Anda di halaman 1dari 10

Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013

POTENTIAL UTILIZATION OF ALGAE Chlorella


pyrenoidosa FOR RUBBER WASTE MANAGEMENT
ZULFARINA, IRDA SAYUTI, and HESTI TRIANI PUTRI
Prodi Pend. Biologi PMIPA FKIP Universitas Riau

Abstract. The research aim for examined the ability of algae Chlorella pyrenoidosa at various
concentration to reduced contaminant of rubber waste. The research was conducted on
December 2011 till February 2012 at Biology PMIPA laboratorium, Riau University.
Completely Randomized Design was applied in this research, four concentration of algae
0%, 12.5%, 18.75%, and 25%, with 3 times repeated and observed of BOD, COD, TSS, pH,
density of algae, oxygen level (DO), and CO2. Data were analyzed by ANAVA and DMRT
at level 5%. The result indicated that algae Chlorella pyrenoidosa have potential to reduced
contaminant of waste rubber, the best potential of alga to reduce contaminant of rubber waste
was at 25 % concentration of algae.

Key words: algae Chlorella pyrenoidosa, rubber waste

PENDAHULUAN cenderung menurunkan kualitas lingkungan


seperti air, udara, tanah dan semua yang
Setiap tahun industri di Indonesia terkandung di dalamnya. Limbah industri
semakin berkembang. Dunia industri telah karet yang berpotensial mencemari
memberikan manfaat bagi negara, lingkungan yang lebih besar adalah limbah
khususnya dalam pendapatan untuk devisa cair.
negara. Karet merupakan komoditi ekspor Besarnya potensi dampak buruk yang
yang mampu memberikan kontribusi di ditimbulkan oleh limbah cair industri karet
dalam upaya peningkatan devisa Indonesia. terhadap organisme yang ada di perairan
Industri pengolahan karet merupakan salah maupun yang bertempat tinggal di sekitaran
satu industri yang berkembang baik di sungai menyebabkan setiap pabrik karet
Indonesia. Pengolahan karet menggunakan harus mengolah air limbahnya sampai
lateks sebagai bahan baku. Dalam memenuhi persyaratan standar baku mutu
pengolahannya lateks ditambahkan yang berlaku sebelum dibuang ke perairan
berbagai macam bahan kimia agar menjadi agar tidak mengganggu keanekaragaman
produk karet yang diinginkan. Pengolahan hayati perairan dan lingkungan hidup.
lateks di Indonesia diolah menjadi berbagai Untuk itu perlu dilakukan pengolahan
produk, seperti karet remah dan karet terhadap limbah cair karet. Salah satu cara
lembaran. Karet remah merupakan produk pengolahan limbah yang dianggap lebih
yang sedang dikembangkan di Indonesia. ramah lingkungan dan biaya relatif lebih
Karet remah memiliki keunggulan murah adalah dengan pengendalian secara
dibandingkan dengan karet konvensional, hayati. Salah satu mikroorganisme yang
yaitu kualitas lebih baik, lebih seragam, dan digunakan dalam pengelolaan limbah cair
proses pengolahannya lebih singkat. adalah alga Chlorella pyrenoidosa.
Pengolahan lateks menjadi produk karet Menurut Syahputra (2002) alga Chlorella
umumnya menghasilkan limbah. Limbah pyrenoidosa dapat dimanfaatkan dalam
industri karet yang dihasilkan dalam bentuk menurunkan tembaga (Cu) pada industri
gas, cairan maupun padat yang semuanya pelapisan logam, karena alga ini
dalam batas-batas tertentu dapat mempunyai kemampuan menyerap logam-
membahayakan kesehatan manusia serta logam berat termasuk Cu. Selain itu, alga

Semirata 2013 FMIPA Unila |511


ZULFARINA, dkk: POTENTIAL UTILIZATION OF ALGAE Chlorella pyrenoidosa FOR
RUBBER WASTE MANAGEMENT

