Anda di halaman 1dari 34

1

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS PENYAKIT IKAN


ISOLASI BAKTERI MORFOLOGI KOLONI UJI BIOKIMIA UJI LD50

OLEH :

AYES YAYANG ANDARA


1704122351
BUDIDAYA PERAIRAN

LABORATORIUM PARASIT DAN PENYAKIT IKAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2020
2

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang telah memberikan nikmat hidayah dan

kesehatan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan laporan gabungan

praktikum Analisis Penyakit Ikan. Salawat dan salam semoga tercurah kepada

Nabi Muhammad saw. yang membimbing umatnya dengan suri tauladannya yang

baik.

Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada dosen-dosen yang telah

mengajar analisis penyakit ikan serta kepada para asisten dan teman-teman yang

juga berperan penting dalam memberikan pengarahan-pengarahan serta masukan-

masukanberupa saran, dukungan moril, sumbangan pemikiran dan tenaga

sehingga laporan ini dapat diselesaikan. Mudah-mudahan laporan ini dapat

bermanfaat dan menjadi bekal bagi yang membutuhkan.

Akhirnya kritik dan saran yang bersifat membangun guna penyempurnaan

laporan di waktu mendatang. Terimakasih.

Pekanbaru, April 2020

Ayes Yayang Andara


3

DAFTAR ISI

Daftar Isi Halaman

KATA PENGANTAR............................................................................. i

DAFTAR ISI .......................................................................................... ii

I.PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang.................................................................... 1


1.2. Tujuan dan Manfaat.......................................................... 2

II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Klasifikasi ikan patin............................................................. 3
2.2. Isolasi Bakteri........................................................................ 3
2.3. Koloni Bakteri....................................................................... 3
2.4. Identifikasi Bakteri................................................................ 4
2.4.1. Pewarnaan Gram........................................................... 5
2.4.2. Pengamatan Zeihl-Neelsen Acid-Fast........................... 6
2.4.3. Uji Oksidasi Fermentasi................................................ 6
2.4.4. Uji Motiliti.................................................................... 6
2.4.5. Uji H2S......................................................................... 7
2.4.6. Uji Katalase................................................................... 7
2.5. Uji LD50................................................................................ 8
2.6. Deferensiasi Leukosit............................................................ 9
III. METODE PRAKTIKUM
3.1. Waktu dan Tempat.................................................................. 11
3.2. Alat dan bahan........................................................................ 11
3.3. Metode Praktikum.................................................................. 12
3.4. Prosedur pratikum................................................................... 12
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil...................................................................................... 16
4.2. Pembahasan........................................................................... 17
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.Kesimpulan............................................................................ 20
5.2.Saran .................................................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
4

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Alat dan Bahan yang digunakan selama Praktikum............................. 11

2. Hasil Identifikasi Bakteri....................................................................... 16

3. Hasil Pengamatan Uji LD50.................................................................... 17


5

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Alat yang digunakan selama Praktikum................................................ 23

2. Bahan yang digunakan selama Praktikum............................................. 26

3. Dokumentasi praktikum......................................................................... 27
6

I. PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Keberhasilan suatu usaha budidaya ikan tidak terlepas dari masalah

penyakit dan parasit ikan.Meskipun jarang terjadi pada kolam-kolam yang terawat

dengan baik, wabah penyakit dan parasit yang menyerang ikan dapat

menimbulkan kerugian besar bagi petani ikan karena sering menyebabkan

kematian ikan secara massal.Adapun organisme penyebab penyakit dan parasit

yang biasa menyerang ikan umumnya berasal dari golongan jamur, bakteri, virus

dan hewan invertebrata.Sebenarnya kerugian yang timbul karena adanya serangan

penyakit dapat dihindari dengan pengelolaan kolam secara baik.Apabila

kebersihan kolam, kualitas dan kuantitas air terpelihara dengan baik,

kemungkinan terjadinya serangan penyakit atau parasit pada ikan yang

dibudidayakan dapat diperkecil.

Untuk mengatasi timbulnya masalah penyakit pada ikan peliharaan, ada

baiknya kita mengetahui bagaimana cara terjangkit maupun penularan penyakit

terhadap ikan.Meskipun usaha pencegahan telah dilakukan dengan sungguh-

sungguh kadangkala ikan masih juga terserang penyakit maupun parasit. Hal ini

mungkin disebabkan karena adanya proses pembusukan di kolam, baik terhadap

kotoran hasil metabolisme maupun sisa makanan. Adanya sampah atau zat-zat

buangan yang masuk ke kolam juga dapat memperburuk kondisi perairan.Padat

penebaran yang terlalu tinggi, kondisi ikan yang lemah atau kualitas makanan

yang kurang memenuhi persyaratan dapat juga membantu perkembangan penyakit


7

maupun parasit.Untuk mencegah penyerangan penyakit ke seluruh ikan yang

dipelihara, perlu diketahui secepat mungkin tanda-tanda terjangkitnya.

Oleh karena itu, berdasarkan hal yang dikemukakan diatas, terkait dengan

pentingnya analisis penyakit ikan terhadap bakteri yang sangat menentukan

keberhasilan budidaya sehinggah dilakukan praktikum ini.

