Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pasien kritis dengan perawatan di ruang ICU (Intensive Care Unit) memiliki
morbiditas dan mortalitas yang tinggi.Mengenali ciri-ciri dengan cepat dan
penatalaksanaan dini yang sesuai pada pasien beresiko kritis atau pasien yang berada
dalam keadaan kritis dapat membantu mencegah perburukan lebih lanjut dan
memaksimalkan peluang untuk sembuh (Gwinnutt, 2006 dalam Jevon dan Ewens,
2009).Comprehensive Critical Care Department of Health-Inggris merekomendasikan
untuk memberikan perawatan kritis sesuai filosofi perawatan kritis tanpa batas (critical
care without wall), yaitu kebutuhan pasien kritis harus dipenuhi di manapun pasien
tersebut secara fisik berada di dalam rumah sakit (Jevon dan Ewens, 2009). Hal ini
dipersepsikan sama oleh tim pelayanan kesehatan bahwa pasien kritis memerlukan
pencatatan medis yang berkesinambungan dan monitoring penilaian setiap tindakan yang
dilakukan.Dengan demikian pasien kritis erat kaitannya dengan perawatan intensif oleh
karena dengan cepat dapat dipantau perubahan fisiologis yang terjadi atau terjadinya
penurunan fungsi organ-organ tubuh lainnya (Rab, 2007).
1.2 Rumusan Masalah
2. Apa itu Pengertian keperawatan kritis?
3. Bagaimana Ruang lingkup keperawatan kritis?
4. Bagaimana Konsep keperawatan kritis?
5. Apa saja Prinsip keperawatan kritis?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk memahamidan mendalami persprektif keperawatan kritis.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu mengetahui apa itu pengertian keperwatan kritis
b. Mampu mengetahui bagaimana ruang lingkup keperawatan kritis
c. Mampu mengetahui bagaimana konsep keperawatan kritis
d. Mampu mengetahui bagaimana prinsip keperawatan kritis

BAB II
1
TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian keperawatan kritis


Ilmu perawatan kritis adalah bidang keperawatan dengan suatu fokus pada
penyakit yang kritis atau pasien yang tidak stabil. Perawat kritis dapat ditemukan bekerja
pada lingkungan yang luas dan khusus, seperti departemen keadaan darurat dan unit
gawat darurat (Wikipedia, 2013)
Keperawatan kritis adalah keahlian khusus di dalam ilmu perawatan yang
menghadapi secara rinci dengan manusia yang bertanggung jawab atas masalah yang
mengancam jiwa.Perawat kritis adalah perawat profesional yang resmi yang bertanggung
jawab untuk memastikan pasien dengan sakit kritis dan keluarga-keluarga mereka
menerima kepedulian optimal (American Association of Critical-Care Nurses).
Kritis adalah penilaian dan evaluasi secaracermat dan hati-hati terhadap suatu
kondisi krusial dalam rangka mencari penyelesaian/jalan keluar.Keperawatan kritis
merupakan salah satu spesialisasi di bidang keperawatan yang secara khusus menangani
respon manusia terhadap masalah yang mengancam hidup.
Keperawatan kritis adalah suatu bidang yang memerlukan perawatan pasien
yang berkualitas tinggi dan konperhensif.Untuk pasien yang kritis, waktu adalah vital.
Proses keperawatan memberikan suatu pendekatan yang sistematis, dimana perawat
keperawatan kritis dapat mengevaluasi masalah pasien dengan cepat.
Proses keperawatan adalah susunan metode pemecahan masalah yang meliputi
pengkajian, analisa, perencanaan ,implementasi, dan evaluasi. The American Asosiation
of Critical care Nurses (AACN) menyusun standar proses keperawatan sebagai asuhan
keperawatan kritikal.
2.2 Ruang Lingkup Keperawatan Kritis
American Association of Critical Care Nurses (AACN) menyatakan bahwa
asuhan keperawatan kritis mencakup diagnosis dan penatalaksanaan respon manusia
terhadap penyakit yang aktual atau potensial yang mengancam kehidupan
(AACN,1989).Lingkup praktik asuhan keperawatan kritis didefinisikan dengan interaksi
perawat kritis, pasien dengan penyakit kritis, dan lingkungan yang memberikan sumber-
sumber adekuat untuk pemberian perawatan.
Pasien yang masuk ke lingkungan keperawatan kritis menerima asuhan
keperawatan intensif untuk berbagai masalah kesehatan.Serangkaian gejala memiliki
rentang dari pasien yang memerlukan pemantauan yang sering dan membutuhkan sedikit