Chlorella pyrenoidosa dipilih sebagai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau,


sarana penanganan limbah cair karena alga Jepara
ini dapat tumbuh dan berkembang baik
pada air kotor. Melihat potensi yang Pembuatan Konsentrasi Alga
dimiliki alga Chlorella pyrenoidosa dalam Konsentrasi alga Chlorella pyrenoidosa
menurunkan kadar polutan dalam limbah yang digunakan dalam penelitian adalah
cair, serta manfaatnya yang lain maka sebesar 0%, 12,5%, 18,75% dan 25%.
penulis tertarik ingin (Heryanto, 2000).
melakukan penelitian tentang Potensi
Pemanfaatan Alga Chlorella pyrenoidosa Parameter Penelitian
dalam pengelolaan limbah cair karet. 1. Analisis BOD (Biochemical Oxygen
Demand)
METODE PENELITIAN 2. Analisis COD (Chemical Oxygen
Demand)
Penelitian ini telah dilaksanakan pada 3. Analisis Total Suspended Solid (TSS)
bulan Januari sampai April 2012 yang 4. Analisis Ph
dilakukan di Laboratorium Biologi, FKIP 5. Kepadatan alga Chlorella
Universitas Riau. Alat yang digunakan pyrenoidosa(Pertumbuhan sel alga)
dalam penelitian ini adalah erlenmeyer, 6. CO2 Terlarut
botol winkler, buret dan statif, 7. DO (Disolved Oxygen)
spektrofotometer, pH meter, labu ukur, DO 8. Suhu
meter, sentrifuge, kuvet, kertas saring,
oven, desikator, timbangan analitik, Analisis Data
mikroskop dan toples-toples kaca. Bahan- Data COD dan BOD yang diperoleh dari
bahan yang digunakan adalah MnSO4, penelitian dianalisis dengan sidik ragam
N2S2O3, K2Cr2O7, indikator Ferroin, FAS (ANAVA). Hasil analisis ANAVA yang
(Ferro Ammonium Sulfat), reagen Nessler, berbeda nyata diuji lanjut dengan
NH4Cl, aquadest, NaOH, ZnSO4 serta menggunakan DMRT pada taraf 5%
kultur alga Chlorella pyrenoidosa yang (Gaspersz, 1994).
diperoleh dari koleksi Balai Besar
Pengembangan Budidaya Air Payau, Jepara HASIL DAN PEMBAHASAN
dan sampel limbah. Penelitian ini
menggunakan metode eksperimen dengan Pada tahap awal penelitian dilakukan
rancangan acak lengkap (RAL) dengan tiga analisa terhadap karakteristik limbah cair
ulangan. Dengan perlakuan konsentrasi alga karet yang akan digunakan sebagai media
Chlorella pyrenoidosa yang digunakan kultur alga Chlorella pyrenoidosa dan
adalah sebesar 0%, 12,5%, 18,75% dan didapatkan hasil sebagaimana tercantum
25%. pada tabel 2. Hasil analisa awal tentang
limbah yang akan digunakan menunjukkan
Prosedur Penelitian: bahwa nilai yang berada di atas standar
baku mutu adalah parameter BOD, COD
Persiapan Isolat Alga Chlorella dan TSS, sedangkan nilai amoniak dan pH
pyrenoidosa sudah sesuai dengan standar baku mutu.
Kultur biakan murni alga Chlorella
pyrenoidosa diperoleh dari koleksi Balai

512| Semirata 2013 FMIPA Unila


Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013

Tabel 2. Analisis awal limbah cair karet sebelum interaksi dengan alga Chlorella pyrenoidosa

No PARAMETER NILAI SATUAN STANDAR


LIMBAH ANALISA BAKU MUTU
1 BOD5 1800 mg/l 150
2 COD 3300 mg/l 300
3 TSS 200 mg/l 150
4 AMONIAK 1,3 mg/l
5 pH 6 - 6,0-9,0