I.2. Tujuan dan Manfaat

Tujuan dari praktikum pengamatan gejala penyakit adalah mengetahui

gejala penyakit ikan yang ditimbulkan oleh parasit maupun bakteri. Isolasi bakteri

bertujuan untuk mendapatkan isolate bakteri yang murni. Morfologi koloni

bertujuan untuk mengetahui morfologi koloni untuk identifikasi.Pengamatan gram

bertujuan untuk mengetahui sifat reaksi dinding sel terhadap pengecatan

gram.Pengamatan acid fast untuk mengetahui sifat ketahanan penyerapan cat ose

dinding sel terhadap peluntur asam.Uji O/F untuk mengetahui sifat oksidasi dan

atau fermentasi bakteri terhadap gula.Uji motility untuk mengetahui sifat motilitas

bakteri.Uji produksi H2S untuk mengetahui sifat baketri dalam menghasilkan

H2S.Uji katalase untuk mengetahuii sifat bakteri dalam menghasilkan enzim

katalase.Reinfeksi dan reisolasi bertujuan untuk menguji postulat Koch dan untuk

mengingkatkan virulensi bekteri.Uji clear zone (sensitifitas bakteri terhadap

tanaman yang mengandung antibiotic) bertujuan untuk mengetahui efektivitas

suatu tanaman yang mengandung antibiotik untuk membunuh bakteri dengan

melihat adanya zona hambatan pada biakan bakteri.

Manfaat praktikum ini secara umum adalah mahasiswa memperoleh

pengetahuan dan pengalaman dalam analisis penyakit ikan khususnya dalam

identifikasi bakteri dan pemanfaatan tanaman yang mengandung antibiotik.


8

II. TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Klasifikasi Ikan Patin (Pangasius pangasius)

Klasifikasi ikan patin menurut Saanin (1982) dalam Khairuman (2002)

sebagai berikut Filum : Chordata, Ordo: Ostariophysi, Sub-ordo : Siluroidae,

Famili : Pangasidae, Genus : Pangasius, Spesies : Pangasius pangasius

2.2.Isolasi Bakteri

Isolasi bakteri adalah proses mengambil bakteri dari medium atau

lingkungan asalnya dan menumbuhkannya di medium buatan sehingga diperoleh

biakan yang murni. Bakteri dipindahkan dari satu tempat ke tempat lainnya harus

menggunakan prosedur aseptik. Aseptik berarti bebas dari sepsis, yaitu kondisi

terkontaminasi karena mikroorganisme lain. Teknik aseptik ini sangat penting bila

bekerja dengan bakteri. Beberapa alat yang digunakan untuk menjalankan

prosedur ini adalah bunsen dan laminar air flow. Bila tidak dijalankan dengan

tepat, ada kemungkinan kontaminasi oleh miroorganisme lain sehingga akan

mengganggu hasil yang diharapkan. Teknik aseptik juga melindungi laboran dari

kontaminasi bakteri (Singleton dan Sainsbury dalamDjide et al., 2006).

2.3. Koloni Bakteri

Bakteri dapat ditumbuhkan dalam suatu medium agar dan akan

membentuk penampakan berupa koloni. Koloni sel bakteri merupakan

sekelompok masa sel yang dapat dilihat dengan mata langsung. Semua sel dalam

koloni itu sama dan dianggap semua sel itu merupakan keturunan (progeny) satu

mikroorganisme dan karena itu mewakili sebagai biakan murni. Penampakan

koloni bakteri dalam media lempeng agar menunjukkan bentuk dan ukuran koloni
9

yang khas, dapat dilihat dari bentuk keseluruhan penampakan koloni, tepi dan

permukaan koloni.Koloni bakteri dapat berbentuk bulat, tak beraturan dengan

permukaan cembung, cekung atau datar serta tepi koloni rata atau bergelombang

dsb.Pada medium agar miring penampakan koloni bakteri ada yang serupa benang

(filamen), menyebar, serupa akar dan sebagainya.Bentuk sel bakteri dapat terlihat

di bawah mikroskop cahaya, dapat berbentuk kokus (bulat), basil (batang), dan

spiral.Bentuk sel kokus terdapat sebagai sel bulat tunggal, berpasangan

(diplokokkus), berantai (streptokokkus), atau tergantung bidang pembelahan,

dalam empat atau dalam kelompok seperti buah anggur (stafilokokkus).

Bentuk sel serupa batang biasanya bervariasi, memiliki panjang mulai dari

batang pendek sampai batang panjang yang melebihi beberapa kali

diameternya.Bentuk batang serupa benang panjang yang tidak dapat dipisahkan

menjadi sel tunggal diketahui sebagai filamen.Bentuk batang fusiform, meruncing

pada kedua ujungnya ditemukan pada bebebrapa bakteri rongga mulut dan

lambung.Bakteri batang melengkung bervariasi mulai dari yang kecil, bentuk

koma, atau sedikit uliran dengan suatu lengkungan tunggal.

