Anda di halaman 1dari 9

Nama : Phentel Harry Rhamadhan

NIM : 190514650025

Prodi : S1 Teknik Mesin

Offering : E2

Judul Jurnal : “Biokomposit Starch – Nanoclay: Sintesis dan Karakterisasi”

Judul : Biokomposit Starch – Nanoclay: Sintesis dan Karakterisasi

Volume : Vol. 1, No 1, Juli 2019

Tahun : 2019

Penulis : Dr. Heru Sur yanto, ST., MT., IPM

Reviewer : Phentel Harry Rhamadhan

Tanggal : 5 April 2020

BAB 2
POLIMER MATRIK KOMPOSIT

2.1 Polimer Komposit

Polimer komposit dibuat dari kombinasi polimer dan bahan pengisi material anorganik,
sintetis atau alami. Filler digunakan untuk meningkatkan sifat yang di inginkan dan mengurangi
biaya. Komposit polimer dapat meningkatkan sifat mekanis, sifat ketahanan panas, penghalang
(barrier) gas dan api secara luas digunakan dalam jumlah yang sangat besar di berbagai aplikasi.

Sifat-sifat akhir polimer komposit diperkuat serat dipengaruhi oleh jenis serat, kandungan
komponen, dimensi komponen, mikro struktur komposit, dan interaksi antarmuka antara matrik
dan fase yang tersebar. Aspek rasio pengisi sangat penting dan penting untuk meningkatkan sifat
komposit seperti sifat listrik, sifat mekanik, dan sifat termal. Komposit polimer dengan aspek rasio
tinggi adalah pengisi dengan ukuran nano seperti nanoclay, karbon nanotube dan nanofiber
menjadi perhatian karena sifat multifungsi dan sangat bisa ditingkatkan kinerjanya. Polimer
nanokomposit adalah kelas baru hibrida bahan dalam kategori ini.
2.2 Polimer Nanokomposit

Nanokomposit didefinisikan sebagai bahan komposit di mana setidaknya satu komponen


merupakan penguat setidaknya satu dimensi dalam skala ukuran nanometer (< 100 nm).
Nanokomposit benar-benar telah digunakan selama berabad-abad dalam kehidupan. Menggunakan
bahan-bahan alami dan polimer seperti karbohidrat, lipid dan protein, alam membuat
nanokomposit alami menjadi kuat seperti tulang, kerang dan kayu.

Polimer nanokomposit telah menarik perhatian besar dalam dunia akademis dan industri
karena menampilkan sifat-sifat unggul seperti modulus, kekuatan, ketangguhan dan penghalang
jauh dari perkiraan komposit mikro konvensional dan sebanding dengan logam. Dalam polimer
nanokomposit, bahan pengisi memiliki setidaknya satu dimensi dalam skala nanometer dan
dispersi skala nano menakjubkan dalam matrik polimer mengarah ke pada efektifitas kontak
antarmuka yang luar biasa antara polimer dan pengisi anorganik yang menyebabkan sifat sifat
unggul dibandingkan fasa polimer biasa. Studi dan modeling yang menggunakan mekanika
kontinum mengungkapkan peningkatan sifat-sifat nanokomposit sangat bergantung pada fitur-fitur
tertentu dari sistem nanofiller, khususnya, komposisi, aspek rasio, sifat mekanik dan rasio pengisi
dengan matrik.

Spektrum yang luas dari sifat polimer dapat ditingkatkan dengan teknologi nanokomposit
seperti sifat mekanis, termal, penghalang, daya tahan, stabilitas kimia, ketahanan api, ketahanan
awal pakai, biodegradabilitas serta sifat optik, magnetik dan listrik. Sifat pengisi memiliki efek
utama pada morfologi dan sifat polimer nanokomposit. Clay memiliki kelompok utama silikat
dengan struktur berlapis yang dikenal sebagai silikat berlapis. Polimer nanokomposit clay telah
menjadi perhatian karena terpengaruh pada sifat unik dengan ukuran pengisi atau terutama
dengan nanofiler lain. Sifat komposit dapat ditingkatkan tanpa mengorbankan kemampuan proses
dari polimer murni, sifat mekanik dan ringan, membuat clay menjadi penting dalam industri
modern polimer.