BOD (Biochemical oxygen demand) Rata-rata nilai analisis BOD yang tertinggi
Limbah yang telah dianalisa kandungan adalah pada perlakuan 0% sebesar 700 mg/l
BOD dan COD nya diawal, diberikan dan yang terendah pada perlakuan 25%
perlakuan dengan konsentrasi alga yang sebesar 65 mg/l. Berdasarkan uji DMRT
berbeda yaitu 0%, 12,5%, 18,75% dan 25% pengaruh pemberian konsentrasi alga
dan diamati pada hari ke tujuh. terhadap penurunan nilai BOD dapat dilihat
menunjukkan bahwa pemberian alga bahwa perlakuan 25% dan 18,75% tidak
Chlorella pyrenoidosa dengan konsentrasi berbeda nyata, sedangkan perlakuan 0%
yang berbeda pada limbah cair industri dan 12,5% berbeda nyata dengan perlakuan
karet berpengaruh sangat nyata terhadap yang lain. Hal ini menunjukkan bahwa
penurunan nilai BOD. Rata-rata nilai penurunan nilai BOD paling baik terjadi
analisis BOD dalam kultur biakan alga pada perlakuan 25% dan 18,75%.
Chlorella pyrenoidosa dapat dilihat pada Tingginya penurunan nilai BOD pada
tabel 3. perlakuan ini disebabkan karena lebih
banyak terdapat interaksi antara alga dan
Dari tabel 3 dapat dilihat bahwa setelah limbah. Menurut Ginting (2007) reaksi
dilakukan interaksi limbah dengan alga oksidasi zat-zat organik dengan oksigen
Chlorella pyrenoidosa dengan berbagai dalam air dimana proses tersebut dapat
konsentrasi menunjukkan rata-rata berlangsung karena peran dari alga
penurunan nilai BOD yang berbeda-beda. Chlorella pyrenoidosa.

Tabel 3. Rata-rata Analisis BOD (mg/l) dalam kultur biakan alga Chlorella pyrenoidosa

No. Perlakuan (%) Rata-rata Analisis BOD


1. 0 700c
2. 12,5 280b
3. 18,75 70a
4. 25 65a

Keterangan : angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5%
(DMRT)

Semirata 2013 FMIPA Unila |513


ZULFARINA, dkk: POTENTIAL UTILIZATION OF ALGAE Chlorella pyrenoidosa FOR
RUBBER WASTE MANAGEMENT

Jika dilihat pada konsentrasi 0% yang gugus asam (-COOH) yang lemah sehingga
merupakan kontrol (tanpa alga) dari mudah melepaskan H+. Bila ada ion positif
perlakuan juga mengalami penurunan. Hal yang lewat muatan –COO- akan
ini diduga bahwa pada limbah cair karet menangkapnya dengan gaya elektrostatik.
terdapat bakteri pengurai yang hidup secara Titik-titik ini dinamakan titik pertukaran
alami dan apabila suatu zat cair dibiarkan kation. Kation yang berbeda mempunyai
maka kondisinya akan menguap ini yang afinitas yang berbeda, terutama ditentukan
mengakibatkan terjadi penurunan nilai oleh besarnya muatan (Haryoto dan
analisa BOD pada konsentrasi 0%. Semakin Wibowo, 2004).
tinggi persentase pemberian alga Chlorella Menurut Ginting (2007), BOD
pyrenoidosa pada limbah maka semakin merupakan salah satu uji yang paling umum
tinggi terjadinya penurunan nilai BOD. Hal untuk menentukan kualitas buangan limbah
ini diasumsikan bahwa Chlorella cair. Semakin tinggi angka BOD maka
pyrenoidosa memiliki kemampuan untuk semakin sulit bagi makhluk hidup yang ada
merombak bahan organik dan anorganik di air membutuhkan oksigen untuk bertahan
yang terdapat pada limbah cair karet. Selain hidup.
itu Chlorella pyrenoidosa juga memiliki
kemampuan mengadsorbsi bahan polutan COD (Chemical Oxygen Demand)
yang ada pada limbah cair melalui Limbah yang telah dianalisa kandungan
permukaan selnya. Menurut Sriharti (2004). BOD dan COD nya diawal, diberikan
Alga hijau memiliki struktur yang hampir perlakuan dengan konsentrasi alga yang
sama dengan tumbuhan salah satunya ialah berbeda yaitu 0%, 12,5%, 18,75% dan 25%
dinding selnya yang keras. Chlorella dan diamati pada hari ke tujuh. Hasil
mempunyai kemampuan mengadsorbsi analisis varians (lampiran 4) menunjukkan
dengan memanfaatkan kandungan senyawa bahwa pemberian alga Chlorella
organik dan anorganik yang berasal dari pyrenoidosa dengan konsentrasi yang
limbah cair karet untuk metabolisme berbeda pada limbah cair industri karet
Chlorella pyrenoidosa. Senyawa organik berpengaruh sangat nyata terhadap
dan anorganik mula-mula menempel pada penurunan nilai COD limbah cair industri
dinding sel mikroalga Chlorella karet. Rata-rata nilai analisis COD dalam
pyrenoidosa. Dinding sel Chlorella kultur biakan alga Chlorella pyrenoidosa
pyrenoidosa tersusun atas selulosa dan dapat dilihat pada tabel 4.
mengandung pektin yang mempunyai