2
intervensi sampai pasien dengan kegagalan fungsi multisistem yang memerlukan
intervensi untuk mendukung fungsi hidup yang mendasar.Pada umumnya lingkungan
yang mendukung rasio perbandingan perawat – pasien yaitu 1:2 (tergantung dari
kebutuhan pasien), satu perawat dapat merawat tiga pasien dan, terkadang seorang pasien
memerlukan bantuan lebih dari satu orang perawat untuk dapat bertahan hidup.Dukungan
dan pengobatan terhadap pasien-pasien tersebut membutuhkan suatu lingkungan yang
informasinya siap tersedia dari berbagai sumber dan diatur sedemikian rupa sehingga
keputusan dapat diambil dengan cepat dan akurat. 
2.3 Konsep keperawatan kritis
1. Tujuan
Untuk mempertahankan hidup (maintaining life).
2. Pengkajian
Dilakukan pada semua sistem tubuh untuk menopang dan mempertahankan
sistem-sistem tersebut tetap sehat dan tidak terjadi kegagalan.Pengkajian meliputi
proses pengumpulan data, validasi data, menginterpretasikan data dan
memformulasikan masalah atau diagnosa keperawatan sesuai hasil analisa data.
Pengkajian awal didalam keperawatan itensif sama dengan pengkajian umumnya
yaitu dengan pendekatan system yang meliputi aspek bio-psiko-sosial-kultural-
spiritual, namun ketika klien yang dirawat telah menggunakan alat-alat bantu mekanik
seperti Alat Bantu Napas (ABN), hemodialisa, pengkajian juga diarahkan ke hal-hal
yang lebih khusus yakni terkait dengan terapi dan dampak dari penggunaan alat-alat
tersebut.
3. Diagnosa Keperawatan
Setelah melakukan pengkajian, data dikumpulkan dan diinterpretasikan
kemudian dianalisa lalu ditetapkan masalah/diagnosa keperawatan berdasarkan data
yang menyimpang dari keadaan  fisiologis. Kriteria hasil ditetapkan untuk mencapai
tujuan dari tindakan keperawatan yang diformulasikan berdasarkan pada kebutuhan
klien yang dapat diukur dan realistis.
Ditegakkan untuk mencari perbedaan serta mencari tanda dan gejala yang sulit
diketahui untuk mencegah kerusakan/ gangguan yang lebih luas.
4. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan tindakan keperawatan dibuat apabila diagnosa telah
diprioritaskan. Prioritas maslah dibuat berdasarkan pada ancaman/risiko ancaman
hidup (contoh: bersihan jalan nafas tidak efektif, gangguan pertukaran gas, pola nafas
3
tidak efektif, gangguan perfusi jaringan, lalu dapat dilanjutkan dengan
mengidentifikasi alternatif diagnosa keperawatan untuk meningkatkan keamanan,
kenyamanan (contoh: resiko infeksi, resiko trauma/injury, gangguan rasa nyaman dan
diagnosa keperawatan untuk mencegah, komplikasi (contoh: resiko konstifasi, resiko
gangguan integritas kulit). Perencanaan tindakan mencakup 4(empat) umsur kegiatan
yaitu observasi/monitoring, terapi keperawatan, pendidikan dan tindakan kolaboratif.
Pertimbangan lain adalah kemampuan untuk melaksanakan rencana dilihat dari
keterampilan perawat, fasilitas, kebijakan dan standar operasional prosedur.
Perencanaan tindakan perlu pula diprioritaskan dengan perencanaan ini adalah untuk
membuat efisiensi sumber-sumber, mengukur kemampuan dan mengoptimalkan
penyelesaian masalah.
Ditujukan pada penerimaan dan adaptasi pasien secara konstan terhadap status yang
selalu berubah.
5. Implementasi
Semua tindakan dilakukan dalam pemberian asuhan keperawatan terhadap
klien sesuai dengan rencana tindakan. Hal ini penting untuk mencapai tujuan.
Tindakan keperawatan dapat dalam bentuk observasi, tindakan prosedur terntentu,
tindakan kolaboratif dan pendidikan kesehatan. Dalam tindakan perlu ada pengawasan
terus menerus terhadap kondisi klien termasuk evaluasi prilaku.
Ditujukan terapi gejala-gejala yang muncul pertama kali untuk pencegahan krisis dan
secara terus-menerus dalam jangka waktu yang lama sampai dapat beradaptasi dengan
tercapainya tingkat kesembuhan yang lebih tinggi atau terjadi kematian.
6. Evaluasi
Evaluasi adalah langkah kelima dalam proses keperawatan dan merupakan
dasar pertimbangan yang sistematis untuk menilai keberhasilan tindkan keperawatan
dan sekaligus dan merupakan alat untuk melakukan pengkajian ulang dalam upaya
melakukan modifikasi/revisi diagnosa dan tindakan. Evaluasi dapat dilakukan setiap
akhir tindakan pemberian asuhan yang disebut sebagai evaluasi proses dan evaluasi
hasil yang dilakukan untuk menilai keadaan kesehatan klien selama dan pada akhir
perawatan. Evaluasi dicatatan perkembangan klien.
Dilakukan secara cepat, terus menerus dan dalam waktu yang lama untuk mencapai
keefektifan masing-masing tindakan/ terapi, secara terus-menerus menilai kriteria
hasil untuk mengetahui perubahan status pasien.