2.3 Komponen Nanokomposit Polimer/Clay

Nanokomposit polimer/clay merupakan kelompok baru komposit dengan matrik polimer di


mana fasa terdispersi berupa silikat sebagai pengisi yang memiliki setidaknya satu dimensi dalam
rentang nanometer (10-9 m).

2.3.1 Polimer

Polimer yang dibentuk oleh molekul yang besar atau disebut dengan makromolekul, di
mana atom dihubungkan antara satu sama lain melalui ikatan kovalen. Atom karbon rantai polimer
memiliki dua elektron valensi yang tidak bebas karena berikatan antara atom karbon yang dapat
menjadi bagian dari ikatan antara atom atau radikal lainnya. Rantai ini terdiri unit kecil berulang
yang disebut mero. Salah satu bagian disebut dengan monomer dan kata polimer berarti kehadiran
beberapa meros. Ketika semua meros polimer adalah sama maka polimer tersebut disebut dengan
homopolimer. Namun, ketika polimer terdiri dari dua atau lebih meros berbeda maka polimer
tersebut disebut kopolimer.

Struktur molekul polimer disebut sebagai polimer linear ketika meros bersatu dalam rantai
tunggal. Polimer bercabang menyajikan konsekuensi lateral yang terhubung ke rantai utama.
Polimer dengan ikatan silang menyatu dengan rantai linier dengan ikatan kovalen. Jaringan polimer
memiliki tiga meros fungsional yang memiliki tiga ikatan kovalen aktif, membentuk struktur
jaringan 3D.
Polimer bisa berbentuk amorf atau semi-kristal sesuai dengan strukturnya karena polimer
yang memiliki sejumlah besar radikal terkait dengan rantai utama tidak mampu memiliki molekul
yang dapat ditumpuk sedekat mungkin dan tersusun secara teratur. Polimer dengan rantai linier
dan kelompok-kelompok kecil digabungkan dalam bentuk yang lebih berorientasi untuk
membentuk kristal. Umumnya, polimer struktur linear dan bercabang adalah termoplastik dan
polimer struktur jaringan berbentuk termoset.

Matrik polimer digolongkan dalam:

 Polimer Alam

Polimer alam merupakan polimer yang terbentuk melalui proses alamiah. contoh dari
polimer alam anorganik antara lain silika, pasir, clay, siloksan, sedangkan contoh polimer alam
organik antara lain selulosa dan karet alam yang berasal dari tumbuhan, sutera dan wol yang
diproduksi oleh hewan serta asbes yang diperoleh dari mineral.

 Polimer Buatan

Polimer sintetik merupakan polimer yang dihasilkan dari reaksi kimia seperti poliester,
karet fiber, polisterena, nilon, dan polietilen. Polimer buatan terdapat dalam bentuk sebagai
polimer sintetis dan polimer regenerasi. Polimer sintetis dibuat dari bahan baku kimia yaitu dari
molekul sederhana (monomer) dibentuk menjadi molekul berantai melalui suatu reaksi
olimerisasi. Sebagian besar polimer ini berbentuk plastik yang dimanfaatkan untuk keperluan
rumah industri, tangga, atau mainan anak-anak. Polimer regenerasi adalah polimer alam yang
dimodifikasi. Contohnya rayon, yaitu serat sintetis yang dibuat dari kayu (selulosa).