Tabel 4. Rata-rata analisa COD (mg/l) dalam kultur biakan alga Chlorella pyrenoidosa

No. Perlakuan (%) Rata-rata Analisis COD


1. 0 1800c
2. 12,5 800b
3. 18,75 180a
4. 25 100a

Keterangan : angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5%
(DMRT)

514| Semirata 2013 FMIPA Unila


Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013

Dari tabel 4 dapat dilihat bahwa setelah pada kloroplast. Kegiatan fotosintesis ini
dilakukan interaksi limbah dengan alga akan menambah suplai oksigen pada limbah
Chlorella pyrenoidosa dengan berbagai cair karet sehingga degradasi bahan organik
konsentrasi menunjukkan rata-rata akan berlangsung lebih cepat yang akhirnya
penurunan nilai COD yang berbeda-beda. akan menurunkan nilai COD pada limbah
Rata-rata nilai analisis COD yang tertinggi cair karet. Menurut Sriharti (2004),
adalah pada perlakuan 0% sebesar 1800 beberapa senyawa komplek pada limbah
mg/l dan yang terendah pada perlakuan cair karet harus dioksidasi terlebih dahulu
25% sebesar 100 mg/l. menjadi bentuk yang sederhana dan dapat
Berdasarkan uji DMRT pengaruh diserap. Oksidasi ini di lakukan oleh
pemberian konsentrasi alga terhadap aktifitas simbiosis alga dan bakteri.
penurunan nilai COD limbah cair industri Oksigen yang dihasilkan oleh Chlorella
karet dapat dilihat bahwa perlakuan 25% pyrenoidosa dari proses fotosintesinsnya
dan 18,75% tidak berbeda nyata, sedangkan digunakan untuk mengoksidasi senyawa
perlakuan 0% dan 12,5% berbeda nyata komplek pada limbah cair karet.
dengan perlakuan yang lain. Tidak berbeda
nyatanya perlakuan 25% dan 18,75% ini TSS (Total Suspended Solid)
menandakan bahwa konsentrasi alga Limbah yang telah dianalisa kandungan
18,75% saja sudah cukup untuk TSS nya diawal, diberikan perlakuan
menurunkan angka COD tetapi penurunan dengan konsentrasi alga yang berbeda yaitu
lebih baik lagi jika konsentrasi alga 0%, 12,5%, 18,75% dan 25% dan diamati
ditingkatkan. Menurunnya COD diduga pada hari ke tujuh.
dikarenakan meningkatnya suplai oksigen Total Suspended Solid (TSS) adalah
yang lebih banyak pada akhir penelitian. bahan-bahan tersuspensi (diameter >1 μm)
Nilai COD yang tinggi pada awal penelitian yang tertahan pada saringan millipore
ini mengasumsikan bahwa banyaknya dengan diameter pori 0,45 μm. TSS terdiri
kandungan organik yang terdapat pada atas lumpur dan pasir halus serta jasad-
limbah cair karet serta kurangnya oksigen jasad renik terutama yang disebabkan oleh
di dalam air. Kandungan organik yang kikisan tanah atau erosi yang terbawa ke
tinggi pada limbah cair karet ini akan dalam badan air.
dimanfaatkan oleh alga Chlorella Hasil analisis varians menunjukkan
pyrenoidosa sebagai nutrient yang bahwa pemberian alga Chlorella
digunakan sebagai zat pembangun dalam pyrenoidosa dengan konsentrasi yang
kegiatan metabolismenya. berbeda pada limbah cair industri karet
Alga Chlorella pyrenoidosa yang berpengaruh sangat nyata terhadap
ditambahkan pada limbah cair industri karet penurunan nilai TSS limbah cair industri
akan mengalami fotosintesis. Fotosintesis karet. Hasil pengukuran TSS dalam kultur
yang terjadi pada Chlorella pyrenoidosa di biakan alga Chlorella pyrenoidosa dalam
karenakan Chlorella pyrenoidosa setiap perlakuan dapat dilihat pada tabel 5
mempunyai pigmen klorofil yang terdapat berikut.