4
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan pasien kritis prioritas pemenuhan
kebutuhan tetap mengacu pada hirarki kebutuhan dasar Maslow dengan tidak
meninggalkan prinsip holistic bio-psiko-sosio dan spritual.
Keperawatan kritis harus menggunakan proses keperawatan dalam memberikan asuhan
keperawatan :
a.    Data akan dikumpulkan secara terus – menerus pada semua pasien yang sakit
kritis dimanapun tempatnya.
b.    Indentifikasi masalah/kebutuhan pasien dan prioritas harus didasarkan pada data
yang dikumpulkan.
c.    Rencana asuhan keperawatan yang tepat harus diformulasikan.
d.    Rencana asuhan keperawatan harus diimplementasikan menurut prioritas dari
identifikasimasalah atau kebutuhan.
e.    Hasil dari asuhan keperawatan harus dievaluasi secara terus – menurus.
7. Dokumentasi Keperawatan
Dokumentasi adalah catatan yang berisi data pelaksanaan tindakan
keperawatan atau respon klien terhadap tindakan keperawatan sebagai
petanggungjawaban dan pertanggunggugatan terhadap asuhan keperawatan yang
dilakukan perawat kepada pasien dari kebijakan.
Dokumentasi keperawatan merupakan dokumentasi legal dalam sistem
pelayanan keperawatan, karena melalui pendokumentasikan yang baik, maka
informasi mengenai keadaan kesehatan klien  dapat diketahui secara
berkesinambungan.
2.4 Prinsip keperawatan kritis
Pengatasan pasien kritis dilakukan di ruangan unit gawat darurat yang
disebut juga dengan emergency  department sedangkan yang dimaksud dengan pasien
kritis adalah pasien dengan perburukan patofisiologi yang cepat yang dapat
menyebabkan kematian. Ruangan untuk mengatasi pasien kritis di rumah sakit dibagi
atas Unit Gawat Darurat (UGD) dimana pasien diatasi untuk pertama kali, unit
perawatan intensif (ICU) adalah bagian untuk mengatasi keadaan kritis sedangkan
bagian yang lebih memusatkan perhatian pada penyumbatan dan penyempitan
pembuluh darah koroner yang disebut unit perawatan intensif koroner (Intensive Care
Coronary Unit= ICCU). Baik UGD, ICU, maupun ICCU adalah unit perawatan
pasien kritis dimana perburukan patofisiologi dapat terjadi secara cepat yang dapat
berakhir dengan kematian.Sebenarnya tindakan pengatasan kritis ini telah dimulai di
5
tempat kejadian maupun dalam waktu pengankutan pasien ke Rumah Sakit yang
disebut dengan fase prehospital. Tindakan yang dilakukan adalah sama yakni
resusitasi dan stabilisasi sambil memantau setiap perubahan yang mungkin terjadi dan
tindakan yang diperlukan. Tiap pasien yang dirawat di ICU memerlukan evaluasi
yang ketat dan pengatasan yang tepat dalam waktu yang singkat. Oleh karena itu
kelainan pada pasien kritis dibagi atas 9 rangkai kerja:
1. Prehospital,
meliputi pertolongan pertama pada tempat kejadian resusitasi cardiac
pulmoner, pengobatan gawat darurat, teknik untuk mengevaluasi, amannya
transportasi, akses telepon ke pusat.
2. Triage,
yakni skenario pertolongan yang akan diberikan sesudah fase keadaan. Pasien-
pasien yang sangat terancam hidupnya harus diberi prioritas utama.Pada bencana
alam dimana terjadi sejumlah kasus gawat darurat sekaligus maka skenario
pengatasan keadaan kritis harus dirancang sedemikian rupa sehingga pertolongan
memberikan hasil secara maksimal dengan memprioritaskan yang paling gawat dan
harapan hidup yang tinggi.
3. Prioritas dari gawat darurat tiap pasien gawat darurat
mempunyai tingkat kegawatan yang berbeda, dengan demikian mempunyai
prioritas pelayanan prioritas yang berbeda.
Oleh karena itu diklasifikasikan pasien kritis atas:
a.    Exigent, pasien yang tergolong dalam keadaan gawat darurat 1 dan memerlukan
pertolongan segera. Yang termasuk dalam kelompok ini dalah pasien
dengan  obstruksi jalan nafas, fibrilasi ventrikel, ventrikel takikardi dan cardiac arest.
b.    Emergent, yang disebut juga dengan gawat darurat 2 yang memerlukan
pertolongan secepat mungkin dalam beberapa menit. Yang termasuk dalam kelompok
ini adalah miocard infark, aritmia yang tidak stabil dan pneumothoraks.
c.    Urgent, yang termasuk kedalam gawat darurat 3. Dimana waktu pertolongan
yang dilakukan lebih panjang dari gawat darurat 2 akantetapi tetap memerlukan
pertolongan yang cepat oleh karena dapat mengancam kehidupan, yang termasuk ke
dalam kelompok ini adalah ekstraserbasi asma, perdarahan gastrointestinal dan
keracunan.
d.    Minor atau non urgent, yang termasuk ke dalam gawat darurat 4, semua penyakit
yang tergolong kedalam yang tidak mengancam kehidupan.
6
2.5 Isu Etik Dan Legal Pada Keperawatan Kritis
Perawat ruang intensif atau kritis harus memberikan palayanan keperawatan
yang mencerminkan pemahaman akan aspek etika dan legal kesehatan. Perawat ruang
kritis harus bekerja sesuai dengan aturan yang ada (standar rumah sakit / standar
pelayanan maupun asuhan keperawatan).Etik ditujukan untuk mengukur prilaku yang
diharapkan dari manusia, sehingga jika manusia tersebut merupakan suatu kelompok
tertentu atau profesi tertentu seperti profesi keperawatan, maka aturannya merupakan
suatu kesepakatan dari kelompok tersebut yang disebut kode etik.
Suatu pekerjaan sebagai seorang perawat rumah sakit ataupun bagian dari staf
pramedik tidak membuat perawat bisa menghindari tanggung jawab dan kewajiban
mematuhi hukum dalam setiap tindakan atau pelayanan keperawatan yang
dilakukan.Kumpulan hukum atau peraturan keperawatan yang telah dikembangkan
dikenal sebagai standar pelayanan keperawatan. Standar pelayanan keperawatan
ditentukan dengan pengambilan keputusan akan tindakan profesional yang paling tepat
dilakukan untuk mengatasi masalah yang ada. 
2.6 Kecenderungan Trend Dan Isu Keperawatan Kritis
Perkembangan yang sangat pesan dibidang teknologi dan pelayanan kesehatan
cukup berkontribusi dalam membuat orang tidak lagi dirawat dalam jangka waktu lama
dirumah sakit. Klien yang berada di unit perawatan kritis dikatakan lebih sakit dari
sebelumnya. Sekarang ini banyak klien yang dirawat diunit kritis untuk waktu 5 tahun
sudah dapat menjalani rawat jalan dirumah masing-masing.Klien unit kritis yang ada
sekarang ini tidak mungkin bertahan hidup dimasa lalu dikarenakan buruknya sistem
perawatan kritis yang ada. Sudah direncanakan dibeberapa rumah sakit akan adanya unit
kritis yang lebih besar dan kemungkinan mendapatkan pelayana perawatan kritis dirumah
atau tempat-tempat alternatif lainnya. Perawat kritis harus tepat memantau informasi
terbaru dan mengembangkan kemampuan yang dimiliki untuk mengelola metode dan
teknologi perawatan terbaru.Seiring dengan perkembangan perawatan yang dilakukan
pada klien semakin kompleks dan banyaknya metode ataupun teknologi perawatan baru
yang diperkenalkan, perawat kritis dipandang perlu untuk selalu meningkatkan
pengetahuannya.
2.7 Kompetensi spesialis keperawatan kritis
Kompetensi ialah seperangkat tindakan cerdas, penuh tanggung jawab yang
dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam
melaksanakan tugas-tugas dibidang pekerjaan tertantu.Untuk mengembangkan
7
kompetensi seseorang perawat spesialis keperawatan kritis kita perlu mengetahui ciri-ciri
dari tingkat spesialis keperawatan kritis itu sendiri.
Kompetensi yang harus dicapai oleh seorang perawat kritis sesuai Standar
Operasional Prosedur yang di lakukan di ICU Dewasa
1. Penanganan Gangguan Jalan Nafas :
- Melakukan Terapi Oksigen
- Melakukan Bronchiaal Washing
- Melakukan Suction
- Melakukan Intubasi
- Melakukan Extubasi /Weaning
2. Menggunakan Ventilator :
- Mempersiapkan Ventilator
- Set Ventilator
- Merawat mesin Ventilator
- Mengukur Volume Tidal
- Melakukan T-Piece
- Memberikan obat Inhalasi
- Mengambil sampel darah arteri unk. AGD
- Penaganan Gangguan Sistem Cardiovaskuler
- Emergency Trolly
- Melakukan rekaman EKG
- Memasang Monitoring E K G , Saturasi Oksigen, Tekanan Darah
- RJP
- Mengkaji pasien Decompensasi Cordis
- Mengkaji pasien MCI
- Merawat pasien dengan menggunakan CVP
- Melakukan DC Shock
- Memberi antikuagulan
- Melakukan evaluasi post streptase
- Memberikan Pendidikan Kesehatan dalam pemberian Streptase
3. Penanganan Gangguan Sistim Pencernaan
- Memasang NGT