2.4. Identifikasi Bakteri

Hardi dan Pebrianto (2012) menyatakan bahwa bakteri memiliki berbagai

aktivitas biokimia (pertumbuhan dan perbanyakan) dengan menggunakan raw

material (nutrisi) yang diperoleh dari lingkungan sekitarnya.Transformasi

biokimia dapat timbul didalam dan diluar dari bakteri yang diatur oleh katalis

biologis yang dikenal sebagai enzim.Setiap bakteri memiliki kemampuan dalam

menggunakan enzim yang dimilikinya untuk degradasi karbohidrat, lemak,

protein, dan asam amino.Metabolisme atau penggunaan dari molekul organik ini
10

biasanya menghasilkan produk yang dapat digunakan untuk identifikasi dan

karakterisasi bakteri.

Identifikasi dan determinasi suatu biakan murni bakteri yang diperoleh

dari hasil isolasi dapat dilakukan dengan cara pengamatan sifat morfologi koloni

serta pengujian sifat-sifat fisiologi dan biokimianya. Bakteri dapat diidentifikasi

dengan mengetahui reaksi biokimia dari bakteri tersebut. Dengan menanamkan

bakteri pada medium, maka akan diketahui sifat-sifat suatu koloni bakteri. Sifat

metabolisme bakteri dalam uji biokimia biasanya dilihat dari interaksi metabolit-

metabolit yang dihasilkan dengan reagen-reagen kimia. Selain itu dilihat

kemampuannya menggunakan senyawa tertentu sebagai sumber karbon dan

sumber energy (Waluyo dalamHardiet al ., 2014).

2.4.1. Pewarnaan Gram

Berdasarkan pewarnaan gram, bakteri diklasifikasikan ke dalam 2 (dua)

kelompok besar yaitu : Bakteri Gram Positif dan Gram Negatif. Perbedaan utama

di antara keduanya adalah struktur dan komposisi dinding selnya.Bakteri Gram

Positif mampu mempertahankan zat warna utama dalam pewarnaan Gram, yaitu

Gentian Violet, sehingga nampak berwarna ungu saat pengamatan dikarenakan

dinding sel kelompok bakteri ini tersusun oleh sebagian besar Peptidoglikan, yang

mampu mengikat zat warna dan tidak rusak saat dicuci dengan alcohol. Sementara

itu, bakteri Gram negatif memiliki komposisi dinding sel yang sebagian besar

tersusun dari lapisan lipid, sehingga pada saat pewarnaan kurang dapat

mempertahankan zat warna utama terutama saat dicuci dengan alcohol (lipid

rusak saat dicuci dengan alcohol), akibatnya kelompok bakteri ini memberikan
11

kenampakan warna merah (warna dari zat warna ke dua : safranin atau air fuchsin)

di akhir kegiatan pewarnaan Gram (Angka, 2005).

2.4.2. Pengamatan Zeihl-Neelsen Acid-Fast

Bakteri tahan asam merupakan bakteri yang kandungan lemaknya sangat

tebal sehingga tidak bisa diwarnai dengan reaksi pewarnaan biasa, tetapi harus

dengan pewarnaan tahan asam.Kelompok bakteri ini disebut bakteri tahan asam

(BTA) karena dapat mempertahankan zat warna pertama sewaktu dicuci dengan

larutan pemucat.Bakteri tahan asam adalah jenis bakteri yang tidak dapat diwarnai

dengan pewarnaan anilin biasa kecuali dengan menggunakan fenol dan dengan

pemanasan.Bakteri tahan asam dapat diamati dengan teknik pewarnaan Ziehl

Neelson (Noga, 2000).

2.4.3. Uji Oksidasi Fermentasi

Fermentasi dan oksidasi adalah dua proses penting dalam metabolisme

mikroorganisme. Dimana tujuan akhirnya adalah akumulasi energi, baik untuk

aktivitas mikroorganisme maupun untuk proses-proses biologis lain. Oksidasi

umumnya dilakukan pada respirasi aerobic menghasilkan CO2 dan H2O,

sedangkan fermentasi menghasilkan etanol dan gas. Adapun uji ini dilakukan

untuk mengetahui kemampuan mikroorganisme untuk menggunakan karbohidrat

dengan cara fermentasi atau oksidasi (Tjay & Raharja, 2007).

2.4.4. Uji Motiliti

Motilitas adalah salah satu dari ciri mahluk hidup, begitu pula dengan

mikroorganisme, namun alat geraknya masih sederhana berupa flagella atau

cilia.Bakteri melakukan motilitas dengan menggunakan energi yang diperoleh dari

ATP yang diuraikan oleh koenzim ATP-ase membentuk fosfo anorganik.


12

Beberapa protein kaya akan asam amino yang mengandung gugus sulfur seperti

sistein. Jika protein ini dihidrolisis oleh bakteri, asam amino akan dilepaskan.

Sistein dengan adanya sistein desulfurase, akan melepaskan atom sulfur yang

dengan adanya hydrogen dari air akan membentuk gas hydrogen sulfide (Noga,

2000).