Tabel 5. Rata-rata analisa TSS (mg/l) dalam kultur biakan alga Chlorella pyrenoidosa
No. Perlakuan (%) Rata-rata Analisis TSS
1. 0 100c
2. 12,5 80b
3. 18,75 75a
4. 25 70a
Keterangan : angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% (DMRT)

Semirata 2013 FMIPA Unila |515


ZULFARINA, dkk: POTENTIAL UTILIZATION OF ALGAE Chlorella pyrenoidosa FOR
RUBBER WASTE MANAGEMENT

Berdasarkan tabel 5 dapat dilihat bahwa Derajat Keasaman (pH) Kultur Biakan
pemberian alga Chlorella pyrenoidosa Alga Chlorella pyrenoidosa
dengan variasi konsentrasi yang berbeda- pH adalah derajat keasaman yang
beda mampu menurunkan nilai TSS yang digunakan untuk menyatakan tingkat
terdapat pada limbah cair industri karet. keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh
Nilai analisis TSS yang paling tinggi suatu larutan. pH selama penelitian
terdapat pada perlakuan dengan konsentrasi berlangsung dapat diamati pada gambar 1
0% yaitu sebesar 100 mg/l sedangkan yang berikut.
paling rendah pada perlakuan konsentrasi
25% yaitu sebesar 70 mg/l. Uji DMRT Dari gambar 1 dapat terlihat bahwa nilai
pengaruh pemberian konsentrasi alga pH pada setiap perlakuan mengalami
terhadap penurunan nilai TSS limbah cair perubahan yaitu kisaran nilai pH antara 6-8.
industri karet dapat dilihat bahwa perlakuan Semakin tinggi konsentrasi alga yang
25% dan 18,75% tidak berbeda nyata, diberikan pada limbah maka dapat terlihat
sedangkan perlakuan 0% dan 12,5% terjadinya peningkatan pH. pH yang
berbeda nyata dengan perlakuan yang lain. diamati selama penelitian ini sesuai dengan
Parameter TSS juga berperan penting standar pH yang dikeluarkan oleh menteri
dalam baku mutu limbah. Dari nilai TSS Lingkungan Hidup yaitu dengan standar
akan dapat diketahui apakah telah terjadi antara 6-9. Jika dilihat pH awal limbah cair
pencemaran pada perairan, bila nilainya karet masih sesuai dengan standar baku
meningkat cukup signifikan perairan akan tetapi dengan interaksi alga Chlorella
tampak keruh dan terkesan kotor sehingga pyrenoidosa sampai konsentrasi yang lebih
tentu saja mengurangi daya guna airnya. tinggi yaitu 25% dapat meningkatkan pH
Hasil pengukuran total padatan tersuspensi dari limbah cair karet menjadi basa.
pada limbah cair karet adalah 200 mg/l. Pertumbuhan alga Chlorella pyrenoidosa
Dilihat dari standar baku mutu limbah nilai akan lebih baik pada rentang pH yang
ini diatas dari standar yang ditetapkan yaitu bersifat sedikit lebih basa dibandingkan
sebesar 150 mg/l. Jika dilihat dari warna rentang pH asam. Terjadinya peningkatan
limbah yang keruh maka bisa saja air pH selama penelitian diasumsikan sejalan
limbah pabrik karet tidak layak untuk dengan peningkatan kepadatan alga, dimana
dibuang ke sungai karena akan berdampak meningkatnya kepadatan alga berarti
pada kecerahan dan estetika sungai. meningkatkan metabolisme di dalam kultur
biakan.