8
- Melakukan Nutrisi parenteral
4. Penanganan Gangguan Sistim Perkemihan
- Menghitung Balance Cairan
- Mengobservasi pasien post Transplantasi
5. Penanganan Gangguan Sistim Neorologi
- Menilai tingkat kesadaran /GCS
- Melakukan Mobilisasi
6. Penanganan Gangguan Endokrin
- Melakukan pemberian insulin pa pat. Ketoasidosis.
2.8 Ciri-ciri Seorang Perawat Kritis
Berikut ciri-ciri dari level spesialis keperawatan kritis menurut robertson et al,
(2006) adalah :
- Mengelola pasien dengan standar industri yang konsiten
- Hormat terhadap sejawat dan lainnya
- Role model
- Utilisasi pengetahuan dalam aplikasi dan mengintergrasikan pengetahuan dan
praktek
- Respon terhadap perubahan lingkungan secara kontinyu
- Utilisasi riset dalam praktek
- Mendukung staf yang kurang pengalaman dan menunjukan kesadaran kebutuhan
dari keutuhan unit
- Profesional yang aktif
- Memperlihatkan keterampilan komunikasi yang aktif
- Memperlihatkan keterampilan pengkajian tingkat tinggi
- Intrepretasikan situasi yang kompleks
- Bertindak sebagai koordinator perawatan
- Setelah mengetahui ciri-ciri dari keperawatan kritis spesialis maka kita lebih
mudah dalam merumuskan kompetensi, elemen dan ujuk kerja/penampilan yang
dibutuhkan.
2.9 Stroke