Sebagai petunjuk adanya aktivitas motilitas ini dapat diamati daerah bekas

tusukan dari medium yang telah diinokulasikan oleh biakan dan

diinkubasikan.Medium ini ditambahkan senyawa anorganik yang mengandung

sulfur, yaitu natrium tiosulfat. Natrium tiosulfat ini akan bereaksi dengan ion

hidrogen dari air, dan dengan adanya enzim tiosulfat reduktase, maka akan

dihasilkan ion sulfit dan gas H2S.

2.4.5. Uji H2S

Pengujian ini menggunakan medium TSIA (Triple Sugar Iron

Agar).Adanya H2S dapat diamati dengan menambahkan garam-garam logam berat

ke dalam medium.Dikatakan positif apabila H2S bereaksi dengan senyawa-

senyawa ini ditandai dengan terbentuknya logam sulfit yang berwarna hitam.Dan

dikatakan negatif apabila tidak terbentuk logam sulfit yang berwarna hitam karena

bakteri yang berada dalam medium tersebut tidak dapat menghidrolisis logam-

logam berat yang terkandung dalam medium (Tjay dan Raharja, 2007).

2.4.6. Uji Katalase

Prinsip dari uji katalase adalah pernapasan anaerob, mikroorganisme

memproduksi hydrogen peroksida dan dalam beberapa kasus, bahkan mencapai

racun toksik superoksida.Akumulasi dari zat ini dapat mengakibatkan kematian

organisme kecuali mereka dapat mendegradasi secara enzimatis.Zat ini diproduksi


13

ketika lingkungan aerob, fakultatif anaerob, dan mikroaerofil digunakan dalam

jalur pernapasan aerobic, dimana oksigen merupakan akhir aseptor electron,

selama pendegradasian karbohidrat untuk produksi energy.Organisme mampu

memproduksi katalase yang secara cepat mampu mendegradasi hydrogen

peroksida.

Produksi katalase dapat ditentukan dengan menambahkan substrat H 2O2

tepat ketika diinkubasi dalam NA agar miring kultur. Jika terdapat katalase, reaksi

kimia dapat diindikasikan dengan adanya buih-buih yang menandakan adanya

oksigen bebas (O2).Jika tidak terdapat buih, maka menunjukkan hasil negatif

(Mangunwardoyo et al., 2010).

2.5. Uji LD50

Untuk mengetahui keamanan penggunaan antibiotik, maka diperlukan uji

toksisitas.Uji toksisitas dibedakan menjadi uji toksisitas akut, subkronik, dan

kronik. Uji toksisitas akut dimaksudkan untuk mendapatkan informasi tentang

gejala keracunan, penyebab kematian, urutan proses kematian dan rentang dosis

yang mematikan hewan uji (Lethal dose 50% atau disingkat LD50) suatu bahan.

Tujuan uji ini adalah mendapatkan letal dosis yang dapat mematikan 50% ikan uji

yang akan digunakan pada uji selanjutnya (Hardi et al.,2014).

Parameter toksisitas akut yang digunakan untuk melihat keamanan

antibiotic dalam pengobatan adalah patini LD 50. Uji toksisitas akut sangat penting

untuk mengukur dan mengevaluasi karakteristik toksik dari suatu bahan kimia.Uji

ini dapat menyediakan informasi tentang bahaya kesehatan manusia yang berasal

dari bahan kimia yang terpapar dalam tubuh pada waktu pendek melalui jalur
14

oral.Data uji akut juga dapat menjadi dasar klasifikasi dan pelabelan suatu bahan

kimia. Dalam penelitian ini dilakukan uji LD50 (Ibrahim et al.,2012).

Faktor yang dapat mempengaruhi ukuran zona yaitu :

kepadatan inokulum, waktu dari penggunaan cakram, suhu inkubasi,

ukuran Petri kedalaman medium agar dan pemberian jarak pada

cakram antibiotik, dan komposisi medium. (Saraswati, 2002).

2.6. Deferensiasi Leukosit

Darah tersusun atas sel darah (eritrosit, leukosit dan trombosit) yang

bersirkulasi dalam cairan yang disebut plasma (Meyer & Harvey 2004). Jika darah

diberi antikoagulan dan dilakukan sentrifugasi, maka dapat terlihat darah terdiri

dari plasma 55% dan sel 45% yang terdiri dari leukosit, eritrosit dan trombosit. 

Jumlah leukosit lebih sedikit dibandingkan dengan eritrosit dan

trombosit.Menurut Colville dan Bassert (2008), fungsi darah adalah sebagai

sistem transportasi, sistem regulasi, dan sistem pertahanan.

Leukosit berasal dari bahasa Yunani yaitu  leukos  yang berarti putih dan

kytos yang berarti sel.  Leukosit merupakan unit yang aktif dari sistem pertahanan

tubuh yang terdiri dari neutrofil, eosinofil, basofil, monosit, dan limfosit (Guyton

2008). 