Gambar 1. Grafik Rata-Rata pH

516| Semirata 2013 FMIPA Unila


Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013

Alga mampu menggunakan Fase logaritmik yang terjadi dalam kultur


karbondioksida sebagai sumber karbon stok merupakan fase adaptasi dari kondisi
utama untuk sintesa sel baru dan tidak optimum pada saat Chlorella
melepaskan oksigen melalui mekanisme pyrenoidosa disimpan dalam kultur koleksi.
fotosintesis. Selain oksigen yang masuk Kurva pertumbuhan ini sangat dekat dengan
dari udara, suplai oksigen terbesar didapat bentuk kurva pertumbuhan khas dari alga
dari hasil fotosintesa oleh mikroalga (Mara satu sel dalam kultur dengan volume
et all, 2007). terbatas (Fogg, 1995). Hari ke-7 dan
Reaksi kimia pada ion-ion karbonat dan seterusnya telah berlangsung fase stasioner
bikarbonat yang terdisosiasi mendukung hingga mungkin ke fase kematian dengan
konsumsi CO2 yang kontiniu oleh alga bentuk kurva yang cenderung mendatar.
sehingga OH- terakumulasi dan cenderung Dari kondisi yang digambarkan oleh kurva
pH meningkat. Reaksi kimia tersebut dapat pertumbuhan mikroalga tersebut, akan
dinotasikan sebagai berikut : menjadi acuan dalam tahapan analisis
-
2HCO3 + H2O + CO2 limbah yang diinokulasi dengan mikroalga.
CO3 + H2O CO2 + 2OH-
-
Kepadatan alga Chlorella pyrenoidosa
yang paling tinggi ditemukan pada
Kepadatan Alga Chlorella pyrenoidosa konsentrasi 25% karena pada perlakuan ini
Kepadatan alga diperoleh dari data volume alga yang ditambahkan pada limbah
pengamatan per hari terhadap optical cair karet lebih banyak, sehingga alga lebih
density atau absorbansi sel alga dan banyak yang berkembang dalam perlakuan.
ditransformasikan dalam sebuah kurva Sel-sel mikroalga termasuk Chlorella
pertumbuhan yang dapat dilihat pada pyrenoidosa dapat bertahan dalam kondisi
gambar 2. Absorbansi diukur dengan lingkungan yang tidak sesuai bagi
menggunakan spektrofotometer pada pertumbuhan optimumnya, karena dapat
panjang gelombang 620 nm (Zikra, 2011). membentuk spora dorman yang sangat
Gambar tersebut memperlihatkan fase tahan terhadap kondisi lingkungan yang
pertumbuhan alga yaitu fase logaritmik buruk.
berlangsung dari hari ke-2 hingga ke-5.

Gambar 2. Grafik Kepadatan alga Chlorella pyrenoidosa

Semirata 2013 FMIPA Unila |517


ZULFARINA, dkk: POTENTIAL UTILIZATION OF ALGAE Chlorella pyrenoidosa FOR
RUBBER WASTE MANAGEMENT

CO2 Terlarut

Tabel 6. Rata-rata kandungan CO2 (mg/l) dalam kultur biakan alga Chlorella pyrenoidosa.