2.4 Klasifikasi Polimer Nanokomposit

Polimer nanokomposit dapat dikelompokkan menjadi dua berdasarkan jenis nanopartikel


yang digunakan, yaitu nanokomposit (material anorganik) dan nanokomposit (material organik)
dengan matrik polimer. Nanokomposit (material organik) merupakan nanokomposit yang terdiri
dari matrik polimer dan nanomaterial berupa senyawa organik seperti kitin, fluoropolimer, dan
organoclay. Nanokomposit (material anorganik) polimer terdiri dari matrik polimer dan
nanomaterial berupa senyawa anorganik seperti logam dan silika.

Berdasarkan morfologi dan strukturnya, terdapat 2 tipe nanokomposit, yaitu nanokomposit


tereksfoliasi dan nanokomposit terinterkalasi. Morfologi dan struktur ini terkait dengan adanya
interaksi organik-anorganik diantara rantai polimer dengan nanomaterial anorganik.
Selain kedua struktur tersebut, ada kemungkinan bahwa rantai polimer tidak berinteraksi
sama sekali dengan nanomaterial anorganik yang ditambahkan. Akibatnya, rantai polimer terpisah
dari nanomaterial dan membentuk dua fasa.

2.5 Matrik Polimer Dalam Nanokomposit Clay

Dalam hal ini, polimer yang digunakan sebagai matrik dibagi menjadi polimer pada
umumnya, rekayasa plastik, polimer konduktif dan polimer biodegradable.
Polimer Pada Umumnya

Polimer umum, juga disebut jenis yang mewakili mayoritas dari total produksi plastik di
seluruh dunia. Polimer ini ditandai dengan aplikasi yang murah karena mudahnya pemrosesan dan
rendahnya tingkat kebutuhan mekanik.

Polyethylene (PE)

PE merupakan salah satu polimer yang banyak dimuat dalam karya ilmiah terkait dengan
pembentukan nanokomposit. Anidride maleat dicangkokkan PE/Cloisite 20A nanokomposit
disusun melalui dua metode yaitu penggabungan interkalasi dan solusi dispersi. Penggunaan
katalis dengan pilihan katalis tepat pada lapisan clay mampu menunjukkan polimerisasi insitu dan
juga menjadikan dispersi lapisan clay yang baik.

Polypropylene (PP)

Penggunaan maleat anidrid dicangkokkan pada nanokomposit PP/Cloisite 30B melalui


ekstrusi yang dibantu air dan atau oleh ekstrusi sederhana. Penggunaan air meningkatkan clay
yang terdispersi sehingga rheologi, termal dan sifat mekanik menjadi meningkat. Penggunaan
karbon dioksida dalam ekstrusi nanokomposit PP/Cloisite 20A menggunakan pemisahan yang lebih
tinggi antara lapisan clay. Penggunaan clay lebih rendah dalam pembentukan struktur foam yang
juga menekan peleburan sel foam sehinga hal ini menunjukkan bahwa anokomposit juga
menguntungkan untuk menghasilkan struktur foam.

Poli Vinil Klorida (PVC)

Penggunaan clay yang berbeda (kalsium, natrium dan organomodified montmorillonite,


aluminium magnesium silikat clay dan magnesium litium silikat clay) dipelajari dalam pembuatan
nanokomposit PVC foam yang rigid.

Resin

Dari sekian banyak resin yang ada di pasaran, ada tiga jenis resin yang banyak digunakan,
yaitu poliester, vinil ester, dan epoksi. Pada penelitian ini resin yang digunakan adalah jenis resin
epoksi. Pemilihan resin epoksi sebagai bahan dasar disebabkan kekuatan dan kekakuan resin
epoksi relatif lebih besar dibandingkan dengan polimer jenis lainnya. Resin epoksi sangat unik di
antara semua resin thermoset karena membutuhkan tekanan yang rendah untuk pembuatan
produk, memiliki penyusutan yang rendah, kontrol terhadap derajat reaksi cross-link lebih mudah
melalui pemilihan curingagent dan temperatur curing, ketersediaan resin mulai dari yang memiliki
kekentalan rendah sampai mendekati padat, sedangkan kelemahannya adalah waktu curing cukup
lama dan kinerjanya tidak cukup baik dalam lingkungan panas dan basah.

