Anda di halaman 1dari 2

FIQIH

Fiqih menurut etimologi (lughah) adalah berarti paham, yaitu memahami segala
sesuatu, seperti saya paham (mengerti) bahwa langit di atas kita, dan bumi di bawah kita,
atau memahami satu setengah dari dua dan sebagainya. Menurut istilah, fiqh adalalah
pengetahuan tentang hukum syara’ mengenai perbuatan manusia yang diperoleh dari dalil-
dalil yang terinci. 1 Adapula ulama yang mendifinisikan fiqih dengan usaha yang dihasilkan
oleh manusia melalui ijtihad setelah dianalisis dan perenungan (al Juryany)
Dengan kata lain, perbedaan pendapat dan pengamalan fiqh adalah sesuatu yang
lumrah dan tidak perlu di pertentangkan. Dan pada gilirannya , di antara para pengikut
ulama mazhab, akan saling toleran untuk mengerti formula fiqh dari ulama yang diikutinya
. fiqh sebagai hasil istinbath (upaya mengeluarkan hukum dari nash) atau ijtihad fuqaha’
yang manusia biasa , meski telah di yakini kebenarannya, tidaklah tertutup kemungkinan
terjadi kesalahan di dalamnya. Meskipun dalam hal ini , apabila terjadi kesalahan di
dalamnya. Meskipun dalam hal ini , apabila terjadi kesalahan tidak berakibat dikenakan
sanksi hukum. Sebagaimana sabda Rasulullah saw:  Iza’ ajtihada al-hakim fa asaba falahu
ajran wa iza ijtahada fa akhta’a fa lahu ajr wahid ( apabila ia berijtihad dan salah, maka
baginya satu pahala). Amir Syarifuddin merinci cakupan pengertian fiqh yaitu :
1. Bahwa fiqh itu adalah ilmu tentang syara.
2. Bahwa yang dibicarakan fiqh adalah hal-hal yang bersifat amaliyah furu’iyah
3. Bahwa pengetahuan tentang hukum syara itu didasarkan kepada dalitafsili (rinci)
4. Bahwa fiqh itu digali dan ditemukan melalui penalaran dan Istidlal (penggunaan dalil)
si mujtahid dan Faqih.2
Dengan demikian ,memperhatikan watak dan sifat fiqh adalah hasil jerih payah fuqaha, ia
dapat saja menerima perubahan atau pembaharuan , karena tuntutan ruang dan waktu.
Difinisi ini dapat disimpulkan bahwa fiqih adalah hasil ijtihad para ulama berdasarkan
kaidah-kaidah ushul fiqih (kaedah istimbath hukum-hukum syara’

1
A. Wahab Khallaf, Ilmu Ushul Fiqh, 1972, hal 11
2
Amir Syarifuddin,Pembaharuan Pemikiran dalam Hukum Islam,Padang:Angkasa Raya,cet.2,1993.hlm.16-
17
Persamaan antara syari’at, fiqh, hukum islam, dan hukum Islam
Dalam bahasa Indonesia, syari’ah atau syari’at yang artinya isi hukum agama yang
menetapkan peraturan hidup manusia, hubungan manusia dengan Allah SWT, hubungan
manusia dengan manusia, dan alam sekitar berdasarkan Al-Qur’an dan hadits.3
Menurut istilah fiqh diartikan sama dengan agama yang disyari’atkan Allah SWT
untuk para hamba yang melengkapi hukum-hukum agama yang berkaitan dengan perkataan,
perbuatan , perikatan, dan lain-lain.4 Fiqh islam meliputi pembahasan yang mengenai
individu, masyarakat, dan Negara yang meliputi bidang: ibadah, muamalah, kekeluargaan,
perikatan, kekayaan, warisan, criminal, peradilan, acara, pembuktian, kenegaraan dan hukum-
hukum internasional.5
Hukum islam adalah hukum yang diyakini memiliki keterkitan dengan sumber dan
ajaran islam, yaitu hukum amaliah berupa interaksi sesama manusia, selain jinayat (pidana
islam). Hukum islam ditinjau dari produk pemikiran hukum, meliputi: produk pemikiran fiqh,
fatwa ulama, yurisprudensi, undang-undang, dan teori sosiologi hukum.6
Berdasarkan pengertian di atas antara syari’at, fiqh, dan hukum islam memiliki
kesamaan yaitu merupakan peraturan yang bersumber dari ajaran islam untuk mengatur
kehidupan manusia dan alam sekitar. Hukum islam dapat digunakan dalam pidana islam, juga
akan diterapkan dalam kehidupan masyarakat islam, baik local maupun nasional. Dengan
demikian, hukum islam di Indonesia adalah peraturan-peraturan yang diambil dari wahyu dan
dibagi ke dalam lima produk pemikiran hukum yaitu, fiqh, fatwa ulama, keputusan
pengadilan, dan undang-undang, serta sosiologi hukum yang dipedomani dan diberlakukan
bagi umat islam di Indonesia. Hukum islam di Indonesia merupakan hasil dari ijtihad ulama
yang melahirkan kitab fiqh yang bersumber dari Al-qur’an dan hadits, sehingga dipedomani
oleh para peneliti dan penulis tentang hukum islam di Indonesia. 5 Hasil dari produk-produk
pemikir hukum islam tersebut, dibuat dalam satu kitab yang menjadi rujukan dalam
mengambil keputusan atau kebijakan dalam lembaga-lembaga peradilan dan instansi lainnya.

3
Drs. Supardin, M. Hi., Materi Hukum Islam, Cet. I (Makassar: Alauddin University Press, 2011), h. 18.
4
Drs. Supardin, M. Hi., Materi Hukum Islam, Cet. I (Makassar: Alauddin University Press, 2011), h. 21.
5
Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Pengantar Ilmu Fiqh, Edisi II (Cet. I; Semarang: PT Pusaka Rizki
Putra,1997), h. 20.
6
Drs. Supardin, M. Hi., Materi Hukum Islam, Cet. I (Makassar: Alauddin University Press, 2011), h. 22.

Anda mungkin juga menyukai