Perlakuan
Ulangan
0% 12.5% 18,75% 25% Total
1 35 20 15 11
2 35 21 16 10
3 35 20 17 9
Jumlah 105 61 48 30 244
Rerata 35 20,3 16 10 81,3

Kadar karbondioksida alga saat survei Chlorella pyrenoidosa sehingga lebih


berlangsung sebesar 35 mg/l. Kadar CO2 banyak CO2 yang digunakan.
bebas lebih dari 25 mg/l sudah Karbondioksida yang terdapat di dalam air
membahayakan kehidupan ikan (NTAC merupakan hasil proses difusi CO2 dari
dalam Subroto dan Akrimi, 2002). Rata- udara dan hasil proses respirasi organisme.
rata analisa kadar CO2 setelah penambahan Sumber utama CO2 dapat berasal dari
konsentrasi alga selama penelitian dapat atmosfir dan hasil respirasi organisme.
dilihat pada tabel 6 berikut. Udara yang selalu bersentuhan dengan air
akan mengakibatkan terjadinya proses
Terlihat selama penelitian berlangsung difusi CO2 ke dalam air.
terdapat perbedaan rata-rata kandungan
CO2. Kandungan CO2 yang tertinggi Oksigen terlarut/ Disolved Oxygen (DO)
terdapat pada perlakuan 0% sebesar 35 mg/l Kadar oksigen terlarut merupakan
dan yang paling rendah terdapat pada banyaknya oksigen yang terdapat pada
perlakuan 25% sebesar 10 mg/l. Rendahnya kultur biakan alga Chlorella pyrenoidosa.
kandungan CO2 pada perlakuan konsentrasi Kadar oksigen terlarut yang terukur selama
25% disebabkan karena pada perlakuan ini penelitian berlangsung dapat dilihat pada
lebih banyak terjadi proses fotosintesis tabel 7.
karena terdapat lebih banyak sel alga

Tabel 7. Rata-rata kandungan oksigen terlarut (mg/l) dalam kultur biakan alga Chlorella
pyrenoidosa.

Perlakuan
Ulangan
0% 12.5% 18,75% 25% Total
1 2,2 2,9 4,1 5,6
2 1,7 3,0 4,2 5,7
3 2,3 2,8 4,4 5,6
Jumlah 6,2 8,7 12,7 16,9 44,5
Rerata 2,06 2,9 4,2 5,6 14,76

518| Semirata 2013 FMIPA Unila


Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013

Tabel 7 menunjukkan bahwa hasil Berdasarkan gambar dapat dilihat bahwa


pengukuran oksigen terlarut dari aktivitas rata-rata suhu kultur biakan alga berkisar
alga adalah berkisar antara 2,06-5,6 mg/l. antara 22-230C. Setiap perlakuan kenaikan
Nilai kandungan oksigen terlarut minimum konsentrasi menunjukkan bahwa tidak
yang dikatakan oleh NTAC dalam Subroto terdapat perbedaan suhu yang terlalu besar.
dan Akrimi (2002) adalah sebesar 2 mg/l, Hirata dalam Rostini (2007) menyatakan
jumlah tersebut cukup mendukung bahwa alga Chlorella pyrenoidosa tumbuh
kehidupan organisme jika perairan tidak sangat baik pada suhu sekitar 20-230C.
tercemar oleh senyawa beracun. Sedangkan menurut Isnansetyo dan
Oksigen merupakan salah satu gas yang Kurniastuty (1995), kisaran suhu optimal
terlarut, dengan kadar bervariasi yang bagi pertumbuhan alga Chlorella
dipengaruhi oleh suhu, salinitas dan pyrenoidosa adalah antara 25-300C.
tekanan atmosfir. Selain diperlukan untuk
kelangsungan hidup oksigen juga KESIMPULAN DAN SARAN
diperlukan dalam proses dekomposisi
senyawa-senyawa organik menjadi senyawa Kesimpulan
anorganik. Chlorella pyrenoidosa berpotensi untuk
Dengan peningkatan suhu akan menurunkan kadar pencemar limbah cair
menyebabkan konsentrasi oksigen akan karet.
menurun dan sebaliknya suhu yang semakin Konsentrasi terbaik atau yang paling
rendah akan meningkatkan konsentrasi potensial dalam menurunkan kadar
oksigen terlarut. Sumber utama oksigen pencemar limbah cair karet adalah
terlarut dalam air berasal dari adanya perlakuan konsentrasi alga 25%.
kontak antara permukaan air dengan udara
dan juga dari proses fotosintesis. Saran
Disarankan agar terus mengkaji
Suhu penerapan penggunaan mikroalga Chlorella
Suhu merupakan salah satu fakor pyrenoidosa sebagai pengolah air limbah
lingkungan yang mempengaruhi industri pabrik karet di lapangan yang
perumbuhan alga Chlorella pyrenoidosa. paling sesuai, diperlukan penelitian lebih
Rata-rata suhu kultur biakan alga Chlorella lanjut dengan skala kultur yang lebih besar
pyrenoidosa selama penelitian berlangsung secara bertahap.
dapat dilihat pada gambar 3.
DAFTAR PUSAKA

Carolina., Sriharti dan Neni. S. 2006.