Struktur Kimia Resin Epoksi

Resin epoksi adalah kelompok bahan polimer yang dicirikan oleh adanya dua kelompok
epoksida dalam struktur molekulnya. Kelompok epoksi ini mengandung sebuah atom oksigen
terikat dengan dua atom karbon yang terikat oleh ikatan yang terpisah, dan dikenal sebagai
oksiran. Jenis monomer yang digunakan dalam sistem epoksi antara lain: diglycidyl ether of
bisphenol-A (DGEBA), diglycidyl ether of butanediol (DGEB), diglycidyl orthophthalate (DGOP), dan
tetraglycidy1-4,4’-diamino diphenyl methane (TGDDM). Pemilihan curing agent tergantung pada
metode pengolahan, kondisi curing, yaitu temperatur dan waktu, sifat fisik dan kimia diinginkan,
toksikologi dan keterbatasan lingkungan, dan biaya.

Proses Curing Epoksi

Termoset seperti epoksi, poliester tak jenuh, poliuretan, vinil ester dan banyak lainnya
mengalami reaksi kimia selama penggunaannya. Proses kimia dimana reaksi polimerisasi dimulai
dan berakhir disebut dengan proses curing. Proses curing pada termoset melibatkan reaksi
polimerisasi dari monomer epoksi. Proses ini dimulai dari pertumbuhan dan percabangan rantai.
Berat pra-polimer molekul meningkat dan jaringan terbentuk pada proses curing. Oksigen bridging
pada kelompok epoksida terbuka dalam reaksi poli-adisi nukleofilik. Reaksi pertama adalah amina
primer bereaksi dengan gugus epoksida untuk menghasilkan amina sekunder dan kelompok
hidroksil. Reaksi kedua, amina sekunder bereaksi dengan kelompok lain epoksida untuk
memberikan amina tersier.

Selama proses curing, viskositas termoset meningkat, dan terjadi cross-link sehingga
termoset kehilangan kemampuan untuk mengalir. Fenomena curing dalam termoset adalah proses
eksotermik, yang berarti bahwa panas dihasilkan selama proses.

Pada proses curing yang dilakukan pada temperatur kamar, reaksi awal polimerisasi terjadi
akibat dari aktivasi sendiri selanjutnya dapat mengalami reaksi frontal ataupun reaksi lambat,
tergantung pada komposisi curing agent yang digunakan. Semakin tinggi temperatur panas
eksotermal yang dihasilkan selama proses polimerisasi akan menghasilkan derajat cross-link yang
lebih tinggi.

Jaringan fisik terbentuk berdasarkan pada pembentukan ikatan kovalen melalui reaksi
kimia. Jaringan ini bersifat dapat berubah dari padat (jaringan fisik) ke cair (rantai polimer linier
atau bercabang) dengan meningkatkan temperatur atau dengan menggunakan pelarut yang cocok.
Proses perubahan dari epoksi mulai dari cair hingga menjadi padat ditunjukkan dengan diagram
fasa Time-Temperature-Transformation (TTT). Transisi kritis yang terjadi selama pembentukan
jaringan dan struktur makromolekul ditandai dengan perubahan dari fasa cair ke padat yang
disebut proses gelasi (gelation). Proses gelasi disertai dengan pelepasan panas yang mengakibatkan
kenaikan temperature.

Diagram TTT dipergunakan untuk memilih panas proses curing yang akan dilakukan
sehingga memperoleh sifat epoksi yang diinginkan. Temperatur glass (Tg) dari proses curing
sangat menentukan dari densitas cross-link yang terbentuk. Pada temperatur yang lebih tinggi dari
Tg maka proses curing akan menghasilkan cross-link yang tinggi sehingga epoksi menjadi lebih
rigid, sedangkan pada temperatur yang lebih rendah maka densitas cross-link menjadi menurun
dan pada kondisi panas yang rendah epoksi akan berpolimerisasi dengan menghasilkan struktur
yang panjang.

