kategori, dan jenis skala ukur

yang digunakan untuk menilai suatu variabel.

Tabel 3.1.
Aspek Pengukuran Variabel Independen (X variable) dan Dependen (Y variable)
Jenis
No Nama Variabel Kategori
Skala Ukur
Variabel X
1. Umur 0. < 20 tahun Ordinal
1. 20-35 tahun
2. > 35 tahun
2. Berat Badan Bayi 0. < 2.500 gram Ordinal
Lahir 1. 2.500-4.000 gram
2. > 4.000 gram

3. Paritas 0. Paritas 1 Ordinal


1. Paritas 2-3
2. Paritas ≥3
4. Riwayat Persalinan 0. Belum Pernah Bersalin Ordinal
Lalu 1. Persalinan normal
2. Persalinan sectio
caesarea

Variabel Y
5. Sectio Caesarea 0.Tidak sectio caesarea Ordinal
1. Sectio caesarea

3.5. Metode Pengumpulan Data

3.5.1. Jenis Data

1) Data Sekunder

Data sekunder dalam penelitian ini adalah catatan pada rekam medik dari

status pasien di Rumah Sakit Tahun 2020.


29

3.5.2. Teknik Pengumpulan Data

1) Data Sekunder

Teknik pengumpulan data sekunder dalam penelitian ini yaitu dengan cara

mendatangi ruangan pihak rekam medik untuk meminta catatan pada rekam

medik dari status pasien di Rumah Sakit Tahun 2020.

3.6. Metode Pengolahan Data

Data yang terkumpul diolah dengan menggunakan komputerisasi dengan

langkah – langkah sebagai berikut:

1) Collecting

Mengumpulkan data yang berasal dari kuesioner, angket maupun observasi.

2) Checking

Memeriksa kelengkapan jawaban kuesioner atau lembar observasi dengan

tujuan agar data diolah secara benar sehingga pengolahan data memberikan

hasil yang valid dan realibel; dan terhindar dari bias.

3) Coding

Memberikan kode pada variabel – variabel yang diteliti seperti 1,2,3, . . .,42

atau merubah data berbentuk huruf menjadi data berbentuk angka/bilangan.

Misalnya untuk variabel umur dilakukan coding 0 = beresiko, 1 = tidak

beresiko. Kegunaan coding ini adalah untuk mempermudah pada saat analisis

data dan juga mempercepat saat enty data.

4) Entering
30

Data entry, yakni jabawan – jawaban dari masing – masing responden yang

masih dalam bentuk “kode” (angka atau huruf) dimasukkan ke dalam

program komputer yang digunakan.

5) Data Processing

Semua data yang telah di input kedalam aplikasi komputer akan diolah sesuai

dengan kebutuhan dari penelitian.

3.7. Analisis Data

Disini diuraikan langkah-langkah dalam mengolah data dan teknik-teknik

dalam menganalisis data.

3.7.1. Analisis Univariat

Analisis univarat digunakan untuk mendeskripsikan data yang dilakukan

pada tiap variabel dari hasil penelitian.

3.7.2. Analisis Bivariat

Analisis ini dilakukan dengan menghubungkan variabel independen dan

variabel dpenden. Tujuannya adalah untuk melihat adanya hubungan yang

disignifikan antara variabel independen dan variabel dependen. Uji statistik yang

digunakan adalah uji statistik Chi-square. Pada batas kemaknaan perhitungan

statistik p value (0,05). Apabila hasil perhitungan menunjukkan nilai p < p value

(0,05) maka dikatakan (Ho) ditolak dan Ha diterima, artinya kedua variabel secara

statistik mempunyai hubungan yang signifikan.

Anda mungkin juga menyukai