Leukosit adalah sel darah yang mengandung inti, disebut juga sel

darahputih, bergerak   bebas   secara   ameboid,   berfungsi   melawan   kuman  

secara fagositosis, dibentuk oleh jaringan retikulo endothelium disumsum tulang

untuk granulosit dan kelenjar limpha untuk agranulosit (LIPI, 2009). Setelah 

dibentuk, sel-sel ini diangkut dalam darah menuju berbagai bagian tubuh untuk

digunakan.
15

Fungsi leukosit adalah sebagai pertahanan tubuh untuk melawan benda 

asing yang masuk ke dalam tubuh.Granulosit dan monosit melindungi tubuh

terhadap organisme penyerang terutama dengan cara mencernanya, yaitu melalui

fagositosis.  Fungsi utama limfosit dan sel-sel plasma berhubungan dengan sistem

imun yaitu produksi antibodi (Guyton 2008).

Diferensiasi leukosit sangat bermanfaat, tidak hanya untuk mengetahui

persentase leukosit tetapi juga memberikan informasi patogenesa suatu

abnormalitas.Pemeriksaan preparat ulas darah memberikan informasi lebih lanjut

mengenai morfologi sel eritrosit, leukosit, dan trombosit (Mills 1998).

Menurut Junqueira dan Caneiro (2005), basofil berdiameter 10-12 µm,

dengan inti dua gelambir atau bentuk inti tidak beraturan.Granul basofil

mengandung heparin, histamin, asam hialuron, kondroitin sulfat, seroton, dan

beberapa faktor kemotaktik.

Sel mast dan basofil berperan pada beberapa tipe reaksi alergi, karena tipe

antibodi yang menyebabkan reaksi alergi, yaitu Immunoglobulin E (IgE)

mempunyai kecenderungan khusus untuk melekat pada sel mast dan basofil

(Guyton 2008).  Bukti keterlibatan basofil dalam reaksi alergi yaitu timbulnya

kondisi rinitis, urtikaria, asma, alergi,konjungtivitis, gastritis akibat alergi,

dananafilaksis akibat induksi obat atau induksi gigitan serangga (Casolaro  et al.

1990).
16

III. BAHAN DAN METODE

III.1. Waktu dan Tempat

Praktikum Analisis Penyakit Ikan ini dilaksanakan pada tanggal 11 Maret

sampai 15 Maret 2020 di Laboratorium Parasit dan Penyakit Ikan Fakultas

Perikanan dan Kelautan Universitas Riau, Pekanbaru.

III.2. Bahan dan Alat Praktikum

Alat dan bahan yang digunakan selama praktikum tercantum pada Tabel 1.

Tabel 1. Alat dan Bahan yang Digunakan selama Praktikum


Praktikum Alat Bahan
Pengamatan gejala Alat bedah, nampan Ikan sampel
penyakit
Isolasi bakteri Lampu spiritus, Medium TSA, Alkohol
Jarum ose, kertas
label, petri disk, dan
inkubator
Morfologi koloni Mikroskop Bakteri hasil isolasi
Pengamatan gram Lampu spiritus dan Preparat usap bakteri, larutan
mikroskop karbol gentian violet (Gram A),
larutan lugol (Gram B), alcohol
absolute (Gram C), larutan
safranin (Gram D), minyak
emersi, alkohol dan akuades
Pengamatan acid Lampu spiritus, Preparat usap bakteri, larutan
fast objek glass, jarum karbol fuhsin (cat A), alcohol
ose asam (cat B), larutan metilen blue
(cat C) dan akuades
Uji O/F Jarum ose, kapas Medium O/F, paraffin cair steril,
dan kultur bakteri dalam TSB.
Uji motility Jarum ose, lampu Kultur bakteri dalam TSB, media
spiritus, inkubator SIM
Uji produksi H2S Jarum ose, lampu Media TSIA, kultur bakteri
spiritus, inkubator
Uji katalase Jarum ose, lampu Larutan H2O2, kultur bakteri pada
spiritus, inkubator TSA
Reinfeksi Aerator, ember, Ikan uji, kultur bakteri pada
serbet, dan jarum medium TSB,
suntik
Uji clear zone Lampu Bunsen, Biakan bakteri,tetrasiklin, ekstrak
jarum ose, kertas daun jambu dan aquades
17

saring, mikropipet,
incubator, alat
penggiling, tube,
disk blank
Pengamatan Mikroskop, objek Ethanol 95%, akuades, giemsa,
Deferensiasi glass
Leukosit
III.3. Metode Praktikum

Metode praktikum yang dilakukan secara observasi atau diamati atau

identifikasi langsung di dalam laboratorium bersama tim kelompok praktikum

serta dipandu oleh beberapa asisten dosen mata kuliah Analisis Penyakit Ikan.

III.4. Prosedur Praktikum

3.4.1. Pengamatan Gejala Klinis dan Isolasi Bakteri

Menyediakan ikan yang diduga telah mengalami serangan penyakit berupa

bakteri dengan tanda-tanda klinis.Lalu diamati bagian morfologi tubuh ikan patin

seperti kulit, mata, sirip, sisik, insang, anus dll.Setelah itu ikan dibunuh dengan

mengorek isi kepalanya.Lalu menyediakan lampu spiritus, jarum oase, media TSA

dan alkohol. Lalu diusapkan jarum oase yang sudah disterilkan di atas lampu

Bunsen pada hati ikan patin, kemudian diinokulasikan pada media TSA selama 24

jam.

