Anda di halaman 1dari 15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar Psikologis (Kesepian)


1. Definisi Kebutuhan Psikologis (Kesepian)
Kebutuhan adalah suatu keadaan yang ditandai oleh perasaan
kekurangan dan ingin diperoleh sesuatu yang akan diwujudkan melalui
suatu usaha atau tindakan. Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang
mempelajari tingkah laku manusia, baik sebagai individu maupun
hubungan dengan lingkungannya. Kebutuhan psikologi dapat dipenuhi
secara sadar maupun tidak sadar, contohnya makan dan bernapas.
Kebutuhan psikologis dipengaruhi faktor eksternal dan internal individu
yang bersangkutan, dipenuhi berdasarkan urutan prioritas kebutuhan dasar
yang paling penting. (Mubarak W.I., dkk, 2015)
Kesepian merupakan suatu perasaan sepi, sunyi, lengang, tidak ramai,
hidup dalam keterasingan karena kehilangan. Kesepian adalah sebuah
perasaan dimana orang mengalami rasa yang kuat kehampaan dan
kesendirian. (Jurnal Siska Y.A, 2013)

2. Bentuk-bentuk Kesepian
Weiss menyebutkan adanya dua bentuk kesepian yang berkaitan
dengan tidak tersedianya kondisi sosial yang berbeda, yaitu :
a. Kesepian emosional adalah kesepian yang timbul karena tidak ada
figure kasih sayang yang intim yang dapat dimiliki individu seperti
yang biasa diberikan orang tua kepada anak, bisa diberikan oleh teman
akrab, tunangan, atau suami kepada istrinya.
b. Kesepian sosial adalah suatu bentuk kesepian yang muncul ketika
seseorang tidak memiliki keterlibatan yang terintegrasi dalam dirinya,
tidak ikut berpartisipasi dalam kelompok atau komunitas yang

7
8

melibatkan adanya kebersamaan, minat yang sama, aktivitas yang


terorganisir peran-peran yang berarti, suatu bentuk kesepian yang
dapat membuat seseorang merasa diasingkan. (Jurnal Siska Y.A,
2013)

3. Faktor Yang Mempengaruhi Psikologis


a. Penurunan kondisi fisik
Penurunan kualitas fisik secara drastis akan terjadi ketika seseorang
memasuki masa lansia. Hal ini akan berpengaruh terhadap kondisi
psikologis maupun sosial dan menyebabkan kebiasaan ketergantungan
pada orang lain.
b. Penurunan fungsi seksualitas
Erikson (2002) mengungkapkan bahwa permasalahan psikologi pada
orang yang mencapai tahapan lanjut usia akan terlihat dari gejala
penurunan seksualitas yang sejalan dengan aspek psikologisnya. Bagi
pria fase lanjut usia ditandai dengan memasuki fase klimakterium,
sedangkan wanita ditandai dengan fase menopause yang berdampak
pada ketidakseimbangan fisiologis yang mengakibatkan terganggunya
keseimbangan emosi seperti stress dan depresi.
c. Perubahan aspek psikososial
Pemicu perubahan aspek psikososial lansia adalah menurunnya fungsi
kognitif dan psikomotor. Fungsi kognitif yang merupakan proses
belajar, pemahaman ataupun perhatian sehingga menyebabkan reaksi
dan prilaku lansia melambat. Sedangkan psikomotor adalah dorongan
kehendak meliputi, gerakan, tindakan, dan koordinasi yang berakibat
lansia menjadi kurang cekatan. Dengan berubahnya kedua aspek
tersebut akan berdampak pada perubahan aspek psikososial yang
berkaitan dengan kepribadia lansia.
9

d. Perubahan peran sosial dimasyarakat


Dengan keterbatasan fisik yang lansia miliki berdampak pada
menurunnya interaksi sosial para lansia, baik secara kualitas maupun
kuantitas. Hal tersebut mengakibatkan hilangnya peran ditengah
masyarakat dikarenakan kualitas fisik yang menurun sehingga para
lansia merasa tidak dibutuhkan lagi karena energinya sudah melemah.
Penyesuaian diri yang buruk akan timbul karena adanya konsep diri
yang negative yang disebabkan oleh sikap sosial yang negatif
berdampak pada kesehatan psikologis para lansia.

