Anda di halaman 1dari 15

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur yang dalam kami panjatkan kepada Tuhan Yang MahaEsa,
karena atas berkat rahmat dan karunia-Nya makalah ini dapat kami selesaikan
makalah tepat pada waktunya. Makalah ini berjudul “Spritualitas dan caring
selama pasien dalam masa Kritis“ Makalah ini kami buat dalam rangka
memenuhi salah satu tugas mata kuliah. Tentunya kami menerima dengan
terbuka arahan, koreksi dan saran dari dosen pembimbing dan rekan-rekan untuk
perbaikan makalah ini. Demikian makalah ini kami buat, semoga bermanfaat.

Palu, 27 September 2020

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Spiritualitas merupakan aspek kepribadian manusia yang member
kekuatan dan mempengaruhi individu dalam menjalani hidupnya.
Spiritualitas merupakan hakikat dari siapa dan bagaimana manusia hidup
didunia. Spiritualitas amat penting bagi keberadaan manusia.
Spiritualitas mencakup aspek non spesifik dari keberadaan
seorang manusia. Pasien kritis adalah pasien dengan disfungsi atau gagal
pada satu atau lebih sistemtubuh, misalnnya kegagalan sistem
pernafasan, kegagalan sistem hemodinamik, kegagalan system neurologi,
pasien kritis dapat pula pasien overdosis obat, intoksikasi dan infeksi
berat, sepsis+.
Pasien kritis akan dirawat di ruang ICU sehingga mendapatkan
pengelolaan fungsi system organ tubuh secara terkoordinasi,
berkelanjutan, dan memerlukan pemantauansecara terus menerus. pasien
kritis tidak hannya memerlukan perawatan fisiktetapi membutuhkan
perawatan secara holistik. Kondisi pasien yang dirawatdi ICU yaitu:
yang pertama, pasien sakit berat, pasien tidak stabil yang memerlukan
terapi intensif seperti bantuan ventilator, pemberian obatvasopresif
melalui infus secara terus menerus, seperti pasien dengan gagal napas
berat, pasien bedah jantung terluka, dan syok septic, yang kedua pasien
yang memerlukan bantuan pemantauan intensif sehingga komplikasi
berat dapat dihindari atau dikurangi seperti pasien pasien bedah besar
dan luas,  pasien dengan penyakit jantung, paru, dan ginjal, dan
yang terakhir pasien yang memerlukan terapi intensif untuk mengatasi
komplikasi – komplikasi dari penyakitnya seperti pasien dengan tumor
ganas dengan komplikasi infeksi dan penyakit jantung.
B. Tujuan
1. Bagaimana perspektif keperawatan kritis
2. Bagaimana perkembangan dan kebutuhan spiritual usia dewasa
3. Bagaimana pelaksanaan spiritual care di setting ruangan ICU

C. Rumusan Masalah
1. Untuk mengetahui bagaimana perspektif keperawatan kritis
2. Untuk mengetahui bagaimana perkembangan dan kebutuhan spiritual
usia dewasa
3. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan spiritual care di setting
ruangan ICU
BAB II

