Anda di halaman 1dari 4

RUBISKO

“KEEFEKTIFAN KULIAH DARING PERMANEN”

Pada hari Sabtu, 18 Juli 2020 telah dilaksanakan diskusi online dalam wadah RUBISKO
(Ruang Obrolan Diskusi Online) oleh BEM FP UB 2020 terkait keefektifan dari wacana kuliah
secara daring. Pada diskusi kali ini mengundang seorang pemateri yakni Bpk. Darmaningtyas
selaku pengamat pendidikan nasional.
Sesi pertama dimulai dengan pemaparan materi oleh Bapak Darmaningtyas terkait
keefektifan kuliah daring permanen. Kuliah serta sistem pembelajaran yang dilaksanakan secara
online dinilai tidak efektif. Karena negara kita masih memiliki banyak kendala di masyarakat
seperti infrastruktur baik internet, listrik, maupun kepemilikan alat elektronik yang hanya sebesar
20% dari total rumah tangga yang ada. Pembelajaran jarak jauh sudah lama menjadi wacana
pemerintah. Salah satu contoh pembelajaran jarak jauh yaitu Universitas Terbuka, dimana UT ini
dinilai sebagai salah satu pelopornya. Namun infrastruktur masih menjadi kendalanya. Bagi
anak-anak di daerah, internet masih menjadi sutau persoalan yang besar karena sangat sulit
mendapatkan signal. Ketimpangan infrastruktur juga menjadi kendala. Infrastruktur yang baik
hanya terdapat di pulau Jawa, Bali, sebagian Sumatera, kota-kota di Kalimantan, dan sebagian
kecil Sulawesi. Lalu sistem daring ini dinilai akan membuat sistem pembelajaran menjadi kurang
maksimal, karena saat diteliti hanya sampai pada aspek kognitif saja, tidak sampai pada aspek
afektif dan psikomotorik anak.
Menurut Bapak Darmaningtyas, pembelajaran secara daring ini hanya sebagai pelengkap
saja. Jika dipermanenkan maka akan menimbulkan kesenjangan antar Jawa dan luar Jawa karena
terdapat ketimpangan infrastruktur. Kesenjangan sosial juga dapat dirasakan oleh masyarakat,
karena yang memiliki infrastruktur (laptop, komputer, dan wifi) akan lebih mudah
menjalankannya dari pada masyarakat yang tidak punya infrastruktur tersebut. Hal ini
menyangkut formalitas karena yang tidak memiliki infrastruktur yang baik akan terhalang dan
terbatas informasi. Pembelajaran secara daring masih bisa dilakukan dengan besaran sebesar
30% dan 70% tatap muka, bukan sebaliknya.
Selanjutnya dilakukan sesi diskusi:
1. Bagaimana wacana pembelajaran daring muncul ditengah-tengah….
Tanggapan: Kuliah daring hanya sampai pada aspek kognitif anak. Hal ini akan sulit
dilakukan bagi mahasiswa yang kuliahnya membutuhkan praktek lab dan menerapkan
kuliah lapang karena membutuhkan penjelasan secara langsung. Pembelajaran daring bisa
dilakukan sepenuhnya di kondisi darurat, bukan sebagai hal yang dipermanenkan. Yang
tidak dipahami Menteri adalah bahwa sekolah dengan sistem tatap muka tidak hanya
mencari ilmu saja, tetapi mencari kawan, teman dan juga relasi.
2. Seperti halnya fakultas pertanian yang banyak prakatikum lapang. Bagaimana pendapat
bapak jika kuliah dilakukan secara daring?
Tanggapan: Untuk mahasiswa yang membutuhkan lab dan juga praktik lapang, kuliah
secara daring sangat tidak mungkin. Kuliah daring hanya cocok dilaksanakan untuk
pembelajaran yang bersifat hafalan.
3. Mengulik gagasan dari pak Menteri, gagasan tersebut dikatakan tidak rasional. Lalu
gagasan seperti apa yang mungkin bisa bapak sampaikan dimana gagasan tersebut bisa
lebih rasional?
Tanggapan: Kebijakan pendidikan yang ada selama ini hanya bias Jawa dan bias
Jakarta, termasuk wacana secara daring ini. Mungkin dikarenan meteri pendidikan yang
belum pergi dan melihat kondisi di daerah-daerah kecil dan pinggiran seperti maluku
utara. Listrik dan internet sampai saat ini masih belum tersedia di beberapa daerah di
Indonesia. Pemerintah harus memiliki kebijakan yang sesuai dengan kondisi setiap
daerah di Indonesia. Jika tidak, maka pendidikan di negara kita akan lumpuh. Ingin
kuliah daring tetapi tidak memiliki infrastruktur yang memadai, ingin tatap muka tetapi
tidak diperbolehkan.
4. Pendidikan secara daring dijadikan sebagai masalah baru saat ini. Bagaimana pandangan
bapak tentang kuliah secara daring yang dipermanenkan, seperti dampaknya akan seperti
apa?
Tanggapan: Jika kuliah daring dilaksanakan sama saja seperti tidak kuliah, lebih baik
belajar sendiri dan beli ijazah. Kuliah secara daring juga sangat menyulitkan mahasiswa,
karena yang justru keluar biaya adalah mahasiswa. Seperti biaya untuk beli kuota
internet. Pihak kampus justru mengalami penurunan pengeluaran biaya karena tidak ada
biaya operasional. Hal ini seharusnya membuat UKT pun ikut turun.
5. Saya justru sepakat jika kuliah daring dipermanenkan. Saat saya melaksanakan wajib
belajar, saya justru hanya mendapat teori saja. Ditambah saya termasuk orang yang
introvert, jadi saya lebih suka jika pembelajaran dilaksanakan secara online. Jadi apakah
kuliah daring ini tidak akan membantu pembangunan sektor lain seperti mengejar
pembangunan infrastruktur?
Tanggapan: Tentu saja ada keterkaitan dengan sektor lain. Semenjak Covid ini, pak
Jokowi sudah punya rencana untuk memperluas jangkauan internet. Terlebih ini bukan
masalah benar atau salah. Saya setuju jika sistem daring ini dilaksanakan, tetapi hanya
sebagai pelengkap. Jika pembelajaran menggunakan sistem tatap muka juga akan
menguntungkan UMKM kecil seperti pedagang makanan dan minuman, jadi
perekonomian juga akan berputar. Namun jika sistem pembelajaran dilaksanakan secara
daring maka yang diuntungkan hanya zoom, google meet dan startup lainnya,
perekonomian negara justru akan berhenti.