4. Permasalahan Psikologi Lansia


a. Kesepian, kehilangan pasangan hidup atau berada jauh dengan anak-
anak yang telah mempunyai kesibukannya masing-masing kadang
membuat para lansia merasa kesepian.
b. Duka cita, duka cita akibat kehilangan orang yang dicintai adalah hal
yang dapat menimbulkan depresi yang sangat mendalam pada lansia
yang sangat memicu gangguan fisik dan kesehatannya. Depresi akibat
duka cita biasanya bersifat self limiting.
c. Depresi, beragam permasalahan hidup seperti kemiskinan, penyakit
yang tak kunjung membaik, kematian pasangan, keturunan yang tidak
bisa merawatnya dapat menyebabkan depresi.
d. Kecemasan yang berlebihan, gangguan kecemasan biasanya terjadi
karena depresi, efek samping obat ataupun penghentian konsumsi
suatu obat.
e. Parafenia, merupakan suatu bentuk skizofrenia yang berbentuk pada
rasa curiga yang berlebihan. Hal ini terjadi pada lansia yang terisolasi
atau menarik diri dari kehidupan sosial.
10

5. Cara Menyikapi Perubahan Psikologi Lansia


a. Keluarga harus menyediakan waktu untuk mengajak lansia berbicara
dari hati ke hati sehingga lansia tersebut tidak merasa kesepian dan
mengungkapkan segala keluh kesahnya.
b. Memberi perhatian, kasih sayang yang tulus dan rasa aman serta
motivasi.
c. Memahami apa yang mereka rasakan dan mencari penyebab
permasalahannya.
d. Keluarga harus dapat memberi penjelasan agar lansia tersebut
menerima perubahan dirinya dengan lapang dada dan dengan senang
hati memasuki tingkatan yang baru.
e. Berusaha meningkatkan rasa percaya diri mereka dengan membuat
dirinya bermanfaat bagi orang lain.

B. Tinjauan Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah awal dalam asuhan keperawatan
melalui pendekatan proses keperawatan yang bertujuan untuk
pengumpulan data atau informasi, analisis data, dan penentuan
permasalahan atau diagnosis keperawatan. Pengkajian ini meliputi aspek
fisik, psikis, sosial, dan spiritual dengan melakukan kegiatan
pengumpulan data melalui wawancara, observasi, dan pemeriksaan.
a. Anamnesis
Ketepatan dalam mencari informasi mengenai klien yang akan
diberikan asuhan keperawatan guna menghindari kesalahan dalam
mendiagnosis dan memberikan intervensi tindakan kepada klien.
1) Identitas Klien
a) Nama
b) Jenis Kelamin
11

c) Umur
d) Agama
e) Alamat
f) Pendidikan terakhir
g) Pekerjaan terakhir

b. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan secara head to toe (kepala ke kaki) dan
review of sistem (sistem tubuh), dan dilakukan secara sistematis baik
secara inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi.

c. Pengkajian Status Fungsional


Pengkajian status fungsional meliputi pengukuran kemampuan
seseorang dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari, penentuan
kemandirian, mengidentifikasi kemampuan dan keterbatasan klien,
serta menciptakan pemilihan intervensi yang tepat. Pengkajian status
fungsional ini melakukan pemeriksaan dengan instrumen tertentu
untuk membuat penilaian secara objektif.

d. Pengkajian Status Kognitif/Afektif


Memeriksa status mental sehingga dapat memberikan gambaran
perilaku dan kemampuan mental dan fungsi intelektual, menekankan
pada pengkajian tingkat kesadaran, perhatian, keterampilan berbahasa,
ingatan interpretasi bahasa, keterampilan menghitung dan menulis,
serta kemampuan konstruksional. Pengkajian ini meliputi:
1) Short Portable Mental Status Questionnaire (SPMSQ)
Pengkajian ini digunakan untuk mendeteksi adanya tingkat
kerusakan intelektual. Instrumen SPMSQ terdiri dari 10
pertanyaan tentang orientasi, riwayat pribadi, memori dalam
12

hubungannya dengan keampuan perawatan diri, memori jauh dan


kemampuan matematis. Penilaian dalam pengkajian SPMSQ
adalah jika rusak/salah dan nilai 0 tidak rusak/ benar.