PEMBAHASAN

A. Perspektif keperawatan kritis


Pengatasan pasien kritis dilakukan di ruangan unit gawat darurat
yang disebut juga dengan emergency department sedangkan yang
dimaksud dengan pasien kritis adalah pasien dengan perburukan
patofisiologi yang cepat yang dapat menyebabkan kematian. Ruangan
untuk mengatasi pasien kritis di rumah sakit dibagi atas Unit Gawat
Darurat (UGD) dimana pasien diatasi untuk pertama kali, unit perawata
intensif (ICU) adalah bagian untuk mengatasi keadaan kritis sedangkan
bagian yang lebih memusatkan perhatian pada penyumbatan dan
penyempitan pembuluh darah koroner yang disebut unit perawatan
intensif koroner (Intensive Care Coronary Unit = ICCU).
Baik UGD, ICU, maupun ICCU adalah unit perawatan pasien
kritis dimana perburukan patofisiologi dapat terjadi secara cepat yang
dapat berakhir dengan kematian. Sebenarnya tindakan pengatasan kritis
ini telah dimulai di tempat kejadian maupun dalam waktu pengankutan
pasien ke Rumah Sakit yang disebut dengan fase prehospital. Tindakan
yang dilakukan adalah sama yakni resusitasi dan stabilisasi sambil
memantau setiap perubahan yang mungkin terjadi dan tindakan yang
diperlukan. Tiap pasien yang dirawat di ICU memerlukan evaluasi yang
ketat dan pengatasan yang tepat dalam waktu yang singkat. Oleh karena
itu kelainan pada pasien kritis dibagi atas 9 rangkai kerja:
1. Prehospital, meliputi pertolongan pertama pada tempat kejadian
resusitasicardiac pulmoner, pengobatan gawat darurat, teknik untuk
mengevaluasi,amannya transportasi, akses telepon ke pusat.
2. Triage, yakni skenario pertolongan yang akan diberikan sesudah fase
keadaan. Pasien-pasien yang sangat terancam hidupnya harus diberi
prioritas utama. Pada bencana alam dimana terjadi sejumlah kasus
gawat darurat sekaligus maka skenario pengatasan keadaan kritis
harus dirancang sedemikian rupa sehingga pertolongan memberikan
hasil secara maksimal dengan memprioritaskan yang paling gawat
dan harapan hidup yang tinggi.
3. Prioritas dari gawat darurat tiap pasien gawat darurat mempunyai
tingkat kegawatan yang berbeda, dengan demikian mempunyai
prioritas pelayanan prioritas yang berbeda. Oleh karena itu
diklasifikasikan pasien kritis atas :
a. Exigent, pasien yang tergolong dalam keadaan gawat darurat 1
dan memerlukan pertolongan segera. Yang termasuk dalam
kelompok ini adalah pasien dengan obstruksi jalan nafas, fibrilasi
ventrikel, ventrikel takikardi dan cardiac arrest.
b. Emergent, yang disebut juga dengan gawat darurat 2 yang
memerlukan pertolongan secepat mungkin dalam beberapa menit.
Yang termasuk dalam kelompok ini adalah miocard infark,
aritmia yang tidak stabil dan pneumothoraks.
c. Urgent, yang termasuk kedalam gawat darurat 3 dimana waktu
pertolongan yang dilakukan lebih panjang dari gawat darurat 2
akan tetapi tetap memerlukan pertolongan yang cepat oleh karena
dapat mengancam kehidupan, yang termasuk ke dalam kelompok
ini adalah ekstraserbasi asma, perdarahan gastrointestinal dan
keracunan.
d. Minoratau non urgent, yang termasuk ke dalam gawat darurat 4,
semua penyakit yang tergolong kedalam
e. yang tidak mengancam kehidupan.

B. Perkembangan dan kebutuhan spiritual usia dewasa


Perkembangan aspek spiritual dilhat dari kemampuan kognitifnya
dimulai dari pengenalan, internalisasi, peniruan, aplikasi dan dilanjutkan
dengan instropeksi. Namun, berikut akan dibahas pula perkembangan
aspek spiritual berdasarkan tumbuh-kembang manusia.
1. Usia Awal Dewasa (18-25 tahun)
Pada tahap ini individu menjalani proses perkembangannya
dengan melanjutkan pencarian identitas spiritual, memikirkan untuk
memilih nilai dan kepercayaan mereka yang dipelajari saat kanak-
kanak dan berusaha melaksanakan sistem kepercayaan mereka
sendiri.
Spiritual bukan merupakan perhatian utama pada usia ini,
mereka lebih banyak memudahkan hidup walaupun mereka tidak
memungkiri bahwa mereka sudah dewasa. Masa ini merupakan masa
pencarian kepercayaan dini, diawali dengan proses pertanyaan akan
keyakinan atau kepercayaan. Pemikiran sudah bersifat rasional dan
keyakina atau kepercayaan terus dikaitkan dengan rasional.
2. Usia Pertengahan Dewasa (25-38 tahun)
Dewasa pertenghan merupakan tahap perkembangan spiritual
yang sudah benar-benar mengetahui konsep yang benar dan yang
salah, mereka menggunakan keyakinan moral, agama dan etik
sebagai dasar dari sistem nilai. Mereka sudah merencanakan
kehidupan, mengevaluasi apa yang sudah dikerjakan terhadap
kepercayaan dan nilai spiritual.
Merupakan tingkatan kepercayaan pada diri sendiri yang lebih
baik. Perkembangan ini diawali dengan semakin kuatnya
kepercayaan yang dipertahankan walaupun menghadapi perbedaan
keyakinan dan lebih mengerti akan kepercayaan dirinya.

3. Usia Dewasa akhir


Periode perkembangan spiritual pada tahap ini digunakan
untuk instropeksi dan mengkaji kembali dimensi spiritual,
kemampuan intraspeksi ini sama baik dengan dimensi yang lain dari
diri individu tersebut. Biasanya kebanyakan pada tahap ini kebutuhan
ritual spiritual meningkat.