Netralisasi Limbah Karet Oleh Beberapa
Jenis Mikroalga. Sidang Seminar
Perhimpunan Bioteknologi Pertanian
Indonesia.
Dewi dan Gultom. 2009. Pemanfaatan
algae chlorella sp. Dan eceng gondok
untuk Menurunkan tembaga (Cu) pada
industri pelapisan logam. Jurusan Teknik
Kimia, Fakultas Teknik, Universitas
Gambar 3. Grafik Rata-rata suhu (0C) dalam
Diponegoro. Semarang
kultur biakan alga Chlorella
pyrenoidosa

Semirata 2013 FMIPA Unila |519


ZULFARINA, dkk: POTENTIAL UTILIZATION OF ALGAE Chlorella pyrenoidosa FOR
RUBBER WASTE MANAGEMENT

Fogg, G.E. 1995. Algae Cultures and Mara, D., Mills, S.W., Pearson, H.W,.&
Phytoplankton Ecology. The University Alabaster, G.P. 2007. Waste
of Winconsin Press. Madison- Stabilization Ponds : a Viable
Milwaukee-London. Alternative for Small Community
Treatment Systems. Water and
Gaspersz, V. 1994. Metode Perancangan
Environment Journal, 74.
Percobaan. Armico. Bandung
Prihantini, N.B., Putri, B, dan Yuniati,R.
Ginting, perdana. 2007. Sistem Pengelolaan
2005. Pertumbuhan Chlorella spp.
Lingkungan dan Limbah Industri. Yrama
Dalam Medium Ekstrak Tauge (MET)
widya. Bandung.
Dengan Variasi pH Awal. Jurnal Makara
Haryoto dan Wibowo, A. 2004. Kinetika Sains Vol 9.
Bioakumulasi Logam Berat Kadmium
Sriharti. 2004. Pengaruh spesies Chlorella
Oleh Fitoplankton Chlorella sp
Dalam Menetralisir Limbah Cair Karet.
Lingkungan Perairan laut. Jurnal. Jurnal
Prosiding Seminar Nasional Rekayasa
Penelitian Sains dan Teknologi, Vol 5,
Kimia. LIPI
No 2, 89-103
Subroto dan Akrimi. 2002. Teknik
Heryanto, S. 2000. Pemanfaatan Chlorella
Pengamatan dan Kualitas Air dan
Sp Dalam Penurunan Kadar Bod Limbah
Plankton Danau Arang-Arang. Jambi
Cair Industri Karet Ptp XVIII Ngobo.
Ungaran Syahputra, B. 2002. Pemanfaatan Alga
Chlorella pyrenoidosa Untuk
Ismayana dan Purwoko. 2002. Pengantar
Menurunkan Tembaga (Cu) Pada
Praktikum Laboratorium Lingkungan.
Industri Pelapisan Logam. Fakultas
Institut Pertanian Bogor. Bogor
teknik UNISSULA. Semarang
Isnansetyo, A dan Kurniastuty. 1995.
Zikra, E. 2011. Potensi Pemanfaatan
Teknik Kultur Phytoplankton dan
Chlorella pyrenoidosa Dalam
Zooplankton Pakan alami untuk
Pengelolaan Limbah Cair Kelapa Sawit.
Pembenihan Organisme Laut. Kanisius.
Thesis Pascasarjana Ilmu Lingkungan
Yogyakarta.
Universitas Riau. Pekanbaru

520| Semirata 2013 FMIPA Unila

Anda mungkin juga menyukai