Tabel 2.1 Short portable mental status quetionnaire (SPMSQ)


(Sunaryo dkk. 2016. Asuhan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Penerbit Andi)
No Pertanyaan Benar Salah
1. Tanggal berapa hari ini?
2. Hari apa sekarang?
3. Apa nama tempat ini?
4. Dimana alamat anda?
5. Berapa anak anda?
6. Kapan anda lahir?
7. Siapakah presiden Indonesia saat ini?
8. Siapakah presiden Indonesia sebelumnya?
9. Siapakah nama ibu anda?
10. Kurang 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3 dari setiap angka
baru semua secara menuru?

Jumlah
Interpretasi
Salah 0-3 : fungsi intelektual utuh
Salah 4-5 : fungsi intelektual kerusakan ringan
Salah 6-8 : fungsi intelektual kerusakan sedang
Salah 9-10 : fungsi intelektual kerusakan berat
13

2) Skala kesepian oleh University of California of Los Anggels


(UCLA)

Tabel 2.2 Skala Kesepian


(Sumber : University of California of Los Anggels)

No. Pertanyaan Jawaban Jawaban


“IYA” “TIDAK”
1 Apakah anda merasa
selaras dengan orang-
orang disekitar?
2 Apakah anda merasa tidak
memiliki persahabat?
3 Apakah anda memiliki
tempat untuk berbagi?
4 Apakah anda tidak merasa
sendiri?
5 Apakah anda merasa jadi
bagian sekelompok
teman?
6 Apakah anda punya
banyak kesamaan dengan
orang-orang?
7 Apakah anda tidak dekat
dengan siapapun?
8 Apakah anda merasa
sudah tidak berarti lagi?
9 Apakah anda merasa
dihindari?
10 Apakah anda merasa dekat
dengan seseorang?
11 Apakah anda merasa
ditinggalkan?
12 Apakah anda hubungan
sosial yang dangkal?
13 Apakah anda tidak ada
14

yang tahu tentang dirinya?


14 Apakah anda merasa
terasing dari orang lain?
15 Apakah anda mempunyai
persahabatan?
16 Apakah anda ada
seseorang yang mengerti?
17 Apakah anda tidak
bahagia karena ditarik?
18 Apakah anda merasa
sendiri?
19 Apakah anda ada
seseorang untuk berbagi?
20 Apakah anda tidak ada
tempat untuk berbagi?
Interpretasi
0-5 : tidak kesepian
6-10 : kesepian ringan
11-15 : kesepian sedang
16-20 : kesepian sedang

e. Pengkajian Aspek Spiritual


Pengkajian spiritual mencakup pengkajian data subjektif (konsep
ketuhanan, sumber kekuatan dan harapan, praktik agama dan ritual,
dan hubungan antara keyakinan spiritual dan kondisi kesehatan) dan
pengkajian data objektif (pengkajian afek dan sikap, perilaku,
verbalisasi, hubungan interpersonal, dan lingkungan).

f. Pengkajian Fungsi Sosial


Pengkajian fungsi sosial lebih ditekankan pada hubungan
lansia dengan keluarga sebagai peran sentralnya dan informasi tentang
jaringan pendukung. Pengkajian fungsi sosial dilakukan dengan
menggunakan alat skrining singkat untuk mengkaji fungsi sosial lanjut
15

usia, yaitu APGAR keluarga (Adaption, Partnership, Growth,


Affection, Resolve) :
1) Saya puas bisa kembali pada keluarga saya yang ada untuk
membantu pada waktu sesuatu menyusahkan saya (adaptasi)
2) Saya puas dengan cara keluarga saya membicarakan sesuatu dan
mengungkapkan masalah dengan saya (hubungan)
3) Saya puas bahwa keluarga saya menerima dan mendukung
keinginan saya untuk melakukan aktivitas (pertumbuhan)
4) Saya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan afek dan
berespons terhadap emosi saya, seperti marah, sedih, atau
mencitai (afek)
5) Saya puas dengan cara teman saya dan saya menyediakan waktu
bersama-sama.
Penilaian: pertanyaan yang dijawab:
Selalu : poin 2
Kadang-kadang : poin 1
Hamper tidak pernah : poin 0