3.4.2. Morfologi Koloni

Ambil isolate pada pemurnian I lalu dibawa ke dalam ruangan isolasi.

Setelah itu jarum oase disterilkan diatas lampu bunsen sampai warna merah

kemudian didinginkan diatas cawan petri. Lalu diambil koloni bakteri

menggunakan jarum oase dan diisolasikan pada cawan petri yang lain kemudian

diinkubasi selama 24 jam.

3.4.3. Pengamatan Gram


18

Diambil satu kolom bakteri dengan jarum oase, lalu diletakkan diatas kaca

objek glass dan diteteskan sedikit akuades lalu dibuat preparat ulas kemudian

kering anginkan selanjutnya dilewatkan diatas api lampu Bunsen 3 kali, tujuan

untuk fiksasi. Lalu digenangi dengan zat warna kristal violet 1-2 menit. Buang

kelebihan warna dengan cara memberi larutan lugol selam 1 menit. Cuci dengan

alkohol absolut beberapa detik (5-10 detik), bilas dengan air kran

mengalir.Genangi sediaan dengan safranin selama 2-3 menit.Cuci dengan air kran

mengalir, kemudian keing anginkan.Amati di bawah mikroskop dengan

pembesaran 10 x 100 (teteskan minyak emersi ke preparat).

3.4.4. Pengamatan Zeihl-Neelsen Acid-Fast

Membuat sediaan film atau sediaan ulas yang tipis. Lalu dikeringkan di

udara dan fiksasi dengan nyala api. Sediaan digenangi dengan larutan karbol

fuhsin dan dipanasi dengan nyala api hingga menguap tetapi tidak mendidih

selama 5 menit. Cuci dengan air.Larutkan dalam alcohol asam sampai tidak keluar

warna lagi selama 2 menit.Cuci dengan air.Genangi dengan larutan biru metilen

selama 1 menit.Cuci dengan air, keringkan dan diperiksa.

3.4.5. Uji O/F Oksidasi Fermentasi

Diambil 2 medium O/F pada tabung reaksi.Masing-masing diinokulasi

bakteri.Salah satu tabung diberi paraffin cair steril setebal 1 cm lalu diinkubasi

pada suhu kamar 24-48 jam dan yang lainnya tidak diberi.Amati warnanya.

3.4.6. Uji Motiliti

Uji motilitas dilakukan dengan mengambil 1 tetes bakteri dari medium

TSB (Tryptone Soya Broth) dan ditambahkan 1 tetes aquades yang ditaruh pada
19

slide cembung, slide yang diperoleh dilakukan pengamatan secara mikroskopis

untuk dilihat pergerakannya.

3.4.7. Prosedur H2S

Pada uji produksi H2S, bakteri diinokulasi pada medium TSIA miring

dengan menggunakan jarum oase. Bakteri ditanam dengan cara menusukkan ose

lurus ke dalam medium sampai dasar tabung dan dengan menggunakan ose bulat

bakteri digoreskan secara zig-zag pada permukaan medium dan di inkubasi

selama 24-28 jam pada suhu 30ºC.

3.4.8. Uji Katalase

Ambil larutan H2O2 terdapat tetes dan letakkan pada objek glass. Ambil

kultur bakteri dengan jarum ose, kemudian campurkan pada larutan H 2O2 tersebut

dan amati.

3.4.9. Infeksi Bakteri

Infeksi bakteri dilakukan dengan cara injeksi intramuskular pada bagian

punggung ikan gurami.Ikan disuntik dengan bakterisebanyak 0,1 ml/ekor.

Kemudian dimasukkan kembali ke dalam air bersih.

3.4.10. Pembuatan Ekstrak Daun Jambu

Caranya yaitu dengan menggerus daun jambu sebanyak 10 gram dan

ditambahkan akuades sebanyak 5 ml serta sari menggunakan kertas saring dan

masukkan kedalam tube. Kemudian ekstrak tersebut ditanamkan secara aseptic

pada disk blank pada media kultur bakteri dalam petri disk.

3.4.11. Uji Clear Zone menggunakan Antibiotik

Biakan bakteri umur 24 jam digoreskan secara zigzag pada cawan petri

yang berisi media padat pada posisi yang rapat agar mendapatkan biakan koloni
20

yang padat dan lakukan secara aseptic. Antibiotik diencerkan dengan aquades

dengan perbandingan 1:1. Kertas saring digunting bulat-bulat dengan diameter 0,5

cm kemudian dicelupkan dalam larutan antibiotik. Lalu dinkubasikan pada

inkubator selama 24 jam.Kemudian diamati bila terdapat zona hambat pada

medium tersebut.
21

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1. Hasil Praktikum

4.1.1. Pengamatan Gejala Penyakit

Ikan yang digunakan dalam praktikum analisis penyakit ikan adalah ikan

patin (Pangasius pangasius) dengan TL = 37 cm, SL = 34 cm yang berasal dari

hasil budidaya di Jalan Taman Karya Ujung, Pekanbaru. Adapun gejala klinis

ikan tersebut yaitu :

 Terdapat borok di ujung tubuh

 Pergerakan pasif

 Sirip ekor gripis

 Sirip perut rusak

4.1.2. Morfologi Koloni

Adapun morfologi bakteri yang didapat yaitu sebagai berikut:

 Bentuk batang

 Tepiannya licin

 Memiliki elevasi timbul

4.1.3. Identifikasi Bakteri


Berikut ini adalah hasil dari praktikum identifikasi bakteri yang diisolasi

dari hati ikan patin (Pangasius pangasius) :

Tabel 2. Hasil Identifikasi Bakteri


Uji biokimia Hasil
Pewarnaan gram -
Pewarnaan acid fast Tidak tahan asam (-)
Uji O/F +
Uji motility +
Uji produksi H2S -
Uji Katalase -
22

Uji oksidase -

4.1.4. Uji LD50

Berikut ini adalah hasil dari pengamatan gejala klinis dan uji LD50 tubuh

ikan patin (Pangasius pangasius) yang diinfeksi bakteri :

Tabel 3. Hasil Pengamatan Uji LD50


Gejala klinis Jumlah
Waktu Ikan Hidup Ikan Mati Ikan Ikan
Hidup Mati
Bukaan operculum Insang pucat
semakin cepat
Bukaan mulut semakin Mata menonjol dan
cepat berwarna putih
24 Jam 5 5
Tubuh sudah mulai Perut kembung
berwarna putih atau membesar
Mata mulai menonjol Tubuh pucat
dan sedikit putih
Sering berenanng tidak Kulit berlendir
beraturan

4.2. Pembahasan

Analisis penyakit ikan merupakan kegiatan mengamati gejala penyakit

pada ikan, melakukan identifikasi, dan mencari solusi pengobatan dan

pencegahannya.Dalam praktikum ini, isolate bakteri diperoleh dari ginjal ikan

patin (Pangasius pangasius) yang diduga terserang bakteri. Adapun ciri-ciri ikan

patin yang terserang penyakit bakterial adalah terdapat borok diujung tubuh, sirip

geripis, dimulut terdapat bintik merah dan pergerakannya lambat.

Isolasi bakteri ini dilakukan di ginjal karena organ ini merupakan organ

yang paling besar kemungkinan terdapat bakteri jika ikan tersebut benar-benar

terserang bakteri.Setelah bakteri diisolasi, maka dilakukan inkubasi selama 24


23

jam.Hal ini karena pada 24 jam pertama merupakan fase logaritma dimana

pertumbuhan bakteri mencapai tahap optimal. Pengamatan morfologi koloni

dilakukan sebelum uji biokimia.Beberapa uji biokimia yang dilakukan pada

praktikum ini adalah pewarnaan gram, acid fast, O/F, motility, H2S, katalase dan

oksidasi.

Pada pewarnaan gram bakteri yang diuji menghasilkan warna merah yang

menandakan bahwa bakteri tersebut bermuatan negatif. Sedangkan pada uji acid

fast, bakteri yang diuji latar belakangnya berwarna biru yang menandakan

bakteri tersebut tidak tahan asam.

Uji O/F dilakukan untuk mengetahui kemampuan bakteri menguraikan

glukosa. Dua buah tabung reaksi, salah satunya diberi paraffin cair kemudian

diinkubasikan selama 24 jam. Hasil menunjukkan bahwa kedua tabung

mengalami perubahan warna menandakan hasil uji O/F (+).

Pada uji motility, media yang digunakan adalah SIM (Sitrat Indole

Motility) dan bakteri ditusukkan dengan jarum ose arah tusukan garis lurus. Hasil

menunjukkan bakteri ini bersifat motil karena bakteri menyebar dari garis

tusukan.

Media TSIA untuk mengetahui produksi H2S dan gas oleh bakteri pada

media TSIA yang ditusukkan jarum ose yang telah diusapkan pada koloni bakteri.

Hasil menunjukkan tidak adanya warna kehitaman pada bekas tusukan yang

menandakan bakteri bersifat tidak menghasilkan H2S.

Pengujian katalase dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya enzim

katalase pada bakteri dengan cara meneteskan satu tetes larutan hydrogen
24

peroksida 3% pada objek glass yang telah diberi koloni bakteri. Hasil

menunjukkan tidak terdapat gelembung udara, maka katalase bersifat negatif.

Pengujian oksidase dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya enzim

oksidase pada bakteri dengan cara meneteskan satu tetes konvack reagent pada

kertas saring yang telah diberi koloni bakteri. Hasil menunjukkan kertas saring

tidak mengalami perubahan warna menjadi ungu yang menandakan bakteri

tersebut oksidase (-).

Uji patogenitas atau uji LD50 dilakukan untuk mengetahui apakah bakteri

yang menginfeksi ikan tersebut betul-betul pathogen atau tidak. Caranya yaitu

dengan menyuntikkan bakteri yang telah diisolasi. Bakteri yang disuntikkan

dengan dosis 0,1 ml/ekor. Gejala ikan yang diinfeksi menunjukkan gejala yang

sama dengan ikan yang sakit dan menyebabkan kematian 50% setelah 24 jam.

Berarti bakteri yang diinfeksikan kedalam tubuh ikan patin tersebut bersifat

patogen yaitu dapat menyebabkan penyakit karena bakteri ini dapat menyebabkan

kematian sebesar 50%.


25

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil isolasi dan uji biokimia bakteri pada hati ikan patin

(Pangasius pangasius) yang sakit bakteri hasil identifikasinya adalah Yersina

ruckeri .Gejala penyakit yang ditimbulkan berupa terdapat borok diujung tubuh,

sirip gripis, pada mulut terdapat bintik merah dan pergerakannya lambat. Untuk

uji patogenitas, bakteri yang dinfeksikan kembali kedalam tubuh ikan Patin

merupakan bakteri patogen karena dapat menyebabkan kematin 50%.

5.2.Saran

Sebaiknya dalam pengamatan bakteri harus dilakukan dengan hati-hati dan

cermat agar bentuk-bentuk dan warna dari bakteri tersebut dapat dilihat dengan

jelas selain itu agar bakteri tidak terkontaminasi kepada pengamat. Selain itu

pelaksaan praktikum kedepannya sterilisasi alat dan bahan yang digunakan lebih

diperhatikan lagi sehingga uji-uji yang dilakukan didapatkan hasil yang real.

Sebaiknya asisten juga memakai masker dan sarung tangan ketika mempraktekkan

prosedur kerja untuk safety dalam pratikum dilaksanakan .


26

DAFTAR PUSTAKA

Angka, S.L. 2005. Kajian Penyakit Pseudomonas sp. pada Ikan Gurami
(Osphronemus gouramy) Patologi, Pencegahan dan Pengobatannya dengan
Fitofarmaka.Doctoral Disertasi.Program pascasarjana, Institut Pertanian
Bogor. Bogor.

Djide, Natsir dan Sartini. 2006. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Laboratorium


Mikrobiologi Farmasi. Universitas Hasanuddin. Makassar ; 123.

Hardi, E.H. dan Pebrianto, C.B. 2012.Isolasi dan uji postulat Koch Aeromonas sp.
dan Pseudomonas sp. pada Gurami (Osphronemus gouramy) di Sentra
Budidaya Loa Kulu Kabupaten Kutai Kartanegara. J. Ilmu Perikanan
Tropis. 16(2):35-39.

Hardi, E.H., Pebrianto, C.A., Hidayati, T., dan Handayani, R.T. 2014. Infeksi
Pseudomonas sp. melalui jalur yang berbeda pada ikan Gurami
(Osphronemus gouramy) di Loa Kulu Kutai Kartanegara Kalimantan Timur.
Jurnal Kedokteran Hewan. Vol. 8, 130-133.

Ibrahim, M., Anwar, A., Yusuf, N.I. 2012.Uji lethal dose 50% (LD50) poliherbal
(Curcuma xanthorriza, Kleinhovia hospita, Nigella sativa, Arcangelisia
flava dan Ophiocephalus striatus) pada heparmin® terhadap mencit (Mus
Musculus). Research & Development Pt Royal Medicalink Pharmalab.

Khairuman dan K. Amri. 2002. Budidaya Ikan Patin. Agro Media


Pustaka. Jakarta.

Mangunwardoyo, W., I. Ratih, dan R. Etty. 2010.Uji patogenisitas dan virulensi


Pseudomonas sp. stainer pada ikan Gurami (Osphronemus gouramy)
melalui postulat Koch. J. Ristek Akuakultur. 5 (2) : 245-255.

Noga, J.E. 2000.Fish Disease Diagnosis and Treatment. Lowa State Press, USA.

Saraswati, D. 2002. Mikrobiologi Diagnostik. Buku Ajar UNPAD.


Bandung.

Tjay dan Raharja. 2007. Fish Deasease, Vol II, A. Baklema, Roterdam.
27

LAMPIRAN

Lampiran 1.Alat yang digunakan selama pratikum


28

Ikan Patin Tube

Cawan Petri Objek dan caver Glass

Mikroskop Micropipet

Sarbet

Mikropipet Gelas Ukur

Sarbet Nampan

Alat Bedah Lampu bunsen dan Jarum OSE


29

Tabung Reaksi

Inkubator Jarum Suntik

Vortex
Pipet Tetes

Alat Tulis Sentrifuge


30
31

Lampiran 2. Bahan yang digunakan selama pratikum

Ikan nila Kristal Violet

Lugol Safranin
32

Alkohol absolut Media TSA

Akuades PBS

Minyak Emersi

Lampiran 3. Dokumentasi Selama Pratikum

Ikan patin dibedah Dilakukan penggoresan


33

Siap dibungkus lalu di inkubasi Pemurniaan 1 Pemurniaan 2

Pengujian kimia inkubasi Hasil uji kima (O/F, Motility danH2S)

Proses pewarnaan gram dan Acid fast gram negatif Hasil Zeihl neelsen acid fast

Uji oksidasi Uji Katalase

Pengambilan dosis Reinfeksi Amati kematian ikan


34

Anda mungkin juga menyukai