Plastik Rekayasa

Bahan rekayasa plastik yang dapat digunakan dalam aplikasi teknik, seperti gigi dan bagian
struktural, yang memungkinkan substitusi bahan klasik, terutama logam, karena sifat mekanik dan
kimia yang unggul dalam kaitannya dengan polimer umum. Polimer ini juga menggunakan
nanokomposit bertujuan untuk mengeksplorasi sifat-sifatnya.
Poliamida (PA)

Di antara semua plastik rekayasa, PA adalah polimer yang menyajikan jumlah tertinggi
yang sebagai bahan penyusunan nanokomposit. Nanokomposit PA/organomodified disusun dengan
cara penggabungan interkalasi. Sifat penghalang yang kuat yang diperoleh dengan meningkatkan
kandungan clay. Kelelahan bending nanokomposit pada dua lingkungan yaitu udara dan air
menunjukkan peningkatan yang berarti.

Polisulfon (PSf)

Membran clay nanokomposit PSf/MMT disusun dengan menggunakan dispersi solusi dan
juga metode yang paling banyak digunakan dalam teknologi membran, fasa inversi basah. Interaksi
yang kuat antara polimer dan lapisan silikat, meningkatnya kekuatan tarik dan perpanjangan saat
putus dapat dihasilakn melalui penataan lapisan clay di arah deformasi. Selanjutnya, sifat
hidrofobik juga meningkat, sehingga membran dapat digunakan dalam penyaringan air operasi.

Polikarbonat (PC)

Melalui teknik polikondensasi in situ, nanokomposit PC/organophilic clay dapat dibuat dan
meskipun eksfoliasi nanokomposit dihasilkan namun, transparansi nanokomposit tidak tercapai.

Polimer Konduktif

Polimer konduktif atau juga disebut logam sintetis, memiliki sifat listrik, magnetik dan optik
yang dapat dibandingkan dengan logam semikonduktor. Konduktivitas polimer konduktif
tergantung pada urutan rantai polimer yang dapat dicapai dengan pembentukan nanokomposit.

Polianilin (PANI)

PANI adalah polimer yang paling banyak dipelajari dalam teknologi nanokomposit
polimer/clay yang dapat disiapkan dengan MMT dengan polimerisasi in situ. Stabilitas termal
menjadi meningkat karena MMT dalam PANI bahkan lapisan clay bertindak sebagai penghalang
terhadap degradasi PANI.

Poli (etilena oksida) (PEO)

Nanokomposit PEO dapat dibuat menjadi 3 type dari organophilic clays (Cloisite 30B)
melalui fusi interkalasi. Regulasi dan ukuran spherulite matrik PEO diubah dengan menggunakan
Cloisite 30B menghasilkan peningkatan modulus penyimpanan.

Polimer Biodegradable

Polimer biodegradable adalah polimer yang dapat terdegradasi karena aktivitas mikroba yang
memotong rantai polimernya. Agar polimer dapat terdegradasi maka kondisi tertentu, seperti pH,
kelembaban, oksigenasi dan adanya beberapa logam dibutuhkan untuk proses degradasi.

Polyhydroxibutirate (PHB)

Kelemahan PHB adalah kekakuan, kerapuhan dan stabilitas termal yang rendah sehingga
perbaikan harus dilakukan diantaranya adalah dengan mempersiapkan nanokomposit.
Nanokomposit PHB disusun dengan Na-MMT dan Cloisite 30B melalui fusi interkalasi.
Kompatibilitas yang lebih baik antara clay dan polimer dibuat menggunakan Cloisite 30B. Selain itu,
terjadi juga peningkatan temperatur kristalisasi dan penurunan ukuran spherulit sehingga
meningkatkan modulus kekakuan. Selain itu, stabilitas termal meningkat pada
PHB/organomodified MMT bila dibandingkan dengan PHB murni.

Anda mungkin juga menyukai