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan memberikan gambaran tentang masalah atau
status kesehatan klien yang nyata (aktual) dan kemungkinan akan terjadi,
di mana pemecahannya dapat dilakukan dalam batas wewenang perawat.
Diagnosa keperawatan adalah menganalisis data subjektif dan objektif
untuk membuat diagnosa keperawatan.
a. Diagnosa keperawatan : koping tidak efektif
NOC I : koping
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x24 jam, klien
diharapkan mampu:
1) Mengidentifikasi pola koping efektif
16

2) Mengidentifikasi pola koping yang tidak efektif


3) Melaporkan penurunan stress
4) Memverbalkan control perasaan
5) Memodifikasi gaya hidup yang dibutuhkan
6) Beradaptasi dengan perubahan perkembangan
7) Menggunakan dukungan sosial yang tersedia
8) Melaporkan peningkatan kenyamanan psikologis

NIC I: peningkatan koping


1) Dorong aktivitas sosial dan komunitas
2) Dorong klien untuk mengembangkan hubungan
3) Dorong berhubungan dengan seseorang yang memiliki tujuan
dan keterkaitan yang sama
4) Dukung klien untuk menggunakan mekanisme pertahanan yang
sesuai
5) Kenalkan klien kepada seseorang yang mempunyai latar
belakang pengalaman yang sama

b. Diagnosa keperawatan : risiko kesepian


Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x24 jam diharapkan
klien dapat:
1) Klien tidak mengatakan respon kesepian
2) Klien tidak menunjukkan respon kesepian
3) Klien tidak mengalami kesulitan dalam kontak dengan orang
lain

NIC :
1) Identifikasi dan sesuaikan sikap diri terhadap kondisi dan
situasi klien
17

2) Identifikasi perasaan pribadi yang ditimbulkan oleh pasien


yang dapat mengganggu efektivitas interaksi terapeutik
3) Berikan klien kenyamanan fisik sebelum berinteraksi
4) Diskusikan kerahasiaan informasi bersama klien
5) Ciptakan suasana hangat dan penerimaan dalam berkomunikasi
6) Yakinkan kepada klien bahwa kita tertarik dengan klien secara
pribadi
7) Gunakan komunikasi terbuka yang dapat mengungkapkan diri
8) Kunjungi kembali klien pada waktu yang telah disepakati
untuk menumbuhkan kepercayaan
9) Minta klien menggunakan bahasa tubuh yang menunjukkan
keterbukaan

3. Rencana Keperawatan
Rencana keperawatan adalah tindakan yang dirancang untuk
membantu klien dalam beralih dari tingkat kesehatan saat ini ketingkat
kesehatan yang diinginkan sesuai hasil yang diharapkan (Gordon, 1994
dalam Potter & Perry, 1997).
a. Diagnosa: koping tidak efektif
NOC I: Koping
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam, klien
secara konsisten diharapkan mampu:
1) Mengidentifikasi pola koping efektif
2) Mengidentifikasi pola koping yang tidak efektif
3) Melaporkan penurunan stress
4) Memverbalkan kontrol perasaan
5) Memodifikasi gaya hidup yang dibutuhkan
6) Beradaptasi dengan perubahan perkembangan
7) Menggunakan dukungan sosial yang tersedia
18

8) Melaporkan peningkatan kenyamanan psikologis

NIC: Coping enhancement


1) Dorong klien melakukan aktivitas sosial dan komunitas
2) Dorong klien untuk mengembangkan hubungan
3) Dorong klien untuk berhubungan dengan seseorang yang
memiliki tujuan dan ketertarikan yang sama
4) Dukung klien menggunakan mekanisme pertahanan yang
sesuai
5) Kenalkan klien kepada seseorang yang mempunyai latar
belakang pengalaman yang sama

b. Diagnosa: Risiko Kesepian


Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam, klien
diharapkan mampu:
4) Klien tidak mengatakan respon kesepian
5) Klien tidak menunjukkan respon kesepian
6) Klien tidak mengalami kesulitan dalam kontak dengan orang
lain

NIC:
1) Identifikasi dan sesuaikan sikap diri terhadap kondisi dan
situasi klien
2) Identifikasi perasaan pribadi yang ditimbulkan oleh pasien
yang dapat mengganggu efektivitas interaksi terapeutik
3) Berikan klien kenyamanan fisik sebelum berinteraksi
4) Diskusikan kerahasiaan informasi bersama klien
5) Ciptakan suasana hangat dan penerimaan dalam berkomunikasi
19

6) Yakinkan kepada klien bahwa kita tertarik dengan klien secara


pribadi
7) Gunakan komunikasi terbuka yang dapat mengungkapkan diri
8) Kunjungi kembali klien pada waktu yang telah disepakati
untuk menumbuhkan kepercayaan
9) Minta klien menggunakan bahasa tubuh yang menunjukkan
keterbukaan

4. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah proses pengelolaan dan perwujudan
dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan.

5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah proses kontinu yang penting untuk
menjamin kualitas dan ketepatan tindakan keperawatn yang dilakukan dan
keefektifan rencana keperawatan dalam memenuhi kebutuhan klien selalu
berubah dengan cepat dan perencanaan pun selalu memerlukan revisi dan
pembaruan dengan menambahkan informasi klien yang baru berkembang
(Doengoes, 2012)

C. Tinjauan Konsep Lansia


1. Definisi Lansia
Lansia atau menua adalah suatu keadaan yang terjadi didalam
kehidupan manusia. Menjadi tua adalah proses alamiah, yang berarti
seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu anak, dewasa dan
tua. Memasuki usia tua berarti mengalami kemunduran, misalnya
kemunduran fisik, yaitu ditandai dengan kemunduran kulit yang
mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang
20

jelas, penglihatan memburuk, gerakan lambat dan figure tubuh yang tidak
proporsional.

2. Batasan-batasan Lanjut Usia


Menurut WHO, lanjut usia meliputi :
a. Usia pertengahan (middle age), adalah kelompok usia 45-59 tahun.
b. Lanjut usia (eldery) antara 60-74 tahun.
c. Lanjut usia (old) antara 75-90 tahun.
d. Usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun.

Menurut Prof. DR. Ny. Sumiati Ahmad Mohammad (alm), Guru Besar
Universitas Gajah Mada Fakultas Kedokteran, periodesasi biologis
perkembangan manusia dibagi sebagai berikut :
a. Usia 0-1 tahun (masa bayi)
b. Usia 1-6 tahun (masa prasekolah)
c. Usia 6-10 tahun (masa sekolah)
d. Usia 10-20 tahun (masa pubertas)
e. Usia 40-65 tahun (masa setengah umur, prasenium)
f. Usia 65 tahun ke atas (masa lanjut usia, senium)

3. Tipe Lanjut Usia


a. Tipe arif bijaksana
Lanjut usia ini kaya dengan hikmah, pengalaman, menyesuaikan diri
dengan perubahan zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah,
rendah hati, sederhana, dermawan, memenuhi undang-undang dan
menjadi panutan.
21

b. Tipe mandiri
Lanjut usia ini senang mengganti kegiatan yang hilang dengan
kegiatan yang baru, selektif dan mencari pekerjaan dan teman
pergaulan, serta memenuhi undangan.
c. Tipe tidak puas
Lanjut usia ini yang selalu mengalami konflik lahir batin, menentang
proses penuaan yang menyebabkan kehilangan kecantikan,
kehilangan daya tarik jasmani, kehilangan kekuasaan, status, teman
yang disayangi, pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, menuntut
sulit dilayani dan pengkritik.
d. Tipe pasrah
Lanjut usia yang selalu menerima dan menunggu nasib baik,
mempunyai konsep habis (habis gelap datang terang), mengikuti
kegiatan beribadah, ringan kaki, pekerjaan apa saja dilakukan.
e. Tipe bingung
Lanjut usia yang kagetan, kehilangan kepribadian, mengasingkan
diri, merasa minder, menyesal, pasif dan acuh tak acuh.

Anda mungkin juga menyukai