C. Pelaksanaan Spiritual Care di Ruangan ICU


1. Pengkajian
Dilakukan pada semua sistem tubuh untuk menopang dan
mempertahankan sistem-sistem tersebut tetap sehat dan tidak terjadi
kegagalan. Pengkajian meliputi proses pengumpulan data, validasi
data, menginterpretasikan data dan memformulasikan masalah atau
diagnose keperawatan sesuai hasil analisa data. Pengkajian awal
didalam keperawatan itensif sama dengan pengkajian umumnya yaitu
dengan pendekatan system yang meliputi aspek bio-psiko-sosial-
kultural-spiritual.
Spirituality atau kepercayaan spiritual adalah kepercayaan
dengan sebuah kekuatan yang lebih tinggi dari kekuatan pencipta,
sesuatu yang bersifat Tuhan, atau sumber energi yang tidak terbatas.
Contoh, seseorang percaya pada Tuhan, Allah, Kekuatan tertinggi.
Spirituality memiliki beberapa aspek antara lain :
a. Hubungan yang tidak diketahui atau ketidakpastian dalam hidup.
b. Menemukan arti dan tujuan dalam hidup.
c. Menyadari dan mampu untuk menarik sumber-sumber dan
kekuatan dari dalam diri.
d. Mempunyai perasaan hubungan kedekatan dengan diri sendiri
dan Tuhan atau Allah.

2. Diagnosa
Setelah melakukan pengkajian, data dikumpulkan dan di
interpretasikan kemudian dianalisa lalu ditetapkan masalah atau
diagnose keperawatan berdasarkan data yang menyimpang dari
keadaan spiritual. Kriteria hasilditetapkan untuk mencapai tujuan dari
tindakan keperawatan yang diformulasikan berdasarkan pada
kebutuhan klien yang dapat diukur dan realistis.
Ditegakkan untuk mencari perbedaan serta mencari tanda dan
gejala yang sulit diketahui untuk mencegah kerusakan atau gangguan
yang lebih luas. Diagnosa keperawatan yang berkaitan dengan
masalah spiritual menurut North American Nursing Diagnosis
Association (2006) adalah distress piritual. Pengertian dari distres
spiritual adalah kerusakan kemampuan dalam mengalami dan
mengintegrasikan arti dan tujuan hidup seseorang dihubungkan
dengan agama, orang lain, dan dirinya.
a. Menurut North American Nursing Diagnosis Association
(NANDA) batasan diagnosa keperawatan distres spiritual adalah :
1) Berhubungan dengan diri, meliputi mengekspresikan kurang dalam
harapan, arti, tujuan hidup, kedamaian, penerimaan, cinta,
memaafkan diri, keberanian, marah, rasa bersalah, koping yang
buruk.
2) Berhubungan dengan orang lain, meliputi menolak berinteraksi
dengan teman, keluarga, dan pemimpin agama, mengungkapkan
terpisah dari sistem dukungan, mengekspresikan keterasingan.
3) Berhubungan dengan seni, musik, literatur dan alam, meliputi
tidak mampu mengekspresikan kondisi kreatif (bernyanyi), tidak
ada ketertarikan kepada alam, dan tidak ada ketertarikan kepada
bacaan agama.
4) Berhubungan dengan kekuatan yang melebihi dirinya, meliputi
tidak mampu ibadah, tidak mampu berpartisipasi dalam aktifitas
agama, mengekspresikan marah kepada Tuhan, dan mengalami
penderitaan tanpa harapan.
b. Menurut North American Nursing Diagnosis Association (2006)
faktor yang berhubungan dari diagnosa keperawatan distres
spiritual adalah mengasingkan diri, kesendirian, atau pengasingan
sosial, cemas, kurang sosiokultural/ deprivasi, kematian dan
sekarat diri atau orang lain, nyeri, perubahan hidup, dan penyakit
kronis diri atau orang lain.
1) Bagaimana penyesuaian terhadap penyakit yang berhubungan
dengan ketidakmampuan merekonsilasi penyakit dengan
keyakinan spiritual.
2) Koping individu tidak efektif berhubungan dengan kehilangan
agama sebagai dukungan utama.
3) Takut yang berhubungan dengan belum siap untuk
menghadapai kematian dan pengalaman kehidupan setelah
kematian.
4) Berduka yang disfungsional : keputusasaan berhubungan
dengan keyakinan bahwa agama tidak mempunyai arti.
5) Keputusasaan berhubungan dengan keyakinan bahwa tidak
ada yang peduli termasuk tuhan.
6) Ketidakberdayaan berhubungan dengan perasaan menjadi
korban.
7) Disfungsi seksual berhubungan dengan konflik nilai.
8) Pola tidur berhubungan dengan distress spiritual.
9) Resiko tindak kekerasan terhadap diri sendiri berhubunga n
dengan perasaan bahwa hidup tidak berarti.