Memang betul adanya ekonomi yang lama akan terhenti, namun akan memunculkan
perekonomian baru seperti UMKM kecil akan semakin berkembang. Seperti terjadinya
jual beli online yang akan memunculkan perekonomian baru. Juga jika daring dilakukan
yasudah tidak usah ada PTN, menggunakan UT saja, dengan begitu akan ada pemerataan.
Tanggapan: Jelas, yang diuntungkan hanyalah pemilik startup.
6. Apakah sistem daring ini akan efektif dilaksanakan oleh semua jenjang pendidikan baik
dari SD sampai kuliah?
Tanggapan: Belum tersedianya internet di seluruh daerah di Indonesia yang masih
menjadi kendala. Khususnya diluar pulau Jawa yang sangat sulit untuk mendapatkan
signal. Jadi kuliah daring ini masih belum bisa diterapkan karena belum meratanya
infrastruktur.
7. Untuk teman-teman kita yang berkebutuhan khusus pasti banyak mengalami kendala jika
kuliah daring diterapkan, bagaimana tanggapannya?
Tanggapan: Betul, teman-teman berkebutuhan khusus pasti banyak mengalami kendala
dan kesulitan. Terutama bagi teman-teman yang tunanetra dan tunarungu. Terlebih lagi
belum semua komputer memiliki perangkat yang bisa digunakan oleh mereka.
8. Jika kuliah daring dipermanenkan, maka akan mengubah Tridharma Perguruan Tinggi,
lalu bagaimana tanggapan bapak?
Tanggapan: Memang betul jika kuliah daring akan mengubah isi Tridharma Perguruan
tinggi dimana salah satunya berisi pengabdian ke masyarakat,, yang artinya akan sulit
mengamalkannya. Lalu di universitas pastinya banyak organisasi dan juga kepanitiaan
yang mana tempat tersebut juga bisa menjadi tempat belajar bagi mahasiswa. Ditambah
dengan mengikuti organisasi dan kepanitiaan tersebut juga bisa menambah relasi.
9. Apakah nanti aka nada perbedaan bagi mahasiswa yang mendapatkan teori saja dengan
yang mendapat teori dan juga praktikum jika dikaitkan di bidang pekerjaan nantinya.
Tanggapan: Jelas ada perbedannya.

“Sekolah, kuliah, dan belajar secara tatap muka tidak hanya untuk mencari ilmu
saja, tetapi juga mencari kawan, teman, dan juga relasi”

Anda mungkin juga menyukai