9
1. Definisi
Stroke timbul karena terjadi gangguan peredaran darah di otak yang
menyebabkan terjadinya kematian jaringan otak sehingga mengakibatkan penderita
menderita kelumpuhan atau bahkan kematian. Ada dua klafikasi umum cedera
serebrovaskular, yaitu stroke iskemik dan hemoragik. Stroke iskemik terjadi akibat
penyumbatan aliran darah ateri yang lama kebagian otak.
2. Etiologi
Stroke dibagi menjadi dua jenis yaitu: stroke iskemik dan stroke hemoragik
a. Stroke iskemik (non hemoragik) yaitu tersumbatnya pembuluh darah yang
menyebabkan aliran darah ke otak sebagian atau keseluruhan terhenti. 80%
stroke adalah stroke iskemik.
Stroke iskemik dibagi menjadi 3 jenis , yatu :
1. Stroke trombotik: proses terbentuknya thrombus yang membuat
penggumpalan
2. Stroke embolik: tertutupnya pembuluh arteri oleh bekuan darah
3. Hipeporfusion sistemik: berkurangnya aliran darah ke seluruh bagian
tubuh karena adanya gangguan denyut jantung
b. Stroke hemoragik adalah stroke yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh
darah otak. Hampir 70% kasus stroke hemoragik terjadi pada penderita
hipertensi.
Stroke hemoragik ada 2 jenis, yaitu :
1. Hemoragik intraserebal: pendarahan yang terjadi didalam jaringan otak
2. Hemoragik subaraknoid: pendarahan yang terjadi pada ruang subraknoid
(ruang sempit antara permukaan otak dan lapisan jaringan yang menutupi
otak)
3. Patofisiologi
Penyakit jantung atau pembuluh darah yang mendasarinya. Manifestasi sekunder
di otak adalah hasil dari satu atau lebih dari yang mendasari atau faktor risiko.
Patologi utama termasuk hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung dan hiperlipemia.
10
Dua jenis stroke yang dihasilkan dari penyakit ini adalah stroke iskemik dan
hemoragik.

1) Stroke Iskemik

Stroke iskemik atau stroke penyumbatan disebabkan oleh oklusi cepat dan
mendadak pada pembuluh darah otak sehingga aliran darah terganggu. Jaringan
otak yang kekurangan oksigen selama lebih dari 60 sampai 90 detik akan menurun
fungsinya. Trombus atau penyumbatan seperti aterosklerosis menyebabkan
iskemia pada jaringan otak dan membuat kerusakan jaringan neuron sekitarnya
akibat proses hipoksia dan anoksia. Sumbatan emboli yang terbentuk di daerah
sirkulasi lain dalam sistem peredaran darah yang biasa terjadi didalam jantung
atau sebagai komplikasi dari fibrilasi atrium yang terlepas dan masuk ke sirkulasi
dari fibriasi atrium yang terlepas dan masuk ke sirkulasi darah otak, dapat pula
menggangu sistem sirkulasi otak.

Oklusi akut pada pembuluh darah otak membuat daerah otak terbagi
menjadi dua daerah keparahan derajat otak, yaitu daerah inti dan daerah
penumbra. Daerah inti adalah daerah atau bagian otak yang memiliki aliran darah
kurang dari 10cc / 100g jaringan otak tiap menit. Daerah ini beresiko menjadi
nekrosis dalam hitungan menit. Lalu daerah penumbra alah daerah otak yang
aliran darahnya terganggu tetapi masih lebih baik dari pada daerah inti karena
daerah ini mendapat suplai perfusi dari pembuluh darah lainnya. Daerah
penumbra memiliki prognosis lebih baik dibandingkan dengan daerah inti karena
daerah ini masih mendapat suplai perfusi dari pembuluh darah lainnya. Daerah
penumbra memiliki aliran darah 10-25cc/100g jaringan otak tiap menit. Daerah
penumbra memiliki prognosis lebih baik dibandingkan dengan daerah inti. Deficit
dari stroke iskemik tidak hanya bergantung pada luas daerah inti dan penumbra,
tetapi juga pada kemampuan sumbatan menyebabkan kekakuan pembuluh darah
vasospasme.

Kerusakan jaringan otak akibat oklusi atau tersumbatnya aliran darah


adalah suatu proses biomolekular yang bersifat cepat dan progresif pada tingkat
seluler, proses ini disebut dengan kaskade iskemia (ischemia cascade). Setelah
aliran darah terganggu.jaringan menjadi keukrangan oksigen dan glukosa yang
menjadi sumber utama energi untuk menjalankan proses potensi

11
membrane.kekurangan energi membuat daerah yang kekurangan oksigen dan gula
darah tersebut menjalankan metabolism anaerob.

2) Stroke Hemoragik
Stroke hemoragik disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah yang disertai
ekstravasasi darah ke parenkim otak akibat penyebab nontraumatis. Stroke
perdarahan sering terjadi pada pembuluh darah yang melemah, penyebab
kelemahan pembuluh darah tersering pada stroke adalah aneurisma dan
malaformasi arteriovenous (AVM). Ekstravasasi darah ke parenkim otak ini
berpotensi merusak jaringan sekitar melalui kompresi jaringan akibat dari
perluasan hematoma.
Faktor predisposisi dari stroke hemoragik yang sering terjadi adalah
peningkatan tekanan darah. Peningkatan tekanan darah adalah salah satu faktor
hemodinaika kronis yang menyebabkan pembuluh darah mengalami perubahan
struktur atau kerusakan vaskular. Perubahan struktur yang terjadi meliputi lapisan
elastik eksternal dan lapisan adventisia yang membuat pembuluh darah menipis.
Peningkatan tekanan darah yang mendadak dapat membuat pembuluh darah
pecah.
Ekstravasasi darah ke parenkim otak bagian dalam berlangsung selama
beberapa jam dan jika jumlahnya besar akan memengaruhi jaringan sekitarnya
melaui peningkatan tekanan intrakranial. Tekanan tersebut dapat menyebabkan
hilangnya suplai darah ke jaringan yang terkena dan pada akhirnya dapat
menghasilkan infark. Selain itu, darah yang keluar selama ekstrvasasi memiliki
efek toksik pada jaringan otak sehingga menyebabkan peradangan jaringan otak.
Peradangan jaringan otak ini berkontribusi terhadap cedera otak sekunder
setelahnya. Proses dan onset yang cepat pada stroke perdarahan yang cepat.
Penanganan yang cepat dan tepat menjadi hal yang penting.

4. Manifestasi Klinis
a Kesulitan berbicara dan kebingungan.
b Kelumpuhan atau mati rasa pada wajah, lengan atau kaki. Kesulitan melihat
dalam satu atau kedua mata.
c Sakit kepala
d Kesulitan berjalan

12
2.10 Konsep Proses Keperawatan Gawat Darurat Stroke Hemoragik
1. Pengkajian
 Identitas Klien: meliputi nama, umur ( kebanyakan terjadi pada usia tua) jenis
kelamin, alamat, agama, tanggal pengkajian, jam, No. RM.
 Identitas penanggung jawab: meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama.
hubungan dengan klien.
 Keadaan Umum: lemah / berat.
a. Pengkajian Primer
 A (Airway): untuk mengakaji sumbatan total atau sebagian dan gangguan servikal,
ada tidaknya sumbatan jalan nafas, distress pernafasan, ada secret atau tidak.
 B (Breathing): kaji henti nafas dan adekuatnya pernafasan, frekuensinafas dan
pergerakan dinding dada, suara pernafasan melalui hidung atau mulut, udara yang
dikeluarkan dari jalan nafas.
 C (Circulation): kaji ada tidaknya denyut nadi, kemungkinan syok, dan adanya
perdarahan eksternal, denyut nadi, kekuatan dan kecepatan, nadi karotis untuk
dewassa, nadi brakialis untuk anak, warna kulit dan kelembaban, tanda- tanda
perdarahan eksternal, tanda- tanda jejas atu trauma.
 D ( Disabiliti): kaji kondisi neuromuscular pasien, keadaan status kesadaran lebih
dalam (GCS), keadaan ekstrimitas, kemampuan motorik dan sensorik.
 E ( Exposure): kontrol lingkungan, penderita harus dibuka seluruh pakaiannya.

b. Pengkajian Skunder

1. Riwayat penyakit

a. Keluhan Utama

b. Riwayat penyakit sekarang dengan metode:

- S ( sign & symtoms ): tanda dan gejala yang diobsevasi dan dirasakan klien.
- A ( allergen ): alergi yang dipunyai klien.
- M ( Medication ): tanyakan obat yang telah diminum klien untuk mengatasi
‘’’’’’
- masalah.
- P ( pertinent past medical history ): riwayat penyakit yang diderita klien.

13
- L ( last oral intake solid or liquid ): makan/ minum terakhir, jenis
makanan,adanya penurunan atau peningkatan kualitas makan.
- E ( even leading to injuri or illness): pencetus/ kejadian penyebab keluhan.
Untuk mengkaji nyeri
- P: pencetus, tanyakan hal yang menimbulkan.
- Q: kwalitas, keluhan klien ( subyektif ).
- R: arah perjalanan nyeri.
- S: kwantitas, skala nyeri 1-10 ( 1 tidak nyeri, 10 sangat nyeri ).
- T: lamanya nyeri dirasakan.

2. Tanda- tanda vital

- Tekanan darah: systole 100- 140 mmHg, diastole 60- 90 mmHg ( pada kasus stroke
hemoragik terjadi peningkatan ).
- Nadi: 60- 100 kali/ menit.
- Suhu: 36- 37,5 C.
- Pernafasan: 16- 20 kali/ menit.

3. Pengkajian Head to toe terfokus

a. Pengkajian kepala, leher & wajah.

b. Pengkajian dada.

c. Abdomen dan pelvis.

d. Extremitas.

e. Tulang belakang.

f. Psikososial

4. Pemeriksaan penunjang

1. Radiologi dan Scaning.

2. Laboratoriuum: AGD, darah tepi, elektrolit, urinalisa, glukosa,

3. EKG.

4. Teraphy

14
2.11 Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Stroke

Diagnosa Keperawatan

1. Pola nafas tidak efektif b/d Penekanan pusat nafas.


2. Gangguan perfusi jaringan serebral b/d Iskemia
3. Ketidak efektifan bersihan jalan nafas b/d Adanya sumbatan jalan nafas.

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan kriteria Intervensi


hasil

1. 1 Pola nafas tidak efektif NOC NIC


berhubungan dengan  Respiratory status :
Airway Manajemen
penekanan pusat nafas Ventilation
 Respiratory status : - Buka jalan nafas,
Definisi : Pertukaran udara inspirasi dan
Vital sign status gunakan teknik chin
ekspirasi tidak adekuat
lift atau jaw thrust bila
Batasan karakteristik Kriteria Hasil perlu

- Penurunan tekanan inspirasi  Mendemonstrasikan - Posisikan pasien

/ekspirasi batuk efektif dan untuk memaksimalkan

- Penurunan pertukaran udara per suara nafas yang ventilasi

menit bersih, tidak ada - Identifikasi pasien

- Menggunakan otot pernafasan sianosis dan dyspnea perlunya pemasangan


(mampu alat jalan nafas buatan
tambahan
mengeluarkan - Pasang mayo bila
- Dyspnea
sputum, mampu perlu
- Perubahan penyimpangan dada
bernafas dengan - Lakukan fisioterapi
- Nafas pendek
mudah, tidak ada dada jika perlu
- Tahap ekspirasi berlangsung
pursed lips) - Keluarkan secret
sangat lama
 Menunjukkan jalan dengan batuk dan
- Penurunan kapasitas vital
nafas yang paten suction
Faktor-faktor yang berhubungan : ( klien tidak merasa - Auskultasi suara
tercekik, irama nafas, nafas, catat adanya
- Hiperventilasi
frekuensi pernafasan suara tambahan
- Deformitas tulang
dalam rentang - Lakukan suction pada
- Kelainan bentuk dinding dada
normal, tidak ada

15
- Penurunan energi/kelelahan suara nafas abnormal) mayo
- kelelahan otot pernafasan  Tanda-tanda vital Terapi Oksigen
- nyeri dalam rentang normal - Bersihkan mulut,

- kecemasan ( tekanan darah, nadi, hidung dan secret

- perlukaan pada jaringan syaraf pernafasan) trakea

tulang belakang - Pertahankan jalan

- imaturitas neurologis nafas yang paten


- Atur peralatan
oksigenasi
- Monitor aliran
oksigen
- Pertahankan posisi
pasien
- Observasi adanya
tanda-tanda
hipoventilasi
- Monitor adanya
kecemasan pasien
terhadap oksigenasi
Vital sign
monitoring
- Monitor TD, nadi,
suhu, dan RR
- Catat adanya fluktuasi
tekanan darah
- Monitor VS saat
pasien berbaring,
duduk, atau berdiri
- Auskultasi TD pada
kedua lengan dan
bandingkan
- Monitor TD, nadi,
RR, sebelum, selama,

16
dan setelah aktivitas
- Monitor kualitas dari
nadi
- Monitor frekuensi dan
irama pernafasan
- Monitor suara paru
- Monitor pola
pernafasan abnormal
- Monitor suhu, warna
dan kelembapan kulit
- Monitor sianosis
perifer
- Identifikasi penyebab
dari perubahan vital
sign

2. 2 Gangguan perfusi jaringan serebral NOC NIC


berhubungan dengan Iskemia  Respiratory status :
Airway Manajemen
gas eschange
Definisi : Kelebihan atau kekurangan
 Respiratory status : - Buka jalan nafas,
dalam oksigenasi dan atau pengeluaran
ventilation gunakan teknik chin
karbondioksida didalam membra kapiler
 Vital sign status lift atau jaw thrust bila
alveoli
perlu
Kriteria Hasil :
Bahan Karakteristik : - Posisikan pasien
 Mendemonstrasikan untuk memaksimalkan
- Gangguan penglihatan
peningkatan ventilasi ventilasi
- Penurunan CO2
dan oksigenasi yang - Identifikasi pasien
- Takikardi
adekuat perlunya pemasangan
- Hiperkapnia
 Memelihara alat jalan nafas buatan
- Keletihan
kebersihan paru-paru - Pasang mayo bila
- Somnolen
dan bebas dari tanda- perlu
- Iritabilitas
tanda distress - Lakukan fisioterapi
- Hypoxia pernafasan dada jika perlu
- Kebingungan  Mendemonstrasikan - Keluarkan secret

17
- Dyspnea batuk efektif dan dengan batuk dan
- Nasal faring suara nafas yang suction
- AGD normal bersih, tidak ada - Auskultasi suara

- Sianosis sianosis dan dyspnea nafas, catat adanya

- Warna kulit abnormal ( pucat, (mampu suara tambahan

kehitaman ) mengeluarkan - Lakukan suction pada


sputum, mampu mayo
- Hipoksemia
bernafas dengan - Berikan bronkodilator
- Hiperkarbia
mudah, tidak ada bila perlu
- Sakit kepala ketika bangun
pursed lips) - Berikan pelembab
- Frekuensi dan kedalaman nafas
 Tanda-tanda vital udara
abnormal
dalam rentang normal - Atur intake untuk
Faktor yang berhubungan :
cairan
- Ketidakseimbangan perfusi ventilasi
mengoptimalkan
- Perubahan membrane kapiler-
keseimbangan
alveolar
- Monitor respirasi dan
status O2
Respiratory
Monitoring
- Monitor rata-rata
kedalaman, irama, dan
usaha respirasi
- Catat pergerakan dada
amati kesimetrisan,
penggunaan obat
tambahan, reaksi otot
supraclavicular dan
intercostal
- Monitor suara nafas,
seperti dengkur
- Monitor pola napas :
bradipnea, takipnea,
kussmaul,

18
hiperventilasi, cheyne
stokes, biot
- Catat lokasi trakea
- Monitor kelelahan
otot diafragma
( gerakan paradoksis )
- Auskultasi suara paru
setelah tindakan untuk
mengetahui hasilnya

3. 3 Ketidak efektifan bersihan jalan NOC NIC


nafas berhubungan dengan adanya  Respiratory status : Airway suction
sumbatan jalan nafas ventilation - Pastikan kebutuhan
 Respiratory status : oral/tracheal
Definisi : Ketidakmampuan untuk
airway patency suctioning
membersihkan sekresi atau obstruksi
 Aspiration control - Auskultasi suara nafas
dari saluran pernafasan untuk
sebelum dan sesudah
mempertahankan kebersihan jalan nafas.
Kriteria Hasil : suctioning
Batasan Karakterisitik  Mendemonstrasikan - Informasikan pada
- Dispneu, penurunan suara nafas batuk efektif dan klien dan keluarga
- Orthopneu suara nafas yang tentang suctioning
bersih, tidak ada - Minta klien nafas
- Cyanosis
sianosis dan dyspnea dalam sebelum
- Kelainan suara nafas (rales,
(mampu suction dilakukan
wheezing)
mengeluarkan - Berikan O2 dengan
- Kesulitan berbicara
sputum, mampu menggunakan nasal
- Batuk, tidak efektif atau tidak ada
bernafas dengan untuk memfasilitasi
- Mata melebar
mudah, tidak ada suction nasotrakeal
- Produksi sputum
pursed lips) - Gunakan alat yang
- Gelisah
 Menunjukkan jalan steril setiap
- Perubahan frekuensi dan irama nafas
nafas yang paten melakukan tindakan
Faktor yang berhubungan : (klien tidak merasa - Anjurkan pasien
- Lingkungan : merokok, menghirup tercekik, irama untuk istirahat dan
asap rokok, perokok pasif-POK, nafas, frekuensi nafas dalam setelah

19
infeksi pernafasan dalam kateter dikeluarkan
- Fisiologis : disfungsi neuromuscular, rentang normal, dari nasotrakeal
hyperplasia dinding bronkus, alergi tidak ada suara nafas - Monitor status
jalan nafas, asma abnormal) oksigen pasien
- Obstruksi jalan nafas : spasme jalan  Mampu - Anjurkan keluarga
nafas, sekresi tertahan, banyaknya mengidentifikasikan bagaimana cara
mucus, adanya jalan nafas buatan, dan mencegah faktor melakukan suction
sekresi bronkus, adanya eksudat di yang dapat - Hentikan suction dan
alveolus, adanya benda asing dijalan menghambat jalan berikan oksigen
nafa. nafas apabila pasien
menunjukkan
bradikardi,
peningkatan saturasi
O2, dll.

Airway management

- Buka jalan nafas,


gunakan teknik chin
lift atau jaw thrust bila
perlu
- Posisikan pasien
untuk memaksimalkan
ventilasi
- Identifikasi pasien
perlunya pemasangan
alat jalan nafas buatan
- Pasang mayo bila
perlu
- Lakukan fisioterapi
dada jika perlu
- Keluarkan secret
dengan batuk dan
suction

20
- Auskultasi suara
nafas, catat adanya
suara tambahan
- Lakukan suction pada
mayo
- Berikan bronkodilator
bila perlu
- Berikan pelembab
udara kassa basah
NaCl lembab
- Atur intake untuk
cairan
mengoptimalkan
keseimbangan
- Monitor respirasi dan
status O2.

BAB III
PENUTUP

3.1 kesimpulan

Keperawatan kritis adalah keahlian khusus di dalam ilmu perawatan yang


menghadapi secara rinci dengan manusia yang bertanggung jawab atas masalah yang
mengancam jiwa.Perawat kritis adalah perawat profesional yang resmi yang bertanggung

21
jawab untuk memastikan pasien dengan sakit kritis dan keluarga-keluarga mereka
menerima kepedulian optimal (American Association of Critical-Care Nurses).

Sistem Saraf dikelompokan menjadi dua bagian besar yaitu susunan saraf
pusat/Central Nervous System (CNS) dan susunan saraf perifer/Peripheral Nervous
System (PNS). Stroke timbul karena terjadi gangguan peredaran darah di otak yang
menyebabkan terjadinya kematian jaringan otak sehingga mengakibatkan penderita
menderita kelumpuhan atau bahkan kematian (Batticaca, 2008). Ada dua klafikasi umum
cedera serebrovaskular, yaitu stroke iskemik dan hemoragik. Stroke iskemik terjadi
akibat penyumbatan aliran darah ateri yang lama kebagian otak.

Stroke dapat disebabkan oleh arteri yang tersumbat atau bocor (stroke iskemik)
dan dapat disebabkan oleh pembuluh darah (stroke hemoragik). Beberapa orang
mungkin mengalami gangguan sementara aliran darah ke otak (transient ischemic attack
atau TIA) yang tidak menyebabkan kerusakan permanen.

3.2 Saran
Kami menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali kesalahan dan jauh dari
kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan pedoman pada
banyak banyak sumber yang dapat dipertanggung jawabkan. Maka dari itu penulis
mengharapakan kritik dan saran mengenai pembahasan makalah dalam kesimpulan
diatas.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.scribd.com/doc/243508922/Bab-II-Prespektif-Kep-Kritis#scribd ( Diakses
tanggal 9/9/2015)
Laura A. 1997. Pengkajian Keperawatan Kritis Edisi: 2. Jakarta: EGC
Morton, Patricia Gonce, dkk. 2011. Keperawatan Kritis: Pendekatan Asuhan Holistik.
Jakarta: EGC

22
Tabrani. 2007. Agenda gawat darurat (Critical Care). P. T Alumni: Bandung. 2014. Critical
Care Nursing.
Http://www.en.wikipedia.org/wiki/Critical_care_nursing (Diakses tanggal 9/9/2015)
Satyanegara, 2014.Ilmu Bedah Syaraf.Edisi V.jakarta: PT.Gramedia.

Purwanto, Hadi.2016.Keperawatan Medikal Bedah II

Judith.,M.,2016.Diagnosis Keperawatan.Ed;X Diagnosa nanda-I, Intervensi Nic, Hasil Noc

Nurarif, Huda, Amin & Kusuma, Hadi. 2016 .Asuhan Keperawatan Praktis. Edisi Revis Jilid
2.Jogjakarata:MediaAction

Muttaqin, Arif. 2012. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta: Salemba Medika
Rudi haryono, ns., M. Kep. & Maria Putri Sari Utami, M. Kep. 2019. Keperawatan Medikal
Bedah II

23

Anda mungkin juga menyukai