3. Intervensi spiritual
Semua tindakan dilakukan dalam pemberian asuhan
keperawatan terhadap klien sesuai dengan rencana tindakan. Hal ini
penting untuk mencapai tujuan. Tindakan keperawatan dapat dalam
bentuk observasi, tindakan prosedur terntentu, tindakan kolaboratif
dan pendidikan kesehatan. Dalam tindakan perlu ada pengawasan
terus menerus terhadap kondisi klien termasuk evaluasi prilaku.
Ditujukan terapi gejala-gejala yang muncul pertama kali untuk
pencegahan krisis dan secara terus-menerus dalam jangka waktu
yang lama sampai dapat beradaptasi dengan tercapainya tingkat
kesembuhan yang lebih tinggi atauterjadi kematian.
a. Menurut (Munley, 1983 cit Potter and Perry, 1997) terdapat tiga
tujuan untuk pemberian perawatan spiritual yaitu klien merasakan
perasaan percaya pada pemberi perawatan, klien mampu terkait
dengan anggota sistem pendukung, pencarian pribadi klien
tentang makna hidup meningkat. Tujuan askep klien distress
spiritual berfokus pada menciptakan lingkungan yang mendukung
praktik keagamaan dan keyakinan yang biasa dilakukannya.
1) Klien dengan distress spiritual akan :
a) Mengidentifikasi keyakinan spiritual yang memenuhi
kebutuhan.
b) Menggunakan kekuatan keyakinan, harapan dan rasa
nyaman ketikamenghadapi penyakit.
c) Mengembangkan praktik spiritual yang memupuk
komunikasi dengan diri sendiri, Tuhan dan dunia luar.
d) Mengekspresikan kepuasan dengan keharmonisan antara
keyakinanspiritual dengan kehidupan sehari-hari.
2) Kriteria hasil yang diharapkan klien akan :
a) Menggali akar keyakinan dan praktik spiritual.
b) Mengidentifikasi factor dalam kehiduapn yang menantang
keyakinan spiritual.
c) Menggali alternative : menguatkan keyakinan.
d) Mengidentifikasi dukungan spiritual.
e) Melaburkan / mendemonstrasikan berkurangnya distress
spiritual setelah keberhasilan intervensi.
Pada dasarnya perencanaan pada klien distress spiritual
dirancang untuk memenuhi kebutuhan klien dengan
membantu klien memenuhi kewajiban agamanya dan
menggunakan sumber dari dalam dirinya.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Keperawatan kritis adalah keahlian khusus di dalam ilmu
perawatan yang menghadapi secara rinci dengan manusia yang
bertanggung jawab atas masalah yang mengancam jiwa. Perawat kritis
adalah perawat professional yang resmi yang bertanggung jawab untuk
memastikan pasien dengan sakit kritis dan keluarga-keluarga mereka
menerima kepedulian optimal (American Association of Critical-Care
Nurses).
Konsep Keperawatan Kritisas tujuannya untuk mempertahankan
hidup (maintaining life).
Pengkajian dilakukan pada semua sistem tubuh untuk menopang dan
mempertahankan sistem-sistem tersebut tetap sehat dan tidak terjadi
kegagalan.
Diagnosa keperawatan ditegakkan untuk mencari perbedaan serta
mencari tanda dan gejala yang sulit diketahui untuk mencegah
kerusakan/ gangguan yang lebih luas.
Perencanaan keperawatan ditujukan pada penerimaan dan
adaptasi pasien secara konstan terhadap status yang selalu berubah.
Intervensi ditujukan terapi gejala-gejala yang muncul pertama kali untuk
pencegahan krisis dan secara terus-menerus dalam jangka waktu yang
lama sampai dapat \ beradaptasi dengan tercapainya tingkat kesembuhan
yang lebih tinggi atauterjadi kematian.
Evaluasi dilakukan secara cepat, terus menerus dan dalam waktu
yang lama untuk mencapai keefektifan masing-masing tindakan/ terapi,
secara terus-menerus menilai kriteria hasil untuk mengetahui perubahan
status pasien.
B. Saran
Asuhan Keperawatan Spiritual pada pasien kritis sangat
di perlukan, pasien-pasien seperti ini membutuhkan pendampingan yang
ketat baik dari pihak tenaga kesehatan maupun keluarga, oleh karena itu
kami berharap Asuhan Keperawatan Spiritual ini dapat di amalkan
sedemikian rupa oleh petugas kesehatan maupun keluarga.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai